• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persediaan 2.1 Pengertian Persediaan

2.2 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

2.2.2 Tujuan pengendalian persediaan bahan baku

Tujuan diadakan pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan adalah agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Pengendalian yang dimaksud adalah secara kuantitas dan kapan pemesanan bahan baku dilakukan. Menurut Ginting (2007), menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah sebagai berikut.

a. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

b. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set-upmesin). Selain itu, produk memerlukan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.

c. personalia menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak perlu dilakukan.

13

Menurut Assauri (1998), tujuan pengawasan persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk.

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga menyebabkan proses produksi terhenti.

2. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.

3. Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari. 2.2.3 Faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku

Menurut Ahyari (1995), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku. Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan dan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Perkiraan pemakaian

Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan , maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses produksi pada suatu periode . Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang . Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebuat dapat diketahui dari perencanaan produksi perusahaan berikut tingkat persediaan bahan jadi yang dikehendaki oleh manajemen.

2. Harga dari bahan

Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar

14

penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.

3. Biaya-biaya persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku.

4. Pemakaian senyatanya

Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena untuk keperluan proses produksi akan dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengadaaan bahan baku pada periode berikutnya . Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa . Dengan demikian maka dapat disusun perkiraaan bahan baku mendekati pada kenyataan. 5. Model Pembelian bahan

Manajemen perusahaan harus dapat menentukan model pembelian yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi bahan baku yang dibeli. Model pembelian yang optimal atau EOQ.

6. Persediaan bahan pengaman (SS)

Persediaan pengamanan adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out).

15

Selain digunakan untuk menanggulangi terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku. Adanya persediaan bahan baku pengaman ini diharapkan proses produksi tidak terganggu oleh adanya ketidakpastian bahan. Persediaan pengaman ini merupakan sejumlah unit tertentu , dimana jumlah ini akan tetap dipertahankan, walaupun bahan bakunya dapat berganti dengan yang baru.

7. Waktu tunggu

Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (re-order point). Dengan waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

8. Pemesanan kembali (re-order point)

Re-order point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan baku kembali, sehingga datangnya pemesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ. Ketepatan waktu tersebut harus diperhitungkan kembali agak mundur dari waktu tersebut akan menambah biaya pembelian bahan baku atau stock out cost (SOC) , bila terlalu awal akan diperlukan biaya penyimpanan yang lebih atau extra carrying cost (ECC).

16

2.3 EOQ

EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Metode EOQ merupakan salah satu metode dalam manajemen persediaan yang klasik dan sederhana.

Menurut Gitosudarmo (2002), EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pemesanan. Menurut Hansen dan Mowen (2005), EOQ atau kuantitas pemesanan ekonomis adalah sebuah contoh dari sistem persediaan yang bertujuan menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan total biaya. Pembelian bahan baku dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan agar tidak kekurangan bahan baku serta pembelian dan persediaan bahan baku optimal dengan menggunakan EOQ.

Perumusan metode ini sering disebut EOQ Wilson karena metode ini dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal. Grafik EOQ dapat dilihat pada Grafik 2.1.

17

Grafik 2.1 Grafik EOQ menurut Gitosudarmo (2002) Keterangan :

ROP : Re-Order Point

Lt : Waktu tunggu (Lead time) Q : Jumlah persediaan

SS : Persediaan pengaman EOQ : Economic Order Quantity

MI ; Maximum Inventory

Beberapa asumsi perlu diperhatikan apabila ingin melakukan metode EOQ.Asumsi-asumsi EOQ menurut Harahap (1999) dan Indra (2008) sebagai berikut.

1. Harga per unit barang konstan

2. Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan

3. Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan barang yang menyebabkan perhitungan tidak tepat.

EOQ ROP SS SS Lt Lt 0 Tingkat Persediaan Pesanan diterima MI

18

4. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi, dan waktu antara pemesanan barang sampai dengan barang tersebut dikirim dapat diketahui. 2.3.1 Waktu tunggu (Lead Time)

Dalam pengisian bahan baku, terdapat perbedaan waktu antara saat pemesanan bahan baku untuk penggantian sampai dengan bahan baku tersebut sampai. Menurut Assauri (2000), pengertian lead timeadalah waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan.

Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu mempunyai dua macam biaya yaitu

1. Biaya penyimpanan tambahan

Biaya penyimpanan tambahan sering disebut extra carrying cost. Biaya penyimpanan tambahan adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena kedatangan bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang direncanakan.

2. Biaya kekurangan bahan

Biaya kekurangan bahan sering disebut dengan stock out cost. Biaya kekurangan bahan merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan produksinya. Biaya-biaya yang termasuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan contoh dari biaya kekurangan bahan. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan baku, yang berarti proses produksi perusahaan akan

19

terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang diinginkan.

Dokumen terkait