• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA

DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh AGENG NUGRAHENI

C 0106005

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA

DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Disusun oleh

AGENG NUGRAHENI C0106005

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Sujono, M. Hum. NIP. 195504041983031002

Pembimbing II

Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. NIP. 195710231986012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sastra Daerah

(3)

commit to user

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 03 Mei 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Drs. Imam Sutardjo, M. Hum ………..

NIP. 196001011987031004

Sekretaris Dra. Sri Mulyati, M. Hum ……….. NIP. 195610211981032001

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ageng Nugraheni Nim : C0106005

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

(Suatu Kajian Pragmatik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak

dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda

citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 24 April 2010

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

Inti dari hidup ini adalah bagaimana bersyukur dan bersabar. Bersyukur dalam kebaikan dan kesuksesan, serta bersabar dalam keburukan dan kegagalan.

Jujur dan tawakkal akan mempermudah segala fase dalam hidup demi memperoleh akhir yang baik.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu percaya padaku, selalu mendoakanku, selalu memberikan yang terbaik untukku, dan yang mendidikku dalam kasih sayang agar menghormati serta menghargai orang lain.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah s. w. t. atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi dengan judul Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi tersebut merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Imam Sutardjo, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan ilmunya serta kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan dan pembimbing kedua yang telah memberikan ilmu, kasih sayang dan bimbingannya dengan penuh perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Drs. Mulyoto, M. Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah berkenan mencurahkan perhatian dan nasihatnya kepada penulis selama studi di Jurusan Sastra Daerah.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga, terima kasih atas cinta kasih, semangat, harapan serta kepercayaannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Wiji, Mbak Hasna, Mbak Tika, Mbak Ipuk, Nastiti, Cincin, Wahyu, serta teman-teman Sasda 2006 dan 2005, terima kasih atas kesetiaan, dukungan, semangat, pinjaman komputer serta bukunya yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Informan yang sangat berjasa atas terselesaikannya skripsi ini, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 24 April 2010

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN…. ... xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ... xiv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoretis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif ... 13

1. Tindak Tutur ... 13

2. Tindak Tutur Direktif ... 15

C. Prinsip Kerjasama ... 17

D. Teori Kesantunan Berbahasa ... 19

1. Teori Kesantunan Robin Lakoff ... 19

2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech ... 20

3. Teori Kesantunan Brown dan Levinson ... 24

E. Praanggapan, Implikatur, Entailment ... 26

1. Praanggapan ... 26

2. Implikatur ... 26

3. Entailment ... 27

F. Situasi Tutur ... 28

G. Peristiwa Tutur ... 29

H. UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 31 1. Sejarah Singkat Berdirinya UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap ... 31

2. Struktur Organisasi ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Data dan Sumber Data ... 40

(11)

commit to user

xi

E. Populasi dan Sampel... 41

F. Metode Pengumpulan Data ... 42

G. Metode Analisis Data ... 43

1. Metode Kontekstual ... 43

2. Metode Padan ... 43

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 45

BAB IV ANALISIS DATA ... 46

A. Fungsi TTD Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap ... 46

1. Menyuruh ... 47

2. Menasihati ... 51

3. MemintaIjin ... 55

4. Menyarankan ... 58

5. Menganjurkan ... 61

6. Mempersilakan ... 64

7. Mengingatkan ... 67

8. Melarang ... 70

9. Menginterogasi ... 73

10.Menyumpah ... 76

11.Menantang ... 77

12.Menyapa ... 78

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Faktor yang Melatarbelakangi TTD Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 81

1. Penutur dan Mitra Tutur ... 81

2. Konteks Tuturan ... 84

3. TujuanTuturan ... 85

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas . 86 5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal ... 88

C. Kesantunan Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 89 BAB V PENUTUP ... 94

A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Data Tindak Tutur Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Sidareja

2. Lampiran 2 : Data Informan

3. Lampiran 3 : Gambar UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

4. Lampiran 4 : Surat Pengantar dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA Daftar Singkatan

UPT : Unit Pelayanan Teknis

DISDIKPORA:Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga P : Penutur

MT : Mitra Tutur

TTD : Tindak Tutur Direktif

Kasubbag TU : Kepala Sub Bagian Tata Usaha s. w. t. : Subhanahu wa ta’ala

SASDA 2006 : Sastra Daerah 2006 SBLC : Simak Bebas Libat Cakap SLC : Simak Libat Cakap TK : Taman Kanak-kanak SD : Sekolah Dasar Daftar Tanda

. : Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. , : Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat

setara berikutnya.

: : Tanda titik dua dapat digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Selain itu tanda titik dua juga digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

(15)

commit to user

xv

! : Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.

() : Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

“” : Tanda petik dobel digunakan untuk mengapit tuturan.

‘’ : Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit terjemahan.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi ABSTRAK

Ageng Nugraheni. C0106005. 2010. Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik).

Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu kajian yang mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Lokasi penelitian di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data penelitian berupa data lisan, wujudnya adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Sumber data lisan berasal dari informan terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal.

(17)

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Ageng Nugraheni1

Drs. Sujono, M.Hum.2 Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum.3

ABSTRAK

2010. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu kajian yang mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Lokasi penelitian di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data penelitian berupa data lisan, wujudnya adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Sumber data lisan berasal dari informan terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak. Teknik dasar

1

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C 0106005 2

Dosen Pembimbing I 3

Dosen Pembimbing II

yang dipakai ialah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal.

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 2). Dari definisi tersebut ilmu pragmatik menekankan pada maksud yaitu makna yang terkait konteks (context dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar dalam pemahaman pragmatik.

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

(19)

interpretasi-interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya. Setiap peserta tutur bertanggungjawab terhadap tindakan penyimpangan kaidah kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Terlebih lagi bahwa dalam bertutur, setiap peserta tutur banyak dipengaruhi oleh konteks yang menjadi latar belakang tuturan tersebut, karena konteks akan sangat menentukan bentuk tuturan. Di dalam suatu tuturan ada maksud dan faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur.

Searle (1975) (dalam Leech, 193: 164-165) mengemukakan bahwa tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar atau mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

Salah satu contoh tuturan tindak tutur direktif bahasa Jawa yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah tindak tutur direktif menyuruh berikut ini.

Data 1

P : “ Guwe tulung mbak fotokopi ya!”

‘Minta tolong itu difotokopi ya mbak!’

MT : “Endi?”

Mana?’

P : “ Kuwe kuwe miki bu Ikah.”

‘Itu itu tadi bu Ikah’

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

oleh penutur yang berkedudukan sebagai pengawas TK/SD kepada mitra tutur yaitu PSG yang sedang melakukan magang di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Kata “Tulung” ‘Tolong’ dalam tuturan di atas memberi kesan menyuruh tetapi dengan sedikit merendah. Penggunaan kata tersebut berfungsi untuk menyuruh MT melakukan keinginan penutur dengan sukarela. Maksim yang dikemukakan oleh Grice tercapai dalam tuturan ini, baik maksim kuantitas yaitu memberikan informasi secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh mitra tutur, maksim relevansi yakni memberikan tanggapan secara relevan berdasarkan konteks pembicaraan, serta maksim cara yaitu tuturan tersebut dikomunikasikan secara wajar, tidak bersifat ambigu atau bermakna ganda. Walaupun skala keotoritasan yang dikemukakan oleh Leech terjadi, tetapi P meminimalkan skala keotoritasan tersebut dengan mempergunakan kata

Tulung” ‘Tolong’.

(21)

UPT DISDIKPORA merupakan organisasi yang melaksanakan urusan Pemerintah Pusat dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Propinsi. Sesuai dengan tugasnya, UPT DISDIKPORA bertanggungjawab atas pendidikan, pengajaran dan kebudayaan dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan sebagian besar kegiatan yang ada di masyarakat terpantau oleh UPT DISDIKPORA. Dari kenyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa para pegawai yang ada dikantor UPT DISDIKPORA berasal dari background yang berbeda-beda dengan tugas yang berbeda pula sesuai dengan struktur organisasinya. Dengan tugas yang berbeda, para pegawai dihadapkan pula pada pihak-pihak yang berbeda dari jabatan hingga status sosial.

Tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, dimaksudkan sebagai perwujudan penggunaan bentuk-bentuk tuturan berbahasa Jawa yang dipergunakan oleh pegawai. Bentuk-bentuk tuturan tersebut antara lain tindak tutur menyuruh, meminta ijin, permisi, menyela/interupsi, menasihati, merekomendasi, menganjurkan, menegur, melarang, menginterogasi, mempersilakan, memaksa, mengingatkan, menguji, meminta restu, melamar, memperingatkan, melerai, merayu, menantang, menyarankan, menyumpah, mengharap, mengajak, mendesak, memarahi, menagih janji, membujuk, mengusir.

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Data 2

P : “Guwe utusan anu ya kena, utusan PSG.”

‘Itu menyuruh itu juga bisa, menyuruh PSG’

MT : “Anu adoh Pak.”

‘Jauh pak’

P : “Anu biasa, biasa mlaku.”

‘Sudah biasa, biasa jalan’

Tindak tutur yang terjadi pada data 2 adalah tindak tutur direktif merekomendasi. Tindak tutur tersebut terjadi antara MT dengan P. MT bermaksud memfotokopi berkas-berkasnya, kemudian P merekomendasikan MT untuk menyuruh PSG memfotokopinya. Penggunaan ragam ngoko dalam tuturan ini menandakan keakraban yang tinggi diantara P dan MT. Frasa “Ya kena” ‘Juga bisa’ dalam tuturan tersebut merupakan penanda lingual yang berfungsi untuk merekomendasi. Penanda lingual tersebut digunakan P untuk memberikan pilihan kepada MT. Kemudian MT menanggapi rekomendasi tersebut dengan menjawab

Anu adoh pak” ‘Jauh pak’ yang berkesan agak tidak setuju dengan rekomendasi

yang dilakukan P. Tapi P akhirnya memberi penekanan yang menegaskan bahwa PSG yang direkomendasikan sudah terbiasa berjalan kaki walaupun jauh.

Penelitian yang berjudul “Tindak Tutur Direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap” menggunakan singkatan P untuk penutur dan singkatan MT untuk mitra tutur. Penggunaan P dan MT tersebut bertujuan untuk menghindari penumpukkan peran dalam sebuah tuturan yang memiliki partisipan aktif lebih dari 2. Penumpukkan peran yang dimaksud adalah jika terdapat 2 P dan 1 MT dalam sebuah tuturan, penggunaan O1 dan O2 akan menimbulkan kerancuan. Apabila P kedua disebut sebagai O3,

(23)

dalam tindak pertuturan bukan sebagai orang yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut, maka antara P dan O3 tersebut memiliki peran yang berbeda. Oleh karena

itu, penggunaan P dan MT dirasa lebih tepat digunakan dalam penelitian ini. Peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai kesantunan bahasa antara lain.

(1) “Kesopansantunan Berbahasa Jawa dalam Tindak Tutur Direktif Masyarakat Tutur Jawa Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten”

(2005) oleh Sri Fafina Lestyaningsih. Penelitian tersebut membahas bentuk kesopansantunan, faktor penentu kesopansantunan, dan strategi komunikasi yang ditempuh untuk mencapai kesopansantunan suatu ujaran.

(2) “Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa dalam Ketoprak “Sinamuring Kasetyan Jati dan Surya Sakembaran”” (2002) oleh Fery Ayuni Dyah Kusumawati yang membahas tentang bentuk tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif, maksud, serta derajat kesopansantunan dalam tindak tutur direktif bahasa Jawa dalam Ketoprak “Sinamuring Kasetyan Jati dan Surya Sakembaran”.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

(4) “Kesantunan Berbahasa Jawa oleh Pedagang Keturunan Arab di Pasar Beteng Surakarta (Suatu Kajian Pragmatik) (2009) oleh Dyah Ayu Nur Ismayawati yang membahas tentang bentuk, faktor yang melatarbelakangi, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa oleh pedagang keturunan Arab di pasar Beteng.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hal itu dikarenakan instansi yang dijadikan objek adalah instansi yang memantau hampir seluruh kegiatan yang ada di masyarakat. Masyarakat yang diamati pun berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat yang diamati dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berbahasa Jawa subdialek Banyumas. Objek penelitian ini adalah sebuah instansi, maka sangat dimungkinkan terjadi komunikasi antara pegawai yang berkedudukan tinggi dengan yang lebih rendah dan sebaliknya, maupun komunikasi antara pegawai dalam jabatan yang sama. Hal ini akan menimbulkan variasi kebahasaan yang sangat penting untuk diteliti.

Beberapa hasil penelitian tersebut sebagai referensi penelitian ini. Selain itu, penelitian tersebut berguna sebagai acuan untuk menambah wawasan peneliti. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

(25)

dalam hal ini adalah bahwa bahasa Jawa Cilacap berbeda dengan bahasa Jawa standar yaitu bahasa Jawa Surakarta. Hal ini menjadi salah satu faktor yang sangat menarik untuk diteliti, karena kebanyakan penelitian lebih memilih objek berbahasa standar daripada bahasa yang bersubdialek Banyumas. Bahasa sebagai sarana penyampaian informasi juga memiliki maksud ujaran yang tersirat dalam tuturan. Untuk mengetahui maksud ujaran diperlukan suatu kajian pragmatik. Oleh karena itu, peneliti mengkaji tindak tutur direktif bahasa Jawa yang digunakan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap dengan suatu kajian pragmatik.

Kedua, pegawai yang bekerja di kantor UPT DISDIKPORA kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap berasal dari daerah yang berbeda dan berhadapan dengan pihak-pihak yang berbeda pula sesuai dengan tugas masing-masing. Sehingga dimungkinkan adanya variasi kebahasaan dalam berinteraksi dengan pegawai lain. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui seperti apakah fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Ketiga, dalam penyampaian tuturannya penutur dipengaruhi beberapa faktor yang melatarbelakangi sehingga terjadi ragam bahasa dalam pengujaran kalimatnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor apa sajakah yang melatarbelakangi tuturan yang diujarkan oleh penutur.

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) dibatasi agar tidak meluas. Oleh karena itu, objek kajian dari penelitian ini adalah fungsi tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif yang dilakukan oleh penutur, serta kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dari batasan masalah di atas adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk mengetahui fungsi dari tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

(27)

tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

3. Bagaimanakah kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk mengetahui seberapa santunkah tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang dapat dirinci adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis berupa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi penelitian linguistik, khususnya masalah tindak tutur direktif bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan masyarakat dapat memakai ujaran yang santun di berbagai ranah. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya, digunakan sebagai materi pengajaran bahasa Jawa bagi Guru bahasa Jawa, dan dapat digunakan sebagai sumbangan terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa Jawa.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini meliputi lima bab, yaitu sebagai berikut.

Bab I adalah Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

(29)

praanggapan, implikatur, entailment, situasi tutur, peristiwa tutur, serta sejarah dan struktur organisasi UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Bab III adalah Metode Penelitian. Metode Penelitian ini mencakup bentuk dan jenis penelitian, lokasi penelitian, data penelitian, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, metode penyajian data.

Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan, merupakan hasil analisis mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik

Cukup banyak kiranya batasan atau definisi mengenai pragmatik. Menurut Putu Wijana, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 2).

George Yule (2006: 3) menyebutkan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Dari pengertian pragmatik yang telah dipaparkan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari maksud penutur.

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif

1. Tindak Tutur

(31)

minum apa?’. Si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minuman. Seorang ibu rumah pondokan putri, mengatakan “Sampun jam sanga” ‘Sudah jam sembilan’. Ia tidak semata-mata memberi tahu keadaan jam pada waktu itu; ia juga menindakkan sesuatu, yaitu memerintahkan si mitra tutur supaya pergi meninggalkan rumah pondokannya.

Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Austin (1962)(http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/) mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

1. Lokusi

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Ilokusi

Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan. Jadi, “Aku ngelak” ‘saya haus’ yang diujarkan oleh P dengan maksud ‘minta minum’ adalah sebuah tindak ilokusi.

2. Perlokusi

Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh P. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu untuk mendorong mitra tutur melakukan sesuatu. Dengan kata lain tindak tutur direktif menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur.

Searle (dalam Leech, 1993: 327) menyebutkan beberapa bentuk tindak tutur direktif (verba direktif), yakni meminta (ask), meminta dengan sangat (beg), memohon dengan sangat (bid), memberi perintah (command), menuntut

(demand), melarang (forbid), menganjurkan (recommend), dan memohon

(request).

(33)

Sidareja Kabupaten Cilacap, dimaksudkan sebagai perwujudan penggunaan bentuk-bentuk tuturan berbahasa Jawa yang dipergunakan oleh penutur di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Bentuk-bentuk tuturan tersebut antara lain tindak tutur menyuruh, meminta ijin, permisi, menyela/interupsi, menasihati, merekomendasi, menganjurkan, menegur, melarang, menginterogasi, mempersilakan, memaksa, mengingatkan, menguji, meminta restu, melamar, memperingatkan, melerai, merayu, menantang, menyarankan, menyumpah, mengharap, mengajak, mendesak, memarahi, menagih janji, membujuk, mengusir.

Beberapa data yang ditemukan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut.

Data 3

P :” Apa njenengan meng kantor kana bae langsung?”

‘Bagaimana jika anda ke kantor di sana langsung’

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Data 3 merupakan tindak tutur direktif meminta ijin permisi dan mempersilakan. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan yang dituturkan P kepada MT

Saya tek pamit dulu.” ‘Saya pamit dulu’ lalu ditanggapi oleh MT dengan

mengatakan “Ya ya ya.” ‘Iya iya’. Kata “pamit” merupakan penanda lingual tindak tutur direktif meminta ijin permisi, sedangkan kata “Ya ya ya” merupakan penanda lingual tindak tutur direktif mempersilakan.

Kemudian Data 4 adalah termasuk tindak tutur direktif menyarankan. P menyarankan MT untuk pergi ke suatu kantor dengan menuturkan ”Apa

njenengan meng kantor kana bae langsung?” ‘Bagaimana jika anda ke kantor di

sana langsung’. Konteks tuturan ini menunjukkan bahwa dengan melakukan apa yang disarankan oleh P keadaan MT akan menjadi lebih baik dikarenakan saran tersebut dilakukan demi kebaikan MT itu sendiri.

Data 5 merupakan tindak tutur direktif meminta keterangan atau menginterogasi. P meminta keterangan atau menginterogasi MT tentang keberadaan tamu yang ingin bertemu dengan P dengan menuturkan ”Seniki ten

pundi?” ‘Sekarang di mana?’ lalu MT memberikan keterangan yang jelas dan

sesuai keadaan yang ada dengan mengatakan ”Niku teng mriku” ’Itu di situ’ sambil mengacungkan jempolnya ke arah ruangan di mana tamu tersebut berada.

C. Prinsip Kerjasama

(35)

(termasuk volume suara yang wajar). Hanya saja dalam pragmatik terdapat penyimpangan-penyimpangan, ada maksud-maksud tertentu, dan antara penutur dan mitra tutur harus ada kerjasama agar saling mengetahui maksud dari percakapan yang dilakukan.

Untuk memenuhi komunikasai secara wajar, dan terjadi kerjasama yang baik, maka dalam komunikasi harus memenuhi prinsip (maksim). Ada empat maksim percakapan menurut Grice (1975), yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (cara) (Grice dalam http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/).

a. Maksim kuantitas

Berbicara sejumlah yang dibutuhkan oleh pendengar. Kalau lebih berarti ada tujuannya. Berikan informasi secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh mitra tutur. Sebagai contoh adalah tuturan berikut.

· Ibu kota Provinsi Jawa Timur Surabaya. Secara kuantitas cukup jelas

· Ibu kota Provinsi Jawa Timur Sura ……

Tuturan ini disampaikan oleh guru, lalu murid menjawab ….. baya…

b. Maksim kualitas

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

cukup memadai, tetapi apabila ada tuturan *Buku itu dibuat dari nasi, bukti tidak memadai.

c. Maksim relevansi

Penutur dan mitra tutur berbicara secara relevan berdasarkan konteks pembicaraan. Misalnya:

A : Ini jam berapa?

B : Ini jam 3.

Akan menjadi tidak relevan misalnya apabila B menjawab Ini baju kamu atau Di sana.

d. Maksim cara

Tuturan harus dikomunikasikan secara wajar, tidak boleh ambigu (taksa), tidak terbalik (harus runtut). Misalnya:

A : Kamu penjahat kelas kakap, ya?

B : Bukan, mujair.

D. Teori Kesantunan Berbahasa

Ada sedikitnya 3 (tiga) teori tentang kesantunan berbahasa, yaitu: (a) teori kesantunan Robin Lakoff (1972), (b) teori kesantunan Geoffrey Leech (1983), (c) teori kesantunan Brown & Levinson (1987).

1. Teori Kesantunan Robin Lakoff (1972)

(37)

Kunjana Rahardi, 2007: 70) menjelaskan bahwa ada 3 ketentuan yang dapat dipenuhinya kesantunan dalam kegiatan bertutur, yang disebut skala kesantunan. Ketiga skala tersebut adalah: (1) skala formalitas, (2) skala ketidaktegasan, dan (3) skala kesamaan.

Di dalam skala kesantunan formalitas dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa nyaman dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa, dan tidak boleh berkesan angkuh. Skala ketidaktegasan atau seringkali disebut skala pilihan

(optionally scale), mengisyaratkan bahwa agar penutur dan mitra tutur

dapat saling merasa nyaman dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. Skala kesamaan mengisyaratkan bahwa penutur dapat bersikap santun, orang haruslah bersikap ramah, dan selalu mempertahankan persahabatan antara satu dengan pihak yang lain. Agar tercapai maksudnya, penutur haruslah dapat menganggap mitra tutur sebagai sahabat.

2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech

Teori Kesantunan yang disampaikan oleh Geoffrey Leech berupa maksim-maksim. Rumusan tersebut tertuang dalam 6 maksim interpersonal dan berskala 5 macam. Rumusan Leech yang pertama (1993: 206-217) adalah kesantunan yang terbagi menjadi 6 maksim sebagai berikut:

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menawarkan (impositif, komisif). Memaksimalkan kerugian diri sendiri, meminimalkan keuntungan diri sendiri.

b) Maksim penerimaan (approbation maxim). Ditujukan pada diri sendiri, bukan pada orang lain (self centred maxim). Maksim penerimaan ini ditujukan untuk menawarkan dan berjanji. Memaksimalkan keuntungan orang lain, meminimalkan kerugian orang lain.

c) Maksim kemurahhatian (generosity maxim). Pusatnya orang lain (other

centred maxim). Maksim ini ditujukan untuk kategori asertif dan ekspresif.

Memaksimalkan rasa hormat pada orang lain, meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain.

d) Maksim kerendahhatian (modesty maxim). Pusatnya pada diri sendiri (self

centred maxim). Meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dan

memaksimalkan rasa tidak hormat pada diri sendiri.

e) Maksim kesetujuan atau kecocokan (agreement maxim). Pusatnya pada orang lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan pendapat dan ekspresif. Memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan meminimalkan ketidaksetujuan pada orang lain.

f) Maksim kesimpatian (symphaty maxim). Pusatnya orang lain (other

centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan asertif dan ekspresif.

Memaksimalkan simpati pada orang lain dan meminimalkan antipati pada orang lain.

(39)

a) Skala untung-rugi (cost-benefit scale)

Skala untung rugi menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin santun tuturan itu. Sebaliknya, tuturan tersebut menguntungkan diri penutur, semakin tidak santunlah tuturan itu. Misalnya:

· Jika saya jadi anda, saya akan memakai bor saya.

Tuturan tersebut akan menguntungkan MT, walaupun ide agar MT memakai bor P adalah P tetapi P sama sekali tidak dirugikan.

b) Skala pilihan (optionally scale)

Skala pilihan menunjuk pada banyak sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur. Semakin banyak pilihan yang diberikan oleh penutur, maka akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila semakin sedikit pilihan, maka akan semakin tidak santunlah tuturan itu. Contohnya:

· Apakah anda ingin saya membersihkan jendela?

Tuturan tersebut memberikan pilihan kepada MT untuk memilih P atau MT sendiri yang akan membersihkan jendela. Hal ini akan berbeda jika P tidak memberikan pilihan kepada MT dengan menuturkan

· Apakah anda keberatan membersihkan jendela?

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c) Skala ketidaklangsungan (indirectness scale)

Skala ketidaklangsungan menunjuk pada peringkat langsung atau tidak langsungnya sebuah tuturan. Semakin langsung sebuah tuturan, maka semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin tidak langsung sebuah tuturan, maka semakin santunlah tuturan itu.

Misalnya, seorang ibu berkata kepada anak perempuannya “Lantai ini kotor sekali.” Tuturan tersebut bukan semata-mata hanya tindak lokusi yang mengabarkan bahwa lantai itu kotor, tetapi ada maksud tak langsung yang ingin dikemukakan si ibu kepada anak perempuannya, yakni perintah untuk membersihkan lantai. Tuturan tak langsung ini akan mendapat respon yang lebih baik daripada penggunaan tuturan langsung seperti “Sapu lantai ini!”. Si anak akan melakukan perintah si ibu dengan sukarela jika si ibu menggunakan tuturan yang pertama, sebaliknya si anak sangat dimungkinkan akan merasa kurang senang jika diperintah dengan tuturan yang kedua.

d) Skala keotoritasan (authority scale)

Skala keotoritasan merupakan skala yang asimetris, artinya seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan menjawab dengan bentuk sapaan yang hormat.

(41)

e) Skala jarak sosial (social distance scale)

Menurut skala ini derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, yaitu faktor-faktor status/kedudukan, usia, derajat keakraban, dan sebagainya.

Derajat keakraban yang tinggi antara P dan MT akan mempengaruhi penggunaan ragam bahasa dalam bertutur. Misalnya dalam bahasa Jawa, dalam bertutur seorang yang lebih muda seharusnya menggunakan ragam krama untuk menghormati orang yang lebih tua. Tetapi ragam ngoko justru lebih sering muncul, hal itu dikarenakan P dan MT memiliki tingkat keakraban yang tinggi.

3. Teori Kesantunan Brown dan Levinson

Teori Kesantunan Brown dan Levinson (1987) (dalam Kunjana Rahardi, 2007: 60-70), kesantunan lebih dikenal dengan nosi ‘penyelamatan muka’ (face saving). Terdapat 3 skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Skala-skala tersebut ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural. Ketiga skala tersebut selegkapnya sebagai berikut: (1) skala jarak sosial antara P dan MT, (2) skala status sosial antara P dengan MT, (3) skala peringkat tindak tutur.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengisyaratkan bahwa seorang wanita memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi dibandingkan pria. Hal demikian terjadi karena budaya, bahwa pria lebih memiliki kekuasaan dibanding wanita, sehingga wanita cenderung bersikap hormat. Parameter latarbelakang sosiokultural juga berperan dalam menentukan peringkat kesantunan. Skala status sosial antara penutur dan mitra tutur didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dengan mitra tutur. Seorang lurah memiliki peringkat kekuasaan lebih tinggi dibandingkan dengan seorang RT. Sejalan dengan itu seorang guru memiliki peringkat kekuasaan lebih tinggi dibandingkan dengan seorang murid.

Skala peringkat tindak tutur didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur yang lainnya. Contohnya apabila kita waktu tengah malam bertamu ke rumah seseorang hanya untuk mengobrol atau tidak ada kepentingan yang mendesak. Tindakan tersebut akan dikatakan sebagai tindakan yang tidak tahu sopan santun, bahkan melanggar norma kesantunan yang berlaku pada masyarakat itu (setidaknya dalam masyarakat Indonesia yang menganut budaya timur).

(43)

commit to user

E. Praanggapan, Implikatur, Entailment

1. Praanggapan

Praanggapan adalah syarat yang diperlukan bagi benar-tidaknya suatu kalimat; mis. ‘Ia berdagang’ adalah praanggapan bagi kebenaran kalimat

‘Barang dagangannya sangat laku’ (Harimurti Kridalaksana, 1983: 137).

Praanggapan merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama

(background knowledge) antara penulis dan pembaca yang tidak perlu

diutarakan. Praanggapan selalu melibatkan konteks tuturan disekelilingnya, karena praanggapan adalah sesuatu yang dijadikan oleh si pembicara sebagai dasar pembicaraan (Muhammad Rohmadi, 2004: 111).

Untuk menjelaskan pengertian di atas, berikut contoh tuturan yang mengandung praanggapan.

a. Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS memiliki 8 jurusan.

Praanggapan : UNS memiliki Fakultas Sastra dan Seni Rupa atau ada Fakultas Sastra dan Seni Rupa di UNS.

b. Chairil Anwar mengarang puisi

Praanggapan : ada orang yang bernama Chairil Anwar c. Dia hamil.

Praanggapan : dia wanita. 2. Implikatur

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dimaksud di sini adalah pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai konteks tuturan yang melingkupi kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh penulis. Pembaca tidak akan memahami dan menangkap maksud penulis yang diimplikasi atau tersirat dari tuturan penulis jika tidak memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya tentang dunia di sekitarnya. Hal itu akan sangat membantu pembaca dalam memahami maksud penulis yang tersirat (Muhammad Rohmadi, 2004: 113-114).

Hubungan antara praanggapan dan yang diimplikasikan tidak mutlak, tetapi tergantung background knowledge/common sense. Bukan merupakan konsekuensi mutlak. Implikatur tidak bersifat semantik (pemaknaan) tetapi penyiratan.

3. Entailment

Entailment adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan. Yang memiliki entailment adalah kalimat, bukan penutur (George Yule, 2006: 43).

Contoh dari entailment adalah sebagai berikut.

(45)

commit to user

Entailment : dheweke wis tau duwe bojo.

b. Dheweke randha kembang.

Entailment : dheweke durung duwe anak.

F. Situasi Tutur

Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan, Leech (1993: 19-20) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah:

1. Penutur dan Mitra Tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan lain-lain.

2. KonteksTuturan

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3. TujuanTuturan

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatic, seperti yang dikemukakan dalam criteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

G. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan 2 pihak, yaitu P dan MT, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Jadi interaksi yang berlangsung antara P dan MT di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya merupakan sebuah peristiwa tutur. Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur harus memenuhi syarat delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertama dari komponen tersebut dirangkaikan akan membentuk akronim SPEAKING (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Kedelapan komponen tersebut adalah:

1. Setting and scene

Setting and scene berkenaan dengan waktu dan tempat berlangsung,

(47)

commit to user

psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturnya berbeda dapat menyebabkan penggunaan varisai bahasa yang berbeda pula.

2. Participants

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar.

3. Ends

Ends yaitu maksud dan hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur yang terjadi

pasti mengandung maksud baik dari P maupun MT.

4. Act

Act yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Bentuk pesan mencakup bagaimana topic itu dituturkan, sedangkan isi percakapan berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan oleh P.

5. Key

Key yaitu menunjuk pada cara / semangat (nada/jiwa) dalam melaksanakan percakapan. Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan tidak resmi, dan lain sebagainya.

6. Instrumentalities

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

telegraf, telefon, surat, dan sebagainya. Percakapan secara lisan dapat seperti berbicara, menyanyi, bersiul, dan sebagainya.

7. Norms

Norms yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan. Yang

termasuk di dalamnya adalah semua kaidah yang mengatur pertuturan yang bersifat imperatif (memerintah). Misalnya bagaimana cara berinteraksi, bertanya, berbicara dengan sopan, dan lain sebagainya.

8. Genres

Genres yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang

digunakan. Misalnya penyampaiannya berupa puisi, narasi, do’a, dan sebagainya. Ragam bahasa yang digunakan juga termasuk dalam genres,

misalnya ragamngokodankramadalam bahasa Jawa.

H. UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

1. Sejarah Singkat Berdirinya UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap

(49)

adalah untuk melaksanakan penyerahan urusan Pemerintah Pusat dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan kepada propinsi.

Kemudian, dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai tindak lanjut dalam upaya mewujudkan Otonomi Daerah seluas-luasnya yang secara nyata, dinamis dan bertanggungjawab, maka dibentuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap. Pembaharuan ini sesuai dengan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap Nomor 8 tahun 1991 tentang pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja Dinas P& K Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap. Sesuai dengan Perda ini, kedudukan Dinas P & K adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dibentuk berdasarkan penyerahan urusan lebih lanjut kepada daerah sebagai urusan rumah tangga daerah di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dinas P & K ini dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Kepala Daerah.

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

secara operasional dikoordinasi oleh camat, sedangkan tugas pokok Cabang Dinas P & K adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan & Kebudayaan di Kecamatan sesuai wilayah kerjanya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Pada Januari tahun 2004, Cabang Dinas Pendidikan & Kebudayaan berubah menjadi UPT Dinas Pendidikan & Kebudayaa. Pada bulan Januari tahun 2009 UPT Dinas Pendidikan & Kebudayaan kecamatan Sidareja berubah menjadi UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, hingga sekarang.

2. Struktur Organisasi

Sebuah organisasi harus mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas dalam rangka menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, struktur organisasi harus disusun untuk membantu pencapaian tujuan organisasi yang lebih efektif. Tujuan struktur organisasi adalah untuk menunjukkan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas sehingga kegiatan organisasi dapat berjalan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi merupakan faktor penting dalam suatu organisasi. Dari sinilah nantinya masing-masing pegawai mengerti pembagian kerjanya, demikian pula pada Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

(51)

commit to user

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Keterangan :

A. Jabatan Fungsional

1. Pengawas TK/SD Dabin I 2. Pengawas TK/SD Dabin II 3. Pengawas TK/SD Dabin III 4. Penilik Pendidikan Masyarakat 5. Penilik Pembinaan Generasi Muda 6. Penilik Keolahragaan

7. Penilik Kebudayaan B. Subbag Tata Usaha

KEPALA UPT DISDIKPORA

JABATAN FUNGSIONAL KASUBBAG TATA USAHA

KASI BINA PENDIDIKAN TK/SD KASI SARANA DAN PRASARANA

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Seksi Bina Pendidikan TK / SD

1. Bagian Laporan Bulan Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga 2. Bagian Laporan kesiswaan

(53)

Berikut data yang diperoleh di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai gambaran komunikasi antarpegawai dalam kantor tersebut.

Tuturan di atas terjadi antara pegawai yang lebih rendah (P) dengan kepala kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (MT). Jabatan MT lebih tinggi dari P sehingga P menggunakan bahasa Jawa ragam krama, tetapi usia P yang lebih tua dari MT membuat MT menggunakan ragam krama pula. Hal ini dilakukan MT untuk menghormati P sesuai dengan skala jarak sosial yang

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

krama kepada P2 karena usia P2 lebih tua. P2 juga menggunakan ragam krama kepada tamu yang datang, karena derajat keakraban yang rendah antara P2 dengan MT. Begitu pula dengan P1 yang menggunakan ragam krama untuk menghormati MT yang bukan merupakan pegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Data 8

P :” Ngesuk nang ngebisan ora ulih ngrokok!”

‘Besok tidak boleh merokok di dalam bus!’ MT :” Ora lah, ngesuk rokoke dibenahi ben awet.”

‘Tidak, besok rokoknya disimpan agar awet’

Data 8 mendeskripsikan keadaan komunikasi antarpegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang sangat luwes dan jauh dari kesan formal. Tuturan pada data 8 terjadi antara P dan MT yang berkedudukan sama di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. P dan MT sama-sama menggunakan ragam ngoko dalam mengutarakan pernyataannya. Ini menandakan derajat kekraban yang tinggi di antara keduanya.

Data 9

P :” Mengke kernet kalih supire si honore pripun pak?”

‘Nanti kernet dan sopirnya itu honornya bagaimana pak?’ MT :” Aku be urung ngerti kiye.”

‘Saya juga belum tahu ini.’

(55)

menyebabkan hal tersebut. Disamping itu, usia MT lebih tua dibandingkan dengan P, sehingga untuk menghormati MT, P menggunakan ragam krama.

Data 10

P : “ Kula ten BPD nggih.”

‘Saya ke BPD ya’ MT : “ O, nggih nggih.”

‘O iya ya.’

Penggunaan ragam krama antarpegawai yang berkedudukan sama juga didapat dalam pengambilan data di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Hal ini tercermin dalam data 10 di atas. Faktor yang menyebabkan penggunaan ragam krama oleh pegawai yang berkedudukan sama tersebut adalah karena perbedaan jenis kelamin antara keduanya dan befungsi sebagai penghormatan satu sama lain.

Data 11

P :”Angger kemringet kuwe gampang tambane. Diiliri sikile bae.”

‘Jika berkeringat, obatnya mudah. Kakinya dikipasi saja’ MT :”Iya ya?”

‘Iya ya?’

(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 1983: 106). Dalam metode penelitian ini akan dibahas beberapa hal, yaitu: (1) Jenis penelitian, (2) Lokasi Penelitian, (3) Data Penelitian, (4) Alat Penelitian, (5) Populasi dan Sampel, (6) Metode Pengumpulan Data, (7) Metode Analisis Data, dan 8) Metode Penyajian Hasil Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir dalam Riduwan, 2004: 217). Kajian deskriptif kualitatif ialah kajian mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Dengan kata lain, jenis penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta di lapangan atau fenomena yang benar-benar terjadi pada penuturnya.

B. Lokasi Penelitian

(57)

bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi, (2) pegawai yang bekerja di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap berasal dari daerah yang berbeda dan berhadapan dengan pihak-pihak yang berbeda sesuai dengan tugas masing-masing, sehingga dimungkinkan adanya kekhasan dan variasi kebahasaan dalam berinteraksi dengan pegawai lain, (3) berdasarkan penelitian terdahulu tentang kajian pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap belum pernah dilakukan.

C. Data dan Sumber Data

Data merupakan fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud dan data dapat diidentifikasikan sebagai bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993:5-6). Data pada penelitian ini adalah data lisan, yaitu berupa tuturan informan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap secara lisan.

(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Alat Penelitian

Alat penelitian terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang langsung terjun ke lapangan untuk melihat dan mengumpulkan data atau tuturan informan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Alat bantu penelitian ini adalah alat tulis, seperti bolpoint, buku catatan, dan penghapus. Alat bantu elektronik yang digunakan adalah handphone sebagai alat rekam tuturan atau data serta komputer.

E. Populasi dan Sampel

Populasi ialah objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

(59)

commit to user

Kabupaten Cilacap dengan pegawai lain atau tamu yang datang ke kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yakni pada bulan Februari tahun 2010, pada hari dan jam kerja di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam Kamus (Harimurti Kridalaksana, 1983: 106), metode ialah pelbagai teknik untuk menetapkan dan mengukur ciri bahasa; misalnya penelitian lapangan, eksperimen dalam laboratorium, dsb. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap. Sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat.

Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) adalah teknik untuk memperoleh data dengan peneliti hanya berperan sebagai pengamat pemakaian bahasa pada tuturan informan. Peneliti tidak ikut dalam pembicaraan, peneliti hanya sebagai penyimak.

(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SLBC dan SLC untuk pengujian data. Teknik catat juga dilakukan dalam penelitian ini, untuk mencatat hal-hal yang dapat mendukung data penelitian. rekaman data yang sudah terkumpul kemudian ditranskripsikan menjadi data tulis lalu diklasifikasi untuk dianalisis.

G. Metode Analisis Data

Analisis data adalah upaya sang peneliti mengangani langsung masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993:6). Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan.

1. Metode Kontekstual

Metode Kontekstual ialah metode analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks. Perlu ditegaskan bahwa lingkungan fisik tuturan dapat disebut co-text (koteks), sedangkan lingkungan sosial tuturan disebut context (konteks). Konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur (I Dewa Putu Wijana, 1996: 11).

2. Metode Padan

(61)

dan mitra tutur. Dalam metode padan ini digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu (PUP) yang menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryano, 1993: 21). Teknik lanjutannya berupa teknik hubung banding (HB) piranti bagi alatnya berupa daya banding yang bersifat mental. Untuk mengetahui lebih jelas tentang penggunaan metode-metode tersebut, maka dapat diterapkan dalam contoh tuturan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai berikut.

Data 12

P :“Kiye nyuwun tulung, tulung kiye angger wis sertifikate difotokopi

rangkep telu.”

‘Ini minta tolong, tolong ini jika sudah sertifikatnya difotokopi rangkap tiga’

MT :“Nggih…”

‘Iya…’

(62)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Frasa “nyuwun tulung” ‘minta tolong’ merupakan wujud penanda lingual dari tindak tutur menyuruh. Dalam hal ini yang menyuruh adalah Pak Sajum (selanjutnya disebut P) kepada Bu Musrikah (selanjutnya disebut MT). Penanda lingual ini merupakan penambahan kata untuk mencapai kesantunan berbahasa. Bila tidak hadir, tuturan yang disampaikan penutur akan bisa menyinggung perasaan mitra tutur.

Dalam tuturan tersebut jarak sosial menjadi faktor penentu tindak tutur menyuruh walaupun penutur tidak mematuhi prinsip kesantunan (skala jarak sosial), karena telah menyatakan sesuatu dengan orang lain dengan cara memakai ragam ngoko. Hal ini terjadi karena tingkat keakraban yang tinggi antara penutur dengan mitra tutur.

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

(63)

commit to user

46

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi hasil penelitian dalam Bab IV ini merupakan pembahasan tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Secara lebih rinci mengulas tentang fungsi tindak tutur direktif dan faktor yang melatarbelakangi, serta kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

A. Fungsi Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

(64)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

1. Menyuruh

Menyuruh adalah memerintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan yang memerintah. Jadi tindak tutur menyuruh adalah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur.

TTD menyuruh yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap antara lain sebagai berikut.

Data 13

P : “ Telu-telu, dipisah telu-telu!”

‘Tiga-tiga, dipisah tiga-tiga!’ MT : “ Anu engko lagi difotokopi.”

‘Sebentar, sedang difotokopi’

(65)

commit to user

“Anu engko lagi difotokopi.” ‘Sebentar, sedang difotokopi’. MT

menggunakan ragam ngoko seperti halnya P untuk merespon tuturan P. Seharusnya dengan kedudukan yang lebih rendah, MT menggunakan ragam krama untuk menghormati P. Tetapi karena derajat keakraban yang tinggi antara P dan MT, proses komunikasi antara keduanya menjadi tidak formal dan terkesan santai walaupun topik pembicaraan tersebut adalah mengenai hal formal yakni urusan dinas.

Data 14

P :” Kiye dicenthang!”

‘Ini dicentang!’ MT :” Iya.”

‘Iya’

(66)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dokumen yang menjadi tanggungjawabnya. P juga menunjukkan maksim kesimpatian kepada MT, disamping kewajibannya memberikan informasi kepada MT juga karena sikap simpati yang dimiliki P sehingga P membantu MT dalam mengoreksi dokumen MT. Disamping itu, pelanggaran skala jarak sosial juga terjadi pada tuturan yang terdapat pada data 14 ini. MT menggunakan ragam ngoko untuk menanggapi perintah P, seharusnya untuk menghormati P yang berkedudukan lebih tinggi MT menggunakan ragam krama. Tetapi sekali lagi karena faktor keakraban yang terjalin diantara keduanya, pelanggaran skala ini tidak menimbulkan salah persepsi dalam komunikasi yang terjadi.

Data 15

P :” Giyeh mas, tukokna plastik prepetan kaya giye ya!”

‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’ MT :” Di mana?”

‘Di mana?’

P :”Nang pasar mburi guwe ana paling, nang deretan bakul beras.”

‘Di pasar belakang paling ada, di deretan penjual beras’ MT :” Ya.”

‘Iya’

Konteks tuturan data 15 ini, P menyuruh MT membelikan plastik di pasar yang terletak di belakang gedung Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. P menggunakan ragam ngoko untuk menyuruh MT dengan tuturan ”Giyeh mas, tukokna plastik

prepetan kaya giye ya!” ‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’. Kemudian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan ayam ras petelur di Dusun Passau Timur Desa Bukit Samang Kecamatan Sendana, Kabupaten

Dari permasalah yang didapat, maka penulis mencoba untuk membangun suatu aplikasi yang dapat meningkatkan daya beli dan kualitas usaha serta memudahkan pelanggan,

1. Penelitian ini menggunakan data laporan GCG dalam periode relatif pendek sehingga tidak dapat diketahui konsistensi pengungkapan yang dilakukan dari waktu ke

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan dalam gelar Sarjana (S-1) Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Mekanisasi pertanian dengan menggunakan semua perlengkapan, baik yang dikerjakan oleh tenaga manusia, hewan, maupun tenaga mesin, secara tepat guna tentunya sangat diharapkan

Dalam pelaksanaan pembangunan bidang Cipta karya, Kabupaten Bangli memiliki komitmen yang cukup tinggi dimana hal ini dapat dilihat dari perkembangan belanja pembangunan Bidang Cipta

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Bandung, peneliti lebih menekankan pada judul manajemen perubahan budaya, perubahan-perubahannya

Penelitian dilakukan dengan simulasi untuk melihat apakah sistem yang disarankan bisa mengontrol aliran paket data jaringan komputer sehingga.. dapat mengurangi