• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 di SMA Muhammadiyah Pakue Kecamatan Pakue Tengah Kabupaten Kolaka Utara

2. Untuk mengetahui Problematika yang di hadapi guru dan orang tua dalam proses pembelajaran daring pada masa covid-19 di SMA Muhammadiyah Pakue Kecamatan PakueTengah Kabupaten Kolaka Utara

3. Untuk mengetahui upaya guru dan orang tua dalam mengatasi problematika pembelajaran secara daring akibat pandemi covid-19 di SMA Muhammadiyah Pakue Kecamatan Pakue Tengah Kabupaten Kolaka Utara D . Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan mengkaji penelitian ini, seluruh tenaga pendidik (guru) di sekolah maupun orang tua diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama tidak hanya sebagai wali peserta didik saja melainkan dalam mendidik siswa atau anak-anaknya dalam masalah belajar khususnya dalam proses pembelajaran daring.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi orang tua

Dengan penelitian ini diharapkan orang tua lebih memperhatikan masalah belajar yang dihadapi anak-anaknya agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

b. Bagi Pendidik / Guru

1. Sebagai bahan masukan bagi guru agar lebih meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Supaya meningkatkan teori atau kajian yang erat kaitanya dengan pengajaran.

c. Bagi Peserta didik

Sebagai bahan motivasi agar siswa dapat melalui proses pembelajaran daring dengan baik dan tetap meningkatkan prestasi.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada sekolah bahwa dalam pembelajaran daring ditemukan beberapa masalah dalam proses pembelajaran siswa,terkhusus bagi orang tua dan guru dalam proses membimbing siswa.

8 A. Problematika Guru dan Orang Tua

1. Pengertian Problematika

Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggrisyaitu problematicyang artinya persoalan atau masalah.Problem dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia yaitu masalah atau persoalan. Adapun kata Problematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan suatu masalah yang masih menimbulkan masalah atau suatu hal yang masih belum dapat dipecahkan permasalahannya.3Jadi, yang dimaksud dengan problematika adalah kendala atau permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu tujuan menjadi terhambat dan tidak maksimal.

2. Guru

a. Pengertian Guru

Guru dalam arti sederhana adalah semua orang yang dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang dan mengarahkannya pada tujuan pendidikan.

Menurut Undang-undang RI No.2 Tahun. 1989 Sisdiknas, Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih didik.4

3 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Ed. Ke-4), h. 1103

4 M. Jumali, Landasan Pandidikan, (Surakarta: MUP, 2008) h. 41.

Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa arab yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan ilmu. Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar ( hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi lain sebagai pendidik dan pelatih). Namun, pada dinamika selanjutnya guru adalah pendidik professional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anaknya disekolah . 5 Dapat kita ketahui bahwa guru memang berperan penting didalam lingkup pendidikan, tanpa adanya guru maka peserta didik tidak dapat menerima pembelajaran.

Sebagaimana pada pasal 1 (1) Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.6

Jadi, guru juga harus menjadi pendidik yang profesional sebab guru adalah ujung tombak pendidikan .

Menurut Muhaimin

Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik, baik secara individual maupun secara klasikal.

Baik di sekolah maupun diluar sekolah.Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dalam lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga dilakukan di masjid, di surau/

mushollah, di rumah dan lain sebagainya.7

5 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid yang Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan, (Jakarta Selatan: PT Al-Mawardi Prima, 2016), h. 23

6Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

7Muhaimin, (2005), Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, h.44-49

Pendidik dalam konsep Islam adalah seorang yang dapat mengarahkan manusia ke jalan kebenaran yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah saw. Seorang pendidik dalam konteks agama Islam seharusnya memiliki sifat-sifat yang di contohkan oleh Rasulullah saw. Seorang pendidik atau guru di tuntut untuk mampu menambah ilmu pengetahuan dan terus berusaha untuk menjadi orang yang lebih berkualitas, akhlaknya baik maupun pengetahuannya.

Kedudukan sebagai seorang pendidik sangat istimewa di dalam ajaran Islam, karena pendidik adalah sosok yang memberikan ilmu dan membina perilaku peserta didiknya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional yang bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.8

Islam sebagai agama sosial mewajibkan ummatnya untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur‟an Surah Al-ashr Ayat 3 :

ِسْبَّصلاِب ا َْْصا ََْت َّ ۙە ِّكَحْلاِب ا َْْصا ََْت َّ ِت ٰحِلهصلا اُْلِوَع َّ ا ٌَُْْهٰا َيْيِرَّلا َّلِّا

ࣖ ٣

Terjemahnya :

“kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”9

8Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri, (2016), Pendidikan Karakter Mengembangkan Pendidikan Anak yang Islami , Jakarta: Bumi Aksra, h.11-14

9 Kementrian Agama RI, Op. cit., h. 601

Maka dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan untuk saling menasehati dalam hal kebaikan dan kebenaran terutama tugas sebagai pendidik dalam menasehati anak didiknya dan harus sabar dalam menasehati.

b. Tugas Guru

Disamping memiliki tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih, guru juga memiliki tugas yaitu :

1. Tugas profesional, yaitu mendidik dalam rangka menyumbangkan kepribadian, mengajar dalam rangka menyumbangkan kemampuan berpikir, kecerdasan dan melatih dalam rangka membina keterampilan.

2. Tugas manusiawi, yaitu membina anak didik dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemampuan manusia yang optimal serta pribadi yang mandiri.

3. Tugas kemasyarakatan, yaitu dalam rangka mengembangkan terbentuknya masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.10

Dari beberapa tugas guru diatas guru dituntut untuk mendidik, membimbing, dan melatih keterampilan peserta didik. Namun, guru tidak hanya berfokuskan pada rana tersebut melainkan guru juga dituntut harus memiliki sifat keteladanan bagi peserta didik karena ketika guru memiliki keteladanan yang baik, maka peserta didik akan meniru tindakan-tindakan guru tersebut. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur‟an Surah Al-Ahzab Ayat 21 :

10Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar ( cet-2 ;Bandung:Alfabeta, 2010) h.56

َ هاللّٰ اُْج ْسَي َىاَك ْيَوِّل ٌتٌََسَح ٌة َْْسُا ِ هاللّٰ ِل ُْْس َز ْيِف ْنُكَل َىاَك ْدَم َل َس ِخٰ ْلّا َم َْْيْلا َّ

ۗا ًسْيِثَك َ هاللّٰ َسَكَذ َّ

١٢

Terjemahnya :

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”11

Dari ayat tersebut, dapat dipahami bahwa guru bukan hanya mengajar, mendidik, membimbing, dan melatih keterampilan peserta didik , melainkan yang terpenting adalah menjadi teladan yang baik bagi peserta didik, bersegerah untuk berkorban dan menjauhkan diri dari hal-hal yang hina. Artinya setiap peserta didik akan meneladani pendidiknya dan benar-benar merasa puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan yang realistis dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.

c. Fungsi Guru

Sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih. Guru juga dituntut menerapkan fungsi-fungsinya yang sentral. Fungsi-fungsi tersebut meliputi :

1. Guru sebagai pengelola proses KBM ( kegiatan belajar mengajar ) Kelas merupakan suatu organsisasi yang semestinya dikelola dengan baik, mengacu pada fungsi-fungsi yang ada dan berlaku.

11 Kementrian Agama RI, Op. cit., h.418

2. Guru sebagai mediator

Dalam bidang pendidikan guru diharapkan bukan sebagai penyampaian materi semata tetapi juga lebih sebagai mediator, yaitu pengatur lalu lintas pembicaraan, jika ada jalur pembicaraan yang tidak dapat di selesaikan oleh siswa-siswi, maka gurulah yang wajib mendamaikan perselisihan tersebut.

3. Guru sebagai motivator

Siswa adalah manusia yang ditempeli oleh sifat “memilih yang serba enak” dari pada harus susah-susah. Jika guru tidak dapat memancing kemuan siswa untuk aktif maka guru itu sendiri yang akan merasakan kesulitan dalam proses pembelajaran karena dapat ditebak bahwa siswa akan pasif tanpa ibisiatif.

4. Guru sebagai fasilitator

Guru sebagai fasilitator dalam memberikan kemudahan dan sarana kepada siswa agar dapat aktif belajar sesuai dengan kemampuannya.

5. Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evaluator berperan setiap kegiatan selalu diikuti oleh motivasi jika orang-orang yang terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadinya peningkatan atas kegiatan itu pada masa-masa yang akan datang.

d. Peranan Guru

Peranan guru yang dimaksud yakni berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam

pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dPt berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.12

e. Syarat - syarat Guru

Persayaratan yang harus dimiliki oleh guru ialah memiliki kompetensi yakni :

1. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa ,arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia dalam artian guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani.

3. Kompetensi Profesional

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Sebagaimana guru harus

12 Ibid ,h. 56-58

memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi yang akan diajarkan serta mampu memilih metode, strategi , dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.

4. Kompetensi Sosial

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dengan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitarnya.13

3. Orang Tua

a. Pengertian Orang Tua

Menurut kamus bahasa Indonesia, orang tua dapat diartikan sebagai ayah dan ibu kandung, orang yang di anggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang yang di hormati (di segani) di kampung, tertua.”.14Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.Kepribadian orangtua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung,yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang bertumbuh.

Dengan demikian, yang dimaksud orangtua adalah ayah dan ibu yang mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anaknya, baik dalam melaksanakan pendidikan maupun dalam memenuhi kebutuhan materi yang diperlukan dalam

13Rusman, Model-model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru, ( cet-6;

Depok: Raja grafindo persada) h. 22-23

14Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed.3 cet.4, h. 082

kehidupan sehari-hari. Dan juga melindungi anaknya selama masih anak-anak dan mengantarkan mereka menuju kearah kedewasaan.

b. Peran Orang Tua

Peran orang tua sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya ,orang tua memiliki peran dalam membimbing,memotivasi dan mengajar.Hal ini membuktikan bahwa keikutsertaan atau terlibatnya orang tua terhadap anaknya dalam proses belajar sangat membantu dalam meningkatkan konsentrasi anak tersebut.15Usaha orang tua dalam membimbing anak anak menuju pembentukan watak yang mulia dan terpuji disesuaikan dengan ajaran agama Islam adalah memberikan contoh teladan yang baik dan benar, karena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan mencoba yang tinggi.Sehingga orang tua harus memiliki peran yang lebih besar dalam membesarkan anak-anaknya.

c. Tanggung Jawab Orang Tua

Orangtua memiliki tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya. Dasar-dasar tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut:

1. Memelihara dan membesarkan anak, ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan hidup manusia.

2. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan

15Tim Islamonline, Seni Belajar Strategi Menggapai Kesuksesan Anak, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2006, h. 41

kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

3. Memberikan pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat sesuai dengan sebagai pandangan dan tujuan akhir hidup muslim.16

Tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya tidak hanya terbatas pada hal-hal yang sifatnya material saja melainkan juga hal-hal yang sifatnya spiritual seperti halnya dalam pembinaan Akhlak sebagaimana dalam sebuah hadis .

“Dari Abu Hurairah Radhiyanlahu „Anhu , Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wa Sallan bersabda, Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk

menyempurnakan budi pekerti.”(HR Baihaqih)17

Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwasanya manusia diciptakan di muka bumi ini pentingnya untuk menanamkan akhlak yang baik, maka dari itu

16Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2013) ,h. 38

17Abuddin Nata, 2015, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta, PT Rajagrafindo persada, h. 2

orang tua bertanggung jawab dalam penanaman akhlak pada anaknya sebab jika orang tua mendidik anaknya dengan akhlakul kharimah yang baik maka anak tersebut akan tumbuh dewasa menjadi anak yang berakhlak dan tidak menyimpang dari syariat agama islam.

d. Fungsi Orang Tua

Keluarga menjadi aula sosial kecil bagi remaja. “Orang tua merupakan keluarga inti bagi sang anak atau remaja. Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling dasar untuk mencetak kualitas manusia”.18 Oleh karenanya orang tua sebagai pendidik dalam keluarga diharapkan mampu memberikan pembinaan akhlaq yang baik kepada anak-anaknya. Sebagaimana yang penulis sampaikan bahwa peran orang tua meliputi fungsi yang mereka miliki dalam keluarga juga.

Hendaknya setiap orang tua mengetahui fungsi keluarga dan sebagai bagian dari keluarga mampumelaksanakannya. Dimana fungsi ini ketika dikerjakan akan menunjukan peran dari keluarga. Beberapa fungsi keluarga tersebut yaitu; fungsi biologis, fungsi edukatif, fungsi religius, fungsi protektif, fungsi sosialisasi, fungsi sosialisasi, fungsi rekreatif, dan fungsi ekonomis.19

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut:

1. Fungsi biologis

Perkawinan dilakukan agar memperoleh keturunan, dapat memlihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab.

18Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (UIN-Malang Press, 2008), h.

39

19Ibid., h. 43-44.

2. Fungsi edukatif

Keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggota keluarganya, di mana orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan ruhaninya.

3. Fungsi religious

Keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran, dan praktek dalam kehidupan sehari-hari.

4. Fungsi protektif

Keluarga menjadi tempat aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal semua pengaruh negatif yang masuk di dalamnya.

5. Fungsi sosialisasi

Keluarga memiliki peran untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal.

6. Fungsi rekreatif

Keluarga sebagai tempat yang dapat memberikan kesejukan dan melepaskan lelah dari seluruh aktifitas masing-masing anggota keluarga.

7. Fungsi ekonomis

Keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimana keluarga memiliki aktifitas mencari nafkah.

Melihat dari ketujuh fungsi di atas begitu besar fungsi keluarga bagi anggotanya. Masing-masing fungsi tentu memiliki sumbangsih terhadap keadaan anggota keluarganya. Namun dari ketujuh fungsi di atas, dalam penelitian ini

penulis akan membatasi pembahasan pada fungsi edukatif, dan protektif saja.

Dimana keluarga dalam fungsi edukatif, harus selalu senantiasa menjalankan perannnya untuk mendidik baik berkaitan dengan pengetahuan agama, ataupun umum. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa fungsi religi dapat dimasukkan ke dalam fungsi edukatif. Sedangkan dalam fungsi protektif, keluarga harus selalu senantiasa memberikan, dan mencurahkan sebagian waktunya untuk mengawasi dan mengamati anggotanya. Itulah pentingnya orang tua sebagai anggota keluarga mengetahui dan dapat melaksanakannya terlebih orang tua merupakan induk dalam keluarga.

B. Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran

Secara sederhana pembelajaran dapat diartikan sebagai aktifitas menyampaikan informasi dari pengajar kepada pelajar. Menurut Azhar bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pemdidik dengan peserta didik.Alat yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan karakteristik peserta didik, dan dipandang sangat efektif untuk menyampaikan informasi, sehingga siswa dapat memahami dengan baik.20Menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2003 pembelajaran adalah:

“Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Pendidik harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan tingkatan peserta didik yang diajari, mata pelajaran yang diampu,

20Azahar, Albert Efendi Pohan, Konsep Pembelajaran Daring, ( Cet- 1; Jawa Tengah: CV Sarni untung, 2020), h. 1

dan ketentuan yang intruksional lainnya.Disamping itu, pendidikan harus menguasai sumber belajar dan media pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.”21

Menurut Sagala, pembelajaran adalah

Membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah.Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar oleh peserta didik.22

2. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring sangat dikenal di kalangan masyarakat dan akademik dengan istilah pembelajaran online ( online learning ).Istilah lain yang sangat umum diketahui adalah pembelajaran jarak jauh ( learning distance ).Pembelajan daring merupakan pembelajaran yang berlangsung di dalam jaringan dimana pengajardan yang diajar tidak bertatap muka secara langsung.

Sedangkan menurut Meidwati, pembelajaran daring learning sendiri dapat dipahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didik dan instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya.Pemebelajaran daring dapat dilakukan dari mana dan kapan saja tergantung pada ketersediaan alat pendukung yang digunakan.23

21Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pembelajaran

22Sagala, op. Cit, h. 2

23Meidwati, op. Cit, h. 2

Pembelajaran dalam jaringan bukan hal yang baru dikenal dan diterapkan di dalam pendidikan pada saat ini,Konsep pembelajaran ini sudah ada sejak mulai bermunculan berbagai jargon berawalan e,seperti e-book, e-learning ,e-laboratory , e-education, e-librar, e-payment ,dan lain sebagainya.Namun pada

pelaksanaannya,tidak semua instansi menggunakan aplikasi tersebut dalam proses pembelajaran.Bukan jumlah institusi yang menggunakan atau menerapkan aplikasi tersebut untuk pembelajaran daring jauh lebih sedikit.

Secara total,pelaksanaan pembelajaran daring di Indonesia bahkan di seluruh negara di dunia dimulai pada tahun 2020.Kondisi ini dipicu oleh permasalahn global berupa penularan wabah corona Virus 2019.Antara efektif dan terpaksa menjadi hakikat dari konsep pembelajaran daring ini.Secara umum, banya permasalahan berdasarkan ketersediaan infrastruktur ditempatkan sebagai masalah utama di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di daerah 3T ( terdepan, terluar ,tertinggal ). Permasalahn yang dimaksud seperti permasalahan ketersediaan listrik dan akses internet pada suatu pendidikan.

Berdasarkan data Dapodik Kemendikbud pada tahun 2020 terdapat 46.272 atau 18% Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah tidak ada akses internet dan 8.281 satuan pendidikan atau 3% belum terpasang listrik.Disamping itu, mengacu kepada hasil survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2020 bahwa terdiri dari 40,2% satuan pendidikan tidak

memberikan bantuan fasilitas kepada guru. Kondisi ini mengakibatkan pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan tidak berjalan sebagaimana mestinya.24

Permasalahan lain yang terjadi adalah permasalahn teknis yang dihadapi oleh kalangan pelajar,tenaga pengajar dan orang tua.Permasalahan yang dialami guru adalah kemampuan menggunakan teknilogi dalam pembelajaran daring.Tidak semua guru menguasai berbagai patform pembelajaran sebagai media utama pembelajaran dalam jaringan ini.Guru-guru tidak unggul dan mahir menggunakan e-learning, Edomodo, Schoolgy, google meet, dan lain sebagainya.Sehingga hal ini menjadi permasalahan utama baik dari proses penyelenggaraan pembelajaran daring maupun hasil pembelajaran daring.

Permasalahan yang dihadapi peserta didik terdiri dari masalah finansial dan juga psikologis.Secara finansial, peserta didik di Indonesia tidak memiliki keadaan ekonomi yang sama baik.Sudah barang tentu hal ini menjadi permasalahan yabg sangat serius.Banyak diantara siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran dalamjaringan karena terkendala materi.Tidak bisa membeli alat belajar online seperti smart phone ataupun laptop sebagai fasilitas utama.Disamping itu, banyak juga siswa yang tidak sanggup membeli kuota internet.

Secara psikologis, siswa mengalami tekanan dalam mengikuti pembelajaran daring ini secara total.Ada banyak hal yang menjadi penyebabnya seperti banyaknya tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan tenggang waktu

24Ibid, h. 4.

yang sangat terbatas.Siswa juga tidak mengerti secara total materi yang diberikan

yang sangat terbatas.Siswa juga tidak mengerti secara total materi yang diberikan

Dokumen terkait