• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Uji Normalitas, uji Autokorelasi, uji Heteroskedastisitas dan Uji Multikolinearitas.

4.2.2.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Salah satu cara untuk menguji normalitas yaitu dengan analitis statistik.

Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Dalam mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0.05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0.05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Hasil dari pengujian normalitas data dari penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Tabel Uji Kolmogrov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 80 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .04494807 Most Extreme Differences Absolute .094 Positive .094 Negative -.054 Kolmogorov-Smirnov Z .843

Asymp. Sig. (2-tailed) .476

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat di lihat bahwa besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 0.843 dan signifikan pada 0.476, nilai probabilitas signifikansinya lebihbesar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data residual terdistribusi dengan normal.

Hasil uji analisis histogram dan PP plot juga perlu disampaikan untuk memperjelas bahwa data berdistribusi normal.

Gambar 4.1

Pada tampilan grafik histogram di atas terlihat bahwa grafik memberikan pola distribusi normal.Hal ini di tunjukkan oleh kurva yang memiliki kemiringan yang seimbang, baik sisi kanan maupun kiri.

Gambar 4.2

Grafik Normal P-P Plot Regression Standardized Residual

Pada scatter plot di atas terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal.Hasil tersebut menunjukkan bahwa residual telah terdistribusi secara normal.

4.2.2.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011).

Penelitian ini menguji autokorelasi dengan uji Durbin – Watson (DW test). Uji Durbin – Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan adanya incept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada

variabel lag di antara variabel independen. Hasil dari pengujian normalitas data dari penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Tabel Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1 .719a .517 .477 .04676 2.004

a. Predictors: (Constant), LEV, STA, PDKI, ARDK, KESAPU, UDEDIR b. Dependent Variable: KK

Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Setelah mengetahui hasil pengujian Durbin-Watson di atas adalah 2.004. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dinyakan tidak autokorelasi positif maupun negatif jika du < dw < 4 – du. Untuk memutuskan keputusan adanya autokorelasi atau tidak pada penelitian ini, maka perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Tabel Perhitungan Durbin-Watson 

 

AUTOKORELASI 

DURBIN WATSON 

DL  DU  DW  4‐DU  4‐DL       

1.480  1.800  2.004  2.200  2.520 6 variabel  80 sampel  Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Dari hasil perhitungan Durbin-Watson di atas didapatkan hasil 1.800 < 2.004 < 2.200, atau dapat disimpulkan bahwa penelitian regresi ini terbebas dari autokorelasi, du < dw < 4 – du.

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011) berpendapat bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Berikut hasil uji Heterokedastisitas dengan melihat grafik plot antara variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID yang dilakukan dengan SPSS 21

Gambar 4.3

Gambar Grafik Plot Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak untuk memprediksi kinerja keuangan berdasarkan masukkan variabel independen kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris, aktivitas rapat dewan komisaris, ukuran perusahaan dan leverage.

4.2.2.4. Uji Multikolinieritas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna. Koefisien korelasi hasilnya tinggi atau bahkan satu diantara beberapa atau semua variabel bebas yang menjelaskan model regresi (Ghozali, 2011). Hasil Uji Multikolinieritas dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.5

Tabel Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) KESAPU .534 1.871 UDEDIR .527 1.897 ARDK .841 1.189 PDKI .577 1.732 STA .468 2.135 LEV .855 1.170

Dependent Variabel: KK

Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi multikoliniearitas. Hal ini dapat dilihat pada nilai Variant Inflation factorkeenam variabel.Variabel kepemilikan saham publik sebesar 1.871; Variabel ukuran dewan direksisebesar 1.897; Variabel aktivitas rapat dewan komisaris 1.189; Variabel proporsi dewan komisaris independen sebesar 1.732; Variabel ukuran perusahaan sebesar 2.315; Variabel leverage sebesar 1.170 dan tidak ada yang lebih dari 10. Kemudian nilai Tolerancedari semua variable lebih besar daro 0.10. 4.2.2.5. Analisis regresi

Analisis pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja keuangan dalam perencanaan audit dapat dilihat dari analisis regresi berganda yang selengkapnya dapat dillihat dari hasil out put SPSS 21, pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Tabel Hasil Analis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.055 .145 -.377 .707 KESAPU -.021 .032 -.074 -.666 .508 UDEDIR -.007 .003 -.252 -2.250 .027 ARDK .004 .001 .619 6.980 .000 PDKI .053 .065 .088 .820 .415 STA .014 .013 .133 1.116 .268 LEV -.017 .010 -.149 -1.692 .095

Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Terlihat pada tabel diatas, persamaan regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut yaitu :

KK =α + β1 KESAPU + β2 UDEDIR + β3 ARDK + β4 PDKI +β5 STA +β6 LEV +e

KK = (-0.055) + (-0.021) β1+ (-0.007) β3 + 0.004 β4 + 0.053 β5 + 0.14 β6 +

(-0.017) β7 + e

Interpretasi dari persamaan regresi tersebut adalah:

1. Konstanta sebesar -0.055 maka nilai variabel dependen (KK) akan teteap sebesar -0.055 jika semua variabel independent bernilai nol. 2. Koefisien kepemilikan saham publik sebesar -0.021, artinya jika nilai

variabel ini di tingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel KK sebesar 0.021.

3. Koefisien ukuran dewan direksi -0.007, artinya jika nilai variabel ini di tingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel KK sebesar 0.007.

4. Koefisien aktivitas rapat dewan komisaris sebesar 0.004, artinya jika nilai variabel ini di tingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel KK sebesar 0.004.

5. Koefisien proporsi dewan komisaris independen 0.053, artinya jika nilai variabel ini di tingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel KK sebesar 0.053.

6. Koefisien ukuran perusahaan 0.014, artinya jika nilai variabel ini di tingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel KK sebesar 0.014.

7. Koefisien leverage -0.017, artinya jika nilai variabel ini di tingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel KK sebesar 0.017. 4.2.3. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji parsial (uji-t) , uji simultan (uji-F). 4.2.3.1. Uji Parsial ataau (t-test)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi dan komite audit dengan menggunakan derajat kebebasan sebesar 5%, agar kemungkinan terjadinya gangguan kecil. Berdasarkan pengolahan spss 21 diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.7 Tabel Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.055 .145 -.377 .707 KESAPU -.021 .032 -.074 -.666 .508 UDEDIR -.007 .003 -.252 -2.250 .027 ARDK .004 .001 .619 6.980 .000 PDKI .053 065 .088 .820 .415 STA 0.14 .013 .133 1.116 .268 LEV -.017 .010 -.149 -1.692 .095

Dimana :KESAPU = Kepemilikan saham public; UDEDIR = Ukuran Dewan Direksi; ARDK = Aktivitas Rapat Dewan Komisaris; PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen; STA = Ukuran perusahaan yang diukur dengan log total aset ; LEV = Leverage

Uji t (parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Hasilnya adalah sebagai berikut :

a. Kepemilikan saham publik

Berdasakan hasil pengujian secara parsial pengaruh kepemilikan saham publik terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh nilai signifikansi 0.508 > 0.05degan arah koefisien regresi negatif, maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, atau tidak ada pengaruh positif kepemilikan saham publik terhadap kinerja keuangan perusahaan

b. Ukuran dewan direksi

Berdasakan hasil pengujian secara parsial pengaruh ukuran dewan direksi terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh nilai signifikansi 0.027 > 0.05 degan arah koefisien regresinya negatif, maka dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, atau ada tidak ada pengaruh ukuran dewan direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan.

c. Aktivitas rapat dewan komisaris

Berdasakan hasil pengujian secara parsial pengaruh aktivitas rapat dewan komisaris terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh nilai signifikansi 0.00 < 0.05 degan arah koefisien regresinya positif, maka dapat disimpulkan bahwa H3 diterima, atau ada pengaruh positif aktifitas rapat dewan komisaris terhadap kinerja keuangan perusahaan.

d. Proporsi dewan komisaris independen

Berdasakan hasil pengujian secara parsial pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh nilai signifikansi 0.415 > 0.05.Walaupun arah koefisien regresinya positif, namun nilai signifikansinya lebih dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak, atau tidak ada pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan perusahaan.

e. Variabel Kontrol Ukuran perusahaan

Berdasakan hasil pengujian secara parsial pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh nilai signifikansi 0.268 > 0.05 dengan arah koefisien regresi positif, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Berdasakan hasil pengujian secara parsial pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan SPSS 21 diperoleh nilai signifikansi 0.095 > 0.05 dengan arah koefisien regresi negatif, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan perusahaan.

4.2.3.2. Uji F atau Simultan

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Hasil pengujian statistik F dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Tabel Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression .171 6 .028 13.019 .000b

Residual .160 73 .002

Total .330 79

a. Dependent Variable: KK

b. Predictors: (Constant), LEV, STA, PDKI, ARDK, KESAPU, UDEDIR Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 13.019 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05,

atau dapat dikatakan bahwa kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi, aktivitas rapat dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

4.2.4. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.9

Tabel Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .719a .517 .477 .04676

a. Predictors: (Constant), LEV, STA, PDKI, ARDK, KESAPU, UDEDIR b. Dependent Variable: KK

Sumber: Data sekunder diolah, 2014

Dari tampilan output SPSS 21 di atas model summary besarnya R = 0.719, hal ini berarti hubugan antara kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi, aktivitas rapat dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan leverage terhadap Kinerja keuangan memiliki hubungan yang cukup erat, besarnya adjusted R2 adalah 0.477,

hal ini berarti 47.7% variabel dependen kinerja keuangan dapat dijelaskan dengan oleh variasi variabel independen kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi, aktivitas rapat dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan leverage. Sedangkan sisanya (100% - 47.7% = 52.3%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model penelitian ini.

4.3.Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat komponen Corporate Governance yang digunakan dalam penelitian ini yang mempunyai pengaruh positifsignifikan terhadap kinerja keuangan adalah aktivitas rapat dewan komisaris. Indikator Corporate Governance yang lain yaitu kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi dan proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

4.3.1. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Property dan Real Estate. Hasil tersebut bertentagan dengan pendapat yang menyatakan “Penyertaan saham dari masyarakat atau publik yang mencerminkan harapan publik bahwa pihak manajemen dapat mengelola saham tersebut dengan sebaik-baiknya yang dibuktikan melalui tingkat kinerja keuangan perusahaan yang baik

sehingga dapat memperkecil peluang terjadinya tindakan kurang profesional yang dilakukan oleh manajer”. Hasil ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan Nur’aeni (2010) yang menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan.

4.3.2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ukuran dewan direksitidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan property dan Real Estate.Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan, misalnya pada penelitian Amyulianthy (2012) yang menyatakan bahwa direksi akan lebih efektif dalam memonitor manajemen selain itu outsider juga lebih banyak memberikan expert knowledge atau pengetahuan para ahli dan nilai tambah bagi perusahaan. Namun, dalam penelitian ini membuktikan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, di sisi lain, dalam hal ini menjelaskan bahwa jumlah dewan direksi yang besar belum tentu menguntungkan perusahaan untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik. Perusahaan yang memiliki ukuran dewan yang besar tidak bisa melakukan koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dewan yang lebih kecil.

4.3.3. Pengaruh Aktivitas Rapat Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa aktifitas rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Property dan Real Estate. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang di lakukan Juwitasari (2008) yang menyatakan semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat, maka akses informasi juga akan semakin merata di antara sesama komisaris, sehingga keputusannya semakin baik yang berdampak pada kinerja perusahaan yang lebih baik. Rapat dewan komisaris merupakan salah satu sumber informasi yang nantinya digunakan untuk meningkatkan efektifitas dewan komisaris. Informasi yang diungkapkan melalui rapat tersebut meliputi tidak hanya pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, pengendalian internal tetapi juga pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan.

4.3.4. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan Property dan Real Estate. Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah komisaris independen adalah orang yang berasal dari luar perusahaan, ini memungkinkan pengetahuan komisaris independen tentang keadaan perusahaan juga relatif terbatas.

Hal ini menyebabkan kurang efektifnya peran komisaris independen di dalam peningkatan kinerja perusahaan, karena mungkin dewan direksi dan dewan komisaris tidak terlalu mempertimbangkan masukan-masukan yang diberikan oleh komisaris independen. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amyulianthy (2012) yang menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh (positif) terhadap kinerja keuangan.

                               

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pemabahasan dapat diambil simpulan antara lain:

1. Variabel-variabelindependen pada penelitian ini mempengaruhi kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estate sebesar 47.7%, dan 52.3% di tentukan oleh variabel lain di luar penelitian. 2. Kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan Perusahaan Property dan Real Estate. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik publik kurang melakukan pengawasan yang ketat terhadap manajemen dalam melaporkan kinerja mereka, karena rendahnya komposisi komposisi kepemilikan publik dalam perusahaan. Hasil ini juga di dukung oleh penelitian Nur’aeni (2010) dan Hastuti (2003) yang menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan kepemilikan saham pablik bepengaruh signifikan terhadap Perusahaan Property dan Real Estate ditolak.

3. Ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estate. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi yang besar belum tentu menguntungkan

perusahaan untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik. Kerugian yang muncul dari jumlah dewan yang besar berkaitan dengan meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estate ditolak.

4. Aktivitas rapat dewan komisarisberpengaruh terhadap kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estate. Hal ini dikarenakan rapat-rapat yang dilakukan olehdewan komisaris berjalan secara efektif yang menghasilkan saran yang tepat bagi dewan direksi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan aktivitas rapat dewan komisaris mempunyai pengaruh sigfikan terhadap kinerja keuangan Perusahaan Proprty dan Real Estate diterima.

5. Proporsi dewan komisarisindependen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estate. Hal ini disebabkan karena pengetahuan komisaris independen tentang keadaan perusahaan juga relatif terbatas dan banyaknya komisaris independen diindikasikan tidak mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh sigfikan terhadap kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estateditolak.

6. Variabel kontrol ukuran perusahaan tidak berpengaruhterhadap kinerja keuangan Perusahaan Property dan Real Estate. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan bukan jaminan bahwa ukuran perusahaan yang besar akan memiliki kinerja yang baik pula. Perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan financial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi di sisi lain, perusahaan besar juga dihadapkan pada masalah lebih sulit untuk dimonitor. 7. Variabel kontrol leveragetidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan Property dan Real Estate. hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan utang yang tinggi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

8. Secara simultan variabel independen kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi, aktivitas rapat dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja perusahaan.

5.2.Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini memilki keterbatasan, yaitu:

1. Corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas padaempat variabel yaitu kepemilikan saham publik, ukuran dewan direksi, aktifitas rapat dewan komisaris dan proporsi

komisarisindependen dan dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan leverage.

2. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan masih relative sedikit yaitu 20 dari 45 Perusahaan Property dan Real estate, karena pengumpulan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu dengan menentukan kriteria khusus untukpengambilan sampel.

3. Variabel kepemilikan saham publik dalam penelitian ini hanya berdasarkan persentase kepemilikan saham publik saja, tanpa mengelompokkan kepemilikan publik oleh pihak asing atau dalam negeri.

4. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek yaitu 4 tahun.

5. Perusahaan yang di gunakan sebagai sempel dalam penelitian ini hanya perusahaan propertydan Real estate yang terdaftar di BEI.

5.3. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masih banyak kekurangan, sehingga kurang menggambarkan keadaan secara menyeluruh. Oleh karena itu peneliti menyarankan:

1. Disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan menggunakan periodepengamatan yang lebih lama sehingga akan memberikan jumlah sampel yanglebih besar dan kemungkinan memperoleh kondisi yang sebenarnya.

2. Dikarenakan adanya keterbatasan pengggunaan rasioCFROA yanglebih cenderung berfokus untuk tujuan jangka pendek bukan jangka panjang,maka untuk memperoleh perbandingan dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan,peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis selanjutnya dapatmenambahkan jenis rasio lain dalam mengukur kinerja perusahaan sepertirasio pasar yang dapat memberikan indikasi mengenai penilaian investorterhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospek perusahaan dimasayang akan datang.

3. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi mekanisme good corporate governance lainnya untuk mengetahui bagai mana pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan.

4. Menggunakan sempel perusahaan yang lebih banyak lagi yang tidak hanya pada perusahaan Property dan Real Estate.

Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno. 2006. Etika Bisnis dan Profesi. Yogyakarta : AMP YKPN. Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus & Solusi. Yogyakarta : BPFE

UGM

Amyulianthy, Rafriny. 2012. Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Indonesia. Skripsi, Tidak Dipublikasikan. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. Working Paper. Southern Illinois University, Carbondale

Darmawati, D, Khomsiyah, Rika. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, IAI. Dewayanto, Totok. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate

Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional.Jurnal Fakultas ekonomi, Vol. 5, No. 2, Hal 104-123. Semarang: Universitas Diponegoro

FCGI, 2001. Corporate Governance : Tata Kelola Perusahaan, Edisi Pertama, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, Solo.

Hastuti, Yenny Widya.2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Secara Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Keuangan. Skripsi, Tidak Dipublikasikan UNDIP. Semarang.

Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Eny. 2002. Teori Fortofolio dan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Indrianto dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE Yogyakarta.

Javed, Attiya Y., dan Robina Iqbal. 2007. Relationship between Corporate Governance Indicators and Firm Value: A Case Study of Karachi Stock Exchange. MPRA Paper,Posted 07 November, No.2225. Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm:

Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3, h. 305-360

Juwitasari, Ratih. 2008. Pengaruh Independensi, Frekuensi Rapat dan Remunerasi Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan yang

Dokumen terkait