• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Turnover Intention

a. Definisi Turnover Intention

Turnover intention pada dasarnya adalah sama dengan keinginan berpindah karyawan ke tempat kerja yang lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa turnover adalah kenginan untuk berpindah, belum terealisasikan yaitu melakukan perpindahan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari organisasi adalah suatu fenomena penting dalam kehidupan organisasi maupun perusahaan. Adakalanya pergantian karyawan berdampak positif. Namun sebagian besar

33

pergantian karyawan membawa dampak atau pengaruh yang kurang baik terhadap perusahaan, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang.

Turnover mengarah pada kenyataan akhir yang dihadapi organisasi berupa jumlah karyawan yang meninggalkan organisasi pada periode tertentu, sedangkan turnover intention mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan hubungan dengan organisasi yang belum diwujudkan dalam tindakan pasti meninggalkan organisasi. Turnover dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit organisasi, pemberhentian atau kematian anggota organisasi.

Menurut Pasewark dan Strawser (1996) dalam Sandi (2014), menjelaskan bahwa turnover intention mengacu pada niat seseorang untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata.

Menurut Mobley (2011), mengemukakan beberapa hal yang perlu dipahami untuk menemukan definsi umum turnover, antara lain:

1) Turnover berfokus pada karyawan, dalam arti mereka yang menerima upah dari organisasi suatu kondisi yang menunjukkan keanggotaan dari organisasi sebagai suatu kondisi yang menunjukkan keanggotaan karyawan dalam organisasi. 2) Turnover berfokus pada penghentian atau pemisahan diri

34

3) Definisi umum turnover dapat dipakai untuk berbagai tipe organisasi dan pada berbagai macam tipe hubungan karyawan – organisasi.

Jadi dari beberapa definisi tersebut data disimpulkan bahwa turnover sebagai berhentinya karyawan sebagai anggota dari suatu organisasi baik itu atas kemauan sendiri ataupun keputusan dari organisasi tempat karyawan tersebut bekerja.

Menurut Suwandi dan Indrantoro (1999) dalam Sandi (2014), turnover intentions diindikasikan sebagai sikap individu yang mengacu pada hasil evaluasi mengenai kelangsungan hubungannya dengan organisasi dimana dirinya bekerja dan belum terwujud dalam bentuk tindakan pasti.

Menurut Lekatompessy (2003) dalam Sandi (2014), turnover lebih mengarah pada kenyataan akhir yang dihadapi organisasi berupa jumlaah karyawan yang meninggalkan organisasi.

Menurut Mobley (2011), keinginan untuk keluar dari organisasi merupakan predictor dominan yang bersifat positif terhadap terjadinya turnover. Keinginan berpindah mengacu pada hasil evaluasi individu mengenai kelanjutan hubungannya dengan organisasi dan belum ditunjukkan tindakan pasti meninggalkan organisasi.

Menurut Zeffane (1994) dalam Sari (2014), intensi adalah niat atau keinginan yang timbul pada individu untuk melakukan sesuatu. Sementara turnover adalah berhentinya atau penarikan diri seseorang

35

karyawan dari tempat bekerja. Dengan demikian, turnover intention (intensi keluar) adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya.

Menurut Mobley (2011), turnover intention diartikan sebagai kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela atau pindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain menurut pilihannya sendiri.

Masalah Turnover intention merupakan masalah umum yang sering dihadapi oleh perusahaan. Turnover intention cenderung didefinisikan secara sukarela menurut pilihannya. Menurut Tett and Meyer (1993) dalam Waspodo, dkk (2013), mendefinisikan bahwa “turnover intention refert to a conscious and deliberate willingness to leave organizational”. Diartikan secara bebas bahwa keinginan berpindah mengacu pada keinginan yang secara sadar dan disengaja untuk meninggalkan organisasi.

Menurut Simamora (2007), menyebutkan Turnover Intentions merupakan perpindahan (movement) melewati batas keanggotan dari sebuah organisasi. perpindahan kerja dalam hal ini adalah perpindahan secara sukarela yang dapat dihindarkan (avoidable voluntary turnover) dan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan (unvoidable voluntary turnover).

36

Menurut Ferry (2007) dalam Sanjoko (2015), intensi turnover sebagai kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya sendiri.

Menurut Abelson (1987) dalam Sanjoko (2015), turnover intention karyawan sebagai suatu keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain. Tindakan penarikan diri terdiri atas beberapa komponen yang secara simultan muncul dalam individu berupa adanya pikiran untuk keluar, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, mengevaluasi kemungkinan untuk menemukan pekerjaan yang layak di tempat lain, dan adanya keinginan untuk meniggalkan organisasi.

Menurut Suwandi dan Indriantoro (1999) dalam Sanjoko (2015), turnover intention karyawan mencerminkan keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan.

Menurut Cotton and Tuttle (1986) dalam Sanjoko (2015), keinginan berpindah mengacu pada probabilitas dirasakan individu tinggal atau meninggalkan organisasi yang mempekerjakan.

Menurut Pasewark dan Strawser (1996) dalam Sanjoko (2015), mendefinisikan keinginan berpindah kerja mengacu pada keinginan karyawan untuk mencari alternatifpekerjaan lain yang belum diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata.

37

Indikator Turnover Intention menurut Chen dan Francesco (2000) dalam Dwiningtyas (2015), yang meliputi:

1)Pikiran untuk keluar

Ide seseorang untuk keluar dari perusahaan yang disebabkan oleh berbagai faktor.

2)Keinginan untuk mencari lowongan

Mencerminkan individu berkeinginan untuk mencari pekerjaan pada organisasi lain.

3)Adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan mendatang.

Keinginan karyawan untuk mencoba berpisah ke organisasi lain.

c. Faktor-faktor yang Menyebabkan Turnover Intention

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya turnover karyawan saling berkaitan satu sama lain. Diantara faktor-fakttor tersebut akan dibahas antara lain adalah:

a) Usia

Menurut Maier (1971) dalam Sanjoko (2015), pekerja muda mempunyai tingkat turnover yang lebih tinggi dari pada pekerja yang lebih tua. Menurut Gilmer (1996) dalam Sanjoko (2015), berpendapat bahwa tingkat turnover yang lebih tinggi pada karyawan berusia muda disebabkan karena masih memiliki keinginan untuk mencoba-coba pekerjaan atau organisasi kerja

38

serta ingin mendapatkan keyakinan diri lebih besar melalui cara-cara tersebut.

b) Lama Kerja

Menurut Parson et. all, (1985) dalam Sanjoko (2015), turnover lebih banyak terjadi pada karyawan dengan masa kerja lebih singkat. Hasil penelitian yang pernaha dilakukan menunjukkan adanya korelasi negatif antara massa kerja dengan turnover, yang berarti semakin rendah kecenderungan turnover karyawan.

c) Tingkat pendidikan dan inteligensi

Menurut Mowdey et. al, (1982) dalam Sanjoko (2015), berpendapat bahwa tingkat pendidikan berpengaruh pada dorongan untuk melakukan turnover. Dikatakan bahwa mereka mempunyai intelegensia tidak selalu tinggi akan memandang tugas-tugas yang sulit sebagai tekanan dan sumber kecemasan. Mereka mudah merasa gelisah akan tanggung jawab yang diberikan padanya dan merasa tidak aman. Sebaliknya mereka mempunyai tingkat intelegensia yang lebih tinggi akan merasa cepat bosan dengan pekerjaan-pekerjaan yang monoton. Mereka akan lebih berani dan mencari pekerjaan baru daripada mereka yang pendidikannya terbatas.

39

Menurut Mowday et.all. (1982) dalam Sanjoko (2015), pekerja yang mempunyai rasa keikatan yang kuat terhadap perusahaan tempat mereka bekerja berarti mempunyai dan membentuk perasaan memiliki (sense of belonging), rasa aman, efikasi, tujuan dan arti hidup, serta gambaran diri yang postif.

e) Kepuasan kerja

Menurut Wexley dan Yukl (2003) dalam Sanjoko (2015), mengatakan bahwa semakin banyak aspek-aspek atau nilai-nilai dalam perusahaan sesuai dengan dirinya semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.

f) Budaya perusahaan

Menurut Tani (1990) dalam Sanjoko (2015), budaya perusahaan merupakan suatu kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, pembicaraan maupn tindakan manusia yang bekerja di dalam perusahaan.

d. Dampak Turnover Intention

Turnover intention pada karyawan dapat berdampak pada organisasi ketika berujung pada keputusan karyawan untuk benar-benar meninggalkan organisasi (turnover), karena keinginan untuk keluar tersebut berasal dari individu karyawan sendiri dan bukan merupakan keinginan organisasi atau perusahaan.

Menurut Manurung dan Ratnawati (2013) dalam Dwinigtyas (2015), disebutkan beberapa dampak negatif yang akan terjadi pada

40

organisasi akibat pergantian karyawan, seperti : meningkatnya potensi biaya perusahaan, masalah prestasi, masalah pola komunikasi dan sosial, merosotnya semangat kerja, strategi-strategi pengendalian yang kaku, hilangnya biaya-biaya peluang strategic.

Menurut Dharma (2013) dalam Dwinigtyas (2015), menyebutkan dampak turnover bagi perusahaan adalah :

1)Biaya penarikan karyawan

Menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi karyawan, penarikan dan memepelajari.

2)Biaya latihan

Menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan karyawan yang dilatih.

3)Apa yang dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan baru tersebut.

4)Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.

5)Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. 6)Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya. 7)Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru.

8)Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan penyerahan.

Dokumen terkait