• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Tumbuhan Paku Dominan di Hutan Aek Naul

Jenis tumbuhan paku yang dominan dapat diketahui dari Indeks Nilai Penting (INP). Indeks Nilai Penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, di mana nilai penting itu diperoleh dari hasil penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Hasil perhitungan Indeks Nilai Penting dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Pada ketinggian 1200-1300 m dpl jenis tumbuhan paku yang memiliki INP tertinggi adalah Oleandra pistillaris yaitu sebesar 32,67 % dan terendah adalah

Discranopteris linearis, Lindsaea lucida, dan Phymatopteris triloba, dengan nilai yang sama yaitu 2,10 %. Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa komposisi tumbuhan paku pada ketinggian 1200-1300 m dpl diperoleh 31 jenis dengan jumlah individu sebanyak 577 individu/250m2 .Hal ini menunjukkan bahwa faktor fisik lingkungan berpengaruh terhadap jenis paku ini.

Tabel 4.2. Data Kerapatan, Frekwensi dan Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan Paku pada Lokasi 1 (1200-1300 m dpl) di Hutan Aek Nauli

No. FAMILI NAMA JENIS Jumlah

Ind/250m

K (ind/ m

2 2) KR F FR INP

1 Aspidiaceae Arachniodes hasseltii 17 0,068 2,95% 0,2 3,51% 6,46% 2 Tectaria angulata 43 0,172 7,45% 0,2 3,51% 10,96% 3 Aspleniaceae Asplenium caudatum 11 0,044 1,91% 0,2 3,51% 5,42% 4 Asplenium phyllitidis 4 0,016 0,69% 0,1 1,75% 2,45% 5 Athyriaceae Diplazium velutinum 4 0,016 0,69% 0,2 3,51% 4,20% 6 Blechnaceae Blechnum indicum 7 0,028 1,21% 0,2 3,51% 4,72% 7 Cyatheaceae Cyathea contaminans 9 0,036 1,56% 0,1 1,75% 3,31% 8 Cyathea hymenodes 7 0,028 1,21% 0,3 5,26% 6,48% 9 Davalliacaea Davalia divaricata 4 0,016 0,69% 0,1 1,75% 2,45% 10 Davalia trichomanoides 43 0,172 7,45% 0,3 5,26% 12,72% 11 Humata repens 39 0,156 6,76% 0,4 7,02% 13,78% 12 Gleicheniaceae Dicranopteris linearis 2 0,008 0,35% 0,1 1,75% 2,10% 13 Grammitidaceae Ctenopteris contigua 43 0,172 7,45% 0,3 5,26% 12,72% 14 Lindsaeaceae Lindsaea lucida 2 0,008 0,35% 0,1 1,75% 2,10% 15 Lomariopsidaceae Elaphoglossum callifolium 7 0,028 1,21% 0,2 3,51% 4,72% 16 Elaphoglossum robinsonii 19 0,076 3,29% 0,2 3,51% 6,80% 17 Lycopodiaceae Lycopodium complanatum 3 0,012 0,52% 0,1 1,75% 2,27% 18 Marattiaceae Angipteris angustifolia 3 0,012 0,52% 0,1 1,75% 2,27% 19 Nephrolepidacea Nephrolepis radicans 54 0,216 9,36% 0,2 3,51% 12,87% 20 Olandraceae Oleandra pistillaris 148 0,592 25,65% 0,4 7,02% 32,67% 21 Polypodiaceae Aglaomorpha Heraclea 5 0,02 0,87% 0,2 3,51% 4,38% 22 Belvisia revolute 5 0,02 0,87% 0,2 3,51% 4,38% 23 Crypsinopsis subfasciatus 22 0,088 3,81% 0,1 1,75% 5,57% 24 Crypsinus wrayi 10 0,04 1,73% 0,1 1,75% 3,49% 25 Goniophlebium verrucosum 6 0,024 1,04% 0,1 1,75% 2,79% 26 Lepisorus longifolius 6 0,024 1,04% 0,2 3,51% 4,55% 27 Phymatopteris triloba 2 0,008 0,35% 0,1 1,75% 2,10%

28 Thelypteridaceae Pneumatopteris callosa 8 0,032 1,39% 0,1 1,75% 3,14% 29 Pronephrium triphyllum 10 0,04 1,73% 0,2 3,51% 5,24% 30 Pseudophegopteris paludosa 11 0,044 1,91% 0,2 3,51% 5,42% 31 Vittariaceae Vittaria ensiformis 23 0,092 3,99% 0,2 3,51% 7,49% 577 2,308 100,00% 5,7 100,00% 200,00%

Menurut Ewusie (1990), bahwa cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting. Selanjutnya Setiadi (1989) dalam Sofyan (1991), menyatakan jenis tumbuhan yang mempunyai Indeks Nilai Penting tertinggi di antara vegetasi sesamanya disebut jenis yang dominan. Hal ini mencerminkan tingginya kemampuan jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dan dapat bersaing terhadap jenis lainnya. Selanjutnya Odum (1996), menjelaskan bahwa umumnya jenis yang dominan adalah jenis-jenis di dalam suatu komunitas dengan produktivitas yang besar dan sebagian besar mengendalikan arus energi.

Menurut Sastrapraja dan Afriastini (1979), umumnya di daerah pegunungan tumbuhan paku akan banyak dijumpai dari pada daerah dataran rendah. Namun ada beberapa jenis dari paku-pakuan yang memiliki penyebaran yang sempit. Selanjutnya Krebs (1985), kelembaban tanah mempengaruhi penyebaran geografi pada sebagian besar pohon pada hutan pegunungan dan mempengaruhi kandungan/ketersediaan air tanah di mana hubungan dengan suhu dapat mempengaruhi keseimbangan air tumbuhan. Tingginya nilai frekwensi relatif menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing-masing lokasi.

Komposisi tumbuhan paku tertinggi pada ketinggian 1200-1300 m dpl adalah

Oleandra pistillaris dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 25,65%. Nilai komposisi tumbuhan paku terendah terdapat pada jenis Discranopteris linearis, Lindsaea lucida, dan Phymatopteris triloba dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) yang sama yaitu 0,35 %.

Tabel 4.3. Data Kerapatan, Frekwensi dan Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan Paku pada Lokasi 2 (1300-1400 m dpl) di Hutan Aek Nauli

INP tertinggi tumbuhan paku ketinggian 1300-1400 m dpl terdapat pada jenis

Tecataria angulata, yaitu 27,29 % dan yang terendah pada jenis Phymatosorus

longissima, yaitu 2,17 %. Tingginya Indeks Nilai Penting pada jenis paku disebabkan oleh rendahnya keberadaan jenis paku yang lain dan tingginya kerapatan relatif jenis

Tecataria angulata, juga karena faktor abiotik lingkungan yang mendukung untuk No

. FAMILI NAMA JENIS

Jumlah Ind/250m

K (ind/ m

2 2) KR F FR INP

1 Aspidiaceae Heteregonium wignanii 34 0,136 5,76% 0,3 6,00% 11,76% 2 Tectaria melanocaula 5 0,02 0,85% 0,1 2,00% 2,85% 3 Aspleniacea Asplenium nidus 6 0,024 1,02% 0,2 4,00% 5,02% 4 Asplenium phyllitidis 17 0,068 2,88% 0,3 6,00% 8,88% 5 Asplenium pellucidum 20 0,08 3,39% 0,2 4,00% 7,39% 6 Asplenium phyllitidis 10 0,04 1,69% 0,2 4,00% 5,69% 7 Asplenium sp 3 0,012 0,51% 0,1 2,00% 2,51% 8 Athyriaceae Athyrium dilatatum 21 0,084 3,56% 0,5 10,00% 13,56%

9 Tectaria angulata 102 0,408 17,29% 0,5 10,00% 27,29%

10 Blechanceae Blechnum indicum 10 0,04 1,69% 0,2 4,00% 5,69% 11 Brainea insignis 50 0,2 8,47% 0,2 4,00% 12,47% 12 Cyatheaceae Cyathea contaminans 31 0,124 5,25% 0,3 6,00% 11,25% 13 Davalliaceae Davalia trichomanoides 35 0,14 5,93% 0,2 4,00% 9,93% 14 Gleicheniaceae Gleichenia linearis 35 0,14 5,93% 0,2 4,00% 9,93% 15 Gleichenia longissima 50 0,2 8,47% 0,2 4,00% 12,47% 16 Lindsaeaceae Lindsaea lucida 5 0,02 0,85% 0,1 2,00% 2,85% 17 Lomariopsidaceae Elaphoglossum callifolium 2 0,008 0,34% 0,1 2,00% 2,34% 18 Elaphoglossum robinsonii 15 0,06 2,54% 0,3 6,00% 8,54% 19 Nephrolepidaceae Nephrolepis dicksonoides 24 0,096 4,07% 0,1 2,00% 6,07% 20 Oleandraceae Oleandra pistillaris 22 0,088 3,73% 0,2 4,00% 7,73% 21 Polypodiaceae Aglaomorpha Heraclea 3 0,012 0,51% 0,1 2,00% 2,51%

22 Phymatosorus longissima 1 0,004 0,17% 0,1 2,00% 2,17%

23 Pyrrosia foccigera 85 0,34 14,41% 0,2 4,00% 18,41% 24 Selaginellaceae Selaginela ornate 4 0,016 0,68% 0,1 2,00% 2,68% 590 2,36 100,00% 5 100,00% 200,00%

tumbuh, dimana suhu 22,33 0C , intensitas cahaya 530 lux dan kelembaban 75,67 % (Tabel 4.3).

Tingginya jumlah jenis paku-pakuan pada lokasi II kemungkinan disebabkan karena faktor lingkungan (faktor fisik) yang sesuai untuk kehidupan berbagai jenis paku. Pada lokasi II naungan pohon masih banyak , sehingga kelembaban udara lebih tinggi dan paku-pakuan cenderung hidup pada naungan pohon.

Komposisi tumbuhan paku pada ketinggian 1300-1400 m dpl diperoleh 24 jenis dengan jumlah individu sebanyak 590 individu/250m2. Komposisi tumbuhan paku tertinggi adalah Tectaria angulata dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 17,29 %. Nilai komposisi tumbuhan paku terendah terdapat pada jenis Phymatosorus longissima dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 0,17 % (Tabel 4.3). Tinggi rendahnya nilai KR dari jenis di atas menunjukkan keadaan lingkungan yang berubah, meliputi penurunan suhu, kelembaban yang tinggi, dan tanah yang miskin nutrisi seiring laju penambahan ketinggian tempat dan daya tumbuh dan penyebaran biji tidak efektif. Menurut Suseno & Riswan dalam Sofyan (1991), kerapatan tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta tersedianya biji.

Pada lokasi II nilai FR tertinggi terdapat pada Athyrium dilatatum dan

Tectaria angulata yaitu 10,00 %. Tingginya nilai ini menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada lokasi ini. Jenis-jenis tersebut mampu bertahan hidup dan berkembang dengan baik serta memiliki penyebaran yang luas. Loveles (1989), menyatakan bahwa sebahagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung berkembang luas.

Nilai FR terendah terdapat pada Aglaomorpha Heraclea, Asplenium sp, Elaphoglossum callifolium, Lindsaea lucida, Nephrolepis dicksonoides, Phymatosorus longissima, Selaginela ornate, Tectaria melanocaula yaitu 2,00 %. Nilai FR yang rendah menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai jumlah yang paling sedikit. Ini juga diduga karena faktor lingkungan yang kurang cocok dengan syarat tumbuh pada tumbuhan itu.

Nilai INP tertinggi tumbuhan paku pada lokasi III yaitu pada ketinggian 1400- 1500 m dpl terdapat pada jenis Crypsinopsis subfasciatus, yaitu 28,77 %, dan yang terendah pada jenis Cyathea contaminans yaitu 2,47 % (Tabel 4.4 ). Menurut Indriyanto (2006), keberhasilan jenis-jenis ini untuk tumbuh dan bertambah banyak tidak lepas dari daya mempertahankan diri pada kondisi lingkungan. Dan juga jenis-jenis yang lain yang memiliki nilai tertinggi merupakan kelompok jenis yang mempunyai frekuensi dan kerapatan yang tinggi pada ketinggian atau lokasi tersebut.

Komposisi tumbuhan paku pada ketinggian 1400-1500 m dpl diperoleh 29 jenis dengan jumlah individu sebanyak 804 individu/250m2. Komposisi tumbuhan paku tertinggi adalah Crypsinopsis subfasciatus dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 17,66 %. Nilai komposisi tumbuhan paku terendah terdapat pada jenis

Cyathea contaminans dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 0,25 %. (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 . Data Kerapatan, Frekwensi dan Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan Paku pada Lokasi 3 (1400-1500 m dpl) di Hutan Aek Nauli

No FAMILI NAMA JENIS

Jumlah Ind/250m

K (ind/ m

2 2) KR F FR INP

1 Aspleniaceae Asplenium caudatum 45 0,18 5,60% 0,1 2,22% 7,82% 2 Asplenium phyllitidis 23 0,092 2,86% 0,3 6,67% 9,53% 3 Asplenium sp. 5 0,02 0,62% 0,1 2,22% 2,84% 4 Athyriaceae Diplazium sp. 4 0,016 0,50% 0,1 2,22% 2,72% 5 Diplazium velutinum 12 0,048 1,49% 0,1 2,22% 3,71% 6 Blechnaceae Brainea insignis 6 0,024 0,75% 0,1 2,22% 2,97% 7 Cyatheaceae Cyathea contaminans 2 0,008 0,25% 0,1 2,22% 2,47%

8 Davalliaceae Davalia trichomanoides 12 0,048 1,49% 0,1 2,22% 3,71% 9 Humata pectinata 41 0,164 5,10% 0,1 2,22% 7,32% 10 Gleicheniaceae Dicranopteris linearis 34 0,136 4,23% 0,1 2,22% 6,45% 11 Gleichenia longissima 12 0,048 1,49% 0,1 2,22% 3,71% 12 Hypolepidaceae Histiopteris incise 36 0,144 4,48% 0,1 2,22% 6,70% 13 Pteridium aquilinum 13 0,052 1,62% 0,2 4,44% 6,06% 14 Lindsaeaceae Lindsaea lucida 23 0,092 2,86% 0,1 2,22% 5,08% 15 Sphenomeris chinensis 115 0,46 14,30% 0,1 2,22% 16,53% 16 Lomariopsidaceae Elaphoglossum callifolium 5 0,02 0,62% 0,2 4,44% 5,07% 17 Lycopodiaceae Lycopodium cernuum 3 0,012 0,37% 0,1 2,22% 2,60% 18 Nephrolepidaceae Nephrolepis dicksonoides 41 0,164 5,10% 0,2 4,44% 9,54% 19 Nephrolepis radicans 28 0,112 3,48% 0,2 4,44% 7,93% 20 Oleandraceae Oleandra pistillaris 12 0,048 1,49% 0,2 4,44% 5,94% 21 Polypodiaceae Aglaomorpha Heraclea 21 0,084 2,61% 0,1 2,22% 4,83% 22 Crypsinopsis subfasciatus 142 0,568 17,66% 0,5 11,11% 28,77% 23 Dipteris conjugate 55 0,22 6,84% 0,1 2,22% 9,06% 24 Lepisorus longifolius 13 0,052 1,62% 0,3 6,67% 8,28% 25 Phymatopteris triloba 26 0,104 3,23% 0,2 4,44% 7,68% 26 Pyrrosia foccigera 45 0,18 5,60% 0,2 4,44% 10,04% 27 Selliguea lima 8 0,032 1,00% 0,1 2,22% 3,22% 28 Thelypteridaceae Pronephrium triphyllum 12 0,048 1,49% 0,2 4,44% 5,94% 29 Vittariaceae Antrophyum semicostatum 10 0,04 1,24% 0,1 2,22% 3,47% 804 3,216 100,00% 4,5 100,00% 200,00%

Pada lokasi III jumlah nilai FR tertinggi terdapat pada Crypsinopsis subfasciat, yaitu 11,11 % dan FR yang paling rendah terdapat pada Aglaomorpha

Heraclea, Antrophyum semicostatum, Asplenium caudatum, Asplenium sp., Brainea insignis, Cyathea contaminans, Davalia trichomanoides, Dicranopteris linearis, Diplazium sp., Diplazium velutinum, Dipteris conjugate, Gleichenia longissima, Histiopteris incise, Humata pectinata, Lindsaea lucida, Lycopodium cernuum,

Selliguea lima, Sphenomeris chinensis yaitu dengan nilai 2,22 %. Hal ini

menunjukkaan bahwa Crypsinopsis subfasciatus tersebar merata pada lokasi III, sedangkan jenis yang memiliki niai FR terendah tidak tersebar merata.

Tabel 4.5. Data Kerapatan, Frekwensi dan Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan Paku pada Lokasi 4 (1500-1600 m dpl) di Hutan Aek Nauli

INP tertinggi tumbuhan paku ketinggian 1500-1600 m dpl terdapat pada jenis

Pteridium aquilinium, yaitu 28,41 % dan yang terendah pada jenis Nephrolepis

No. FAMILI NAMA JENIS Jumlah

Ind/250 m

K ( ind/ m

2 2) KR F FR INP

1 Cyatheaceae Cyathea glabra 21 0,084 1,97% 0,1 2,22% 4,20% 2 Davalliaceae Humata pectinata 76 0,304 7,14% 0,6 13,33% 20,48% 3 Humata repens 37 0,148 3,48% 0,1 2,22% 5,70% 4 Gleicheniaceae Dicranopteris linearis 68 0,272 6,39% 0,4 8,89% 15,28% 5 Gleichenia linearis 19 0,076 1,79% 0,1 2,22% 4,01% 6 Gleichenia longissima 86 0,344 8,08% 0,4 8,89% 16,97% 7 Gleichenia truncate 86 0,344 8,08% 0,2 4,44% 12,53% 8 Hypolepidaceae Pteridium aquilinum 255 1,02 23,97% 0,2 4,44% 28,41%

9 Lindsaeaceae Sphenomeris chinensis 11 0,044 1,03% 0,1 2,22% 3,26% 10 Lomariopsidaceae Elaphoglossum callifolium 24 0,096 2,26% 0,2 4,44% 6,70% 11 Lycopodiaceae Lycopodium cernuum 139 0,556 13,06% 0,2 4,44% 17,51% 12 Marattiaceae Angiopteris evecta 10 0,04 0,94% 0,1 2,22% 3,16% 13 Nephrolepidaceae Nephrolepis radicans 4 0,016 0,38% 0,1 2,22% 2,60%

14 Oleandraceae Oleandra pistillaris 26 0,104 2,44% 0,2 4,44% 6,89% 15 Polypodiaceae Crypsinopsis subfasciatus 16 0,064 1,50% 0,3 6,67% 8,17% 16 Dipteris conjugate 38 0,152 3,57% 0,1 2,22% 5,79% 17 Lepisorus longifolius 21 0,084 1,97% 0,1 2,22% 4,20% 18 Phymatopteris triloba 43 0,172 4,04% 0,4 8,89% 12,93% 19 Thelypteridaceae Pronephrium triphyllum 73 0,292 6,86% 0,5 11,11% 17,97% 20 Vittariaceae Vittaria ensiformis 11 0,044 1,03% 0,1 2,22% 3,26%

radicans, yaitu 2,60 % (Tabel 4.5). Komposisi tumbuhan paku pada ketinggian 1500-1600 m dpl diperoleh 20 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1064 individu/250m2. Komposisi tumbuhan paku tertinggi adalah Pteridium aquilinium

dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 23,97 %. Nilai komposisi tumbuhan paku terendah terdapat pada jenis Nephrolepis radicans dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 0,38 % (Tabel 4.5).

Pada lokasi IV jumlah nilai FR tertinggi terdapat pada Humata pectinata,

yaitu dengan nilain FR 13,33% dan nilai FR yang paling rendah terdapat pada

Angiopteris evecta, Cyathea glabra, Dipteris conjugate, Gleichenia linearis, Humata repens, Lepisorus longifolius, Nephrolepis radicans, Sphenomeris chinensis, Vittaria

ensiformis, yaitu dengan nilai FR sebesar 2,22 %. Hal ini menunjukkan bahwa

Humata pectinata tersebar merata pada lokasi IV, sedangkan jenis yang memiliki niai FR terendah tidak tersebar merata.

INP tertinggi tumbuhan paku ketinggian 1600-1700 m dpl terdapat pada jenis

Gleichenia longisima, yaitu 32,19 % dan yang terendah pada jenis Elaphoglossum

callifolium, yaitu 2,20 % (Tabel 4.6). Menurut Indrawan (1978), bahwa tumbuh-

tumbuhan yang mempunyai adaptasi tinggilah yang bisa hidup sukses di suatu daerah. Selain itu juga dipengaruhi oleh pertumbuhan dari bibit atau kecambah dari suatu jenis. Selanjutnya Resosoedarmo et al. (1989), juga menyatakan bahwa dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada batas yang nyata antara keduanya, sebab keduanya dapat saja beroperasi secara bersamaan atau saling mempengaruhi, misalnya saja kondisi tanah, topografi, elevasi dan iklim.

Tabel 4.6. Data Kerapatan, Frekwensi dan Indeks Nilai Penting Jenis Tumbuhan Paku pada Lokasi 5 (1600-1700 m dpl) di Hutan Aek Nauli

Komposisi tumbuhan paku pada ketinggian 1600-1700 m dpl diperoleh 20 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1094 individu/250m2. Komposisi tumbuhan paku tertinggi adalah Gleichenia longisima dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 24,50 %. Nilai komposisi tumbuhan paku terendah terdapat pada jenis

Elaphoglossuam callifolium dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 0,27 %

(Tabel 4.6). Tinggi rendahnya nilai KR pada jenis-jenis tersebut di atas menunjukkan keadaan lingkungan yang berubah, meliputi suhu rata-rata 19,5 0C, kelembaban yang tinggi rata-rata 94,3 %, dan intensitas cahaya rata-rata 426,6 Lux.

N

o. FAMILI NAMA JENIS

Jumlah Ind/250 m

K ( ind/ m

2 2) KR F FR INP

1 Aspleniaceae Asplenium nidus 5 0,02 0,46% 0,2 3,85% 4,30% 2 Asplenium subnormal 5 0,02 0,46% 0,1 1,92% 2,38% 3 Athyriaceae Diplazium velutinum 7 0,028 0,64% 0,1 1,92% 2,56% 4 Blechnaceae Blechnum indicum 12 0,048 1,10% 0,3 5,77% 6,87% 5 Cyatheaceae Cyathea glabra 6 0,024 0,55% 0,3 5,77% 6,32% 6 Cyathea hymenodes 5 0,02 0,46% 0,2 3,85% 4,30% 7 Davalliaceae Humata pectinata 23 0,092 2,10% 0,2 3,85% 5,95% 8 Gleicheniaceae Dicranopteris linearis 73 0,292 6,67% 0,4 7,69% 14,37%

9 Gleichenia longissima 268 1,072 24,50% 0,4 7,69% 32,19%

10 Lindsaeaceae Lindsaea bonillodii 23 0,092 2,10% 0,2 3,85% 5,95% 11 Lomariopsidaceae Elaphoglossum callifolium 3 0,012 0,27% 0,1 1,92% 2,20%

12 Elaphoglossum robinsonii 86 0,344 7,86% 0,6 11,54% 19,40%

13 Lycopodiaceae Lycopodium cernuum 235 0,94 21,48% 0,3 5,77% 27,25% 14 Oleandraceae Oleandra pistillaris 5 0,02 0,46% 0,1 1,92% 2,38% 15 Polypodiaceae Cheiropleuria bicuspida 4 0,016 0,37% 0,1 1,92% 2,29% 16 Phymatopteris triloba 60 0,24 5,48% 0,3 5,77% 11,25% 17 Selliguea lima 75 0,3 6,86% 0,4 7,69% 14,55% 18 Selaginellaceae Selaginella ornate 129 0,516 11,79% 0,4 7,69% 19,48% 19 Thelypteridaceae Pronephrium triphyllum 67 0,268 6,12% 0,3 5,77% 11,89% 20 Vittariaceae Antrophyum callifolium 3 0,012 0,27% 0,2 3,85% 4,12%

Pada lokasi V jumlah nilai FR tertinggi terdapat pada Elaphoglossum

robinsonii yaitu sebesar 11,54 %, sedangkan nilai FR terendah terdapat pada

Asplenium subnormal, Cheiropleuria bicuspida, Diplazium velutinum, Elaphoglossum callifolium, Oleandra pistillaris, yaitu dengan nilai FR sebesar 1,92%. Hal ini menunjukkaan bahwa Elaphoglossum robinsonii tersebar merata pada

Dokumen terkait