• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA TENGAH"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PADA REMAJA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Maria Asti Wardani

059114022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

A lmamaterku F akultas P sikologi U niversitas Sanata D harma

T uhanku, Y esus K ristus Sang M aha Cinta

A yah dan ibuku, kakak dan adikku yang selalu dengan tulus

menyayangiku

Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dalam tangis dan tawa.

(5)

v

ketika kamu tertinggal. M ereka yang berkata, "M ari kita lakukan bersama-sama".

Y ang selalu bilang, "Jangan ungkit masa lalu lagi, kamu sudah dimaafkan."

Bersyukur karena di antara orang-orang yang meninggalkanmu, masih ada

mereka yang selalu mendukungmu ( www.rumahrenungan.com)

Bila gunung di hadapanku tak j ua berpindah

K au berikanku kekuatan untuk mendakinya

K ulakukan yang terbaik K au yang selebihnya

T uhan selalu punya membuatku menang pada akhirnya

( T uhan selalu punya cara)

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara regulasi diri dan tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah (middle adolescence). Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.Variabel dalam penelitian ini adalah regulasi diri yakni kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya sendiri, sedangkan kecenderungan pembelian impulsif artinya kegiatan membeli sesuatu karena dorongan yang kuat untuk memiliki sesuatu dilakukan secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya oleh konsumen. Kedua variabel diukur menggunakan skala. Koefisien reliabilitas skala regulasi diri adalah sebesar 0,840 sedang koefisien reliabilitas skala kecenderungan pembelian impulsif adalah sebesar 0,862. Validitas skala regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif menggunakan indeks daya beda item >0,30. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara regulasi diri dengan tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Apabila tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka regulasi diri rendah. Sebaliknya, jika tingkat kecenderungan pembelian impulsif rendah maka regulasi diri tinggi. Hipotesis penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman. Subyek penelitian adalah siswa SMA Bopkri I Yogyakarta berjumlah 83 orang. Hasil penelitian menunjukkan korelasi r = -0,912 dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi diri pada remaja tengah.

(8)

viii ABSTRACT

The aim of the research is to know the correlation between self regulation behaviour and impulsive buying tendencies at middle adolescence. The type of this research is correlation research. The variable in this study is that self regulation a person's ability to control their own behavior, whereas the means of impulsive buying tendency to buy something because a strong urge to have something done spontaneously and without planning beforehand by the consumers. The reliability coefficient of self regulation behaviour scale is 0,840, while coefficient of impulsive buying tendencies scale is 0,862. The Validities of self regulation behaviour and impulsive buying tendencies used differentiability index criteria item ≥0,30. The hypothesis of this research is “there is a negative correlation between self regulation behaviour and impulsive buying tendencies”. It means, when the self regulation behaviour is positive, the impulsive buying tendencies will be low, and when the self regulation behaviour is negative, the impulsive buying tendencies will be high. The hypothesis is analyzed using correlation Spearman. The subjects of this research are 83 students at Bopkri I Senior High School of Yogyakarta. The result of this research shows that the correlation is (r) = -0,912 with significant level of 0,05. it means that there is negative significant correlation between self regulation behaviour and impulsive buying tendencies at middle adolescence..

(9)
(10)

x

untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari banyak kendala dan keterbatasan yang mengiringi penulisan skripsi ini, namun dengan bantuan dari banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Sadar akan keterbatasan itu, maka penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M. Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., yang telah memberikan ijin melakukan penelitian kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ibu M. L. Anantasari, S. Psi., M. Si.,selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan, bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Kristiana Dewayani, S. Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh pendidikan di fakultas ini.

5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie yang selalu membantu kelancaran pengurusan administrasi kesekretariatan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi. Mas Muji dan Mas Doni yang selama ini membantu penulis dalam hal praktikum dan kelengkapan bahan bacaan di Fakultas Psikologi.

(11)

xi

menangis bersama.. terima kasih juga sudah membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. I Love you all... Paul, yang sudah membantuku sebelum dan sesudah penelitian. Terimakasih, tanpa dirimu penelitianku tidak dapat berjalan dengan lancar. Alit, yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi. Mari kita berjuang bersama.

10.Kakak-kakakku dan adikku : Ary, Novi, Apri, Hari. Terimakasih sudah mau mengantarku kemanapun aku pergi dan selalu mengajakku jalan-jalan. Untuk Micko, terimakasih sudah membantuku membetulkan komputer yang mati supaya aku bisa mengerjakan skripsi. Kapan kita masak-masak lagi?

11.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.

Yogyakarta, 23 April 2010 Penulis

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR ... x

1. Pengertian Pembelian Impulsif... 8

2. Aspek-Aspek Pembelian Impulsif... 9

3. Ciri-ciri Pembelian Impulsif... 10

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif... 10

B. REGULASI DIRI... 13

(13)

xiii

2. Karakteristik Remaja... 18

3. Tugas Perkembangan Remaja... 19

D. REGULASI DIRI DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF ... 20

E. HIPOTESIS... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. JENIS PENELITIAN... 24

B. SUBYEK PENELITIAN... 24

C. VARIABEL PENELITIAN... 24

1. Variabel bebas... 24

2. Variabel tergantung... 24

D. DEFINISI OPERASIONAL... 25

1. Regulasi diri... 25

2. Kecenderungan Pembelian Impulsif... 25

E. METODE DAN ALAT PENGAMBILAN DATA... 26

F. UJI COBA ALAT UKUR... 28

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS... 29

1. Validitas... 29

2. Seleksi Item... 30

3. Reliabilitas... 32

H. ANALISIS DATA... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 34

A. PELAKSANAAN PENELITIAN... 34

B. DESKRIPSI SUBYEK... 34

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN... 35

D. ANALISIS DATA PENELITIAN... 36

(14)

xiv

B. SARAN... 43

1. Bagi Subyek... 43

2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 44

DAFTAR PUSTAKA... 45

(15)

xv

Tabel 2 : Blue Print Kecenderungan Pembelian Impulsif... 27

Tabel 3 : Blue Print Regulasi Diri... 28

Tabel 4 : Blue Print Kecenderungan Pembelian Impulsif Setelah uji coba... 31

Tabel 5 : Blue Print Regulasi Diri setelah uji coba... 31

Tabel 6 : Identitas Subyek... 35

Tabel 7 : Data Penelitian... 35

Tabel 8 : Uji Normalitas... 36

Tabel 9 : Uji Linearitas data regulasi diri dengan kecenderungan pembelian impulsif... 37

(16)

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, terjadi berbagai macam perubahan dalam setiap aspek

kehidupan, salah satunya adalah perubahan gaya hidup dalam masyarakat.

Masyarakat dihadapkan pada berbagai kemudahan, seperti kemudahan

untuk memperoleh informasi, kemudahan dalam melakukan perjalanan

atau bahkan kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian. Setiap

bentuk kemudahan yang ditawarkan tersebut menyebabkan adanya

perubahan dalam menilai suatu kebutuhan. Kebutuhan yang dimasa lalu

dianggap sebagai suatu kebutuhan sekunder kini beralih menjadi

kebutuhan primer.

Perubahan pola pikir dalam menilai suatu kebutuhan juga didukung

dengan stimulus seperti iklan yang dapat dilihat maupun didengar oleh

masyarakat setiap hari melalui media-media komunikasi yang ada,

sehingga untuk memenuhi kebutuhan, masyarakat melakukan aktivitas

pembelian seperti berbelanja.

Berbelanja merupakan aktivitas pembelian yang cukup

menyenangkan bagi banyak orang baik wanita atau pria, orang dewasa

atau remaja. Belanja dilakukan ketika seseorang membutuhkan suatu

(17)

Aktivitas berbelanja menjadi semakin menyenangkan ketika toko

atau mall memberikan diskon atau potongan harga atas barang yang

dibutuhkan, sehingga tidak sedikit konsumen yang membeli barang yang

sebenarnya tidak dibutuhkan. Widyasmoro (Intisari, 2009) mengatakan

diskon merangsang seseorang untuk menimbang-nimbang apakah suatu

barang dapat dibeli atau tidak bukan dibutuhkan atau tidak. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh lembaga survey AGB Neilsen juga

menyimpulkan bahwa konsumen di Indonesia lebih tertarik dengan

promosi yang memberikan keuntungan secara langsung, seperti diskon.

Tinggal di kota besar, seperti Jakarta, tentu berbeda dengan tinggal

di kota-kota kecil. Kota-kota besar banyak menawarkan berbagai hal

menarik, termasuk barang-barang yang menarik. Hal tersebut tentu

semakin memudahkan dalam memuaskan hasrat berbelanja. Begitu juga

ketika bergaul dengan orang-orang yang gemar berbelanja, mungkin akan

memiliki banyak waktu yang diluangkan untuk berbelanja bersama di mal,

department store atau pusat perbelanjaan lainnya.

Aktivitas belanja yang terlalu sering memicu terjadinya pembelian

yang tidak direncanakan dan diwarnai dorongan kuat untuk membeli

secara tiba-tiba serta sering kali sulit ditahan, yang umumnya disertai

perasaan menyenangkan serta penuh gairah (Fika dan Sumaryono, 2008).

Kondisi demikian ini dinamakan pembelian impulsif. Hawkins Stern

(18)

sebagai pembelian yang dilakukan tanpa melakukan rencana untuk

membeli barang tersebut.

Masa perkembangan pada remaja tengah (middle adolescence)

menjadi latar belakang remaja melakukan pembelian impulsif. Remaja

memiliki minat akan simbol status. Simbol status merupakan simbol

prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi

atau mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok, seperti dapat

membelanjakan uang tanpa harus bekerja dapat menyatakan status sosial

ekonomi yang lebih tinggi (Hurlock,1982). Kondisi emosional remaja

yang belum matang membuat remaja tidak memikirkan segala sesuatunya

dengan baik, sehingga pengambilan keputusan dapat terganggu.

Pembelian impulsif yang dilakukan terus menerus, dapat

berkembang menjadi perilaku konsumtif. Kecenderungan membeli secara

impulsif dapat dilihat dari banyaknya remaja yang mengaku akan langsung

membeli ketika melihat barang menarik ketika berjalan-jalan di sebuah

toko.Rostiana(Http://kisah.belanja.blogspot.com/2006/11/berapapunharga

nya_asal_sukabeli.html) mengatakan bahwa perilaku konsumtif mulai

dari saat mereka remaja. Perilaku konsumtif sudah bisa dibentuk dari

pergaulan saat remaja dan tidak jarang perilaku ini berlanjut terus hingga

dewasa.

Kebiasaan membeli barang secara tidak terencana membawa dampak

bagi perkembangan remaja. Remaja memiliki tugas perkembangan yang

(19)

tua dan mempersiapkan kemandirian secara ekonomis. Remaja khususnya

di Indonesia yang belum mandiri secara ekonomi harus mengeluarkan

uang dari pemberian orang tua, sehingga orang tua harus mengawasi setiap

pengeluaran yang dikeluarkan anak remaja. Hal ini membuat remaja

menjadi tidak memperoleh kemandirian secara emosional dari orang tua.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pembelian

impulsif. Hawkins Stern (dalam Stuart, 1966) menjelaskan bahwa

pembelian impusif dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kepribadian, waktu,

lokasi, faktor budaya serta faktor emosional. Nataraajan dan Goff

(LaRose, 2001) mengatakan bahwa pembelian impulsif merupakan

karakteristik kurangnya regulasi diri. Hasil-hasil studi yang ada juga

mengatakan bahwa banyak kasus pembelian impulsif disumbangkan oleh

regulasi diri.

Regulasi diri yang kemudian menjadi faktor yang penting dalam

perkembangan remaja. Kowalski (Wulandari dan Anita, 2007) mengatakan

regulasi diri adalah tugas seseorang untuk mengubah respon-respon,

seperti mengendalikan impuls perilaku, menahan hasrat, mengontrol

pikiran dan mengubah emosi. Seseorang yang memiliki regulasi diri yang

baik mampu menetapkan tujuan yang ingin diraih, mampu memotivasi

dirinya sendiri, mampu menyadari perilakunya sendiri dan mengontrol

dirinya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki regulasi diri rendah kurang

memiliki kontrol terhadap diri sendiri, sehingga mudah tergoda terhadap

(20)

dan Ronald (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa kondisi

regulasi seseorang dapat memprediksikan apakah seseorang mampu

menahan diri dari godaan membeli secara impusif.

Semakin banyak mal yang didirikan membuat sebagian besar orang

terutama remaja memanfaatkannya sebagai ruang publik untuk melakukan

berbagai macam kegiatan seperti berbelanja, meeting, maupun sekedar

jalan-jalan. Sekarang ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung

mal-mal besar adalah remaja dan yang lebih banyak melakukan pembelian

adalah remaja.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara regulasi diri dengan kecenderungan

pembelian impulsif pada remaja tengah. Penelitian ini dilakukan sebab

muncul adanya keprihatinan dari berbagai pihak mengenai perilaku

membeli dan perilaku konsumsi remaja saat ini yang kemudian

berkembang menjadi perilaku konsumtif. Remaja yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah remaja yang berada pada tahap remaja tengah

yang usianya antara usia 14-18 tahun (Steinberg, 2002).dan masih

bersekolah di kelas X.

SMA Bopkri I dipilih dengan pertimbangan sekolah tersebut

lokasinya dekat dengan mal besar, selain itu sekolah tersebut juga telah

berstandar internasional dan banyak orang tua dengan kondisi ekonomi

(21)

merupakan salah satu hal yang turut menyumbang adanya kecenderungan

perilaku pembelian impulsif

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara regulasi diri dan kecenderungan pembelian

impulsif pada remaja tengah (middle adolescence).

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara regulasi diri dan

tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah (middle

adolescence).

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan penelitian yang nantinya dapat dikembangkan

lagi demi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu

psikologi perkembangan, khususnya mengenai hubungan antara

regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat untuk remaja

Remaja dapat melakukan evaluasi mengenai perilaku membeli

untuk diri sendiri dengan melihat hasil penelitian yang telah

(22)

b. Manfaat untuk orang tua

Berdasarkan hasil penelitian ini, orang tua dapat melakukan

evaluasi dan memberikan pendampingan pada anak remaja.

c. Manfaat untuk sekolah

Sekolah mendapatkan informasi dan menjadikan hasil penelitian

(23)

A. PEMBELIAN IMPULSIF

1. Pengertian Pembelian Impulsif

Hawkins Stern (dalam Stuart,1966) mengatakan bahwa pembelian

impulsif dideskripsikan sebagai setiap pembelian yang dilakukan tanpa

melakukan rencana untuk membeli barang tersebut.

Pembelian impulsif (unplanned purchase) juga didefinisikan

sebagai pembelian yang terjadi secara spontan karena munculnya

dorongan yang kuat untuk membeli dengan segera (Fika dan

Sumaryono,2008).

Rook dan Gardner (Chien-Huang Lin, 2005) mengungkapkan

bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak terencana

dengan karakteristik pengambilan keputusan yang relatif cepat.dan bias

subjektif untuk memiliki suatu barang.

Engel dan Blacwell (1982) mendefinisikan pembelian impulsif

adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan

sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat di dalam

toko.

John Mowen dan Michael Minor (Mowen,2002) mengatakan

bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang dilakukan dengan

(24)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelian impulsif adalah suatu kegiatan membeli sesuatu karena

dorongan yang kuat untuk memiliki sesuatu dilakukan secara spontan

dan tanpa perencanaan sebelumnya oleh konsumen.

2. Aspek-aspek pembelian Impulsif

Verplanken dan Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009), ada dua

aspek pembelian impulsif yakni :

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif yaitu adanya kekurangan pada unsur pertimbangan

dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan.

b. Aspek afektif

Aspek afektif yaitu dorongan emosional yang meliputi perasaan

senang, gembira, hasrat untuk melakukan pembelian berkali-kali

(kompulsif), tidak terkontrol, kepuasan, kecewa dan penyesalan.

Loudon & Bitta (1993) mengemukakan 5 elemen dalam pembelian

impulsif yakni :

a. Konsumen merasakan adanya dorongan yang tiba-tiba dan spontan

untuk melakukan suatu tindakan yang berbeda dengan tingkah laku

sebelumnya.

b. Dorongan tiba-tiba untuk melakukan suatu pembelian

menempatkan konsumen dalam keadaan ketidakseimbangan secara

psikologis, dimana untuk sementara waktu ia merasa kehilangan

(25)

c. Konsumen akan mengalami konflik psikologis dan ia berusaha

untuk menimbang antara pemuasan kebutuhan langsung dan

konsekuensi jangka panjang dari pembelian.

d. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif dari suatu produk.

e. Konsumen seringkali membeli secara impulsif tanpa

memperhatikan konsekuensi yang akan datang.

Berdasarkan teori-teori tersebut, peneliti memilih teori dari

Verplanken dan Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009) sebab, teori

tersebut menjelaskan aspek-aspek pembelian impulsif dari dalam diri.

3. Ciri-ciri Pembelian Impulsif

Verplanken dan Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009)

mengatakan ciri-ciri pembelian impulsif :

a. Kurangnya pertimbangan.

b. Kurangnya perencanaan.

c. Perasaaan senang, puas, kecewa.

d. Hasrat untuk melakukan pembelian berkali-kali.

e. Tidak terkontrol.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif

Hawkins Stern (dalam Stuart, 1966) mengemukakan pembelian

impusif dipengaruhi oleh:

a. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi meliputi pendapatan, tabungan dan jumlah

(26)

pemilihan produk. Seseorang yang memiliki pendapatan memadai

lebih mudah dalam membelanjakan uangnya untuk membeli suatu

barang.

b. Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari

seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan

tetap terhadap lingkungannya. Kepribadian meliputi konsep diri.

Seseorang akan merasa percaya diri ketika mampu membeli suatu

barang tertentu yang menjadi mode saat ini.

c. Waktu

Faktor waktu dalam pembelian impulsif adalah kondisi seseorang

yang sedang membutuhkan suatu barang. Kondisi ini membuat

seseorang menjadi lebih peka terhadap suatu barang.

d. Lokasi

Lokasi toko yang ada juga turut berpengaruh terhadap adanya

pembembelian impulsif. Lokasi yang jauh dan penataan produk yang

tidak bagus mengurangi kecenderungan untuk melakukan pembelian

impulsif.

e. Budaya.

Faktor budaya meliputi kondisi kebiasaan lingkungan di sekitar

seseorang yang mempengaruhi perilaku seseorang. Seseorang yang

tinggal di kota besar yang menawarkan berbagai hal menarik,

(27)

f. Kondisi emosional

Kondisi emosi seseorang berpengaruh pada kegiatan berbelanja.

Keputusan membeli yang dilakukan seseorang berdasar pada emosi.

g. Regulasi diri

Kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya memiliki

peran yang penting. Seseorang akan mudah melakukan pembelian

yang tidak terencana kalau kemampuan mengendalikan perilakunya

rendah.

Loudon & Bitta (1993) mengemukakan faktor-faktor yang

berpengaruh dalam pembelian impulsif :

a. Karakteristik produk

1) Memiliki harga yang rendah

2) Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut

3) Siklus kehidupan produknya pendek.

4) Ukurannya kecil atau ringan.

5) Mudah disimpan.

b. Marketing

1) Distribusi massa pada self service outlet terhadap pemasangan

iklan besar-besaran dan material yang akan didiskon.

Ketersediaan informasi yang dapat diperoleh dari berbagai

(28)

2) Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol

turut menjadi faktor yang berpengaruh dalam pembelian

impulsif.

c. Karakteristik konsumen

1) Kepribadian konsumen

2) Karakteristik demografis, seperti gender, usia. Status

perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.

3) Karakteristik sosio ekonomi.

B. REGULASI DIRI

1. Pengertian Regulasi Diri

Kowalski (Tri Wulandari dan Anita, 2007) mendefinisikan

regulasi diri sebagai tugas seseorang untuk mengubah respon-respon,

seperti mengendalikan impuls perilaku, menahan hasrat, mengontrol

pikiran dan mengubah emosi. Watson (Tri Wulandari dan Anita, 2007)

mengatakan regulasi diri adalah instruksi diri untuk mengadakan

perubahan pada perilaku seseorang

Bandura menjelaskan regulasi diri adalah kemampuan seseorang

untuk mengendalikan perilakunya (Larry,dkk, 1981). Pervin, Cervone

dan John (2005) mengatakan bahwa regulasi diri adalah kapasitas yang

dimiliki seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan

tujuan hidup, merencanakan strategi, mengevaluasi dan mengubah

(29)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, regulasi diri dapat

didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengendalikan

perilakunya sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan

tujuan hidup, merencanakan strategi, mengevaluasi dan mengubah

perilakunya sendiri.

2. Aspek-aspek Regulasi Diri

Dalam teori belajar sosial, ada 3 komponen dalam regulasi diri

yakni (Larry, dkk, 1981) :

a. Self Observation (observasi diri)

Self observation adalah kemampuan seseorang untuk memonitor atau

melihat perilakunya sendiri dengan memberikan perhatian atas

kualitas pada perilaku yang sedang dilakukannya supaya mampu

memahami diri sendiri.

b. Judgemental Process (evaluasi diri)

Judgemental process adalah kemampuan seseorang dalam

mengevaluasi perilakunya sendiri dengan membandingkan diri

sendiri atau dengan orang lain untuk melihat kemajuan yang telah

dicapai melalui penilaian yang dilakukan.

c. Self Response Process (proses respon diri)

Jess Feist dan Gregory Feist (2006) mendefinisikan self response

process sebagai kemampuan seseorang untuk merespon secara

(30)

standar personal dalam mengukur perilaku dengan memberikan

reward atau punishment.

Pervin, Cervone dan John (2005) mengemukakan aspek regulasi terdiri

dari 3 hal yakni :

a. Self efficacy perceptions

Self efficacy didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang terhadap

diri sendiri bahwa dirinya mampu untuk mengorganisasikan dan

memutuskan tindakan yang akan dilakukan dalam berbagai situasi.

Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi, dalam berbagai

situasi akan lebih percaya diri.

b. Goals

Goal adalah sesuatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai oleh

seseorang dengan melakukan usaha tertentu. Cita-cita dapat

memotivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Cita-cita

yang tinggi pada umumnya menghasilkan usaha yang juga keras

dan hasil yang besar.

c. Self evaluation

Self evaluation adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap perilakunya sendiri. Seseorang dapat melakukan

penilaian dalam usaha mencapai tujuan tertentu untuk menentukan

(31)

Dalam penelitian ini menggunakan teori dari Larry (1981). Peneliti

beranggapan bahwa teori ini sudah mencakup proses regulasi diri secara

keseluruhan.

3. Dampak Regulasi Diri

Regulasi diri membawa suatu dampak dalam kehidupan seseorang.

Mischel (1999) menyatakan karakteristik orang yang memiliki regulasi

diri yang baik adalah :

a. Seseorang dapat secara aktif memiliki pengaruh dan membangun

kehidupannya sendiri saat ini maupun di masa depan.

b. Seseorang mampu menetapkan tujuan yang ingin diraih dan

memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

c. Mampu menghadapi masalah penting dengan baik.

d. Seseorang menjadi lebih menyadari tentang perilakunya sendiri

dan bagaimana menyesuaikan diri dengan norma masyarakat.

Carvier dan Scheier (1996) mengatakan bahwa regulasi diri

memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh seseorang, yakni :

a. Seseorang dapat menentukan suatu nilai, membuat standart

personal dan menentukan tujuan dalam hidup.

b. Seseorang mampu menyadari bahwa mengenai apa yang dipikirkan

dan mampu mengontrol pikirannya.

c. Seseorang mampu mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai yang ada dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin

(32)

C. REMAJA

1. Pengertian remaja

Definisi remaja ada dari pandangan WHO adalah suatu masa:

(Sarwono, 2007):

a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari anak-anak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

keadaan yang relative lebih mandiri.

Santrock (2003) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai

masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif dan emosional.

Gunarso (1981) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua

perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Hurlock (1980) mengatakan masa remaja dikatakan sebagai

periode perubahan yakni meningginya emosi yang intensitasnya

bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Kedua,

perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

untuk dipesankan. Adanya perubahan nilai-nilai yang disebabkan

(33)

Berdasarkan berapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah suatu masa peralihan dari masa anak kearah masa dewasa

yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan emosional.

2. Karakteristik remaja

Masa perkembangan pada remaja tengah (middle adolescence)

berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang

mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau

pesimis, idealis atau materialistis dan sebagainya (Sarwono, 2007).

Remaja juga memiliki minat akan simbol status. Simbol status

merupakan simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang

memilikinya lebih tinggi atau mempunyai status yang lebih tinggi dalam

kelompok, seperti dapat membelanjakan uang tanpa harus bekerja dapat

menyatakan status sosial ekonomi yang lebih tinggi (Hurlock,1980).

Hurlock (1980) menyatakan salah satu ciri masa adalah masa yang

tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan

sesuai dengan sudut pandangnya sendiri, yang mana pandangannya itu

belum tentu sesuai dengan pandangan orang lain dan juga dengan

kenyataan. Selain itu, bagaimana remaja memandang segala sesuatunya

bergantung pada emosinya sehingga menentukan pandangannya

terhadap suatu objek psikologis

Remaja mencoba mencapai kemandirian dan menemukan dirinya

dengan bergerak menjauhi orang tua dan mendekati teman sebaya.

(34)

mengembangkan suatu iklim kelompok dan norma-norma kelompok

(Monks,dkk, 1992).

Masa remaja adalah masa dimana remaja mengambil

keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana yang dipilih, sekolah

mana yang akan dipilih dan sebagainya. Remaja cenderung

menghasilkan pilihan-pilihan,menguji situasi dari berbagai perspektif,

mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan mempertimbangkan

kredibilitas sumber-sumber (Santrock, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja

memiliki ciri kurang realistis dan kurang stabil emosinya. Remaja

mengalami perubahan minat dan salah satunya memiliki ketertarikan

pada simbol status. Remaja juga cenderung menjauhi orang tua dan

mencari kelompok yang sesuai dengan dirinya, selain itu, remaja

mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan dengan

kecenderungan menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari

berbagai perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan

mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber

3. Tugas perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Hurlock, 1980)

yaitu :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita.

(35)

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku dan mengembangkan ideologi.

D. REGULASI DIRI DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN

IMPULSIF PADA REMAJA

Masa remaja adalah masa dimana remaja mengambil

keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana yang dipilih, sekolah

mana yang akan dipilih dan sebagainya (Santrock,2003). Remaja sudah

mulai menentukan tujuan apa yang ingin dicapai dalam hidup. Hal ini

berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang

harus dipenuhi seperti mencapai hubungan yang matang dengan teman

sebaya dan mencapai kemandirian emosional dari orang tua. Oleh karena

remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman sebaya dalam

suatu kelompok, maka turut mempengaruhi remaja tentang bagaimana

(36)

Berbagai perubahan terjadi pada remaja seperti perubahan minat.

Salah satunya adalah minat akan simbol status. Simbol status merupakan

simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya

mempunyai status lebih tinggi dari kelompoknya, maka remaja rela

untuk melakukan apa saja supaya dirinya memiliki status yang lebih

tinggi dalam kelompoknya.

Hal inilah yang membuat remaja melakukan kegiatan membeli

barang-barang yang dirasa mampu menunjukkan status secara tidak

terencana. Kegiatan membeli ini didukung dengan adanya pertumbuhan

ekonomi sehingga banyak didirikan pusat-pusat perbelanjaan atau mal

yang menawarkan berbagai macam barang yang menarik. Display

barang yang menarik tentu saja memikat remaja dan menyebabkan

terjadinya kegiatan membeli. Sekarang ini, dapat dilihat bahwa

pembelian di mal-mal lebih banyak didominasi oleh remaja. Apabila

kegiatan membeli barang secara tidak terencana dilakukan terus

menerus, maka dapat memicu terjadinya perilaku konsumtif.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan membeli secara

tidak terencana seperti kondisi ekonomi, kepribadian, waktu, lokasi,

budaya, kondisi emosional. Regulasi diri juga turut berpengaruh pada

terjadinya pembelian secara impulsif.

Regulasi diri ini menjadi berpengaruh dalam pembelian impulsif

karena berkaitan dengan kemampuan untuk mengendalikan perilakunya

(37)

dalam diri. Dalam teori belajar sosial, kemampuan regulasi diri

membantu seseorang untuk mengambil keputusan dan melakukan

perencanaan mengenai cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai. Regulasi

diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya

sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan tujuan hidup,

merencanakan strategi, mengevaluasi dan mengubah perilakunya sendiri.

Dalam regulasi diri terdiri dari 3 aspek yakni aspek observasi diri, aspek

evaluasi diri dan aspek proses respon diri. Ketiga aspek ini yang

berperan dalam pengaturan perilaku seseorang.

Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik mampu untuk

menyadari apa yang dipikirkan dan mengontrol pikirannya, mampu

menyelesaikan masalah yang penting dengan baik, mampu menetapkan

tujuan yang ingin diraih serta memotivasi diri sendiri.

Pada kegiatan membeli, regulasi diri memiliki pengaruh pada

seseorang untuk mengontrol pikirannya. Hal ini yang menentukan

pengambilan keputusan seseorang dalam membeli barang. remaja yang

memiliki regulasi diri yang baik menyadari perilakunya dan mampu

mengontrol dirinya sendiri, sehingga remaja dapat mengantisipasi

terjadinya kegiatan membeli tanpa adanya perencanaan sebelumnya.

Sebaliknya, remaja yang tidak memiliki regulasi diri yang baik

cenderung kurang mampu untuk mengontrol dirinya pada saat membeli

(38)

E. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ada

hubungan yang negatif antara regulasi diri dengan tingkat

kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Apabila tingkat

kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka regulasi diri rendah.

Sebaliknya, jika tingkat kecenderungan pembelian impulsif rendah maka

(39)

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian termasuk dalam penelitian korelasi. Penelitian ini

dilakukan untuk melihat hubungan antara regulasi diri dan tingkat

kecenderungan remaja tengah melakukan pembelian impulsif.

B. SUBYEK PENELITIAN

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja tengah

usia 14-18 tahun (Steinberg, 2002). Subyek dipilih adalah siswa SMA

kelas X . Peneliti memilih sekolah SMA Bopkri I untuk subjek penelitian.

C. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah regulasi diri.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat

(40)

D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Regulasi Diri

Regulasi diri dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang

dimiliki seseorang untuk mengendalikan perilakunya sendiri

dengan melakukan observasi diri, evaluasi diri dan proses

merespon diri yang sering dikenal dengan self reinforcement.

Pengukuran aspek regulasi diri ini menggunakan alat

berupa skala regulasi diri. Skala ini dibuat berdasarkan teori

Bandura (Larry, dkk, 1981) yang mencakup tiga aspek yakni

observasi diri, evaluasi diri dan proses respon diri. Semakin tinggi

skor yang diperoleh maka semakin baik regulasi diri seseorang,

sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka regulasi diri

seseorang tersebut rendah.

2. Kecenderungan pembelian impulsif

Kecenderungan pembelian impulsif didefinisikan sebagai

kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

membeli barang secara spontan, tanpa berpikir sebelumnya dan

tanpa adanya perencanaan yang matang yang disertai dorongan

yang kuat untuk memiliki sesuatu, kepuasan, rasa senang, rasa

kecewa dan rasa penyesalan konsumen.

Pengukuran aspek kecenderungan pembelian impulsif ini

menggunakan alat berupa skala kecenderungan pembelian

(41)

Herabadi (Michael, Adriana, Denis, 2009) yang terdiri dari dua

aspek kognitif, seperti spontan, tanpa berpikir sebelumnya dan

tidak adanya perencanaan serta aspek afektif, seperti perasaan

senang, tidak terkontrol, puas, menyesal dan kecewa. Semakin

tinggi skor yang diperoleh maka kecenderungan seseorang

melakukan pembelian impulsif tinggi, sebaliknya, semakin rendah

skor yang diperoleh maka kecenderungan seseorang dalam

melakukan pembelian impulsif rendah.

E. METODE DAN ALAT PENGAMBILAN DATA

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian

ini adalah dalam bentuk skala, yaitu skala regulasi diri dan skala tingkat

kecenderungan pembelian impulsif.

Skala akan menggunakan metode Summated Rating yang

merupakan penskalaan model Likert. Model penskalaan ini merupakan

metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon

sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Gable dalam Azwar, 2000).

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah

pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan

didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan

diminta untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaiannya terhadap isi

(42)

setuju” (STS), ”tidak setuju” (TS), ”setuju” (S), dan ”sangat setuju” (SS).

Rentang skor pada setiap butir item adalah 1 sampai 4.

Tabel 1

Skor Jawaban

Jawaban Pernyataan

Favorabel unfavorabel

STS (Sangat Tidak Setuju)

TS (Tidak Setuju)

Skala kecenderungan pembelian impulisf terbagi dalam dua aspek

yakni aspek kognitif dan aspek afektif. Blue print persebaran item dalam

setiap aspek dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2

Blue print kecenderungan pembelian impulsif

(43)

Skala yang kedua adalah skala regulasi diri terbagi dalam tiga aspek yakni

observasi diri, evaluasi diri dan proses respon diri. Blue print persebaran

item dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3

Blue Print regulasi diri

Aspek Nomor item Jumlah

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba alat

ukur. Tujuannya adalah untuk menguji kesahihan alat ukur. Uji coba alat

ukur dilakukan pada tanggal 11 November 2009 menggunakan 5 kelas

yaitu siswa kelas XF,XB,XG,XD dan kelas XE. Setiap kelas berisi 19

sampai 21 orang. Uji coba alat ukur dilakukan pada jam pelajaran BK.

Peneliti dibantu guru BK membagi skala untuk uji coba.

Jumlah subyek dalam uji coba alat ukur adalah 97 orang.

Masing-masing subyek diberi skala yang terdiri dari dua bagian yaitu

kecenderungan pembelian impulsif (Bagian I) dan Regulasi Diri (Bagian

II). Hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah item-item yang memenuhi

(44)

Lama proses uji coba alat ukur kurang lebih satu minggu karena

mennyesuaikan jam pelajaran BK pada kelas X. Dalam uji coba alat ukur

ini tidak ada alat ukur yang hilang atau rusak sehingga alat ukur yang

dibagikan dan alat ukur yang kembali pada peneliti jumlahnya sama.

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Validitas

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam

menjalankan fungsi ukurnya. Artinya, sejauh mana skala tersebut

mampu mengukur atribut yang akan diukur. Validitas yang

digunakan peneliti adalah validitas permukaan ( face validity) yang

dinyatakan berdasarkan format penampilan tes, apabila penampilan

tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap

atribut yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa validitas

muka telah terpenuhi. Kedua, validitas yang bersifat logis (logical

validity). Dalam validitas ini, setiap aspek yang akan diungkapkan,

ditetapkan lebih dahulu definisinya sebagai pengukur apakah

materi tiap item benar-benar tercakup di dalamnya, maka jika item

dipandang telah menampung materi dalam definisi tertentu, berarti

alat pengumpul data cukup valid (Hadari, 1998).

Validitas permukaan dan validitas logis dari skala ini

diselidiki dengan bantuan dari dosen pembimbing sebagai

(45)

meyakinkan, memberikan kesan mampu mengungkap atribut yang

hendak diukur dan apakah item dipandang telah menampung

materi dalam definisi tertentu.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan setelah melakukan uji coba alat

ukur. Seleksi item dilakukan untuk melihat apakah item-item yang

ada layak untuk menjadi alat ukur penelitian atau tidak. Seleksi

item dilakukan dengan melihat corrected item total correlation

yang dihitung menggunakan program SPSS for window versi 16.

proses seleksi item dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan item

yang layak menjadi alat ukur penelitian.

Suatu item dinyatakan layak menjadi alat ukur penelitian

jika nilai corrected item total correlation atau nilai daya beda item

0,30 atau lebih, apabila skor yang diperoleh kurang dari 0,30 maka

item tersebut digugurkan.

Berdasarkan analisis item pada skala kecenderungan

pembelian impulsif didapat 29 item yang sahih dari 40 item yakni

item 2,5,14,17,23,24,28,33,35,36 dan item 39. Dalam skala ini

tidak didapati aspek yang gugur karena seluruh item gugur.

Konsistensi internal alpha 0,907. Dibawah ini blue print item yang

(46)

Tabel 4

Blue print kecenderungan pembelian impulsif

setelah uji coba

2,3,5,11,14,18,20,24,25,27,29,31,34,35,50,53,54,56,57 dan item

60. Dalam skala ini tidak didapati aspek yang gugur karena seluruh

item gugur. Konsistensi internal alpha 0.919. di bawah ini blue

print item yang sahih.

Tabel 5

Blue print regulasi diri setelah uji coba

Aspek Nomor item Item yang

F 27,28,29,30,35,36,38,39 8

14

UF 31,32,33,34,37,40 6

(47)

3. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna pengukuran.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak

dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara

individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada

faktor perbedaan sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel

tentu tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu (Azwar, 2005)

Reliabilitas alat ukur penelitian ini diselidiki dengan teknik

Alpha Cronbach melalui bantuan program SPSS for Window versi

16.00. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, pada skala regulasi diri

diperoleh koefisien reliabilitas 0,840, sedangkan pada skala

kecenderungan pembelian impulsif diperoleh koefisien reliabilitas

0,862. Hal ini berarti alat ukur penelitian ini reliabel.

H. ANALISIS DATA

Analisis penelitian ini dimulai dengan melakukan uji asumsi

terhadap data yang diperoleh. Uji asumsi ini dilakukan dengan tujuan

untuk menentukan analisis hipotesis. Uji asumsi ini meliputi uji normalitas

dan uji linieritas. Hal ini dilakukan guna menguji apakah kedua variabel

ini berhubungan secara linier atau tidak dan apakah keduanya

(48)

maka hipotesis diuji menggunakan metode Product Moment Pearson,

namun apabila uji asumsi tidak terpenuhi, maka uji hipotesis

menggunakan metode Spearman

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan program

Product Moment Pearson dari SPSS for windows versi 16. Uji korelasi

Product Moment Pearson digunakan dengan alasan untuk melihat apakah

ada hubungan antara regulasi diri dengan tingkat kecenderungan

(49)

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Tahap awal dari proses pengambilan data adalah meminta izin

kepada pihak sekolah SMA Bopkri I Yogyakarta dengan membawa surat

dari Dinas Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta, sehingga peneliti

mendapatkan izin resmi dari SMA Bopkri I. Surat izin dari Dinas

Perizinan Pemerintahan Kota Yogyakarta tersebut digunakan untuk proses

uji coba alat ukur dan pengambilan data penelitian.

Penelitian dilakukan di SMA Bopkri I Yogyakarta pada tanggal 17

November 2009. Pengambilan data untuk penelitian dilaksanakan di kelas

X. Terdapat empat kelas yang digunakan dalam pengambilan data

penelitian yakni kelas Xa, Xc, Xh dan Xi dengan jumlah total subyek

sebanyak 83 orang. Sama seperti dalam proses uji coba alat ukur, proses

pengambilan data penelitian menggunakan jam pelajaran BK. Peneliti

dibantu guru BK mengkoordinir siswa untuk mengisi skala penelitian.

Proses pengambilan data penelitian dilakukan selama 3 hari.

B. DESKRIPSI SUBYEK

Subyek penelitian adalah siswa kelas Xa, Xc, Xh, Xi. Berdasarkan

(50)

Tabel 6 : Identitas Subyek

Kriteria Total

Jenis kelamin Laki-laki 51

Perempuan 32

Kelas Xa 20

Xc 21

Xh 21

Xi 21

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Berikut ini data hasil penelitian yang dapat dilihat dalam tabel yang

ada dibawah ini :

Tabel data di atas menunjukkan skala kecenderungan pembelian

impulsif memiliki mean empiris yang lebih rendah dari mean teoritik.

Hal ini menunjukkan rata-rata subjek memiliki kecenderungan untuk

melakukan pembelian impulsif yang rendah. Sedangkan pada skala

regulasi diri memiliki mean empiris lebih rendah dari mean teoritis.

(51)

D. ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama kali

dilakukan dalam rangka analisis data. Uji normalitas ini bertujuan

untuk mengetahui apakah data regulasi diri dan kecenderungan

pembelian impulsif normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00

dengan statistik uji One Sample Kolmologorov Smirnov.

Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p).

Apabila p > 0.05 maka sebaran dikatakan normal, namun

sebaliknya jika p < 0.05 maka sebaran dikatakan tidak normal.

Dari hasil pengujian tersebut, pada variabel kecenderungan

pembelian impulsif diperoleh nilai Z = 0.931 dengan p = 0.351.

sedangkan pada variabel regulasi diri diperoleh nilai Z = 0.554

dengan p = 0.918. Kedua variabel tersebut memiliki p > 0.05. Hal

ini menunjukkan bahwa distribusi kedua data normal. Berikut ini

tabel uji normalitas.

Tabel 8

Uji Normalitas

Variabel KS-test Asymp. Sig Sebaran

Regulasi Diri 0,931 0,351 Normal

Kecenderungan

(52)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas ini dilakukan untuk apakah hubungan antara dua

skor variabel kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi diri

merupakan garis lurus atau tidak, selain itu uji linearitas ini

berfungsi untuk memberikan arah hubungan antara dua variabel.

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS

for Window versi 16.00. Uji linearitas ini dilakukan dengan

menghitung nilai F dan melihat nilai p. Jika p < 0.05 maka garis

regresi tersebut linear. Dari pengujian tersebut, diperoleh nilai F

sebesar 1.567 dengan p = 0.217, sehingga dapat dikatakan data

penelitian tidak linear. Berikut ini tabel uji linearitas.

Tabel 9

Uji Linearitas data regulasi diri dengan kecenderungan

pembelian impulsif

(combined) 1.008 0.482

Linearity 1.567 0.217

Deviation from Linearity

0.992 0.503

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui dan menguji apakah

hipotesis yang telah ditetapkan terbukti dengan menggunakan

teknik korelasi dengan menggunakan program SPSS for Window

versi 16.00.

Uji asumsi yang diperoleh dalam penelitian ini mengatakan

(53)

karena itu, peneliti tidak dapat menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson. Sebagai gantinya, peneliti menggunakan

uji korelasi dari Spearman. Berikut ini tabel uji hipotesis.

Tabel 10

Uji hipotesis

Korelasi P Signifikansi

(1-tailed)

Koefisien Determinasi

R = -0.192 < 0.05 0.041 R squared = 0.019

Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa koefisien korelasi

antara kecenderungan pembelian impulsif dengan regulasi diri

adalah sebesar -0.192 dengan signifikansi (p) = 0.041. Perhitungan

dilakukan pada taraf signifikansi p < 0.05 dan memakai uji 1 ekor.

Pemakaian uji satu ekor karena hipotesis dalam penelitian ini

sudah memiliki arah hubungan yang negatif antara kecenderungan

pembelian impulsif dan regulasi diri pada remaja tengah. Jadi hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang

signifikan antara kecenderungan pembelian impulsif dan regulasi

diri pada remaja tengah.

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara regulasi

diri dan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hasil

analisa statistik dengan menggunakan teknik Spearman memperlihatkan

(54)

pada variabel regulasi diri dan kecenderungan pembelian impulsif

mempunyai hubungan korelasi negatif.

Hubungan korelasi negatif mengartikan bahwa semakin tinggi

regulasi diri pada remaja maka semakin rendah kecenderungan remaja

melakukan pembelian impulsif. Sebaliknya, semakin rendah regulasi diri

pada remaja, maka semakin tinggi kecenderungan remaja melakukan

pembelian impulsif. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang

dikeluarkan oleh Nataraajan dan Goff (LaRose, 2001) bahwa pembelian

impulsif merupakan karakteristik dari kurangnya regulasi diri.

Hasil koefisien determinasi (r²) sebesar 0.019 menunjukkan bahwa

regulasi diri memberi sumbangan terhadap kecenderungan pembelian

impulsif sebesar 19%. Sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor lain.

Hawkins Stern (Stuart, 1966) menyebutkan bahwa kondisi ekonomi,

kepribadian, waktu, lokasi, budaya dan kondisi emosional juga menjadi

faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan

pembelian impulsif.

Dalam teori belajar sosial, kemampuan regulasi diri membantu

seseorang untuk mengambil keputusan dan melakukan perencanaan

mengenai cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai. Regulasi diri

merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perilakunya

sendiri, memotivasi dirinya sendiri seperti menetapkan tujuan hidup,

(55)

Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik mampu untuk

menyadari apa yang dipikirkan dan mengontrol pikirannya dan mampu

menyelesaikan masalah yang penting dengan baik. Hal ini membuat

seseorang mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mampu

memotivasi dirinya sendiri, sehingga faktor-faktor yang berpengaruh

untuk melakukan pembelian impulsif seperti kondisi ekonomi, lokasi di

mana seseorang berada, waktu, kondisi emosional, stimulus yang ada

tidak membuat seseorang menjadi lepas kontrol dalam melakukan

pembelian.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat bahwa

regulasi diri pada remaja tengah khususnya siswa SMA Bopkri I

memperoleh mean empiris sebesar 123.1445 lebih besar dari mean

teoritik yang nilainya 100. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi diri pada

remaja tengah khususnya siswa SMA Bopkri I tinggi. Sedangkan

kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah khususnya siswa

SMA Bopkri I memperoleh mean empiris sebesar 62.1084 yang lebih

rendah dari mean teoritik yakni 72.5. Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan remaja melakukan pembelian impulsif dikatakan rendah.

Dalam regulasi diri terdapat tiga aspek yakni observasi diri atau

monitoring diri, evaluasi diri dan aspek proses respon diri. Aspek

pertama adalah observasi diri yakni kemampuan seseorang dalam

memonitor dirinya membuat seseorang mampu melihat kualitas

(56)

1981). Kemampuan memonitor dirinya sendiri ini juga memberikan

informasi terhadap diri sendiri mengenai pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan (LaRose, 2001). Kemampuan monitoring diri ini membantu

remaja untuk tetap menyadari perilakunya sendiri. Santrock (2003)

menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan, remaja cenderung

menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif,

mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan dan mempertimbangkan

kredibilitas sumber-sumber. Hal ini memungkinkan remaja untuk

berpikir dan menimbang sebelum melakukan kegiatan membeli sesuatu.

Aspek kedua dalam regulasi diri adalah evaluasi diri.

Kemampuan seseorang dalam melakukan evaluasi terhadap dirinya

sendiri dengan melakukan pembandingan terhadap diri sendiri maupun

orang lain dalam rangka menilai kemajuan diri yang sudah ada. Apa

yang perlu ditingkatkan dan apa saja yang perlu dipertahankan atau apa

saja yang menyimpang dari norma yang ada dan apa saja yang sudah

sesuai dengan norma yang sudah ada (Larry, dkk, 1981). Kebudayaan

yang berbeda menghasilkan pula perbedaan nilai-nilai dalam

masyarakat. Remaja memiliki tugas perkembangan salah satunya

mencapai kemandirian emosional (Hulock,1980), namun tidak semua

remaja sudah mencapai kematangan emosi. Kemampuan evaluasi diri

membantu remaja untuk menetapkan tujuan yang diinginkan. Hal ini

(57)

remaja tidak tergoda dengan adanya stimulus dari luar terutama stimulus

yang menggoda untuk dibeli.

Aspek ketiga dalam regulasi diri adalah proses respon diri, yakni

kemampuan seseorang dalam merespon dirinya. Seseorang memiliki

kemampuan untuk merespon secara positif atau negatif perilakunya yang

bergantung pada bagaimana standar personal dalam mengukur perilaku

dengan memberikan reward atau punishment (Larry, dkk, 1981). Tugas

perkembangan remaja salah satunya adalah mempersiapkan kemandirian

ekonomi, namun kemandirian ekonomi belum dapat tercapai sebelum

remaja memilih pekerjaan padahal, kebanyakan remaja di Indonesia

masih mengandalkan orang tua. Hal inilah yang disadari para remaja,

sehingga mereka dapat mengontrol diri untuk tidak membeli sesuatu

yang tidak dibutuhkan tanpa direncanakan sebelumnya. Perasaan

menyesal atau bersalah karena membeli barang yang tidak dibutuhkan

(58)

A. KESIMPULAN

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini

diterima yaitu ada hubungan yang negatif antara regulasi diri dan

kecenderungan pembelian impulsif pada remaja tengah. Hal ini

ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0.192 dengan p<0.05. Hal

ini berarti bila tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi maka

regulasi diri rendah. Demikian pula sebaliknya, jika tingkat kecenderungan

pembelian impulsif rendah maka regulasi diri tinggi. Hasil penelitian,

regulasi diri memberi sumbangan terhadap kecenderungan pembelian

impulsif sebesar 19%. Sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. SARAN

1. Bagi Subyek

Bagi subyek, diharapkan tetap mempertahankan kemampuan

regulasi diri agar dapat menekan kecenderungan terjadinya perilaku

pembelian impulsif yang dapat berakibat pada meningkatnya perilaku

(59)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kecenderungan

pembelian impusif, hendaknya memperhitungkan berbagai faktor yang

berpengaruh seperti kondisi ekonomi dan jenis kelamin, sebab

faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap data yang didapat.

Peneliti juga diharapkan memperluas subyek penelitian supaya

mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kecenderungan remaja

dalam melakukan pembelian impulsif pada remaja, agar lebih dapat

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arrould, Price, & Zinkan. (2002). Consumers. New York : Mc Graw Hill.

Azwar, Saiffudin. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, Saiffuddin.(2003). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bosnjak, M., Bandl, A. & Bratko, D. (2007, October). Measuring impulsive buying tendencies in Croatia. Paper presented at the XXth Croatian Marketing Association (CROMAR) congress, October 25-27, 2007, Rijeka, Croatia. Dipungut 2 Juli 2009, dari

http://www.google.co.id/#hl=id&ei=i6OMS8TlG4u1rAfg2c2VAg&sa =X&oi=spell&resnum=1&ct=result&cd=1&ved=0CEMQBSgA&q=m easuring+impulsive+buying+tendencies+in+croatia&spell=1&fp=7e99 b3a5df14a093

Carvier,C.S.,Scheier,M.F. (1996). Perspectives on Personality. USA: Allyn & Bacon.

Chien-Huang L, Hung-Ming L (2005). An exploration of Taiwanese adolescents’ impulsive buying tendency.[Online]. dipungut 26 Agustus 2009, from the World Wide Web: www.encyclopedia.com/doc/1G1-131363637.html - 30k

Engel, J.E., Blackwell,R.D.,&Miniard, P.W. (1982). Consumer Behaviour (ed ke-4). Orlando : The Dryden Press.

Feist, Jess & Gregory, J.F. (2006). Theories of Personality. New York : Mc Graw Hill.

Fika Ariani Utami & Sumaryono. (2008). Pembelian Impulsif Ditinjau Dari Kontrol Diri dan Jenis Kelamin pada Remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi,3,46-55.

Gunarsa, Singgih D. (1981). Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Henderson, Steuart, B. (1966). Consumer Behaviour and The Behavioural Sciences. New York : John Wiley & Sons, Inc.

(61)

Http://groups.google.com.ne/group/alt.sci.tech.indonesian/msg/e061975f8658 ca9. Diunduh 13 Agustus 2009.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (ed ke-5). Jakarta : Erlangga.

Knoers, Monks, A. M. P., & Siti Rahayu Haditomo. (1992). Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press.

Larry,A., Daniel Hjelle, & Ziegler, J. (1981). Personality Theories : Basic Assumptions, Research and Apllications (ed ke-2). New York : Mc Graw Hill.

LaRose,R. (2001 :April). On The Negative Effects Of E- Commerce : A Sosiocognitive Exploration Of Unregulated On-Line Buying. Journal Of Computer Mediated Communication.6 (3). Dipungut 24 Agustus, 2009, dari http://jcmc.indiana.edu/vol6/issue3/larose.html.

Loudon, D. L. & Bitta, A. J. (1993). Consumer Behaviour Concept and Application (4th edition). Singapore McGraw-Hill.

Mischel,W. (1999). Introduction to Personality (6th-ed). New York: Harcourt Grace College Publisher. Research. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Rochmah, Elfi Yuliani. (2005). Psikologi Perkembangan. STAIN Ponorogo Press.

Safaria, Triantoro. (2004). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Anak. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

(62)

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soeleman, Henny, T. (2009, April 30). Surganya Pemburu dan Pemilik Merek Supermewah. Swa. Dipungut 26 Agustus 2009, dari http://www.swa.co.id/cetak.php?cid=1&id=9161&url=http://www.swa .co.id/swamajalah/sajian/details.php%3Fcid%3D1%26id%3D9161

Steinberg, Laurence. (2002). Adolescence. 6th ed. New York : Mc Graw Hill.

Tri Wulandari, & Anita Zulkaida (2007). Self Regulated Behaviour pada Remaja Putri yang Mengalami Obesitas. PESAT (Psikologi, Ekonomi, sastra, Arsitek & Sipil),2. Dipungut 18 Juli 2009, dari http://repository.gunadarma.ac.id:8000/167/1/Tri_Wulan_Anita_Self_ Regulated.pdf

Vohns, Kathleen,D.,& Faber, Ronald, J. (2007). Spent Resources : Self Regulatory Resource Avaibility Affect Impulse Buying. Journal of Consumer Research,33,537. Dipungut 24 Agustus 2009, dari http://www.csom.umn.edu/Assets/71504.pdf

Widyasmoro, Thjajo,T. (2009, September). Rayuan Menggoda Potongan Harga. Intisari,14.

(63)
(64)

LAMPIRAN A

(65)

FORMAT SKALA

(UJI COBA)

SKALA PENELITIAN

Salam sejahtera,

Saya Maria Asti Wardani adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Saya sedang mengadakan penelitian untuk menyelesaikan skripsi.

Berkaitan dengan itu, saya mengharap kesediaan teman-teman untuk berpartisipasi dengan

cara mengisi kuesioner ini.

Sebelum mengisi kuesioner ini saya harapkan teman-teman mengisi data pribadi pada

kolom yang tersedia. Data pribadi beserta hasil pengisian kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan penggunaannya akan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Perlu teman-teman ketahui, bahwa kuisioner ini terdiri dari 2 (dua) bagian. Teman-teman diminta untuk teliti dalam setiap pengerjaannya. Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban adalah benar asalkan sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang teman-teman alami dan rasakan.

Saya sangat berterima kasih dan menghargai partisipasi teman-teman dalam penelitian

ini. Akhirnya semoga kita semua tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Hormat saya,

(66)

Nama (Inisial) : ________________

Jenis kelamin : L / P*

Kelas : _____

Pekerjaan orang tua : _______________

(67)

BAGIAN I :

Petunjuk Pengerjaan

1. Pada lembar-lembar berikutnya terdapat pernyataan-pernyataan.

2. Teman-teman diminta untuk menyatakan tanggapan terhadap pernyataan tersebut, dengan

cara memilih:

STS :(Sangat Tidak Setuju) jika merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

TS :(Tidak Setuju) jika merasa tidak setuju dengan pernyataan yang ada.

S :(Setuju) jika merasa setuju dengan pernyataan tersebut.

SS :(Sangat Setuju) jika merasa sangat menyetujui pernyataan yang ada.

3. Teman-teman bebas menentukan pilihan yang sesuai dengan keadaan diri teman-teman.

4. Semua pilihan adalah benar selama itu sesuai dengan keadaan diri teman-teman.

5. Cara menyatakannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada tempat yang telah

tersedia.

Contoh:

No Pernyataan Skala

STS TS S SS

1. Saya suka mata pelajaran matematika. X

Gambar

Tabel 1    Skor Jawaban
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 7 Data Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Uji Reliabilitas Instrumen dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian yaitu butir-butir item angket pada penelitian ini konsisten (menunjukkan hasil yang

Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.. Tekhnik ini digunakan untuk mencari

Menurut (Ghozali, 2011) Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang tepat

Jumlah pokok PUB Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Tahun 2021 sebagaimana disebutkan di atas, tidak mencapai 20% (dua puluh persen) dari total ekuitas Perseroan

“tanggungan” berarti anak anda yang belum menikah atau cucu yang bukan merupakan karyawan tetap, yang berusia dibawah 18 tahun (atau 23 tahun bila masih berstatus

Jadi, dapat dikatakan bahwa penyewa tersebut diizinkan untuk menggunakan tanah, bahwa adalah mungkin untuk menyebutkan suatu penggunaan dengan tujuan khusus dalam akta

Beberapa manfaat bersepeda disampaikan oleh Oja et al., (2011), diantaranya adalah : 1) Kegiatan mengayuh pada bersepeda menyebabkan tidak tertekannya lutut oleh karena

Dalam implementasi dakwah dalam menghadapi problematika remaja di Kelurahan Palawa’ Kecamatan Sesean Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan maka dibutuhkan