• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Asumsi klasik .1 Uji normalitas data

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum obyek penelitian

4.3 Uji Asumsi klasik .1 Uji normalitas data

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat interpretasi hasil uji normalitas dengan menggunakan Q-Q plot. Interpretasi yang dilakukan terhadap gambar normal Q-Q Plot untuk variabel dependen pengungkapan informasi, memperlihatkan bahwa data yang mewakili dengan titik-titik tersebar di sekitar garis acuan normalitas. Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian

normalitas dengan normal Q-Q Plot, terbukti bahwa data variabel dependen pengungkapan informasi berdistribusi normal.

Gambar 4.1

Normal Q-Q Plot of IP 4.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik tidak ada korelasi antara varibel bebas (Singgih Santoso, 2000 dalam Yunita, 2008). Uji ini dilihat dari nilai VIF nilai yang umumnya dipakai untuk mendeteksi adanya multikolinieritas. Regresi terdeteksi multikolinearitas apabila nilai VIF > 5.

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

No. Variabel tolerence VIF

2 ROE 0.964 1.037

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel independen lebih dari 1 kurang dari 5 (1 < VIF < 5), maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas antara variabel independen. Jadi asumsi klasik tidak terdeteksi multikolinearitas terpenuhi.

4.3.3 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas oleh Ghozali (2005:105) bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedasitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Setelah diuji, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.

Gambar 4.2 Uji Heteroskedasitas

Tampak pada gambar 4.2 diagram pencar residual tidak membentuk pola tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan tidak terdeteksi heteroskedastisitas.

4.4 Regresi

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, yaitu suatu analisis yang berfungsi untuk menegetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat.

Tabel 4.5 Regresi ANOVA

a. Predictors: (Constant), ROE, CGPI b. Dependen Variabel: IP

Dari tabel 4.5 dipaparkan nilai F sebesar 8.122 dengan nilai p-value sebesar 0.001.

Mengingat nilai probabilitas dari penelitian ini lebih kecil dari taraf signifikasi 5% yaitu 0.001 < 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini sebagai prediksi baik yang digunakan untuk menguji variabel implementasi good corporate governance terhadap variabel pengungkapan informasi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Tabel 4.6 Tabel Model Summary

Dari model summary hasil perhitungan dengan spss dapat dilihat F hitung sebesar 8,122, sedangkan F tabel sebesar 2,975. Disini Nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, yaitu 8,122 > 2,975. Nilai R Square adalah sebesar 26.5% yang berarti bahwa sebesar 26.5%

variansi dependen variabel dijelaskan oleh kedua independen variabel dan sebanyak 73.5%

variabel independen ditentukan oleh faktor-faktor eksternal selain kedua variabel independen dalam regresi ini. Model Adjusted R Square kecil sebesar 0.233 berarti pengaruh variabel CGPI dan ROE sangat kecil terhadap pengungkapan informasi yaitu sebesar 23.3%, sedangkan sisanya 76,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar Error of Estimate sebesar 0.0523. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Tabel 4.7 Tabel koefisien regresi

Dari hasil perhitungan menggunakan statistik dapat diketahui nilai t hitung masing-masing koefisien regresi, sehingga dapat dibandingkan antara t hitung seperti yang kita lihat pada output dengan t tabel. Pengambilan keputusan juga dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitan dengan taraf signifikasi sebesar 5%. Dari tabel 4.7 nilai t hitung untuk rasio CGPI adalah sebesar 3.310 dan nilai t hitung untuk ROE adalah -1.628.

Dari kedua variabel bebas hanya variabel CGPI yang mempengaruhi pengungkapan dengan signifikasi < 0.05/ 5% sedangkan variabel ROE tidak mempengaruhi secara signifikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa :

• Pada variabel CGPI

Nilai probabilitas < taraf signifikasi 5%, yaitu 0.002 < 0.05. Hal ini bahwa CGPI berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pengungkapan. Hasil pengujian terhadap variabel dependen pengungkapan informasi dalam persamaan menunjukkan bahwa implementasi Corporate Governance mempengaruhi pengungkapan informasi dalam laporan

pula tingkat pengungkapan informasi yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan prediksi sebelumnya bahwa Corporate Governance merupakan upaya untuk melindungi investor dari adanya asimetri informasi (Healy dan Palepu dalam Khomsiyah, 2003) serta mendukung prinsip transparansi yang menjadi salah satu prinsip Good Corporate Governance.

• Pada variabel ROE

Nilai probabilitas > taraf signifikasi 5%, yaitu 0.11 > 0.05. Hal ini menjelaskan variabel ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pengungkapan.

Profitabilitas tidak berhasil memberikan bukti yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi. Hal ini bertentangan dengan teori dasarnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin tinggi pula tingkat pengungkapan yang diberikan oleh perusahaan (Dwi Novi Kusumawati, 2006).

Mengingat budaya yang berkembang di Indonesia yang beranggapan bahwa praktik Corporate Governance hanyalah merupakan suatu bentuk kepatuhan (conformance) terhadap peraturan atau ketentuan dan bukannya sebagai suatu sistem yang diperlukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi tidak menggunakan sebagian profitnya untuk memperbaiki kualitas informasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Yunita (2008) yang menyatakan bahwa pengungkapan informasi perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut.

4.5 Pembahasan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah penerapan Good Corporate Governance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan dalam laporan keuangan tahunan. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khomsiyah (2003), yang menyatakan semakin tinggi indeks Corporate Governance suatu perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance, maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan informasinya. Analisis regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa penerapan Good Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan informasi. Perusahaan-perusahaan yang mengimplementasi Corporate Governance akan memberikan lebih banyak informasi, sebagai wujud tanggung jawab kepada stakeholders yang menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu dasar dalam proses pengambilan keputusan.

Berbagai hal menjadi pertimbangan dalam penyusunan standar untuk menentukan seberapa banyak informasi yang harus diungkapkan. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan menjadi kendala dalam pengungkapan. Kendala pada umumnya timbul dari kacamata perusahaan (Suwardjono, 2005).

Salah satu hal yang menentukan keluasan dan kerincian pengungkapan adalah tujuan pengungkapan. Tujuan perlindungan atau protektif biasanya menuntut pengungkapan yang lebih luas dan lebih rinci. Namun bila pengungkapan itu terlalu banyak maka akan memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah, sehingga beberapa pihak justru berpendapat berbeda.

Dalam banyak hal, kelebihan informasi (information overload) harus menjadi pertimbangan. Kelebihan informasi adalah penyediaan informasi yang melebihi kemampuan pemakai untuk mencernanya secara efektif. Hal ini berlawanan dengan konsep yang menyatakan bahwa makin banyak informasi makin baik. Informasi yang terlalu melimpah akan mengungkapkan detail-detail yang tidak begitu penting, hal ini justru akan menutup informasi yang signifikan, yang pada akhirnya menyebabkan laporan keuangan sulit untuk diinterpretasikan.

Dampak negatif lainnya dari pengungkapan yang meluas adalah pada kompetisi yang dinamis dalam pasar. Bagaimanapun juga, informasi tertentu sangat berharga bagi perusahaan dalam kondisi persaingan. Pengungkapan informasi meluas dapat menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan sehingga perusahaan enggan untuk mengungkapkan informasi privatnya.

Oleh karena itu sebaiknya perusahaan lebih mengutamakan pengungkapan wajib sesuai dengan peraturan BAPEPAM, karena dalam pengungkapan wajib ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan yang benar dan relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan keuangan lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

BAB V

Dokumen terkait