• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

A. Fungsi TTD Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatic, seperti yang dikemukakan dalam criteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

G. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan 2 pihak, yaitu P dan MT, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Jadi interaksi yang berlangsung antara P dan MT di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya merupakan sebuah peristiwa tutur. Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur harus memenuhi syarat delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertama dari komponen tersebut dirangkaikan akan membentuk akronim SPEAKING (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Kedelapan komponen tersebut adalah:

1. Setting and scene

Setting and scene berkenaan dengan waktu dan tempat berlangsung,

commit to user

psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturnya berbeda dapat menyebabkan penggunaan varisai bahasa yang berbeda pula.

2. Participants

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar.

3. Ends

Ends yaitu maksud dan hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur yang terjadi

pasti mengandung maksud baik dari P maupun MT. 4. Act

Act yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Bentuk pesan mencakup bagaimana topic itu dituturkan, sedangkan isi percakapan berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan oleh P.

5. Key

Key yaitu menunjuk pada cara / semangat (nada/jiwa) dalam melaksanakan percakapan. Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan tidak resmi, dan lain sebagainya.

6. Instrumentalities

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

telegraf, telefon, surat, dan sebagainya. Percakapan secara lisan dapat seperti berbicara, menyanyi, bersiul, dan sebagainya.

7. Norms

Norms yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan. Yang

termasuk di dalamnya adalah semua kaidah yang mengatur pertuturan yang bersifat imperatif (memerintah). Misalnya bagaimana cara berinteraksi, bertanya, berbicara dengan sopan, dan lain sebagainya.

8. Genres

Genres yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang

digunakan. Misalnya penyampaiannya berupa puisi, narasi, do’a, dan sebagainya. Ragam bahasa yang digunakan juga termasuk dalam genres,

misalnya ragamngokodankramadalam bahasa Jawa.

H. UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

1. Sejarah Singkat Berdirinya UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap

Pada awalnya Kantor Dinas P & K hanya terdapat di wilayah propinsi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 1951 tentang pelaksanaan penyerahan sebagian daripada urusan pemerintah pusat dalam lapangan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan kepada propinsi. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan perkataan “propinsi” adalah propinsi- propinsi Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Sumatera Utara, sedangkan maksud dari Peraturan Pemerintah ini

adalah untuk melaksanakan penyerahan urusan Pemerintah Pusat dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan kepada propinsi.

Kemudian, dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai tindak lanjut dalam upaya mewujudkan Otonomi Daerah seluas-luasnya yang secara nyata, dinamis dan bertanggungjawab, maka dibentuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap. Pembaharuan ini sesuai dengan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap Nomor 8 tahun 1991 tentang pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja Dinas P& K Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap. Sesuai dengan Perda ini, kedudukan Dinas P & K adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dibentuk berdasarkan penyerahan urusan lebih lanjut kepada daerah sebagai urusan rumah tangga daerah di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dinas P & K ini dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Kepala Daerah.

Pada tahun 2001 terjadi perubahan lagi dengan Perda Kabupaten Cilacap Nomor 8 tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kabupaten Cilacap. Perda ini bertujuan untuk mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang serta untuk efektivitas dan kelancaran tugas-tugas operasional Dinas Daerah. Kedudukan Cabang Dinas ini adalah unsur pelaksana sebagian tugas dinas di wilayah dan unsur pelaksana operasional di lapangan yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

secara operasional dikoordinasi oleh camat, sedangkan tugas pokok Cabang Dinas P & K adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan & Kebudayaan di Kecamatan sesuai wilayah kerjanya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Pada Januari tahun 2004, Cabang Dinas Pendidikan & Kebudayaan berubah menjadi UPT Dinas Pendidikan & Kebudayaa. Pada bulan Januari tahun 2009 UPT Dinas Pendidikan & Kebudayaan kecamatan Sidareja berubah menjadi UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, hingga sekarang.

2. Struktur Organisasi

Sebuah organisasi harus mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas dalam rangka menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, struktur organisasi harus disusun untuk membantu pencapaian tujuan organisasi yang lebih efektif. Tujuan struktur organisasi adalah untuk menunjukkan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas sehingga kegiatan organisasi dapat berjalan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi merupakan faktor penting dalam suatu organisasi. Dari sinilah nantinya masing-masing pegawai mengerti pembagian kerjanya, demikian pula pada Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Bagan Struktur Organisasi Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut.

commit to user

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Keterangan :

A. Jabatan Fungsional

1. Pengawas TK/SD Dabin I 2. Pengawas TK/SD Dabin II 3. Pengawas TK/SD Dabin III 4. Penilik Pendidikan Masyarakat 5. Penilik Pembinaan Generasi Muda 6. Penilik Keolahragaan

7. Penilik Kebudayaan B. Subbag Tata Usaha

KEPALA UPT DISDIKPORA

JABATAN FUNGSIONAL KASUBBAG TATA USAHA

KASI BINA PENDIDIKAN TK/SD KASI SARANA DAN PRASARANA

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Bendahara (gaji) 3. Bendahara Rutin

4. Administrasi dan Surat Menyurat 5. Pembantu Kepegawaian / umum 6. Pembantu Kepegawaian / umum C. Seksi Bina Pendidikan TK / SD

1. Bagian Laporan Bulan Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga 2. Bagian Laporan kesiswaan

3. Pembantu Umum D. Seksi Sarana dan Prasarana

1. Inventarisasi Barang 2. Pembantu Pelaksana 3. Pembantu Pelaksana 4. Pembantu Pelaksana

Komunikasi antarpegawai di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap berjalan dengan sangat luwes, dalam arti jarang sekali terjadi situasi formal. Kecuali jika berhadapan dengan kepala kantor atau tamu yang kedudukannya lebih tinggi dari penutur. Ragam yang digunakan dalam berkomunikasi lebih banyak bahasa Jawa ragam ngoko, dengan sesekali diselingi bahasa Indonesia. Penggunaan ragam krama terjadi jika seorang pegawai sedang berkomunikasi dengan pegawai lain yang berkedudukan lebih tinggi, atau pegawai lain yang lebih tua walaupun jabatannya lebih rendah, dan biasanya dengan tamu yang datang ke kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Berikut data yang diperoleh di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai gambaran komunikasi antarpegawai dalam kantor tersebut.

Data 6

P :” Bu, onten tamu.”

‘Bu, ada tamu.’ MT :” Sinten?”

‘Siapa?’

P :” Anu niku.”

‘Itu.’

Tuturan di atas terjadi antara pegawai yang lebih rendah (P) dengan kepala kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (MT). Jabatan MT lebih tinggi dari P sehingga P menggunakan bahasa Jawa ragam krama, tetapi usia P yang lebih tua dari MT membuat MT menggunakan ragam krama pula. Hal ini dilakukan MT untuk menghormati P sesuai dengan skala jarak sosial yang dikemukakan oleh Leech.

Data 7

P1 :” Nggih ten mriki mawon.”

‘Ya di sini saja.’ P2 :” Pak, mangga…” ‘Silakan pak…’ MT :” Nggih, nuwunsewu…” ‘Iya, maaf…’ P1 :” Mangga pak…” ‘Silakan pak…’

Data 7 menunjukkan komunikasi antara kepala kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (P1) dengan pegawai kantor ini yang berkedudukan lebih rendah (P2), dan seorang tamu (MT). P1 menggunakan ragam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

krama kepada P2 karena usia P2 lebih tua. P2 juga menggunakan ragam krama kepada tamu yang datang, karena derajat keakraban yang rendah antara P2 dengan MT. Begitu pula dengan P1 yang menggunakan ragam krama untuk menghormati MT yang bukan merupakan pegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Data 8

P :” Ngesuk nang ngebisan ora ulih ngrokok!”

‘Besok tidak boleh merokok di dalam bus!’ MT :” Ora lah, ngesuk rokoke dibenahi ben awet.”

‘Tidak, besok rokoknya disimpan agar awet’

Data 8 mendeskripsikan keadaan komunikasi antarpegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang sangat luwes dan jauh dari kesan formal. Tuturan pada data 8 terjadi antara P dan MT yang berkedudukan sama di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. P dan MT sama-sama menggunakan ragam ngoko dalam mengutarakan pernyataannya. Ini menandakan derajat kekraban yang tinggi di antara keduanya.

Data 9

P :” Mengke kernet kalih supire si honore pripun pak?”

‘Nanti kernet dan sopirnya itu honornya bagaimana pak?’ MT :” Aku be urung ngerti kiye.”

‘Saya juga belum tahu ini.’

Pada data 9, terlihat penggunaan ragam krama oleh P dan ragam ngoko oleh MT. kedudukan yang berbeda antara keduanya merupakan faktor yang

menyebabkan hal tersebut. Disamping itu, usia MT lebih tua dibandingkan dengan P, sehingga untuk menghormati MT, P menggunakan ragam krama.

Data 10

P : “ Kula ten BPD nggih.”

‘Saya ke BPD ya’ MT : “ O, nggih nggih.”

‘O iya ya.’

Penggunaan ragam krama antarpegawai yang berkedudukan sama juga didapat dalam pengambilan data di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Hal ini tercermin dalam data 10 di atas. Faktor yang menyebabkan penggunaan ragam krama oleh pegawai yang berkedudukan sama tersebut adalah karena perbedaan jenis kelamin antara keduanya dan befungsi sebagai penghormatan satu sama lain.

Data 11

P :”Angger kemringet kuwe gampang tambane. Diiliri sikile bae.”

‘Jika berkeringat, obatnya mudah. Kakinya dikipasi saja’ MT :”Iya ya?”

‘Iya ya?’

Derajat keakraban yang tinggi menyebabkan kedudukan yang berbeda tidak mempengaruhi komunikasi yang luwes di antara pegawai di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Hal ini terbukti pada data 11 di atas, P yang berkedudukan lebih rendah menggunakan ragam ngoko kepada MT yang berkedudukan lebih tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 1983: 106). Dalam metode penelitian ini akan dibahas beberapa hal, yaitu: (1) Jenis penelitian, (2) Lokasi Penelitian, (3) Data Penelitian, (4) Alat Penelitian, (5) Populasi dan Sampel, (6) Metode Pengumpulan Data, (7) Metode Analisis Data, dan 8) Metode Penyajian Hasil Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir dalam Riduwan, 2004: 217). Kajian deskriptif kualitatif ialah kajian mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Dengan kata lain, jenis penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta di lapangan atau fenomena yang benar-benar terjadi pada penuturnya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Penentuan lokasi didasarkan atas: (1) di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap masih menggunakan

bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi, (2) pegawai yang bekerja di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap berasal dari daerah yang berbeda dan berhadapan dengan pihak-pihak yang berbeda sesuai dengan tugas masing-masing, sehingga dimungkinkan adanya kekhasan dan variasi kebahasaan dalam berinteraksi dengan pegawai lain, (3) berdasarkan penelitian terdahulu tentang kajian pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap belum pernah dilakukan.

C. Data dan Sumber Data

Data merupakan fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud dan data dapat diidentifikasikan sebagai bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993:5-6). Data pada penelitian ini adalah data lisan, yaitu berupa tuturan informan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap secara lisan.

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan terpilih, yaitu berupa tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur direktif di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Sidareja. Kriteria informan yang terpilih yaitu: (1) Pegawai dan tamu di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Sidareja, (2) Berusia di atas 17 tahun, (3) Sehat jasmani dan rohani, (4) Memiliki alat ucap dan alat dengar normal, (5) Dapat berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia, (6) Berdomisili di wilayah Kabupaten Cilacap minimal selama 10 tahun.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Alat Penelitian

Alat penelitian terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang langsung terjun ke lapangan untuk melihat dan mengumpulkan data atau tuturan informan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Alat bantu penelitian ini adalah alat tulis, seperti bolpoint, buku catatan, dan penghapus. Alat bantu elektronik yang digunakan adalah handphone sebagai alat rekam tuturan atau data serta komputer.

E. Populasi dan Sampel

Populasi ialah objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung yang dapat mewakili populasi secara menyeluruh. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan proposive sampling yakni pengambilan sampel secara selektif disesuaikan kebutuhan dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya sehingga bisa sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat mewakili populasi. Sampelnya adalah tuturan antara pegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

commit to user

Kabupaten Cilacap dengan pegawai lain atau tamu yang datang ke kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yakni pada bulan Februari tahun 2010, pada hari dan jam kerja di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam Kamus (Harimurti Kridalaksana, 1983: 106), metode ialah pelbagai teknik untuk menetapkan dan mengukur ciri bahasa; misalnya penelitian lapangan, eksperimen dalam laboratorium, dsb. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap. Sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat.

Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) adalah teknik untuk memperoleh data dengan peneliti hanya berperan sebagai pengamat pemakaian bahasa pada tuturan informan. Peneliti tidak ikut dalam pembicaraan, peneliti hanya sebagai penyimak.

Teknik Simak Libat Cakap (SLC) adalah teknik untuk memperoleh data dengan terlibat dalam pembicaraan yang dilakukan oleh informan. Penggunaan dua teknik ini sekaligus dilakukan jika informan mengajak peneliti berdialog, dan dalam dialog tersebut terdapat tuturan yang dapat digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Penggunaan kedua teknik ini secara bersama-sama juga dilakukan jika data yang didapat kurang maksimal, sehingga peneliti dirasa perlu membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SLBC dan SLC untuk pengujian data. Teknik catat juga dilakukan dalam penelitian ini, untuk mencatat hal-hal yang dapat mendukung data penelitian. rekaman data yang sudah terkumpul kemudian ditranskripsikan menjadi data tulis lalu diklasifikasi untuk dianalisis.

G. Metode Analisis Data

Analisis data adalah upaya sang peneliti mengangani langsung masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993:6). Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan.

1. Metode Kontekstual

Metode Kontekstual ialah metode analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks. Perlu ditegaskan bahwa lingkungan fisik tuturan dapat disebut co-text (koteks), sedangkan lingkungan sosial tuturan disebut context (konteks). Konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur (I Dewa Putu Wijana, 1996: 11).

2. Metode Padan

Metode padan ialah metode yang digunakan untuk menganalisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah metode padan pragmatik dengan penentunya adalah penutur

dan mitra tutur. Dalam metode padan ini digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu (PUP) yang menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryano, 1993: 21). Teknik lanjutannya berupa teknik hubung banding (HB) piranti bagi alatnya berupa daya banding yang bersifat mental. Untuk mengetahui lebih jelas tentang penggunaan metode-metode tersebut, maka dapat diterapkan dalam contoh tuturan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai berikut.

Data 12

P :“Kiye nyuwun tulung, tulung kiye angger wis sertifikate difotokopi

rangkep telu.”

‘Ini minta tolong, tolong ini jika sudah sertifikatnya difotokopi rangkap tiga’

MT :“Nggih…”

‘Iya…’

Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut. Menyuruh adalah meminta orang lain agar melakukan sesuatu. Jadi tindak tutur menyuruh adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur agar mitra tutur melakukan apa yang dikehendaki penutur. Dalam data tersebut, penutur menyuruh mitra tutur agar menggandakan sertifikat menjadi tiga. Mitra tutur nampaknya memberikan respon dengan mengatakan “Nggih” ‘iya’. Dengan perkataan tersebut mitra tutur telah bersedia melaksanakan perintah penutur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Frasa “nyuwun tulung” ‘minta tolong’ merupakan wujud penanda lingual dari tindak tutur menyuruh. Dalam hal ini yang menyuruh adalah Pak Sajum (selanjutnya disebut P) kepada Bu Musrikah (selanjutnya disebut MT). Penanda lingual ini merupakan penambahan kata untuk mencapai kesantunan berbahasa. Bila tidak hadir, tuturan yang disampaikan penutur akan bisa menyinggung perasaan mitra tutur.

Dalam tuturan tersebut jarak sosial menjadi faktor penentu tindak tutur menyuruh walaupun penutur tidak mematuhi prinsip kesantunan (skala jarak sosial), karena telah menyatakan sesuatu dengan orang lain dengan cara memakai ragam ngoko. Hal ini terjadi karena tingkat keakraban yang tinggi antara penutur dengan mitra tutur.

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penyajian data ini menggunakan teknik formal dan informal. Teknik formal ialah perumusan dengan tanda-tanda, sedangkan teknik informal ialah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145). Hasil analisis data akan berupa tuturan-tuturan.

commit to user

46

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi hasil penelitian dalam Bab IV ini merupakan pembahasan tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Secara lebih rinci mengulas tentang fungsi tindak tutur direktif dan faktor yang melatarbelakangi, serta kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

A. Fungsi Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

Tuturan yang sedang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak semata-mata hanya untuk diutarakan atau disampaikan kepada mitra tuturnya. Namun, terdapat maksud yang dikandung karena pragmatik adalah ilmu tentang maksud dari penutur. Begitu pula dengan tuturan yang diperoleh di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, terdapat maksud dalam data-data yang diperoleh di sana. Fungsi dari tindak tutur direktif tersebut tergolong menjadi 13, yakni (1) Menyuruh, (2) Menasihati, (3) Meminta Ijin, (4) Menyarankan, (5) Menganjurkan, (6) Mempersilakan, (7) Mengingatkan, (8) Melarang, (9) Menginterogasi, (10) Menyumpah, (11) Menantang, (12) Menyapa, dan (13) Mengharap.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

1. Menyuruh

Menyuruh adalah memerintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan yang memerintah. Jadi tindak tutur menyuruh adalah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur.

TTD menyuruh yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap antara lain sebagai berikut.

Data 13

P : “ Telu-telu, dipisah telu-telu!”

‘Tiga-tiga, dipisah tiga-tiga!’ MT : “ Anu engko lagi difotokopi.”

Dokumen terkait