• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: SISTEM PENGAWASAN INTERNAL GAJI DAN UPAH

F. Tujuan Pengawasan Internal Gaji dan Upah

Dari uraian pengertian pengawasan internal di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan internal itu merupakan suatu sistem yang mempunyai tujuan.

Menurut Widjajanto (2001 : 18) tujuan pengawasan internal adalah : 1. Mengamankan aktiva perusahaan,

2. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, 3. Meningkatkan efisiensi,

4. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi jajaran organisasi.

Menurut Mulyadi (2001 : 163) tujuan pengawasan internal adalah : 1. Menjaga kekayaan organisasi,

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, 3. Mendorong efisiensi,

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dilakukannya pengawasan internal adalah :

1. Menajamin keamanan harta perusahaan, dengan mengawasi sistem pembayaran gaji karyawan,

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan dan penelitian yang telah dilakukan pada PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan adalah perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dimana untuk melindungi harta perusahaan dilakukan pencegahan kesalahan-kesalahan administrasi yang tidak disengaja, serta usaha-usaha mencegah kesalahan dalam pengambilan keputusan manajemen.

2. PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan telah melakukan ketepatan data akuntansi yang benar untuk mencerminkan keadaan organisasi yang sebenarnya dan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh manajemen perusahaan.

3. Faktor efisiensi yang sudah dilakukan oleh PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan yang selalu dievaluasi setiap periodenya mengenai

kelemahan-kelemahan dan memberikan perbaikan-perbaikan untuk kelancaran efisiensi tersebut.

4. Perusahaan telah melakukan kegiatan yang berpegang teguh pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sudah dilakukan oleh pihak manajemen.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini sebagai bahan masukan adalah :

1. Sebaiknya selalu menjadi PLTA terbaik dengan menjaga eksistensi dalam menghasilkan listrik guna memenuhi kebutuhan listrik Pabrik Peleburan Aluminium sehingga Produk aluminium semakin bertambah.

2. Sebaiknya pemberian unsur-unsur gaji lebih diperhatikan lagi dan nilainya ditingkatkan agar setiap karyawan yang bekerja semakin semangat dan termotivasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

3. Sebaiknya pengawasan internal gaji harus lebih ditingkatkan serta tetap diterapkan untuk menghindari terjadinya kesalahan atau penyelewengan dalam prosedur pembayaran gaji karyawan.

Bab ini merupakan bab terakhir dalam tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan menyeluruh sesuai dengan topik penelitian dan juga beberapa saran yang relevan dengan kesimpulan.

BAB II

PT. INALUM POWER PLANT PARITOHAN A. Sejarah PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan

Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.

Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundinganperundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanaman Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebuttan Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanaman Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji

Kaisha Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd.

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanaman Modal tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk sebuah nama Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 November 1975.

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan didirikan di Jakarta. Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.

Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil

Pemerintahan yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri

peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen. Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka.

Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh wakil presiden Umar Wirahadikusuma pada tanggal 7 Juni 1983.

Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung. Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. PT Inalum

(Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu sistematika penyusunan kedudukan dalam perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari pembagian tugas serta tanggung jawab dari masing-masing bagian karyawan yang disesuaikan dengan keahliannya.

Struktur organisasi bertujuan untuk mendapatkan suatu sistem kerja sama antar karyawan dengan baik dan berguna bagi perusahaan. Agar mempermudah pengawasan, atasan memberikan pekerjaan yang layak kepada seluruh karyawan sesuai dengan keahlian karyawan.

Adapun struktur organisasi yang terdapat pada PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan adalah terdiri dari : (Dilampirkan)

C. Job Description

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka job description setiap seksi yang ada pada PT. Inalum(Persero) Power Plant Paritohan adalah : (Dilampirkan)

D. Jaringan Usaha

PT Inalum terletak di 4 lokasi yang berbeda, yaitu : a. Kantor Pusat (Head Office) yang bertempat di Jakarta.

c. Kantor Peleburan (Smelting Plant) yang bertempat di Kuala Tanjung, Kec. Sei Suka, Kab. Batu Bara.

d. Kantor Pembangkit Listrik (Power Plant) yang bertempat di Paritohan, Kec. Pintupohan Meranti, Kab. Toba Samosir.

1. Pabrik peleburan

Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum, dibangun di atas areal selua 200 Ha. Peleburan Aluminium PT Inalum di Kuala Tanjung memproses alumina menjadi logam aluminium batangan dengan memakai alumina dan karbon sebagai bahan baku utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Pada Pabrik Peleburan ini, terdapat 3 bagian utama untuk proses produksi, yaitu :

a. Bagian Tungku Reduksi

Bagian Tungku Reduksi terdiri dari 3 unit gedung reduksi yang masing-masing berukuran panjang 648 m, lebar 52 m dan tinggi 29 m. Tungku reduksi atau pot pada ketiga gedung reduksi ini berjumlah 510 buah. Tungku reduksi tipe anoda panggang 175 KA ini beropersi pada suhu 960 C. Setiap tungku reduksi atau pot dapat menghasilkan 1,3 ton metal per hari.

b. Bagian Karbon

Bagian Karbon memproduksi blok anoda karbon yang akan digunakan pada tungku-tungku reduksi dan terdiri dari 3 bagian, yaitu : Bagian Karbon Mentah, Bagian Pemanggang Anoda dan

Bagian Penangkaian. Blok anoda berfungsi sebagai elektroda pada tungku reduksi.

c. Bagian Penuangan Pada bagian ini, aluminium cair dari tungku reduksi ke Bagian Penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, lalu dibentuk menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (± 22,7 kg) dan merupakan poduk akhir PT Inalum yang dipasarkan di dalam dank e luar negeri. Di sini terdapat 10 buah tungku penampung yang masing-masing berkapasitas 30 ton dan 7 unit mesin pencetak ingot.

d. Fasilitas Penunjang Untuk kelancaran operasi, perusahaan juga membangun bengkel di Pabrik Peleburan guna memperbaiki peralatan, mesin-mesin, kendaraan yang rusak dan lain-lain di pabrik peleburan. Pabrik peleburan juga memiliki bangunan kantor seluas 3.300 m2, kantin, rumah ibadah dan lain-lain.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PT Inalum membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air, yang terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang juga dikenal dengan PLTA Asahan II. Kedua stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memakai air Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba ke Selat Malaka. Oleh karena itu, tenaga listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada tinggi permukaan Air

Danau Toba. PLTA di Siguragura dan Tangga masing-masing digerakkan oleh potensi air terjun ini, dengan kapasitas total :

Kapasitas terpasang : 603 MW Output tetap : 426 MW

Output puncak : 513 MW PLTA ini terdiri dari :

a. Bendungan Pengatur (Regulating Dam) Terletak di Siruar ± 14.5 km dari Danau Toba yang berfungsi mengatur kestabilan air keluar dari Danau Toba ke sungai Asahan untuk mensuplai air ke stasiun Pembangkit Listrik secara konstan

b. Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Dam) Terletak di Simorea dan berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk stasiun Pembangkit Listrik Siguragura.

c. Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura (Siguragura Power Station) Berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator masingmasing berkapasitas 71,5 MW dan merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.

d. Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Dam) Berfungsi untuk membendung air yang telah dipakai PLTA Siguragura untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga. Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.

e. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga (Tangga Power Station) Air disalurkan melalui sebuah terowongan bawah tanah yang panjangnya

3.150 m. Bendungan ini memiliki 4 unit generator masingmasing berkapasitas 79,2 MW dan berada di atas permukaan tanah.

f. Jaringan Transmisi (Transmission Line) Tenaga Listrik yan dihasilkan stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga disalurkan melalui Jaringan Transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 kV ke Kuala Tanjung. Melalui Gardu Induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan menjadi 33 kV untuk didistribusikan ke tiga gedng tungku reduksi mempunyai 2 unit penyearah silicon dengan DC 37 KA dan 800 V. Sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dengan batasan maksimal 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan tenaga listrik 275 kV ini disalurkan melalui gardu induk.

E. Kinerja Usaha Terkini

Ruang lingkup perusahaan PT. Inalum (Persero) terdiri dari : 1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Power Plant, Paritohan 2. Pabrik Peleburan Aluminium Smelting Plant, Kuala Tanjung

Kinerja Usaha terkini dari PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan adalah menghasilkan listrik dengan total kapasitas 426 MW dan Output 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan aluminium di Smelting Plant, Kuala Tanjung.

Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan

nama Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air sungai asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka. Tenaga Listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba.

F. Rencana Usaha

Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh PLTA sangat tergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menjaga dan menstabilkan debit air Danau Toba. Upaya tersebut direncanakan dengan pembuatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan atau proses pembentukan es.

TMC yang akan dilakukan oleh PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan bertujuan untuk menambah debit air Danau Toba yang akan dilaksanakan di sekitar Kecamatan Muara, Kota Parapat dan sekitar kawasan Danau Toba lainnya yang termasuk dalam Water Level PLTA PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan.

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah

Pengawasan intern didefinisikan sebagai suatu

olehdan sistem yang dirancang untuk

membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.Pengawasan

intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur mendeteksi berwujud maupun tidak berwujud. Laporan tersebut berfungsi untuk mengendalikan dan mengarahkan, Pemeriksaan terus-menerus dan analisa laporan dan catatan disebut juga Sistem Pengawasan Intern (SPI). Sistem Pengawasan Intern akan menghasilkan laporan yang dikehendaki manajemen, dalam arti yang tegas, system tersebut akan mengamankan sumber-sumber dari pemborosan, kecurangan, dan ketidak efisienan serta meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi.

Sistem Pengawasan Intern dapat dipandang sebagai sistem social yang mempunyai wawasan khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Sistem Pengawasan Intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan- ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.

Pada umumnya suatu perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan industri berusaha untuk menciptakan iklim usaha yang sehat. Hal tersebut merupakan tuntutan setiap perusahaan, terutama di era globalisasi seperti saat ini.

Menyadari pentingnya sumber daya manusia bagi kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan, maka perusahaan harus memberikan perhatian yang khusus pada faktor produksi ini dan sudah sewajarnya pemilik perusahaan memandang manusia lebih dari sekedar asset perusahaan tetapi sebagai mitra dalam perusahaan. Sumber daya manusia khususnya karyawan tidak hanya dipandang sebagai unsur yang memberikan kontribusi kepada perusahaan, tetapi juga memberikan dorongan atau motivasi agar selalu dapat memberikan kontribusi terbaiknya bagi perusahaan.

Untuk mendorong semangat kerja karyawan diperlukan adanya hubungan kerja yang saling menguntungkan, baik bagi pihak perusahaan maupun bagi pihak karyawan. Karyawan memberikan prestasi kerja yang baik bagi perusahaan, sedangkan pihak perusahaan memberikan gaji yang sesuai dengan prestasi dan golongan atau serata kerja yang telah diberikan bagi perusahaan.

Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti . Sistem penggajian sangat rentan dengan kesalahan dan penyelewengan. Catatan penggajian yang tidak lengkap atau salah tidak hanya akan mempersulit pengambilan keputusan, tetapi juga dapat mengakibatkan denda dan penahanan. Oleh karena itu, sistem penggajian harus didesain sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak manajemen.

Sistem tersebut juga harus didasarkan pada informasi-informasi yang tepat dan akurat yang diperoleh dari manajemen perusahaan untuk pengambilan keputusan.Salah satunya yaitu dengan dilakukannya suatu pengawasan internal gaji dan upah yang baik untuk menunjang kelancaran aktifitas perusahaan itu sendiri.

Oleh sebab itu dengan diterapkannya pengawasan internal gaji dan upah yang baik dan efektif sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, pimpinan perusahaan tidak perlu terus – menerus mengawasi aktivitas karyawan secara langsung, tetapi cukup dengan pendelegasian wewenang terhadap bawahannya atau yang sering disebut dengan auditor intern.

Pemrosesan penggajian memerlukan data input dalam jumlah besar, beserta berbagai perhitungan yang kadang-kadang rumit. Sistem penggajian memerlukan pengendalian untuk menjamin agar pembayaran gaji dilakukan secara akurat dan tepat waktu. Jadi, biasanya perusahaan perlu menggunakan suatu sistem yang mencakup prosedur otorisasi dan persetujuan penggajian yang tepat. Jika perusahaan menggunakan mesin penandatangan cek, adalah penting bahwa cek-cek gaji yang masih kosong dan akses ke mesin tersebut dikendalikan secara baik untuk mencegah pencurian atau penyalahgunaan dana penggajian. Selain itu, juga penting untuk mengotorisasi dan menyetujui pemotongan atau penambahan gaji serta perubahan tarif gaji.

Dalam sebuah perusahaan, permasalahan gaji dan upah merupakan hal yang sangat vital, sehingga seringkali menimbulkan kecurangan-kecurangan.

Salah satu contohnya adalah dengan memasukkan nama karyawan fiktif dalam daftar gaji dan upah, potongan gaji maupun pemberian gaji yang tidak sesuai.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mengambil keputusan untuk menyusun Tugas Akhir ini dengan judul “Sistem Pengawasan Internal Gaji dan Upah PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah “Apakah Sistem Pengawasan Internal Gaji dan Upah yang Diterapkan Pada PT. INALUM Power Plant Paritohan dapat:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian internal gaji dan upah pada PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan dalam melaksanakan pengendalian internal gaji dan upah.

b. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, untuk memperoleh pengetahuan mengenai pengendalian internal gaji dan upah.

2. Bagi perusahaan, agar dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan pengendalian internal gaji dan upah.

3. Bagi penulis – penulis lainnya, dapat digunakan sebagai pembanding untuk melakukan penelitian pada waktu yang akan datang.

D. Rencana penulisan

1. Jadwal Survey/Observasi

Berikut ini adalah jadwal penelitian yang dilakukan peneliti dalam penyusunan tugas akhir:

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir

No. Kegiatan April Mei

III IV I II III 1 Pengesahan Penulisan Tugas Akhir

2 Pengajuan Judul 3 Permohonan Izin Riset

4 Penunjukan Dosen Pembimbing 5 Pengumpulan Data

6 Penyusunan Tugas Akhir 7 Bimbingan Tugas Akhir 8 Penyelesaian Tugas Akhir

Secara garis besar pembahasan yang dilakukan dibagi atas empat bab, dimana, setiap babnya dibagai atas beberapa sub bab sesuai dengan pembahasannya. Adapun rencana isi dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, rencana penulisan. Adapun rencana penulisan terdiri dari jadwal survey/observasi dan rencana isi.

Bab II : PT. Inalum Power Plant paritohan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang sejarah PT. Inalum Power Plant Paritohan, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha terkini, rencana usaha.

Bab III : Sistem Pengawasan Internal Gaji dan Upah Pada PT. Inalum Power Plant Paritohan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang pengertian, unsur-unsur, sistem pencatatan dan perhitungan gaji dan upah, prosedur pembayaran gaji dan upah, pengawasan internal gaji dan upah, tujuan pengawasan internal gaji dan upah.

Dokumen terkait