• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Verba Ujaran Bahasa Simalungun

BAB IV STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN

4.3 Makna Verba Ujaran Bahasa Simalungun

Makna verba ujaran dalam bahasa Simalungun dibagi menjadi enam bagian, yakni MENGATAKAN / TERJADI, MENGATAKAN / MENGETAHUI, MENGATAKAN/MELAKUKAN,MENGATAKAN/MERASAKAN,MENGATAKAN /BERPIKIR, dan MENGATAKAN/MENGATAKAN. Setiap anggota verba ujaran masing-masing memiliki perbedaan komponen yang terkandung pada maknanya dan perbedaannya dalam analisis ditandai dengan huruf kapital. Makna verba ujaran bahasa Simalungun fokus melihat perbedaan ciri-ciri yang membedakan verba yang satu dengan verba yang lainnya. Selanjutnya akan di bahas pada subbab berikut ini.

4.3.1 Makna Verba MANGINDO ‘meminta’

Verba MANGINDO ‘meminta’ terdiri dari enam verba, dari enam verba hanya dipilih beberapa verba yang bersinonim. Untuk kepraktisan tulisan, pada pembahasan ini tidak dijelaskan keseluruhan verba. Hanya dipilih beberapa verba yang dapat mewakili dari keseluruhan makna verba, yaitu verba MANGINDO ‘meminta’. Namun verba yang lainnya juga dijelaskan dan dicantumkan pada lampiran I. Alasan memilih verba MANGINDO ‘meminta’ menjadi makna dari enam verba adalah verba MANGINDO ‘meminta’ dapat mewakili makna verba lainnya. Keenam verba tersebut berhubungan dengan verba MANGINDO ‘meminta’ yang menerangkan supaya seuatu

terjadi dan juga memiliki ciri semantis yang terdapat pada kata MANGINDO ‘meminta’.

Lebih jauh, makna pada verba ini meskipun berada pada makna yang sama, namun terdapat juga perbedaan makna halus pada verba, dapat dilihat pada contoh berikut.

(33) a. Guru mangindo hubani murid ase sip guru meminta Prep murid Konj diam ?marsobba

memohon

‘Guru meminta kepada murid supaya diam.’

b. marsobba tumang dalahi ai bani hakim ase ulang i penjara ia

sangat lelaki Dem Prep hakim Konj Prep penjara 3Tg

?mangindo

‘Lelaki itu sangat memohon pada hakim supaya dia tidak di penjara.’

Pada contoh (33) perbedaan antara mangindo ‘meminta’ dan marsobba ‘memohon’ terletak pada bentuk dari verba tersebut. mangindo ‘meminta’ bersifat informal dan marsobba ‘memohon’ bersifat formal. Selanjutnya, mangindo ‘meminta’ berciri langsung, sedangkang marsobba ‘memohon’ berciri tidak langsung. Kedua kata ini akan diterangkan melalui parafrase dibawah ini.

mangindo ‘meminta’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) (b) X mengatakan ini karena X ingin sesuatu terjadi

(c) X berpikir bahwa ada alasan yang baik mengapa Y HARUS MELAKUKAN Z (d) X mengatakan sesuatu seperti ini

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) (b) X mengatakan ini karena X ingin sesuatu terjadi PADA Z

(c) X ingin mengatakan bahwa Y TIDAK HARUS MELAKUKAN Z (d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Dari kedua parafrase di atas, perbedaan mangindo ‘meminta’ dan marsobba ‘memohon’ terletak pada komponen (c). Pada komponen (c) mangindo ‘meminta’ memiliki ciri ditandai dengan komponen ( Y HARUS MELAKUKAN Z) dan

marsobba ‘memohon’ memiliki ciri ditandai dengan komponen ( Y TIDAK

HARUS MELAKUKAN Z).

Dalam mangindo ‘meminta’sesuatu, bukan seseorang, karena orang mangindo sesuatu menginginkan sesuatu terjadi melalui tindakan seseorang, bukan tindakan khusus penutur tertentu. Ia menganggap orang yang terlibat enggan memenuhi permintaan dirinya. Agar keinginan yang diekspresikannya terpenuhi, ia mengemukakan alasan yang meyakinkan mengapa mereka melakukannya (‘aku berpikir bahwa ada alasan yang baik mengapa kau harus melakukan sesuatu’).

(34) Kakak marsobba hubani guru ase i bere putten na dear kakak Akt.mohon Konj guru Konj Prep berikan nilai Konj bagus ‘Kakak memohon pada guru supaya diberikan nilai yang bagus’. (35) * Kakak marsobba guru ase i bere putten na dear

kakak Akt.mohon guru Konj Prep berikan nilai Konj bagus ‘Kakak memohon guru supaya diberi nilai yang bagus’.

Dalam bahaha Simalungun orang yang dimohon melakukan sesuatu tidak dapat menenpati slot objek langsung. Ini mencerminkan perbedaan sikap penutur pada petutur dan sekaligus menunjukkan bahwa orang tidak mengatakan apa yang diinginkannya secara terus terang. Demikian pula, orang yang diminta melakukan sesuatu tidak bisa diberi status objek langsung. Apa yang diminta harus dikatakan secara langsung, dan

posisi yang tepat adalah pada objek langsung. Namun, karena tindakan memerlukan agen, penutur tentunya tidak melupakan peran orang lain.

4.3.2 Makna MANURUH ‘menyuruh’

Makna MANURUH ‘menyuruh’ diturunkan dari tipe MENGATAKAN/MELAKUKAN. Pada tipe MENGATAKAN/MELAKUKAN ini terdapat lima verba yaitu, verba manuruh ‘menyuruh’, mamarentah ‘memerintah’,

mangontang ‘mengundang’, mangolati ‘melarang’, dan mangaturhon

‘menginstruksikan’. Untuk kepraktisan tulisan, pada pembahasan ini tidak dijelaskan keseluruhan verba. Hanya dipilih beberapa verba yang dapat mewakili dari keseluruhan makna verba, yaitu verba MANURUH ‘menyuruh’. Namun verba yang lainnya juga dijelaskan dan dicantumkan pada lampiran I.

Alasan yang mendasar dinamakan verba MANURUH ‘menyuruh’ menjadi makna dari kelima verba itu karena dapat memudahkan dalam penamaan verba. disini verba MANURUH ‘menyuruh’ dapat mewakili makna verba yang lainnya. Kelima verba tersebut berhubungan dengan makna verba MANURUH ‘menyuruh’ yang menjelaskan agar orang lain melakukan sesuatu. Verba MANURUH ‘menyuruh’ dipilih karena dapat mewakili makna verba mamarentah ‘memerintah’, mangontang ‘mengundang’, mangolati ‘melarang’, dan mangaturhon ‘menginstruksikan’.yaitu memiliki ciri semantis yang terdapat pada kata MANURUH ‘menyuruh’.

Lebih lanjut, makna pada verba ini meskipun berada pada tipe yang sama dan makna yang sama, namun terdapat juga perbedaan makna halus pada setiap verba. Seperti pada verba mamarentah ‘memerintah’ dan manuruh ‘menyuruh’ dapat dilihat pada contoh dibawah ini.

(36) a. Bapatua mamarentah abang mangawasi na marhorja ai ijuma paman memerintah abang Akt.awasi Konj bekerja Dem Prep ladang

?manuruh menyuruh

‘Paman memerintah abang untuk mengawasi orang yang bekerja di ladang.’ b. inang manuruh namboru ase roh hu rumah nami patar pagi

ibu menyuruh bibi Konj datang Prep rumah 1JM besok pagi ?mamarentah

memerintah

‘Ibu menyuruh bibi supaya datang besok pagi kerumah.’

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa mamarentah ‘memerintah’ pada contoh (a) bersifat sesuatu yang harus dilakukan sekarang, sedangkan manuruh ‘menyuruh’ pada contoh (b) mengimplikasikan tindakan petutur pada masa mendatang, yang ditandai dengan kata ‘patar pagi’. Perbedaan kedua verba tersebut dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

mamarentah ‘memerintah’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) (b) X mengatakan ini karena X ingin Y melakukan Z SEKARANG (c) X berpikir bahwa Y HARUS melakukan Z karena ini

(d) X mengatakan sesuatu sperti ini manuruh ‘menyuruh’

(a) Pada waktu itu, X mengatakan sesuatu pada Y

(b) X mengatakan ini karena X ingin Y melakukan Z NANTI (c) X berpikir bahwa Y AKAN melakukan Z karena ini (d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Komponen (b dan c) pada contoh di atas merupakan pembeda dari verba

mamarentah ‘memerintah’ dan manuruh ‘menyuruh’. Verba mamarentah

‘memerintah’ bersifat orang lain harus melakukan sesuatu (meskipun ia tidak mau melakukannya) yang ditandai dengan komponen (Y melakukan Z SEKARANG). Aspek

perintah menjadi ciri semantis yang penting. Ciri ini dijelaskan sebagai ‘au berpikir bahwa kau harus melakukan sesuatu’. Verba manuruh ‘menyuruh’ bersifat sesuatu yang dilakukan pada masa mendatang. Kata manuruh ‘menyuruh’ ditandai dengan komponen ( Y melakukan Z NANTI ). Pada komponen (c) pada kata mamarentah ‘memerintah’ ditandai dengan komponen (Y HARUS melakukan Z ) kata ini menjelaskan sesuatu pekerjaan yang harus dilakukan. Dan kata manuruh ‘menyuruh’ ditandai dengan (Y AKAN melakukan Z ).

Manuruh ‘menyuruh’ dan mamarentah ‘memerintah’ mempunyai tujuan ilokusi

yang sama (‘aku ingin kau melakukan sesuatu’). Orang yang manuruh ‘menyuruh’ atau

mamarentah ‘memerintah’ berpikiran bahwa dia mempunyai kekuatan terhadap petutur,

dan petutur harus melakukan apa yang dikatakanuntuk dilakukan oleh petutur. Dalam

manuruh ‘menyuruh’, mengimplikasikan tindakan petutur pada masa mendatang.

Kalimat seperti, Ibu menyuruh bibi datang kerumah besok pagi! ditafsirkan suruhan, bukan perintah. Penjelasan manuruh ‘menyuruh’ memuat acuan yang tegas pada masa mendatang (‘aku berpikir bahwa kau akan melakukan sesuatu’). Mamarentah ‘memerintah’, sebaliknya, berorientasi pada masa kini. Dalam penjelasannya (‘aku ingin kau melakukan sesuatu sekarang’). Mamarentah ‘memerintah’ mengimplikasikan bahwa orang lain harus melakukan sesuatu (meskipun ia tidak ingin melakukannya).

4.3.3 Makna Verba PATUGAHKON ‘memberitahukan’

Makna PATUGAHKON ‘memberitahukan’ teridiri dari sebelas verba, dari sepuluh verba dalam pembahasan ini hanya dipilih beberapa verba yang bersinonim dan verba yang lainnya akan dijelaskan pada lampiran. Dinamakan verba PATUGAHKON ‘memberitahukan’, karena memudahkan dalam penamaan verba. Verba

PATUGAHKON ‘memberitahukan’ ini dipilih karena dapat mewakili kesebelas verba yang ada dan juga memimiliki ciri semantis yang sama yang terdapat pada verba PATUGAHKON ‘memberitahukan’.

Makna pada verba ini memiliki perbedaan, meskipun berada pada ranah semantis yang sama. Misalnya, apabila membandingkan dua kata yang bersinonim akan ditemukan perbedaan makna yang halus dari kedua kata tersebut. Seperti pada contoh dibawah ini.

(37) a. Guru patugahkon hasilni ujian ai patar sogot guru memberitahukan hasil dari ujian Dem besok pagi

?mamodahii menasihati

‘Guru memberitahukan hasil dari ujian itu besok pagi.’ b. Oppung lalap mamodahi ganup pahoppuni nenek selalu ? patugahkon semua cucu 3Tg

‘ Nenek selalu menasihati semua cucunya.’

Sekalipun berada pada ranah semantis yang sama, kata patugahkon ‘memberitahukan’ dan mamodahi ‘menasihati’ memiliki perbedaan. patugahkon ‘memberitahukan’ memiliki ciri memberi informasi yang bersifat mengumumkan atau menyampaikan kabar dan mamodah ‘menasihati’ merupakan membaritahukan sesuatu terhadap orang lain karena penutur mengetahui sesuatu yang baik. Tampak pada ilustrasi berikut.

patugahkon ‘memberitahukan’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) tentang sesuatu

(b) X mengatakan ini karena X ingin Y mengetahui tentang sesuatu (c) X berpikir bahwa Y ingin mengetahui sesuatu

(d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Mamodahi ‘menasihati’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) tentang sesuatu

(b) X mengatakan ini karena X ingin Y mengetahui tentang sesuatu YANG BAIK (c) X berpikir bahwa Y ingin mengetahui tentang sesuatu

(d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Ilustrasi di atas dibedakan oleh komponen (b), yaitu patugahkon ‘memberitahukan’ bersifat memberitahukan sesuatu terhadap orang lain dan mamodahi ‘menasihati’ bersifat memberi informasi juga penutur disini mengetahui sesuatu yang baik terhadap petutur yang ditandai dengan (YANG BAIK) pada komponen (b).

Lebih lanjut, makna dalam bahasa Siamlungun lebih kompleks apabila dibandingkan dengan bahasa Indonesia dapat dilihat pada verba bermusyawarah dan berunding. Dalam bahasa Simalungun kedua verba ini hanya diartikan satu kata yaitu, manrunggu.

4.3.4 Makna Verba MANURAI ‘memaki’

Makna verba MANURAI ‘memaki’ terdiri dari lima verba, dari lima verba ini untuk kepraktisan pennulisan hanya dipilih beberapa verba yang memiliki kemiripan, namun verba yang lainnya juga akan dimuat pada lampiran. Dinamakan verba MANURAI ‘memaki, karena dapat memudahkan dalam penamaan verba. Verba MANURAI ‘memaki ini juga mencakup ciri semantis dari lima verba tersebut sehingga dapat mewakili dari verba lainnya.

Lebih lanjut meskipun verba berada pada ranah semantis yang sama, ditemukan juga perbedaan makna yang halus pada setiap verba misalnya, mungut-ungut ‘mengomel’ dan manurai ‘memaki’, dapat dilihat pada contoh dibawah ini.

(38) Tahan do lalap namboru ai mungut-ungut bani niombahni tahan selalu bibi Dem mengomel Prep anak 3Tg

?manurai memaki ‘Bibi itu selalu mengomel pada anaknya.’

b. Mittor manurai do oppung ai bani na manakko kopini nenek Dem Prep Konj Akt.curi kopi 3Tg ?mungut-ungut

‘Nenek langsung memaki orang yang mencuri kopinya.’

Kedua verba di atas berada pada ranah semantis yang sama, tetapi terdapat perbedaan pada kalimat dan juga cara penyampaian. Pada verba mungut-ungut ‘mengomel’ cara penyampaiannya lebih lama atau bisa disebut dengan duratif, sedangkan manurai ‘memaki’ cara penyampaiannya lebih cepat atau disebut dengan pungtual. Verba mungut-ungut ‘mengomel’ bersifat intransitif, sedangkan verba manurai ‘memaki’ bersifat transitif. Parafrase makna kedua verba dapat dilihat dibawah ini.

Mungut-ungut ‘mengomel’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) (b) X mangatakan ini karena X ingin Y merasakan sesuatu yang BURUK (c) X berpikir bahwa Y akan merasakan sesuatu yang BURUK karena ini (d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Manurai ‘memaki’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu YANG BURUK pada seseorang (Y)

(b) X mengatakan ini karena X ingin Y merasakan sesuatu yang SANGAT BURUK (c) X berpikir bahwa Y akan merasakan sesuatu yang SANGAT BURUK karena

ini

Pada ilustrasi di atas perbedaan makna verba mungut-ungut ‘mengomel’ dan

manurai ‘memaki ’ terletak pada komponen (a, b dan c) yang ditandai dengan ‘YANG

BURUK, BURUK dan SANGAT BURUK’. Verba mungut-ungut ‘mengomel’ biasanya seseorang yang mungut-ungut ‘mengomel’ tidak bisa cepat karna banyak kata- kata yang dikeluarkan saat mungut-ungut ‘mengomel’ akan membuat petutur merasakan sesuatu yang buruk. Dan verba manurai ‘memaki ’ orang yang manurai ‘memaki’ mengatakannya dengan cepat dan biasanya petutur akan merasakan sesuatu yang sangat buruk.

Verba yang terdapat pada makna MENGATAKAN/MERASAKAN ini dalam bahasa Simalungun memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia yang termasuk kedalam verba MERASAKAN dan bersinonim misalnya, mencaci, mencemooh, menghina, mengejek, mencibir, dan mencela. Kelima verba ini di dalam bahasa Simalungun hanya diartikan satu kata yaitu, pabajan-bajanhon ‘menghina’. Darisini dapat diketahui bahwa makna dalam bahasa Simalungun lebih kompleks daripada makna dalam bahasa Indonesia.

4.3.5 Makna Verba MANGELEK ‘membujuk’

Makna verba MANGELEK ‘membujuk’ terdiri dari dua verba . verba MANGELEK ‘membujuk’ ini dimuat karena dapat mewakili makna verba lainnya. Pada verba ini terdapat perbedaan meskipun berada pada tipe semantis yang sama. Misalnya, mangelek ‘membujuk’, dan marpadan ‘berjanji’. Seperti contoh berikut.

(39) a. Dalahi ai mangelek naboru ai ase imaafkon ia

lelaki Dem membujuk wanita Dem Konj Akt.maafkan 3Tg

?marpadan

berjanji

b. marpadan do ia lang maniranghon parpadananni pakon dalahi ai ?mangelek 3Tg tidak memutuskan hubungan 3Tg Konj lelaki Dem

‘Dia berjanji tidak akan memutuskan hubungannya dengan lelaki itu.’

Kedua verba di atas memiliki makna yang berbeda setelah dimuat kedalam kalimat. Makna mangelek ‘membujuk’, dan marpadan ‘berjanji’ memiliki makna masing-masing meskipun berada pada tipe semantis yang sama yakni MENGATAKAN/BERPIKIR. Makna ketiga verba ujaran di atas di eksplikasi sebagai berikut.

Mangelek ‘membujuk’

(a) Pada waktu itu, seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y)

(b) X mengatakan ini karena X ingin Y berpikir bahwa Y HARUS MELAKUKAN Z SEKARANG

(c) X tahu bahwa Y INGIN MELAKUKAN Z (d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Marpadan ‘berjanji’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) TENTANG SESUATU

(b) X mengatakan ini karena X ingin Y berpikir bahwa X HARUS MELAKUKAN Z NANTI

(c) X tahu jika X tidak melakukan Z, Y akan berpikir bahwa X ORANG YANG BURUK

(d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Dari kedua verba di atas memiliki komponen yang berbeda meskipun berada pada ranah semantis yang sama. Verba mangelek ‘membujuk’ memiliki ciri yang berlangsung sekarang dan dilakukan sekarang. Yang ditandai dengan komponen ‘Y HARUS MELAKUKAN Z SEKARANG’, sedangkan verba marpadan ‘berjanji’ memiliki ciri sesuatu yang harus dilakukan nanti dan harus dilakukan, ditandai dengan

komponen ‘X HARUS MELAKUKAN Z NANTI ’ dan dibedakan juga oleh Objek. Dalam marpadan ‘berjanji’ membutuhkan objek yang ditandai dengan (TENTANG SESUATU) .

Dalam mangelek ‘membujuk’, orang mengekspresikan pandangannya bahwa seseorang harus melakukan sesuatu (‘aku berpikir bahwa kau harus melakukan sesuatu’). Penutur perlu mengantisipasi perlawanan (‘aku tahu bahwa kau tidak ingin melakukan sesuatu’). Namun, dia menganggap mudah mengubah sikap orang tersebut jika ia mengemukakan sejumlah alasan. Dikatakan sejumlah alasan sebab membujuk dipahami sebagai suatu proses, dan proses ini bersifat khusus karena menggambarkan situasi bagaimana penutur mencoba mempengaruhi petutur untuk melakukan sesuatu.

Dalam marpadan ‘berjanji’, penutur mempunyai kewajiban moral untuk melakukan apa yang dikatakannya. Jika tidak, petutur akan menganggap bahwa penutur adalah orang yang tidak dapat dipercaya, bahwa ia seorang pembohong, dan (‘aku tahu bahwa jika aku tidak melakukan sesuatu, kau akan berpikir bahwa aku orang yang buruk’). Dalam marpadan ‘berjanji’, penutur ingin petutur percaya bahwa ia akan melakukan sesuatu atau bertindak.

Pada verba marpadan ‘berjanji’ ini dalam bahasa Simalungun terdapat keunikan makna yaitu kata marpadan biasanya diberi glos ‘berjanji’ adakalanya mengandung makna yang berbeda seperti pada contoh berikut :

(40) Abang domma dokah marpadan pakon kakak ai. abang sudah lama berpacaran Konj kakak Dem ‘Abang sudah lama berpacaran dengan kakak itu’.

Kata marpadan pada kalimat di atas bermakna ‘berpacaran’. Hal ini menunjukkan bahwa marpadan dalam bahasa Simalungun berciri khas budaya. Oleh

karena itu kata marpadan dalam bahasa Simalungun memiliki makna ‘berjanji’ dan ‘bepacaran’.

4.3.6 Makna Verba MANUKKUN ‘bertanya’

Makna verba MANUKKUN ‘bertanya’ ‘Makna pada kata ini berfokus pada tanggapan verbal , penutur mengajukan pertanyaan tanpa berimplikasi bahwa ia tidak mengetahui jawabannya. Seperti contoh dibawah ini.

(41) Guru /manukkun/ hubani muridni parlajaran na domma ipatorang guru bertanya Konj murid 3Tg pelajaran yang telah Prep jelaskan i lobei kalas.

Prep depan kelas

‘Guru bertanya kepada muridnya tentang pelajaran yang sudah di jelaskan di depan kelas’.

Kata manukkun ‘bertanya’ memiliki makna sesorang yang mencari informasi karena, seseorang tersebut tidak tahu dan ada kalanya juga seseorang bertanya meskipun di sudah mengetahuinya. Dalam manukkun ‘bertanya’, penutur mengajukan pertanyaan tanpa berimplikasi bahwa ia tidak mengetahui jawabannya. Komponen (‘aku tidak tahu’) berperan dalam bertanya. Seperti contoh (41) bukan berarti guru tidak mengetahui jawabannya, tetapi guru ingin mengetahui apa yang akan dikatakan oleh muridnya. Perbedaan kedua verba tersebut dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

manukkun ‘bertanya’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) tentang sesuatu

(b) X mengatakan ini, karena X ingin Y mengatakan sesuatu (c) X TIDAK TAHU apa yang akan dikatakan Y

mambalosi ‘menjawab’

(a) Pada waktu itu seseorang (X) mengatakan sesuatu pada seseorang (Y) tentang sesuatu

(b) X mengatakan ini karena Y ingin X mengatakan sesuatu (c) X berpikir bahwa Y ingin mengetahui tentang sesuatu (d) X mengatakan sesuatu seperti ini

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa verba manukkun ‘bertanya’ seseorang yang mengharapkan jawaban atau penjelasan dari orang lain ditandai dengan komponen ‘ X ingin Y mengatakan sesuatu’ dan mambalosi ‘menjawab’ disini petutur yang ingin mengetahui tentang sesuatu dari penutur yang ditandai dengan ‘Y ingin X mengatakan sesuatu’.

Dokumen terkait