PADA REMAJA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Maria Asti Wardani
059114022
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
A lmamaterku F akultas P sikologi U niversitas Sanata D harma
T uhanku, Y esus K ristus Sang M aha Cinta
A yah dan ibuku, kakak dan adikku yang selalu dengan tulus
menyayangiku
Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dalam tangis dan tawa.
v
ketika kamu tertinggal. M ereka yang berkata, "M ari kita lakukan bersama-sama".
Y ang selalu bilang, "Jangan ungkit masa lalu lagi, kamu sudah dimaafkan."
Bersyukur karena di antara orang-orang yang meninggalkanmu, masih ada
mereka yang selalu mendukungmu ( www.rumahrenungan.com)
Bila gunung di hadapanku tak j ua berpindah
K au berikanku kekuatan untuk mendakinya
K ulakukan yang terbaik K au yang selebihnya
T uhan selalu punya membuatku menang pada akhirnya
( T uhan selalu punya cara)
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara regulasi diri dan tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah (middle adolescence). Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.Variabel dalam penelitian ini adalah regulasi diri yakni kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya sendiri, sedangkan kecenderungan pembelian impulsif artinya kegiatan membeli sesuatu karena dorongan yang kuat untuk memiliki sesuatu dilakukan secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya oleh konsumen. Kedua variabel diukur menggunakan skala. Koefisien reliabilitas skala regulasi diri adalah sebesar 0,840 sedang koefisien reliabilitas skala kecenderungan pembelian impulsif adalah sebesar 0,862. Validitas skala regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif menggunakan indeks daya beda item >0,30. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara regulasi diri dengan tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Apabila tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka regulasi diri rendah. Sebaliknya, jika tingkat kecenderungan pembelian impulsif rendah maka regulasi diri tinggi. Hipotesis penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman. Subyek penelitian adalah siswa SMA Bopkri I Yogyakarta berjumlah 83 orang. Hasil penelitian menunjukkan korelasi r = -0,912 dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi diri pada remaja tengah.
viii ABSTRACT
The aim of the research is to know the correlation between self regulation behaviour and impulsive buying tendencies at middle adolescence. The type of this research is correlation research. The variable in this study is that self regulation a person's ability to control their own behavior, whereas the means of impulsive buying tendency to buy something because a strong urge to have something done spontaneously and without planning beforehand by the consumers. The reliability coefficient of self regulation behaviour scale is 0,840, while coefficient of impulsive buying tendencies scale is 0,862. The Validities of self regulation behaviour and impulsive buying tendencies used differentiability index criteria item ≥0,30. The hypothesis of this research is “there is a negative correlation between self regulation behaviour and impulsive buying tendencies”. It means, when the self regulation behaviour is positive, the impulsive buying tendencies will be low, and when the self regulation behaviour is negative, the impulsive buying tendencies will be high. The hypothesis is analyzed using correlation Spearman. The subjects of this research are 83 students at Bopkri I Senior High School of Yogyakarta. The result of this research shows that the correlation is (r) = -0,912 with significant level of 0,05. it means that there is negative significant correlation between self regulation behaviour and impulsive buying tendencies at middle adolescence..
x
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari banyak kendala dan keterbatasan yang mengiringi penulisan skripsi ini, namun dengan bantuan dari banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Sadar akan keterbatasan itu, maka penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M. Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., yang telah memberikan ijin melakukan penelitian kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
3. Ibu M. L. Anantasari, S. Psi., M. Si.,selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan, bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Kristiana Dewayani, S. Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh pendidikan di fakultas ini.
5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie yang selalu membantu kelancaran pengurusan administrasi kesekretariatan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi. Mas Muji dan Mas Doni yang selama ini membantu penulis dalam hal praktikum dan kelengkapan bahan bacaan di Fakultas Psikologi.
xi
menangis bersama.. terima kasih juga sudah membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. I Love you all... Paul, yang sudah membantuku sebelum dan sesudah penelitian. Terimakasih, tanpa dirimu penelitianku tidak dapat berjalan dengan lancar. Alit, yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi. Mari kita berjuang bersama.
10.Kakak-kakakku dan adikku : Ary, Novi, Apri, Hari. Terimakasih sudah mau mengantarku kemanapun aku pergi dan selalu mengajakku jalan-jalan. Untuk Micko, terimakasih sudah membantuku membetulkan komputer yang mati supaya aku bisa mengerjakan skripsi. Kapan kita masak-masak lagi?
11.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.
Yogyakarta, 23 April 2010 Penulis
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix
KATA PENGANTAR ... x
1. Pengertian Pembelian Impulsif... 8
2. Aspek-Aspek Pembelian Impulsif... 9
3. Ciri-ciri Pembelian Impulsif... 10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif... 10
B. REGULASI DIRI... 13
xiii
2. Karakteristik Remaja... 18
3. Tugas Perkembangan Remaja... 19
D. REGULASI DIRI DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF ... 20
E. HIPOTESIS... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 24
A. JENIS PENELITIAN... 24
B. SUBYEK PENELITIAN... 24
C. VARIABEL PENELITIAN... 24
1. Variabel bebas... 24
2. Variabel tergantung... 24
D. DEFINISI OPERASIONAL... 25
1. Regulasi diri... 25
2. Kecenderungan Pembelian Impulsif... 25
E. METODE DAN ALAT PENGAMBILAN DATA... 26
F. UJI COBA ALAT UKUR... 28
G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS... 29
1. Validitas... 29
2. Seleksi Item... 30
3. Reliabilitas... 32
H. ANALISIS DATA... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 34
A. PELAKSANAAN PENELITIAN... 34
B. DESKRIPSI SUBYEK... 34
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN... 35
D. ANALISIS DATA PENELITIAN... 36
xiv
B. SARAN... 43
1. Bagi Subyek... 43
2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 44
DAFTAR PUSTAKA... 45
xv
Tabel 2 : Blue Print Kecenderungan Pembelian Impulsif... 27
Tabel 3 : Blue Print Regulasi Diri... 28
Tabel 4 : Blue Print Kecenderungan Pembelian Impulsif Setelah uji coba... 31
Tabel 5 : Blue Print Regulasi Diri setelah uji coba... 31
Tabel 6 : Identitas Subyek... 35
Tabel 7 : Data Penelitian... 35
Tabel 8 : Uji Normalitas... 36
Tabel 9 : Uji Linearitas data regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif... 37
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, terjadi berbagai macam perubahan dalam setiap aspek
kehidupan, salah satunya adalah perubahan gaya hidup dalam masyarakat.
Masyarakat dihadapkan pada berbagai kemudahan, seperti kemudahan
untuk memperoleh informasi, kemudahan dalam melakukan perjalanan
atau bahkan kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian. Setiap
bentuk kemudahan yang ditawarkan tersebut menyebabkan adanya
perubahan dalam menilai suatu kebutuhan. Kebutuhan yang dimasa lalu
dianggap sebagai suatu kebutuhan sekunder kini beralih menjadi
kebutuhan primer.
Perubahan pola pikir dalam menilai suatu kebutuhan juga didukung
dengan stimulus seperti iklan yang dapat dilihat maupun didengar oleh
masyarakat setiap hari melalui media-media komunikasi yang ada,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan, masyarakat melakukan aktivitas
pembelian seperti berbelanja.
Berbelanja merupakan aktivitas pembelian yang cukup
menyenangkan bagi banyak orang baik wanita atau pria, orang dewasa
atau remaja. Belanja dilakukan ketika seseorang membutuhkan suatu
Aktivitas berbelanja menjadi semakin menyenangkan ketika toko
atau mall memberikan diskon atau potongan harga atas barang yang
dibutuhkan, sehingga tidak sedikit konsumen yang membeli barang yang
sebenarnya tidak dibutuhkan. Widyasmoro (Intisari, 2009) mengatakan
diskon merangsang seseorang untuk menimbang-nimbang apakah suatu
barang dapat dibeli atau tidak bukan dibutuhkan atau tidak. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh lembaga survey AGB Neilsen juga
menyimpulkan bahwa konsumen di Indonesia lebih tertarik dengan
promosi yang memberikan keuntungan secara langsung, seperti diskon.
Tinggal di kota besar, seperti Jakarta, tentu berbeda dengan tinggal
di kota-kota kecil. Kota-kota besar banyak menawarkan berbagai hal
menarik, termasuk barang-barang yang menarik. Hal tersebut tentu
semakin memudahkan dalam memuaskan hasrat berbelanja. Begitu juga
ketika bergaul dengan orang-orang yang gemar berbelanja, mungkin akan
memiliki banyak waktu yang diluangkan untuk berbelanja bersama di mal,
department store atau pusat perbelanjaan lainnya.
Aktivitas belanja yang terlalu sering memicu terjadinya pembelian
yang tidak direncanakan dan diwarnai dorongan kuat untuk membeli
secara tiba-tiba serta sering kali sulit ditahan, yang umumnya disertai
perasaan menyenangkan serta penuh gairah (Fika dan Sumaryono, 2008).
Kondisi demikian ini dinamakan pembelian impulsif. Hawkins Stern
sebagai pembelian yang dilakukan tanpa melakukan rencana untuk
membeli barang tersebut.
Masa perkembangan pada remaja tengah (middle adolescence)
menjadi latar belakang remaja melakukan pembelian impulsif. Remaja
memiliki minat akan simbol status. Simbol status merupakan simbol
prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi
atau mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok, seperti dapat
membelanjakan uang tanpa harus bekerja dapat menyatakan status sosial
ekonomi yang lebih tinggi (Hurlock,1982). Kondisi emosional remaja
yang belum matang membuat remaja tidak memikirkan segala sesuatunya
dengan baik, sehingga pengambilan keputusan dapat terganggu.
Pembelian impulsif yang dilakukan terus menerus, dapat
berkembang menjadi perilaku konsumtif. Kecenderungan membeli secara
impulsif dapat dilihat dari banyaknya remaja yang mengaku akan langsung
membeli ketika melihat barang menarik ketika berjalan-jalan di sebuah
toko.Rostiana(Http://kisah.belanja.blogspot.com/2006/11/berapapunharga
nya_asal_sukabeli.html) mengatakan bahwa perilaku konsumtif mulai
dari saat mereka remaja. Perilaku konsumtif sudah bisa dibentuk dari
pergaulan saat remaja dan tidak jarang perilaku ini berlanjut terus hingga
dewasa.
Kebiasaan membeli barang secara tidak terencana membawa dampak
bagi perkembangan remaja. Remaja memiliki tugas perkembangan yang
tua dan mempersiapkan kemandirian secara ekonomis. Remaja khususnya
di Indonesia yang belum mandiri secara ekonomi harus mengeluarkan
uang dari pemberian orang tua, sehingga orang tua harus mengawasi setiap
pengeluaran yang dikeluarkan anak remaja. Hal ini membuat remaja
menjadi tidak memperoleh kemandirian secara emosional dari orang tua.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pembelian
impulsif. Hawkins Stern (dalam Stuart, 1966) menjelaskan bahwa
pembelian impusif dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kepribadian, waktu,
lokasi, faktor budaya serta faktor emosional. Nataraajan dan Goff
(LaRose, 2001) mengatakan bahwa pembelian impulsif merupakan
karakteristik kurangnya regulasi diri. Hasil-hasil studi yang ada juga
mengatakan bahwa banyak kasus pembelian impulsif disumbangkan oleh
regulasi diri.
Regulasi diri yang kemudian menjadi faktor yang penting dalam
perkembangan remaja. Kowalski (Wulandari dan Anita, 2007) mengatakan
regulasi diri adalah tugas seseorang untuk mengubah respon-respon,
seperti mengendalikan impuls perilaku, menahan hasrat, mengontrol
pikiran dan mengubah emosi. Seseorang yang memiliki regulasi diri yang
baik mampu menetapkan tujuan yang ingin diraih, mampu memotivasi
dirinya sendiri, mampu menyadari perilakunya sendiri dan mengontrol
dirinya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki regulasi diri rendah kurang
memiliki kontrol terhadap diri sendiri, sehingga mudah tergoda terhadap
dan Ronald (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa kondisi
regulasi seseorang dapat memprediksikan apakah seseorang mampu
menahan diri dari godaan membeli secara impusif.
Semakin banyak mal yang didirikan membuat sebagian besar orang
terutama remaja memanfaatkannya sebagai ruang publik untuk melakukan
berbagai macam kegiatan seperti berbelanja, meeting, maupun sekedar
jalan-jalan. Sekarang ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung
mal-mal besar adalah remaja dan yang lebih banyak melakukan pembelian
adalah remaja.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan antara regulasi diri dengan kecenderungan
pembelian impulsif pada remaja tengah. Penelitian ini dilakukan sebab
muncul adanya keprihatinan dari berbagai pihak mengenai perilaku
membeli dan perilaku konsumsi remaja saat ini yang kemudian
berkembang menjadi perilaku konsumtif. Remaja yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah remaja yang berada pada tahap remaja tengah
yang usianya antara usia 14-18 tahun (Steinberg, 2002).dan masih
bersekolah di kelas X.
SMA Bopkri I dipilih dengan pertimbangan sekolah tersebut
lokasinya dekat dengan mal besar, selain itu sekolah tersebut juga telah
berstandar internasional dan banyak orang tua dengan kondisi ekonomi
merupakan salah satu hal yang turut menyumbang adanya kecenderungan
perilaku pembelian impulsif
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara regulasi diri dan kecenderungan pembelian
impulsif pada remaja tengah (middle adolescence).
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara regulasi diri dan
tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah (middle
adolescence).
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan penelitian yang nantinya dapat dikembangkan
lagi demi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu
psikologi perkembangan, khususnya mengenai hubungan antara
regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat untuk remaja
Remaja dapat melakukan evaluasi mengenai perilaku membeli
untuk diri sendiri dengan melihat hasil penelitian yang telah
b. Manfaat untuk orang tua
Berdasarkan hasil penelitian ini, orang tua dapat melakukan
evaluasi dan memberikan pendampingan pada anak remaja.
c. Manfaat untuk sekolah
Sekolah mendapatkan informasi dan menjadikan hasil penelitian
A. PEMBELIAN IMPULSIF
1. Pengertian Pembelian Impulsif
Hawkins Stern (dalam Stuart,1966) mengatakan bahwa pembelian
impulsif dideskripsikan sebagai setiap pembelian yang dilakukan tanpa
melakukan rencana untuk membeli barang tersebut.
Pembelian impulsif (unplanned purchase) juga didefinisikan
sebagai pembelian yang terjadi secara spontan karena munculnya
dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera (Fika dan
Sumaryono,2008).
Rook dan Gardner (Chien-Huang Lin, 2005) mengungkapkan
bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak terencana
dengan karakteristik pengambilan keputusan yang relatif cepat.dan bias
subjektif untuk memiliki suatu barang.
Engel dan Blacwell (1982) mendefinisikan pembelian impulsif
adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan
sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat di dalam
toko.
John Mowen dan Michael Minor (Mowen,2002) mengatakan
bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang dilakukan dengan
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelian impulsif adalah suatu kegiatan membeli sesuatu karena
dorongan yang kuat untuk memiliki sesuatu dilakukan secara spontan
dan tanpa perencanaan sebelumnya oleh konsumen.
2. Aspek-aspek pembelian Impulsif
Verplanken dan Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009), ada dua
aspek pembelian impulsif yakni :
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif yaitu adanya kekurangan pada unsur pertimbangan
dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan.
b. Aspek afektif
Aspek afektif yaitu dorongan emosional yang meliputi perasaan
senang, gembira, hasrat untuk melakukan pembelian berkali-kali
(kompulsif), tidak terkontrol, kepuasan, kecewa dan penyesalan.
Loudon & Bitta (1993) mengemukakan 5 elemen dalam pembelian
impulsif yakni :
a. Konsumen merasakan adanya dorongan yang tiba-tiba dan spontan
untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku
sebelumnya.
b. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian
menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara
psikologis, dimana untuk sementara waktu ia merasa kehilangan
c. Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan ia berusaha
untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan
konsekuensi jangka panjang dari pembelian.
d. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari suatu produk.
e. Konsumen seringkali membeli secara impulsif tanpa
memperhatikan konsekuensi yang akan datang.
Berdasarkan teori-teori tersebut, peneliti memilih teori dari
Verplanken dan Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009) sebab, teori
tersebut menjelaskan aspek-aspek pembelian impulsif dari dalam diri.
3. Ciri-ciri Pembelian Impulsif
Verplanken dan Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009)
mengatakan ciri-ciri pembelian impulsif :
a. Kurangnya pertimbangan.
b. Kurangnya perencanaan.
c. Perasaaan senang, puas, kecewa.
d. Hasrat untuk melakukan pembelian berkali-kali.
e. Tidak terkontrol.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif
Hawkins Stern (dalam Stuart, 1966) mengemukakan pembelian
impusif dipengaruhi oleh:
a. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi meliputi pendapatan, tabungan dan jumlah
pemilihan produk. Seseorang yang memiliki pendapatan memadai
lebih mudah dalam membelanjakan uangnya untuk membeli suatu
barang.
b. Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari
seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan
tetap terhadap lingkungannya. Kepribadian meliputi konsep diri.
Seseorang akan merasa percaya diri ketika mampu membeli suatu
barang tertentu yang menjadi mode saat ini.
c. Waktu
Faktor waktu dalam pembelian impulsif adalah kondisi seseorang
yang sedang membutuhkan suatu barang. Kondisi ini membuat
seseorang menjadi lebih peka terhadap suatu barang.
d. Lokasi
Lokasi toko yang ada juga turut berpengaruh terhadap adanya
pembembelian impulsif. Lokasi yang jauh dan penataan produk yang
tidak bagus mengurangi kecenderungan untuk melakukan pembelian
impulsif.
e. Budaya.
Faktor budaya meliputi kondisi kebiasaan lingkungan di sekitar
seseorang yang mempengaruhi perilaku seseorang. Seseorang yang
tinggal di kota besar yang menawarkan berbagai hal menarik,
f. Kondisi emosional
Kondisi emosi seseorang berpengaruh pada kegiatan berbelanja.
Keputusan membeli yang dilakukan seseorang berdasar pada emosi.
g. Regulasi diri
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya memiliki
peran yang penting. Seseorang akan mudah melakukan pembelian
yang tidak terencana kalau kemampuan mengendalikan perilakunya
rendah.
Loudon & Bitta (1993) mengemukakan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pembelian impulsif :
a. Karakteristik produk
1) Memiliki harga yang rendah
2) Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
3) Siklus kehidupan produknya pendek.
4) Ukurannya kecil atau ringan.
5) Mudah disimpan.
b. Marketing
1) Distribusi massa pada self service outlet terhadap pemasangan
iklan besar-besaran dan material yang akan didiskon.
Ketersediaan informasi yang dapat diperoleh dari berbagai
2) Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol
turut menjadi faktor yang berpengaruh dalam pembelian
impulsif.
c. Karakteristik konsumen
1) Kepribadian konsumen
2) Karakteristik demografis, seperti gender, usia. Status
perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.
3) Karakteristik sosio ekonomi.
B. REGULASI DIRI
1. Pengertian Regulasi Diri
Kowalski (Tri Wulandari dan Anita, 2007) mendefinisikan
regulasi diri sebagai tugas seseorang untuk mengubah respon-respon,
seperti mengendalikan impuls perilaku, menahan hasrat, mengontrol
pikiran dan mengubah emosi. Watson (Tri Wulandari dan Anita, 2007)
mengatakan regulasi diri adalah instruksi diri untuk mengadakan
perubahan pada perilaku seseorang
Bandura menjelaskan regulasi diri adalah kemampuan seseorang
untuk mengendalikan perilakunya (Larry,dkk, 1981). Pervin, Cervone
dan John (2005) mengatakan bahwa regulasi diri adalah kapasitas yang
dimiliki seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan
tujuan hidup, merencanakan strategi, mengevaluasi dan mengubah
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, regulasi diri dapat
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan
perilakunya sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan
tujuan hidup, merencanakan strategi, mengevaluasi dan mengubah
perilakunya sendiri.
2. Aspek-aspek Regulasi Diri
Dalam teori belajar sosial, ada 3 komponen dalam regulasi diri
yakni (Larry, dkk, 1981) :
a. Self Observation (observasi diri)
Self observation adalah kemampuan seseorang untuk memonitor atau
melihat perilakunya sendiri dengan memberikan perhatian atas
kualitas pada perilaku yang sedang dilakukannya supaya mampu
memahami diri sendiri.
b. Judgemental Process (evaluasi diri)
Judgemental process adalah kemampuan seseorang dalam
mengevaluasi perilakunya sendiri dengan membandingkan diri
sendiri atau dengan orang lain untuk melihat kemajuan yang telah
dicapai melalui penilaian yang dilakukan.
c. Self Response Process (proses respon diri)
Jess Feist dan Gregory Feist (2006) mendefinisikan self response
process sebagai kemampuan seseorang untuk merespon secara
standar personal dalam mengukur perilaku dengan memberikan
reward atau punishment.
Pervin, Cervone dan John (2005) mengemukakan aspek regulasi terdiri
dari 3 hal yakni :
a. Self efficacy perceptions
Self efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap
diri sendiri bahwa dirinya mampu untuk mengorganisasikan dan
memutuskan tindakan yang akan dilakukan dalam berbagai situasi.
Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi, dalam berbagai
situasi akan lebih percaya diri.
b. Goals
Goal adalah sesuatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai oleh
seseorang dengan melakukan usaha tertentu. Cita-cita dapat
memotivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Cita-cita
yang tinggi pada umumnya menghasilkan usaha yang juga keras
dan hasil yang besar.
c. Self evaluation
Self evaluation adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap perilakunya sendiri. Seseorang dapat melakukan
penilaian dalam usaha mencapai tujuan tertentu untuk menentukan
Dalam penelitian ini menggunakan teori dari Larry (1981). Peneliti
beranggapan bahwa teori ini sudah mencakup proses regulasi diri secara
keseluruhan.
3. Dampak Regulasi Diri
Regulasi diri membawa suatu dampak dalam kehidupan seseorang.
Mischel (1999) menyatakan karakteristik orang yang memiliki regulasi
diri yang baik adalah :
a. Seseorang dapat secara aktif memiliki pengaruh dan membangun
kehidupannya sendiri saat ini maupun di masa depan.
b. Seseorang mampu menetapkan tujuan yang ingin diraih dan
memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Mampu menghadapi masalah penting dengan baik.
d. Seseorang menjadi lebih menyadari tentang perilakunya sendiri
dan bagaimana menyesuaikan diri dengan norma masyarakat.
Carvier dan Scheier (1996) mengatakan bahwa regulasi diri
memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh seseorang, yakni :
a. Seseorang dapat menentukan suatu nilai, membuat standart
personal dan menentukan tujuan dalam hidup.
b. Seseorang mampu menyadari bahwa mengenai apa yang dipikirkan
dan mampu mengontrol pikirannya.
c. Seseorang mampu mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin
C. REMAJA
1. Pengertian remaja
Definisi remaja ada dari pandangan WHO adalah suatu masa:
(Sarwono, 2007):
a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari anak-anak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relative lebih mandiri.
Santrock (2003) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan emosional.
Gunarso (1981) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Hurlock (1980) mengatakan masa remaja dikatakan sebagai
periode perubahan yakni meningginya emosi yang intensitasnya
bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Kedua,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan. Adanya perubahan nilai-nilai yang disebabkan
Berdasarkan berapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
remaja adalah suatu masa peralihan dari masa anak kearah masa dewasa
yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan emosional.
2. Karakteristik remaja
Masa perkembangan pada remaja tengah (middle adolescence)
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang
mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau
pesimis, idealis atau materialistis dan sebagainya (Sarwono, 2007).
Remaja juga memiliki minat akan simbol status. Simbol status
merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang
memilikinya lebih tinggi atau mempunyai status yang lebih tinggi dalam
kelompok, seperti dapat membelanjakan uang tanpa harus bekerja dapat
menyatakan status sosial ekonomi yang lebih tinggi (Hurlock,1980).
Hurlock (1980) menyatakan salah satu ciri masa adalah masa yang
tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan
sesuai dengan sudut pandangnya sendiri, yang mana pandangannya itu
belum tentu sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan
kenyataan. Selain itu, bagaimana remaja memandang segala sesuatunya
bergantung pada emosinya sehingga menentukan pandangannya
terhadap suatu objek psikologis
Remaja mencoba mencapai kemandirian dan menemukan dirinya
dengan bergerak menjauhi orang tua dan mendekati teman sebaya.
mengembangkan suatu iklim kelompok dan norma-norma kelompok
(Monks,dkk, 1992).
Masa remaja adalah masa dimana remaja mengambil
keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana yang dipilih, sekolah
mana yang akan dipilih dan sebagainya. Remaja cenderung
menghasilkan pilihan-pilihan,menguji situasi dari berbagai perspektif,
mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan mempertimbangkan
kredibilitas sumber-sumber (Santrock, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja
memiliki ciri kurang realistis dan kurang stabil emosinya. Remaja
mengalami perubahan minat dan salah satunya memiliki ketertarikan
pada simbol status. Remaja juga cenderung menjauhi orang tua dan
mencari kelompok yang sesuai dengan dirinya, selain itu, remaja
mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan dengan
kecenderungan menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari
berbagai perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan
mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber
3. Tugas perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Hurlock, 1980)
yaitu :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku dan mengembangkan ideologi.
D. REGULASI DIRI DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN
IMPULSIF PADA REMAJA
Masa remaja adalah masa dimana remaja mengambil
keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana yang dipilih, sekolah
mana yang akan dipilih dan sebagainya (Santrock,2003). Remaja sudah
mulai menentukan tujuan apa yang ingin dicapai dalam hidup. Hal ini
berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang
harus dipenuhi seperti mencapai hubungan yang matang dengan teman
sebaya dan mencapai kemandirian emosional dari orang tua. Oleh karena
remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman sebaya dalam
suatu kelompok, maka turut mempengaruhi remaja tentang bagaimana
Berbagai perubahan terjadi pada remaja seperti perubahan minat.
Salah satunya adalah minat akan simbol status. Simbol status merupakan
simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya
mempunyai status lebih tinggi dari kelompoknya, maka remaja rela
untuk melakukan apa saja supaya dirinya memiliki status yang lebih
tinggi dalam kelompoknya.
Hal inilah yang membuat remaja melakukan kegiatan membeli
barang-barang yang dirasa mampu menunjukkan status secara tidak
terencana. Kegiatan membeli ini didukung dengan adanya pertumbuhan
ekonomi sehingga banyak didirikan pusat-pusat perbelanjaan atau mal
yang menawarkan berbagai macam barang yang menarik. Display
barang yang menarik tentu saja memikat remaja dan menyebabkan
terjadinya kegiatan membeli. Sekarang ini, dapat dilihat bahwa
pembelian di mal-mal lebih banyak didominasi oleh remaja. Apabila
kegiatan membeli barang secara tidak terencana dilakukan terus
menerus, maka dapat memicu terjadinya perilaku konsumtif.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan membeli secara
tidak terencana seperti kondisi ekonomi, kepribadian, waktu, lokasi,
budaya, kondisi emosional. Regulasi diri juga turut berpengaruh pada
terjadinya pembelian secara impulsif.
Regulasi diri ini menjadi berpengaruh dalam pembelian impulsif
karena berkaitan dengan kemampuan untuk mengendalikan perilakunya
dalam diri. Dalam teori belajar sosial, kemampuan regulasi diri
membantu seseorang untuk mengambil keputusan dan melakukan
perencanaan mengenai cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai. Regulasi
diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya
sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan tujuan hidup,
merencanakan strategi, mengevaluasi dan mengubah perilakunya sendiri.
Dalam regulasi diri terdiri dari 3 aspek yakni aspek observasi diri, aspek
evaluasi diri dan aspek proses respon diri. Ketiga aspek ini yang
berperan dalam pengaturan perilaku seseorang.
Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik mampu untuk
menyadari apa yang dipikirkan dan mengontrol pikirannya, mampu
menyelesaikan masalah yang penting dengan baik, mampu menetapkan
tujuan yang ingin diraih serta memotivasi diri sendiri.
Pada kegiatan membeli, regulasi diri memiliki pengaruh pada
seseorang untuk mengontrol pikirannya. Hal ini yang menentukan
pengambilan keputusan seseorang dalam membeli barang. remaja yang
memiliki regulasi diri yang baik menyadari perilakunya dan mampu
mengontrol dirinya sendiri, sehingga remaja dapat mengantisipasi
terjadinya kegiatan membeli tanpa adanya perencanaan sebelumnya.
Sebaliknya, remaja yang tidak memiliki regulasi diri yang baik
cenderung kurang mampu untuk mengontrol dirinya pada saat membeli
E. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ada
hubungan yang negatif antara regulasi diri dengan tingkat
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Apabila tingkat
kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka regulasi diri rendah.
Sebaliknya, jika tingkat kecenderungan pembelian impulsif rendah maka
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian termasuk dalam penelitian korelasi. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat hubungan antara regulasi diri dan tingkat
kecenderungan remaja tengah melakukan pembelian impulsif.
B. SUBYEK PENELITIAN
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja tengah
usia 14-18 tahun (Steinberg, 2002). Subyek dipilih adalah siswa SMA
kelas X . Peneliti memilih sekolah SMA Bopkri I untuk subjek penelitian.
C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah regulasi diri.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat
D. DEFINISI OPERASIONAL
1. Regulasi Diri
Regulasi diri dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengendalikan perilakunya sendiri
dengan melakukan observasi diri, evaluasi diri dan proses
merespon diri yang sering dikenal dengan self reinforcement.
Pengukuran aspek regulasi diri ini menggunakan alat
berupa skala regulasi diri. Skala ini dibuat berdasarkan teori
Bandura (Larry, dkk, 1981) yang mencakup tiga aspek yakni
observasi diri, evaluasi diri dan proses respon diri. Semakin tinggi
skor yang diperoleh maka semakin baik regulasi diri seseorang,
sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka regulasi diri
seseorang tersebut rendah.
2. Kecenderungan pembelian impulsif
Kecenderungan pembelian impulsif didefinisikan sebagai
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
membeli barang secara spontan, tanpa berpikir sebelumnya dan
tanpa adanya perencanaan yang matang yang disertai dorongan
yang kuat untuk memiliki sesuatu, kepuasan, rasa senang, rasa
kecewa dan rasa penyesalan konsumen.
Pengukuran aspek kecenderungan pembelian impulsif ini
menggunakan alat berupa skala kecenderungan pembelian
Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009) yang terdiri dari dua
aspek kognitif, seperti spontan, tanpa berpikir sebelumnya dan
tidak adanya perencanaan serta aspek afektif, seperti perasaan
senang, tidak terkontrol, puas, menyesal dan kecewa. Semakin
tinggi skor yang diperoleh maka kecenderungan seseorang
melakukan pembelian impulsif tinggi, sebaliknya, semakin rendah
skor yang diperoleh maka kecenderungan seseorang dalam
melakukan pembelian impulsif rendah.
E. METODE DAN ALAT PENGAMBILAN DATA
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian
ini adalah dalam bentuk skala, yaitu skala regulasi diri dan skala tingkat
kecenderungan pembelian impulsif.
Skala akan menggunakan metode Summated Rating yang
merupakan penskalaan model Likert. Model penskalaan ini merupakan
metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon
sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2000).
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah
pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan
didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan
diminta untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaiannya terhadap isi
setuju” (STS), ”tidak setuju” (TS), ”setuju” (S), dan ”sangat setuju” (SS).
Rentang skor pada setiap butir item adalah 1 sampai 4.
Tabel 1
Skor Jawaban
Jawaban Pernyataan
Favorabel unfavorabel
STS (Sangat Tidak Setuju)
TS (Tidak Setuju)
Skala kecenderungan pembelian impulisf terbagi dalam dua aspek
yakni aspek kognitif dan aspek afektif. Blue print persebaran item dalam
setiap aspek dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2
Blue print kecenderungan pembelian impulsif
Skala yang kedua adalah skala regulasi diri terbagi dalam tiga aspek yakni
observasi diri, evaluasi diri dan proses respon diri. Blue print persebaran
item dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3
Blue Print regulasi diri
Aspek Nomor item Jumlah
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba alat
ukur. Tujuannya adalah untuk menguji kesahihan alat ukur. Uji coba alat
ukur dilakukan pada tanggal 11 November 2009 menggunakan 5 kelas
yaitu siswa kelas XF,XB,XG,XD dan kelas XE. Setiap kelas berisi 19
sampai 21 orang. Uji coba alat ukur dilakukan pada jam pelajaran BK.
Peneliti dibantu guru BK membagi skala untuk uji coba.
Jumlah subyek dalam uji coba alat ukur adalah 97 orang.
Masing-masing subyek diberi skala yang terdiri dari dua bagian yaitu
kecenderungan pembelian impulsif (Bagian I) dan Regulasi Diri (Bagian
II). Hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah item-item yang memenuhi
Lama proses uji coba alat ukur kurang lebih satu minggu karena
mennyesuaikan jam pelajaran BK pada kelas X. Dalam uji coba alat ukur
ini tidak ada alat ukur yang hilang atau rusak sehingga alat ukur yang
dibagikan dan alat ukur yang kembali pada peneliti jumlahnya sama.
G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Validitas
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam
menjalankan fungsi ukurnya. Artinya, sejauh mana skala tersebut
mampu mengukur atribut yang akan diukur. Validitas yang
digunakan peneliti adalah validitas permukaan ( face validity) yang
dinyatakan berdasarkan format penampilan tes, apabila penampilan
tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap
atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa validitas
muka telah terpenuhi. Kedua, validitas yang bersifat logis (logical
validity). Dalam validitas ini, setiap aspek yang akan diungkapkan,
ditetapkan lebih dahulu definisinya sebagai pengukur apakah
materi tiap item benar-benar tercakup di dalamnya, maka jika item
dipandang telah menampung materi dalam definisi tertentu, berarti
alat pengumpul data cukup valid (Hadari, 1998).
Validitas permukaan dan validitas logis dari skala ini
diselidiki dengan bantuan dari dosen pembimbing sebagai
meyakinkan, memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang
hendak diukur dan apakah item dipandang telah menampung
materi dalam definisi tertentu.
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan setelah melakukan uji coba alat
ukur. Seleksi item dilakukan untuk melihat apakah item-item yang
ada layak untuk menjadi alat ukur penelitian atau tidak. Seleksi
item dilakukan dengan melihat corrected item total correlation
yang dihitung menggunakan program SPSS for window versi 16.
proses seleksi item dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan item
yang layak menjadi alat ukur penelitian.
Suatu item dinyatakan layak menjadi alat ukur penelitian
jika nilai corrected item total correlation atau nilai daya beda item
0,30 atau lebih, apabila skor yang diperoleh kurang dari 0,30 maka
item tersebut digugurkan.
Berdasarkan analisis item pada skala kecenderungan
pembelian impulsif didapat 29 item yang sahih dari 40 item yakni
item 2,5,14,17,23,24,28,33,35,36 dan item 39. Dalam skala ini
tidak didapati aspek yang gugur karena seluruh item gugur.
Konsistensi internal alpha 0,907. Dibawah ini blue print item yang
Tabel 4
Blue print kecenderungan pembelian impulsif
setelah uji coba
2,3,5,11,14,18,20,24,25,27,29,31,34,35,50,53,54,56,57 dan item
60. Dalam skala ini tidak didapati aspek yang gugur karena seluruh
item gugur. Konsistensi internal alpha 0.919. di bawah ini blue
print item yang sahih.
Tabel 5
Blue print regulasi diri setelah uji coba
Aspek Nomor item Item yang
F 27,28,29,30,35,36,38,39 8
14
UF 31,32,33,34,37,40 6
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau
keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna pengukuran.
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak
dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara
individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada
faktor perbedaan sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel
tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu (Azwar, 2005)
Reliabilitas alat ukur penelitian ini diselidiki dengan teknik
Alpha Cronbach melalui bantuan program SPSS for Window versi
16.00. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, pada skala regulasi diri
diperoleh koefisien reliabilitas 0,840, sedangkan pada skala
kecenderungan pembelian impulsif diperoleh koefisien reliabilitas
0,862. Hal ini berarti alat ukur penelitian ini reliabel.
H. ANALISIS DATA
Analisis penelitian ini dimulai dengan melakukan uji asumsi
terhadap data yang diperoleh. Uji asumsi ini dilakukan dengan tujuan
untuk menentukan analisis hipotesis. Uji asumsi ini meliputi uji normalitas
dan uji linieritas. Hal ini dilakukan guna menguji apakah kedua variabel
ini berhubungan secara linier atau tidak dan apakah keduanya
maka hipotesis diuji menggunakan metode Product Moment Pearson,
namun apabila uji asumsi tidak terpenuhi, maka uji hipotesis
menggunakan metode Spearman
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan program
Product Moment Pearson dari SPSS for windows versi 16. Uji korelasi
Product Moment Pearson digunakan dengan alasan untuk melihat apakah
ada hubungan antara regulasi diri dengan tingkat kecenderungan
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Tahap awal dari proses pengambilan data adalah meminta izin
kepada pihak sekolah SMA Bopkri I Yogyakarta dengan membawa surat
dari Dinas Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta, sehingga peneliti
mendapatkan izin resmi dari SMA Bopkri I. Surat izin dari Dinas
Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta tersebut digunakan untuk proses
uji coba alat ukur dan pengambilan data penelitian.
Penelitian dilakukan di SMA Bopkri I Yogyakarta pada tanggal 17
November 2009. Pengambilan data untuk penelitian dilaksanakan di kelas
X. Terdapat empat kelas yang digunakan dalam pengambilan data
penelitian yakni kelas Xa, Xc, Xh dan Xi dengan jumlah total subyek
sebanyak 83 orang. Sama seperti dalam proses uji coba alat ukur, proses
pengambilan data penelitian menggunakan jam pelajaran BK. Peneliti
dibantu guru BK mengkoordinir siswa untuk mengisi skala penelitian.
Proses pengambilan data penelitian dilakukan selama 3 hari.
B. DESKRIPSI SUBYEK
Subyek penelitian adalah siswa kelas Xa, Xc, Xh, Xi. Berdasarkan
Tabel 6 : Identitas Subyek
Kriteria Total
Jenis kelamin Laki-laki 51
Perempuan 32
Kelas Xa 20
Xc 21
Xh 21
Xi 21
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Berikut ini data hasil penelitian yang dapat dilihat dalam tabel yang
ada dibawah ini :
Tabel data di atas menunjukkan skala kecenderungan pembelian
impulsif memiliki mean empiris yang lebih rendah dari mean teoritik.
Hal ini menunjukkan rata-rata subjek memiliki kecenderungan untuk
melakukan pembelian impulsif yang rendah. Sedangkan pada skala
regulasi diri memiliki mean empiris lebih rendah dari mean teoritis.
D. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama kali
dilakukan dalam rangka analisis data. Uji normalitas ini bertujuan
untuk mengetahui apakah data regulasi diri dan kecenderungan
pembelian impulsif normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00
dengan statistik uji One Sample Kolmologorov Smirnov.
Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p).
Apabila p > 0.05 maka sebaran dikatakan normal, namun
sebaliknya jika p < 0.05 maka sebaran dikatakan tidak normal.
Dari hasil pengujian tersebut, pada variabel kecenderungan
pembelian impulsif diperoleh nilai Z = 0.931 dengan p = 0.351.
sedangkan pada variabel regulasi diri diperoleh nilai Z = 0.554
dengan p = 0.918. Kedua variabel tersebut memiliki p > 0.05. Hal
ini menunjukkan bahwa distribusi kedua data normal. Berikut ini
tabel uji normalitas.
Tabel 8
Uji Normalitas
Variabel KS-test Asymp. Sig Sebaran
Regulasi Diri 0,931 0,351 Normal
Kecenderungan
b. Uji Linearitas
Uji linearitas ini dilakukan untuk apakah hubungan antara dua
skor variabel kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi diri
merupakan garis lurus atau tidak, selain itu uji linearitas ini
berfungsi untuk memberikan arah hubungan antara dua variabel.
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
for Window versi 16.00. Uji linearitas ini dilakukan dengan
menghitung nilai F dan melihat nilai p. Jika p < 0.05 maka garis
regresi tersebut linear. Dari pengujian tersebut, diperoleh nilai F
sebesar 1.567 dengan p = 0.217, sehingga dapat dikatakan data
penelitian tidak linear. Berikut ini tabel uji linearitas.
Tabel 9
Uji Linearitas data regulasi diri dengan kecenderungan
pembelian impulsif
(combined) 1.008 0.482
Linearity 1.567 0.217
Deviation from Linearity
0.992 0.503
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui dan menguji apakah
hipotesis yang telah ditetapkan terbukti dengan menggunakan
teknik korelasi dengan menggunakan program SPSS for Window
versi 16.00.
Uji asumsi yang diperoleh dalam penelitian ini mengatakan
karena itu, peneliti tidak dapat menggunakan teknik korelasi
Product Moment Pearson. Sebagai gantinya, peneliti menggunakan
uji korelasi dari Spearman. Berikut ini tabel uji hipotesis.
Tabel 10
Uji hipotesis
Korelasi P Signifikansi
(1-tailed)
Koefisien Determinasi
R = -0.192 < 0.05 0.041 R squared = 0.019
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa koefisien korelasi
antara kecenderungan pembelian impulsif dengan regulasi diri
adalah sebesar -0.192 dengan signifikansi (p) = 0.041. Perhitungan
dilakukan pada taraf signifikansi p < 0.05 dan memakai uji 1 ekor.
Pemakaian uji satu ekor karena hipotesis dalam penelitian ini
sudah memiliki arah hubungan yang negatif antara kecenderungan
pembelian impulsif dan regulasi diri pada remaja tengah. Jadi hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi
diri pada remaja tengah.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara regulasi
diri dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hasil
analisa statistik dengan menggunakan teknik Spearman memperlihatkan
pada variabel regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif
mempunyai hubungan korelasi negatif.
Hubungan korelasi negatif mengartikan bahwa semakin tinggi
regulasi diri pada remaja maka semakin rendah kecenderungan remaja
melakukan pembelian impulsif. Sebaliknya, semakin rendah regulasi diri
pada remaja, maka semakin tinggi kecenderungan remaja melakukan
pembelian impulsif. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang
dikeluarkan oleh Nataraajan dan Goff (LaRose, 2001) bahwa pembelian
impulsif merupakan karakteristik dari kurangnya regulasi diri.
Hasil koefisien determinasi (r²) sebesar 0.019 menunjukkan bahwa
regulasi diri memberi sumbangan terhadap kecenderungan pembelian
impulsif sebesar 19%. Sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor lain.
Hawkins Stern (Stuart, 1966) menyebutkan bahwa kondisi ekonomi,
kepribadian, waktu, lokasi, budaya dan kondisi emosional juga menjadi
faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan
pembelian impulsif.
Dalam teori belajar sosial, kemampuan regulasi diri membantu
seseorang untuk mengambil keputusan dan melakukan perencanaan
mengenai cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai. Regulasi diri
merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya
sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan tujuan hidup,
Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik mampu untuk
menyadari apa yang dipikirkan dan mengontrol pikirannya dan mampu
menyelesaikan masalah yang penting dengan baik. Hal ini membuat
seseorang mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mampu
memotivasi dirinya sendiri, sehingga faktor-faktor yang berpengaruh
untuk melakukan pembelian impulsif seperti kondisi ekonomi, lokasi di
mana seseorang berada, waktu, kondisi emosional, stimulus yang ada
tidak membuat seseorang menjadi lepas kontrol dalam melakukan
pembelian.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat bahwa
regulasi diri pada remaja tengah khususnya siswa SMA Bopkri I
memperoleh mean empiris sebesar 123.1445 lebih besar dari mean
teoritik yang nilainya 100. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi diri pada
remaja tengah khususnya siswa SMA Bopkri I tinggi. Sedangkan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah khususnya siswa
SMA Bopkri I memperoleh mean empiris sebesar 62.1084 yang lebih
rendah dari mean teoritik yakni 72.5. Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan remaja melakukan pembelian impulsif dikatakan rendah.
Dalam regulasi diri terdapat tiga aspek yakni observasi diri atau
monitoring diri, evaluasi diri dan aspek proses respon diri. Aspek
pertama adalah observasi diri yakni kemampuan seseorang dalam
memonitor dirinya membuat seseorang mampu melihat kualitas
1981). Kemampuan memonitor dirinya sendiri ini juga memberikan
informasi terhadap diri sendiri mengenai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (LaRose, 2001). Kemampuan monitoring diri ini membantu
remaja untuk tetap menyadari perilakunya sendiri. Santrock (2003)
menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan, remaja cenderung
menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif,
mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan mempertimbangkan
kredibilitas sumber-sumber. Hal ini memungkinkan remaja untuk
berpikir dan menimbang sebelum melakukan kegiatan membeli sesuatu.
Aspek kedua dalam regulasi diri adalah evaluasi diri.
Kemampuan seseorang dalam melakukan evaluasi terhadap dirinya
sendiri dengan melakukan pembandingan terhadap diri sendiri maupun
orang lain dalam rangka menilai kemajuan diri yang sudah ada. Apa
yang perlu ditingkatkan dan apa saja yang perlu dipertahankan atau apa
saja yang menyimpang dari norma yang ada dan apa saja yang sudah
sesuai dengan norma yang sudah ada (Larry, dkk, 1981). Kebudayaan
yang berbeda menghasilkan pula perbedaan nilai-nilai dalam
masyarakat. Remaja memiliki tugas perkembangan salah satunya
mencapai kemandirian emosional (Hulock,1980), namun tidak semua
remaja sudah mencapai kematangan emosi. Kemampuan evaluasi diri
membantu remaja untuk menetapkan tujuan yang diinginkan. Hal ini
remaja tidak tergoda dengan adanya stimulus dari luar terutama stimulus
yang menggoda untuk dibeli.
Aspek ketiga dalam regulasi diri adalah proses respon diri, yakni
kemampuan seseorang dalam merespon dirinya. Seseorang memiliki
kemampuan untuk merespon secara positif atau negatif perilakunya yang
bergantung pada bagaimana standar personal dalam mengukur perilaku
dengan memberikan reward atau punishment (Larry, dkk, 1981). Tugas
perkembangan remaja salah satunya adalah mempersiapkan kemandirian
ekonomi, namun kemandirian ekonomi belum dapat tercapai sebelum
remaja memilih pekerjaan padahal, kebanyakan remaja di Indonesia
masih mengandalkan orang tua. Hal inilah yang disadari para remaja,
sehingga mereka dapat mengontrol diri untuk tidak membeli sesuatu
yang tidak dibutuhkan tanpa direncanakan sebelumnya. Perasaan
menyesal atau bersalah karena membeli barang yang tidak dibutuhkan
A. KESIMPULAN
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini
diterima yaitu ada hubungan yang negatif antara regulasi diri dan
kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hal ini
ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0.192 dengan p<0.05. Hal
ini berarti bila tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka
regulasi diri rendah. Demikian pula sebaliknya, jika tingkat kecenderungan
pembelian impulsif rendah maka regulasi diri tinggi. Hasil penelitian,
regulasi diri memberi sumbangan terhadap kecenderungan pembelian
impulsif sebesar 19%. Sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor lain.
B. SARAN
1. Bagi Subyek
Bagi subyek, diharapkan tetap mempertahankan kemampuan
regulasi diri agar dapat menekan kecenderungan terjadinya perilaku
pembelian impulsif yang dapat berakibat pada meningkatnya perilaku
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kecenderungan
pembelian impusif, hendaknya memperhitungkan berbagai faktor yang
berpengaruh seperti kondisi ekonomi dan jenis kelamin, sebab
faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap data yang didapat.
Peneliti juga diharapkan memperluas subyek penelitian supaya
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kecenderungan remaja
dalam melakukan pembelian impulsif pada remaja, agar lebih dapat
DAFTAR PUSTAKA
Arrould, Price, & Zinkan. (2002). Consumers. New York : Mc Graw Hill.
Azwar, Saiffudin. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, Saiffuddin.(2003). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bosnjak, M., Bandl, A. & Bratko, D. (2007, October). Measuring impulsive buying tendencies in Croatia. Paper presented at the XXth Croatian Marketing Association (CROMAR) congress, October 25-27, 2007, Rijeka, Croatia. Dipungut 2 Juli 2009, dari
http://www.google.co.id/#hl=id&ei=i6OMS8TlG4u1rAfg2c2VAg&sa =X&oi=spell&resnum=1&ct=result&cd=1&ved=0CEMQBSgA&q=m easuring+impulsive+buying+tendencies+in+croatia&spell=1&fp=7e99 b3a5df14a093
Carvier,C.S.,Scheier,M.F. (1996). Perspectives on Personality. USA: Allyn & Bacon.
Chien-Huang L, Hung-Ming L (2005). An exploration of Taiwanese adolescents’ impulsive buying tendency.[Online]. dipungut 26 Agustus 2009, from the World Wide Web: www.encyclopedia.com/doc/1G1-131363637.html - 30k
Engel, J.E., Blackwell,R.D.,&Miniard, P.W. (1982). Consumer Behaviour (ed ke-4). Orlando : The Dryden Press.
Feist, Jess & Gregory, J.F. (2006). Theories of Personality. New York : Mc Graw Hill.
Fika Ariani Utami & Sumaryono. (2008). Pembelian Impulsif Ditinjau Dari Kontrol Diri dan Jenis Kelamin pada Remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi,3,46-55.
Gunarsa, Singgih D. (1981). Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Henderson, Steuart, B. (1966). Consumer Behaviour and The Behavioural Sciences. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Http://groups.google.com.ne/group/alt.sci.tech.indonesian/msg/e061975f8658 ca9. Diunduh 13 Agustus 2009.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (ed ke-5). Jakarta : Erlangga.
Knoers, Monks, A. M. P., & Siti Rahayu Haditomo. (1992). Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press.
Larry,A., Daniel Hjelle, & Ziegler, J. (1981). Personality Theories : Basic Assumptions, Research and Apllications (ed ke-2). New York : Mc Graw Hill.
LaRose,R. (2001 :April). On The Negative Effects Of E- Commerce : A Sosiocognitive Exploration Of Unregulated On-Line Buying. Journal Of Computer Mediated Communication.6 (3). Dipungut 24 Agustus, 2009, dari http://jcmc.indiana.edu/vol6/issue3/larose.html.
Loudon, D. L. & Bitta, A. J. (1993). Consumer Behaviour Concept and Application (4th edition). Singapore McGraw-Hill.
Mischel,W. (1999). Introduction to Personality (6th-ed). New York: Harcourt Grace College Publisher. Research. USA : John Wiley & Sons, Inc.
Rochmah, Elfi Yuliani. (2005). Psikologi Perkembangan. STAIN Ponorogo Press.
Safaria, Triantoro. (2004). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Anak. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Soeleman, Henny, T. (2009, April 30). Surganya Pemburu dan Pemilik Merek Supermewah. Swa. Dipungut 26 Agustus 2009, dari http://www.swa.co.id/cetak.php?cid=1&id=9161&url=http://www.swa .co.id/swamajalah/sajian/details.php%3Fcid%3D1%26id%3D9161
Steinberg, Laurence. (2002). Adolescence. 6th ed. New York : Mc Graw Hill.
Tri Wulandari, & Anita Zulkaida (2007). Self Regulated Behaviour pada Remaja Putri yang Mengalami Obesitas. PESAT (Psikologi, Ekonomi, sastra, Arsitek & Sipil),2. Dipungut 18 Juli 2009, dari http://repository.gunadarma.ac.id:8000/167/1/Tri_Wulan_Anita_Self_ Regulated.pdf
Vohns, Kathleen,D.,& Faber, Ronald, J. (2007). Spent Resources : Self Regulatory Resource Avaibility Affect Impulse Buying. Journal of Consumer Research,33,537. Dipungut 24 Agustus 2009, dari http://www.csom.umn.edu/Assets/71504.pdf
Widyasmoro, Thjajo,T. (2009, September). Rayuan Menggoda Potongan Harga. Intisari,14.
LAMPIRAN A
FORMAT SKALA
(UJI COBA)
SKALA PENELITIAN
Salam sejahtera,
Saya Maria Asti Wardani adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Saya sedang mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi.
Berkaitan dengan itu, saya mengharap kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dengan
cara mengisi kuesioner ini.
Sebelum mengisi kuesioner ini saya harapkan teman-teman mengisi data pribadi pada
kolom yang tersedia. Data pribadi beserta hasil pengisian kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan penggunaannya akan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perlu teman-teman ketahui, bahwa kuisioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Teman-teman diminta untuk teliti dalam setiap pengerjaannya. Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban adalah benar asalkan sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang teman-teman alami dan rasakan.
Saya sangat berterima kasih dan menghargai partisipasi teman-teman dalam penelitian
ini. Akhirnya semoga kita semua tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Hormat saya,
Nama (Inisial) : ________________
Jenis kelamin : L / P*
Kelas : _____
Pekerjaan orang tua : _______________
BAGIAN I :
Petunjuk Pengerjaan
1. Pada lembar-lembar berikutnya terdapat pernyataan-pernyataan.
2. Teman-teman diminta untuk menyatakan tanggapan terhadap pernyataan tersebut, dengan
cara memilih:
STS :(Sangat Tidak Setuju) jika merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
TS :(Tidak Setuju) jika merasa tidak setuju dengan pernyataan yang ada.
S :(Setuju) jika merasa setuju dengan pernyataan tersebut.
SS :(Sangat Setuju) jika merasa sangat menyetujui pernyataan yang ada.
3. Teman-teman bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan keadaan diri teman-teman.
4. Semua pilihan adalah benar selama itu sesuai dengan keadaan diri teman-teman.
5. Cara menyatakannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada tempat yang telah
tersedia.
Contoh:
No Pernyataan Skala
STS TS S SS
1. Saya suka mata pelajaran matematika. X