BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama kali
dilakukan dalam rangka analisis data. Uji normalitas ini bertujuan
untuk mengetahui apakah data regulasi diri dan kecenderungan
pembelian impulsif normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00
dengan statistik uji One Sample Kolmologorov Smirnov.
Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p).
Apabila p > 0.05 maka sebaran dikatakan normal, namun
sebaliknya jika p < 0.05 maka sebaran dikatakan tidak normal.
Dari hasil pengujian tersebut, pada variabel kecenderungan
pembelian impulsif diperoleh nilai Z = 0.931 dengan p = 0.351.
sedangkan pada variabel regulasi diri diperoleh nilai Z = 0.554
dengan p = 0.918. Kedua variabel tersebut memiliki p > 0.05. Hal
ini menunjukkan bahwa distribusi kedua data normal. Berikut ini
tabel uji normalitas.
Tabel 8 Uji Normalitas
Variabel KS-test Asymp. Sig Sebaran
Regulasi Diri 0,931 0,351 Normal
Kecenderungan
b. Uji Linearitas
Uji linearitas ini dilakukan untuk apakah hubungan antara dua
skor variabel kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi diri
merupakan garis lurus atau tidak, selain itu uji linearitas ini
berfungsi untuk memberikan arah hubungan antara dua variabel.
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
for Window versi 16.00. Uji linearitas ini dilakukan dengan
menghitung nilai F dan melihat nilai p. Jika p < 0.05 maka garis
regresi tersebut linear. Dari pengujian tersebut, diperoleh nilai F
sebesar 1.567 dengan p = 0.217, sehingga dapat dikatakan data
penelitian tidak linear. Berikut ini tabel uji linearitas.
Tabel 9
Uji Linearitas data regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif F Sig. Skor pembelian impulsif dan regulasi diri (between groups) (combined) 1.008 0.482 Linearity 1.567 0.217 Deviation from Linearity 0.992 0.503 2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui dan menguji apakah
hipotesis yang telah ditetapkan terbukti dengan menggunakan
teknik korelasi dengan menggunakan program SPSS for Window
versi 16.00.
Uji asumsi yang diperoleh dalam penelitian ini mengatakan
karena itu, peneliti tidak dapat menggunakan teknik korelasi
Product Moment Pearson. Sebagai gantinya, peneliti menggunakan
uji korelasi dari Spearman. Berikut ini tabel uji hipotesis.
Tabel 10 Uji hipotesis Korelasi P Signifikansi (1-tailed) Koefisien Determinasi R = -0.192 < 0.05 0.041 R squared = 0.019
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa koefisien korelasi
antara kecenderungan pembelian impulsif dengan regulasi diri
adalah sebesar -0.192 dengan signifikansi (p) = 0.041. Perhitungan
dilakukan pada taraf signifikansi p < 0.05 dan memakai uji 1 ekor.
Pemakaian uji satu ekor karena hipotesis dalam penelitian ini
sudah memiliki arah hubungan yang negatif antara kecenderungan
pembelian impulsif dan regulasi diri pada remaja tengah. Jadi hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi
diri pada remaja tengah.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara regulasi
diri dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hasil
analisa statistik dengan menggunakan teknik Spearman memperlihatkan
pada variabel regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif
mempunyai hubungan korelasi negatif.
Hubungan korelasi negatif mengartikan bahwa semakin tinggi
regulasi diri pada remaja maka semakin rendah kecenderungan remaja
melakukan pembelian impulsif. Sebaliknya, semakin rendah regulasi diri
pada remaja, maka semakin tinggi kecenderungan remaja melakukan
pembelian impulsif. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang
dikeluarkan oleh Nataraajan dan Goff (LaRose, 2001) bahwa pembelian
impulsif merupakan karakteristik dari kurangnya regulasi diri.
Hasil koefisien determinasi (r²) sebesar 0.019 menunjukkan bahwa
regulasi diri memberi sumbangan terhadap kecenderungan pembelian
impulsif sebesar 19%. Sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor lain.
Hawkins Stern (Stuart, 1966) menyebutkan bahwa kondisi ekonomi,
kepribadian, waktu, lokasi, budaya dan kondisi emosional juga menjadi
faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan
pembelian impulsif.
Dalam teori belajar sosial, kemampuan regulasi diri membantu
seseorang untuk mengambil keputusan dan melakukan perencanaan
mengenai cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai. Regulasi diri
merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya
sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan tujuan hidup,
Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik mampu untuk
menyadari apa yang dipikirkan dan mengontrol pikirannya dan mampu
menyelesaikan masalah yang penting dengan baik. Hal ini membuat
seseorang mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mampu
memotivasi dirinya sendiri, sehingga faktor-faktor yang berpengaruh
untuk melakukan pembelian impulsif seperti kondisi ekonomi, lokasi di
mana seseorang berada, waktu, kondisi emosional, stimulus yang ada
tidak membuat seseorang menjadi lepas kontrol dalam melakukan
pembelian.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat bahwa
regulasi diri pada remaja tengah khususnya siswa SMA Bopkri I
memperoleh mean empiris sebesar 123.1445 lebih besar dari mean
teoritik yang nilainya 100. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi diri pada
remaja tengah khususnya siswa SMA Bopkri I tinggi. Sedangkan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah khususnya siswa
SMA Bopkri I memperoleh mean empiris sebesar 62.1084 yang lebih
rendah dari mean teoritik yakni 72.5. Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan remaja melakukan pembelian impulsif dikatakan rendah.
Dalam regulasi diri terdapat tiga aspek yakni observasi diri atau
monitoring diri, evaluasi diri dan aspek proses respon diri. Aspek
pertama adalah observasi diri yakni kemampuan seseorang dalam
memonitor dirinya membuat seseorang mampu melihat kualitas
1981). Kemampuan memonitor dirinya sendiri ini juga memberikan
informasi terhadap diri sendiri mengenai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (LaRose, 2001). Kemampuan monitoring diri ini membantu
remaja untuk tetap menyadari perilakunya sendiri. Santrock (2003)
menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan, remaja cenderung
menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif,
mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan mempertimbangkan
kredibilitas sumber-sumber. Hal ini memungkinkan remaja untuk
berpikir dan menimbang sebelum melakukan kegiatan membeli sesuatu.
Aspek kedua dalam regulasi diri adalah evaluasi diri.
Kemampuan seseorang dalam melakukan evaluasi terhadap dirinya
sendiri dengan melakukan pembandingan terhadap diri sendiri maupun
orang lain dalam rangka menilai kemajuan diri yang sudah ada. Apa
yang perlu ditingkatkan dan apa saja yang perlu dipertahankan atau apa
saja yang menyimpang dari norma yang ada dan apa saja yang sudah
sesuai dengan norma yang sudah ada (Larry, dkk, 1981). Kebudayaan
yang berbeda menghasilkan pula perbedaan nilai-nilai dalam
masyarakat. Remaja memiliki tugas perkembangan salah satunya
mencapai kemandirian emosional (Hulock,1980), namun tidak semua
remaja sudah mencapai kematangan emosi. Kemampuan evaluasi diri
membantu remaja untuk menetapkan tujuan yang diinginkan. Hal ini
remaja tidak tergoda dengan adanya stimulus dari luar terutama stimulus
yang menggoda untuk dibeli.
Aspek ketiga dalam regulasi diri adalah proses respon diri, yakni
kemampuan seseorang dalam merespon dirinya. Seseorang memiliki
kemampuan untuk merespon secara positif atau negatif perilakunya yang
bergantung pada bagaimana standar personal dalam mengukur perilaku
dengan memberikan reward atau punishment (Larry, dkk, 1981). Tugas
perkembangan remaja salah satunya adalah mempersiapkan kemandirian
ekonomi, namun kemandirian ekonomi belum dapat tercapai sebelum
remaja memilih pekerjaan padahal, kebanyakan remaja di Indonesia
masih mengandalkan orang tua. Hal inilah yang disadari para remaja,
sehingga mereka dapat mengontrol diri untuk tidak membeli sesuatu
yang tidak dibutuhkan tanpa direncanakan sebelumnya. Perasaan
menyesal atau bersalah karena membeli barang yang tidak dibutuhkan
A. KESIMPULAN
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini
diterima yaitu ada hubungan yang negatif antara regulasi diri dan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hal ini
ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0.192 dengan p<0.05. Hal
ini berarti bila tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka
regulasi diri rendah. Demikian pula sebaliknya, jika tingkat kecenderungan
pembelian impulsif rendah maka regulasi diri tinggi. Hasil penelitian,
regulasi diri memberi sumbangan terhadap kecenderungan pembelian
impulsif sebesar 19%. Sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor lain.