• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Analisis Hasil Penelitian

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non

parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima,

Tabel 4.3

Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 8.05495298E2

Most Extreme Differences Absolute .207

Positive .207

Negative -.169

Kolmogorov-Smirnov Z 1.719

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.

Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov

adalah 1,719 dan signifikansi pada 0,005 maka disimpulkan data tidak

terdistribusi secara normal karena p = 0,005 < 0,05. Data yang tidak terdistribusi

secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik

Gambar 4.1

Histogram ( sebelum data ditransformasi )

Sumber : Data yang diolah penulis, 2010.

Gambar 4.2

Grafik Normal P-P Plot ( sebelum data ditransformasi )

Hasil uji normalitas dengan menggunakan histogram terlihat normal, namun tidak

demikian dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada

grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta

penyebarannya agak menjauh dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan

bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. Dari hasil uji

normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan grafik normal plot

menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Ada beberapa cara mengubah

model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2004:172), yaitu:

1) dengan melakukan transformasi data,

2) lakukan trimming,

3) lakukan winsorizing.

Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan

transformasi data ke model LOG10 dari persamaan HS = f(LA, AKO, AKI,

AKP), menjadi LOG10_HS = f(LOG10_LA, LOG10_AKO, LOG10_AKI,

LOG10_AKP). Kemudian, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas.

Tabel 4.4

Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .35698162

Most Extreme Differences Absolute .157

Positive .103

Negative -.157

Kolmogorov-Smirnov Z 1.301

Asymp. Sig. (2-tailed) .068

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.

Dari tabel diatas, besarnya Kolmogorv-Smirnov (K-S) adalah 1,301 dan

signifikansi pada 0,068 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model

regresi telah terdistribusi secara normal, dimana nilai signifikansinya >0,05 (p =

0,068 > 0,05). Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan

dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan

Gambar 4.3

Histogram ( setelah data ditransformasi )

Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.

Gambar 4.4

Grafik Normal P-P Plot ( setelah data ditransformasi )

Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa

distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data

mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan

atau normal.

Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot.

Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta

penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan

bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinearitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas

adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF),

menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Besarnya tingkat

kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance > 0.10, Variance

Tabel 4.5

Coefficients untuk LOG10_HS = f(LOG10_LA, LOG10_AKO, LOG10_AKI, LOG10_AKP)

Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.

Tabel 4.6

Cofficients Correlations untuk LOG10_HS = f(LOG10_LA, LOG10_AKO, LOG10_AKI, LOG10_AKP)

Coefficient Correlationsa

Model LOG10_AKP LOG10_AKO LOG10_AKI LOG10_LA

1 Correlations LOG10_AKP 1.000 .041 -.115 -.355 LOG10_AKO .041 1.000 -.055 -.476 LOG10_AKI -.115 -.055 1.000 -.099 LOG10_LA -.355 -.476 -.099 1.000 Covariances LOG10_AKP .013 .000 -.001 -.003 LOG10_AKO .000 .008 .000 -.004 LOG10_AKI -.001 .000 .007 .000 LOG10_LA -.003 -.004 .000 .007

a. Dependent Variable: LOG10_HS

Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.

Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa

variabel LOG10_AKO mempunyai korelasi sebesar -0.041 atau sekitar 4,1%

dengan variabel LOG10_AKP. Variabel LOG10_AKO mempunyai korelasi

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) LOG10_LA .634 1.577 LOG10_AKO .739 1.353 LOG10_AKI .944 1.059 LOG10_AKP .825 1.213

sebesar -0.055 atau sekitar 5,5% dengan variabel LOG10_AKI. Variabel

LOG10_AKO mempunyai korelasi sebesar -0,476 atau sekitar 47,6% dengan

variabel LOG10_LA. Variabel LOG10_AKI mempunyai korelasi sebesar -0.115

atau sekitar 11,5% dengan variabel LOG10_AKP. Variabel LOG10_AKI

mempunyai korelasi sebesar -0,099 atau sekitar 9,9% dengan variabel

LOG10_LA. Variabel LOG10_LA mempunyai korelasi sebesar -0,355 atau

sekitar 35,5% dengan variabel LOG10_AKP. Hasil dari coefficient correlations

tersebut menunjukkan tidak ada korelasi yang tinggi (umumnya diatas 0,95),

maka hal ini merupakan indikasi tidak adanya multikolinearitas.

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen memiliki

nilai tolerance > 0.10 yaitu 0,6340 untuk variabel LOG10_LA, 0,739 untuk

variabel LOG10_AKO, 0,944 untuk variabel LOG10_AKI dan 0,825 untuk

variabel LOG10_AKP yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel

independen. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana

variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,577 untuk variabel

laba akuntansi, 1,353 untuk variabel arus kas dari aktivitas operasi, 1,059 untuk

variabel arus kas dari aktivitas investasi, 1,213 untuk variabel arus kas dari

aktivitas pendanaan.

c. Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas

adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang terartur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi

homoskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi

heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran

titik-titik pada gambar.

Gambar 4.5 Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Adanya

titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya

data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain .

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada

korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah

autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Untuk uji

Durbin Watson memiliki ketentuan sebagai berikut:

1) tidak ada autokorelasi positif, jika 0 < d < dl,

2) tidak ada autokorelasi positif, jika dl ≤ d ≤ du,

3) tidak ada korelasi negatif, jika 4 - dl < d < 4,

4) tidak ada korelasi negatif, jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl,

Tabel 4.7

Hasil Uji Durbin Watson

Sumber: Data yang diolah penuis, 2010.

Tabel 4.13 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,247 (d), untuk k = 4

nilai du = 1,731, maka 1,680 (du) < 2,247 (d) < 2,269 (4 – du) dari pengamatan ini

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi

negatif.

Dokumen terkait