• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

K- Tukar Tanah

Tanaman menyerap ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah. Kadar K-tukar tanah biasanya sekitar 0,5-0,6 % dari total K tanah. K larutan tanah ditambah K-tukar merupakan K yang tersedia dalam tanah. Berdasarkan hasil analisis K-tukar yang dilakukan pada enam sub grup tanah Ultisol diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Hasil Analisis K-Tukar Pada Beberapa Sub Grup Ultisol

Sub Grup Ultisol K-Tukar Kriteria

---me/100g---

Typic Hapludults 0,03 Sangat Rendah

Typic Paleudults 0,09 Sangat Rendah

Psammentic Paleudults 0,03 Sangat Rendah

Typic Plinthudults 0,04 Sangat Rendah

Typic Ochraquults 0,32 Rendah

Typic Paleaquults 0,14 Rendah

Dari hasil analisis K-tukar tanah pada Tabel 9, menunjukkan bahwa pada ke enam sub grup tanah Ultisol memiliki nilai K-tukar berkisar dari 0,03 me/100 g hingga 0,32 me/100 g dengan kriteria sangat rendah hingga rendah. Tanah dengan kriteria tergolong sangat rendah terdapat pada Typic Hapludults, Typic Paleudults, Psammentic Paleudults dan Typic Plinthudults dimana secara berturut- turut sebesar 0,03 me/100 g, 0,09 me/100 g, 0,03 me/100 g, dan 0,04 me/100 g.

Sedangkan kriteria terolong rendah terdapat pada Typic Ochraquults dan Typic Paleaquults.

Rendahnya kandungan K-tukar diduga karena rendahnya mineral yang menjadi sumber K dan karena tingkat pelapukan yang lanjut pada masing-masing sub grup menyebabkan hampir seluruh basa-basa hasil pelapukan tercuci. Menurut Basyuni (2009) bahwa mineral-mineral yang umumnya dianggap sebagai sumber asli dari kalium, diantaranya adalah leusit, biotit, kalium feldspar ortoklas dan mikrolin. Kalium dalam tanah juga ditemukan dalam mineral sekunder atau mineral liat (illit, vermikulit, khlorit). Sumber kalium dalam tanah selain dari pupuk, berasal dari proses desintegrasi dan dekomposisi batuan yang mengandung kalium serta mineral liat. Tetapi sebagian kalium terfiksasi oleh mineral liat sehingga sulit tersedia. Subandiono dkk (2014) menyatakan bahwa rendahnya kandungan basa-basa tukar didalam tanah selain disebabkan faktor bahan induk, tingkat pelapukan lanjut menyebabkan hampir seluruh basa-basa hasil pelapukan tercuci.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa Typic Ochraquults memiliki kandungan K-tukar dengan kriterianya tergolong rendah, tetapi jumlahnya dapat mencapai 3 hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan sub grup Ultisol yang lainnya. Hal ini menandakan bahwa pada Typic Ochraquults memiliki cadangan K yang cukup tinggi di dalam bahan induknya. Adiwiganda dkk (1996) mengatakan bahwa Typic Ochraquults berasal dari bahan induk batuan liat. Sesuai dengan yang ditemukan Suharta dan Prasetyo (2009) mengatakan tanah berbahan induk batuan liat mempunyai kandungan K yang cukup tinggi di dalam tanah.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan suatu koloid untuk mengadsorpsi dan mempertukarkan kation-kation oleh muatan negatif tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) maupun koloid organik (humus), yang dinyatakan dalam miligram dalam 100 gram tanah kering oven. Berdasarkan hasil analisis KTK yang dilakukan pada enam sub grup tanah Ultisol seperti yang tertera pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Hasil Analisis KTK Pada Beberapa Sub Grup Ultisol

Sub Grup Ultisol KTK Kriteria

---me/100g---

Typic Hapludults 10,45 Rendah

Typic Paleudults 16,76 Sedang

Psammentic Paleudults 2,43 Sangat Rendah

Typic Plinthudults 6,24 Rendah

Typic Ochraquults 11,24 Rendah

Typic Paleaquults 15,09 Rendah

Dari hasil analisis KTK tanah pada Tabel 10, menunjukkan bahwa kapasitas tukar kation pada keenam sub grup Ultisol secara umum sangat rendah hingga sedang atau berkisar dari 2,43 me/100 g hingga 16,76 me/100 g. Tanah dengan kriteria tergolong sangat rendah terdapat pada Typic Psammentic Paleudults sebesar 2,43 me/100 g, kriteria tergolong rendah terdapat pada Typic Hapludults, Typic Plinthudults, Typic Ochraquults dan Typic Paleaquults secara berturut-turut yaitu 10,45 me/100 g, 6,24 me/100 g, 11,24 me/100 g, 15,09 me/100 g, sedangkan kriteria tergolong sedang terdapat pada Typic Paleudults sebesar 16,76 me/100 g.

Dari data hasil analisis dapat diketahui bahwa kapasitas tukar kation mempunyai hubungan terhadap C-organik tanah. Pada ke enam sub grup Ultisol, meningkatnya kandungan C-organik tanah berbanding lurus dengan

meningkatnya kapasitas tukar kation tanah, sebaliknya dengan menurun/ rendahnya kandungan C-organik tanah maka kapasitas tukar kation juga akan menurun, meskipun kedua sifat kimia tersebut (C-organik dan KTK tanah) termasuk kedalam kriteria sangat rendah hingga rendah. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prasetyo (2009) bahwa KTK tanah mempunyai hubungan yang erat dengan C-organik. Tanah yang mempunyai nilai KTK yang tinggi disebabkan karena kandungan C-organiknya juga tinggi.

Perbedaan nilai kapasitas tukar kation pada ke enam sub grup Ultisol ditentukan oleh koloid tanah, tanah yang mengandung koloid lebih banyak akan memiliki nilai KTK lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Sumber utama koloid tanah adalah bahan organik dan mineral liat. Jika tanah mempunyai kandungan bahan organik yang banyak maka nilai KTK tanah juga akan meningkat. Sesuai yang dikemukakan Mukhlis dkk (2011) bahwa besarnya KTK suatu tanah ditentukan oleh faktor-faktor berikut yaitu 1) tekstur tanah, tanah bertekstur liat akan memilki nilai KTK lebih besar dibandingkan tanah yang bertekstur pasir. Hal ini karena liat merupakan koloid tanah, 2) kadar bahan organik, oleh karena sebagian bahan organik merupakan humus yang berperan sebagai koloid tanah, maka semakin banyak bahan organik akan semakin besar KTK tanah, 3) jenis mineral liat yang terkandung di tanah, jenis mineral liat sangat menentukan besarnya KTK tanah.

Lebih dominannya fraksi pasir pada Psammentic Paleudults berpengaruh pada nilai KTK. Dimana pada Tabel 10 nilai KTK pada Psammentic Paleudults sangat rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena fraksi pasir mempunyai luas permukaan yang kecil dibandingkan debu dan liat sehingga jumlah koloid liat

dan koloid organik yang dihasilkan sedikit. Hakim dkk (1986) mengatakan bahwa dari berbagai pengamatan ciri tekstur tanah, ternyata KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Makin halus tekstur tanah amkin besar pula jumlah koloid liat dan koloid organiknya, sehingga KTK juga semakin besar. Sebaliknya tekstur kasar seperti pasir atau debu, jumlah koloid liat relatif kecil demikian juga koloid organiknya, sehingga KTK juga relatif lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.

Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa merupakan perbandingan antara jumlah basa yang dapat dipertukarkan dengan kapasitas tukar kation tanah yang dinyatakan dalam persen. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada enam sub grup tanah Ultisol diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Hasil Analisis Kejenuhan Basa Pada Beberapa Sub Grup Ultisol Sub Grup Ultisol Kejenuhan Basa Kriteria

---me/100g---

Typic Hapludults 31,12 Rendah

Typic Paleudults 5,28 Sangat Rendah

Psammentic Paleudults 22,40 Rendah

Typic Plinthudults 10,86 Sangat Rendah

Typic Ochraquults 29,87 Rendah

Typic Paleaquults 17,36 Sangat Rendah

Dari hasil analisis kejenuhan basa pada Tabel 11, menunjukkan bahwa nilai kejenuhan basa pada keenam sub grup umumnya berkisar antara 5,28 me/100 g hingga 31,12 me/100 g dengan kriteria sangat rendah hingga rendah. Tanah dengan kriteria kejenuhan basa tergolong sangat rendah terdapat pada Typic Paleudults, Typic Plinthudults dan Typic Paleaquults secara berturut-turut sebesar 5,28 me/100 g, 10,86 me/100 g, dan 17,36 me/100 g. Sedangkan kriteria tergolong

rendah terdapat pada Typic Hapludults, Psammentic Paleudults, dan Typic Ochraquults secara berturut-turut sebesar 31,12 me/100 g, 22,40 me/100 g, dan 29,87 me/100 g.

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kejenuhan basa pada ke enam sub grup tanah Ultisol < 35 % sehingga kesuburan tanahnya dapat dikatakan rendah. Hal ini seperti yang tertera pada Soil Survey Staff (2014) bahwa salah satu ciri khusus tanah Ultisol yaitu apabila nilai kejenuhan basa < 35 %, karena batas ini merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisol. Menurut Tan (1991) bahwa suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%,

berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 80 dan 50%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50%. Suatu tanah dengan kejenuhan basa sebesar 80% akan melepaskan basa-basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah daripada tanah yang sama dengan kejenuhan basa 50%.

Dokumen terkait