• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 23-33)

Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak efisien. Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan menggunakan dua metode, yaitu metode non formal dan metode formal. Pada metode non formal menggunakan grafik scatterplot dengan dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut:

− Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas

− Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heterokedaktisitas atau terjadi heterokedaktisitas, adapun alat pengujian yang digunakan oleh penulis adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan redsidualnya (SDRESID).

Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas

Pada grafik scatterplot dapat dilihat bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tersebar secara merata baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Selanjutnya pengujian dilakukan dengan metode formal menggunakan uji Glejser, yaitu dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut dari residual. Apabila koefisien regresi signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas. Pada tabel 4.19 berikut dapat dilihat nilai signifikansi koefisien regresi variabel independen terhadap nilai absolut dari residual.

Tabel 4.19

Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -,039 ,270 -,143 ,887

Anggaran ,105 ,099 ,197 1,066 ,296

a. Dependent Variable: Absolut_Residual

Pada tabel 4.19 dapat dilihat nilai signifikansi variabel independen lebih besar dari 0,05. Artinya variabel independen tidak berhubungan dengan nilai residual sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.

4.1.3.2 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung sebagai berikut.

Tabel 4.20

Korelasi antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Correlations

Akuntabilitas Anggaran

Pearson Correlation Akuntabilitas 1,000 ,772

Anggaran ,772 1,000

Sig. (2-tailed) Akuntabilitas . ,000

Anggaran ,000 .

N Akuntabilitas 30 30

Anggaran 30 30

Pada tabel 4.20 di atas dapat dilihat nilai koefisien korelasi antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah sebesar 0,772. Data ini menunjukkan terdapat hubungan yang tinggi/kuat antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung. Nilai korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa semakin baik penyusunan anggaran berbasis kinerja akan diikuti dengan peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

4.1.3.3 Persamaan Regresi Linier Sederhana

Guna mengetahui bentuk hubungan fungsional antara anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah digunakan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software SPSS 20 for windows, diperoleh hasil regressi sebagai berikut.

Tabel 4.21

Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,303 ,368 ,823 ,417

Anggaran ,866 ,135 ,772 6,433 ,000

a. Dependent Variable: Akuntabilitas

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti disajikan pada tabel 4.21 maka dapat dibentuk persamaan regresi variabel anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai berikut.

Y = 0,303 + 0,866 X

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa koefisien regresi anggaran berbasis kinerja (X) memiliki tanda positif yang berarti semakin baik pelaksanaan anggaran berbasis kinerja akan membuat akuntabilitas kinerja instansi pemerintah meningkat. Kemudian nilai konstanta juga memiliki tanda positif sebesar 0,303 menunjukkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah apabila tidak dilaksanakan anggaran berbasis kinerja.

4.1.3.4 Uji Signifikansi (uji t)

Selanjutnya untuk membuktikan apakah anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho:  = 0 Anggaran berbasis kinerja tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

Ha:   0 Anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

Statistik uji yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah uji t, nilai tabel yang digunakan sebagai nilai kritis sebesar 2,048 yang diperoleh dari tabel t pada  = 0.05 dan derajat bebas 28 untuk pengujian dua arah. Kriteria uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

Jika nilai absolut thitung> ttabel maka H0 ditolak (signifikan)

Jika nilai absolut thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima (tidak signifikan)

Berdasarkan hasil pengolahan seperti disajikan pada tabel 4.21 dapat dilihat nilai thitung variabel anggaran berbasis kinerja adalah sebesar 6,433 dengan nilai signifikansi mendekati nol. Karena nilai thitung anggaran berbasis kinerja lebih besar dari nilai ttabel (2,048), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bawa terdapat pengaruh yang signifikan dari anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung. Secara visual grafik daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5

Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

(Pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah)

Pada grafik diatas dapat dilihat nilai thitung (6,433) jatuh pada daerah penolakan Ho, sehingga disimpulkan bahwa anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa

Daerah Penolakan Ho Daerah

Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho

0

t0,025;28 =2,048

-t0,025;28 = -2,048 thitung = 6,433

semakin baik pelaksanaan anggaran berbasis kinerja akan membuat akuntabilitas kinerja instansi pemerintah semakin tinggi.

4.1.3.5 Koefisien Determinasi

Setelah diuji dan terbukti bahwa anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, selanjutnya akan dihitung seberapa besar pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh melalui hasil pengolahan menggunakan software SPSS 20 for windows disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.22 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,772a ,596 ,582 ,37951

a. Predictors: (Constant), Anggaran b. Dependent Variable: Akuntabilitas

Pada tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah sebesar 0,772 (nilai R). Selain koefisien korelasi, pada tabel diatas juga disajikan nilai R-square (0,596) yang dikenal dengan istilah koefisien determinasi (KD). Koefisien determinasi sebesar 0,596 menunjukkan bahwa 59,6% akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung disebabkan oleh pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Dengan kata lain pelaksanaan anggaran berbasis kinerja memberikan pengaruh sebesar 59,6% terhadap akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 40,4% merupakan pengaruh faktor lain di luar variabel pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.

4.2 Pembahasan

Pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja dilakukan pembahasan yaitu sebagai berikut:

4.2.1 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang diperoleh dari responden masing-masing sub bagian sebagai penanggung jawab atas aspek Anggaran Berbasis Kinerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung Penerapan anggaran berbasis kinerja dan berdasarkan jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori sudah sepenuhnya dilaksanakan. Hal ini berarti kepala sub bagian anggaran telah mampu menyusun dan menggunakan anggaran secara terbuka serta telah dapat menggunakan anggaran sesuai dengan batas anggaran yang telah ditetapkan.

Namun berdasarkan pengkasifikasian ini nilai nilai terendah sebesar 71,1% termasuk dalam kategori baik walaupun rata-rata skor sudah sepenuhnya dilaksanakan namun masih kurang ditetapkannya disiplin anggaran bisa dikarenakan adanya kepastian tidak tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggarannya. Dengan kata lain, bahwa penggunaan setiap pos anggaran harus sesuai dengan kegiatan/proyek yang diusulkan serta pencatatan atas penggunaan anggaran belum dicatat sesuai dengan prinsip

akuntansi keuangan daerah yang berlaku ini dipengaruhi oleh SDM atau aparatur yang masih kurang memiliki sifat profesionalisme dalam menjalankan fungsinya dan masih adanya kelemahan dari pemerintah pusat dalam keterlambatan pendanaan dan kurang jelasnya beberapa program kegiatan yang akan diberikan masing-masing sub bagian dalam menjalankan program kegiatannya.

4.2.2 Akuntabilitas Kinerja Pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang diperoleh dari responden masing-masing sub bagian sebagai penanggung jawab atas aspek akuntabilitas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung akuntabilitas kinerja sudah termasuk dalam kategori baik dan sudah sepenuhnya sudah dilaksanakan, dalam hal ini berarti sub bagian akuntansi telah mampu mempertanggungjawabkan kegiatannya yang telah dilaksanakan karena keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yg telah dilaksanakan secara periodik. Dan dalam hal ini kebijakan yang telah diambil sudah mampu dipertanggungjawabkan walaupun belum secara optimal.

Namun berdasarkan pengklasifikasian ini nilai terendah sebesar 81,3% adalah pada akuntabilitas kebijakan termasuk dalam kategori tinggi. Artinya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Bandung sudah menjunjung tinggi akuntabilitas kebijakan walaupun rata rata skor sudah baik ini perlu pertahankan

karena akuntabilitas kebijakan berkaitan dengan kemampuan mempertanggungjawabkan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang ditetapkan.

Lembaga-lembaga harus mampu mempertanggungjawabkan penetapan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan publik, penetapan kebijakan yang memperhatikan kebijakan publik, mampu mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah diambil di masa depan yang artinya sesuai dengan pada perencanaan, mampu mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah diambil di masa depan, dan mampu mempertanggungjawabkan dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang ditetapkan.

4.2.3 Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Berdasarkan hasil pembahasan menunjukan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja, jadi semakin tinggi penerapan anggaran berbasis kinerja, maka akan semakin tinggi akuntabilitas kinerjanya. Besarnya pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap akuntabilitas kinerja sebesar 59,6% hasil penelitian ini didukung dengan landasan teori pada pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yag dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja setiap unit kerja (HALIM, 2007:177). Anggaran selain

berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian juga berfungsi sebagai instrument akuntabilitas publik atas pengelolaan program-program yang dibiayai dengan uang publik sebagai akuntabilitas publik. Kegunaan anggaran adalah sebagai alat penilaian kinerja, artinya anggran merupakan suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.

Setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja. Kinerja ini akan tecermin pada Laporan Pertanggungjawaban dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi pemerintah (LKIP).

Secara keseluruhan anggaran berbasis kinerja menunjukan bagaimana anggaran dikelola dengan baik, jika anggran dapatdikelola dengan baik maka akan tercipta pula akuntabilitas yang baik untuk para stakeholder dalam pemerintahan terutama masyarakat. Dalam upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran berbasis kinera diharapkan mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyaraat, yaitu semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan pengelolaan keuangan daerah pada khususnya. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kegiatan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat dari pengeluaran hasil tersebut.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 23-33)

Dokumen terkait