• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

4.2 Hasil Penelitian

4.2.2 Uji Asumsi Klasik .1 Uji Normalitas .1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data

normal atau mendekati normal. Untuk melakukan pengujian normalitas dengan

analisis grafik dapat dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya, dan sebaliknya jika pola distribusi tidak normal dan

terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya jauh dari

garis diagonal, hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi

Gambar 4.1

Histogram Dependen Manajemen laba (PLABA)

Sumber: hasil olahan spss 17.0, 2013

Gambar 4.1 menunjukkan kurva histogram yang memiliki kemiringan

seimbang kekiri dan kekanan, atau tidak condong ke kiri maupun ke kanan,

melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng. Hal ini memenuhi salah satu

Gambar 4.2

Normal P-Plot of Regresion Standarized Residual Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013

Gambar 4.2 merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan penyebaran

titik-titik data di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini

berarti data pada variabel yang digunakan, yaitu variabel Manajemen laba

berdistribusi normal.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini juga menggunakan uji

�= 0,05 maka variabel tidak terdistrubusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas >� = 0,05 maka variabel terdistribusi secara normal.

Tabel 4.2 Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 93

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .23228419

Most Extreme Differences Absolute .137

Positive .125

Negative -.137

Kolmogorov-Smirnov Z 1.318

Asymp. Sig. (2-tailed) .062

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013

Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai

Kolomogorov-Smirnov adalah 1,318 dan signifikan pada 0,062. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, hal ini berarti data residual berdistribusi normal. Setelah

data berdistribusi normal dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel

independen antara yang satu dengan yang lainnya ( Erlina, 2008:105). Pengujian

ini bermaksud untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di

antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

terdapat problem multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan,

(Ghozali dalam Erlina, 2008:105) :

a. Nilai deskriminasi yang sangat tinggi dan diakui dengan nilai F test yang

sangat tinggi, serta tidak atau hanya sedikit nilai t test yang signifikan.

b. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variable

dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor (VIF) dan

Tolerance Value. Batas VIF adalah 10 dan Tolerance Value adalah 0.1 jika

nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0.10

maka terjadi multikolinearitas dan harus dikelompokkan dari model.

Tabel 4.3

Hasil Uji Mulkolinearitas

Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,903; 0,990; 0,901; 0,988 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Hasil

perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.165 .306 -.539 .592

KM .277 .170 .179 1.631 .107 .903 1.108

BOC .014 .209 .007 .067 .947 .990 1.010

AC .322 .438 .081 .735 .464 .901 1.110

KAP -.045 .050 -.095 -.906 .368 .988 1.013

memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,108; 1,010; 1,110; 1,013. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi

multikolinearitas antar variabel independen.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas ( Erlina, 2008 : 106).

Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model

dapat dilihat dari gambar scatterplot model tersebut (Nugroho, 2005:62). Analisis

pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak

terdapat heteroskedastisitas jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol.

b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik Scatter Plot

Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 atau sebelumnya ( Erlina, 2008:106). Jika terjadi korelasi, maka

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah

dalam autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku

stastistik relevan. Menurut Sunyoto (2009:91), Pengambilan keputusan ada

tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1) angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,

3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .199a .040 -.004 .23750 1.563

a. Predictors: (Constant), KAP, KM, BOC, AC b. Dependent Variable: MLABA

Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013

Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa nilai D-W sebesar 1,563.

Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam

penelitian ini.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis

tentang pengaruh variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil

Tabel 4.5

Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.165 .306 -.539 .592 KM .277 .170 .179 1.631 .107 BOC .014 .209 .007 .067 .947 AC .322 .438 .081 .735 .464 KAP -.045 .050 -.095 -.906 .368

a. Dependent Variable: MLABA

Sumber: Hasil olahan SPSS 17.00, 2013

Pengolahan data tersebut menghasilkan suatu persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

MLABA = -0,165 + 0,277KM + 0,014BOC + 0,322AC -0,045KAP + e

Interpretasi:

a. Konstanta sebesar –0,165 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel bebas (kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris,

komite audit dan ukuran kantor akuntan publik ) maka tingkat manajemen

labaperusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar -0,165.

b. Koefisien regresi KM sebesar 0,277 menunjukkan bahwa apabila setiap

kenaikan kepemilikan manajerial sebesar 1%, dengan asumsi variabel

bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,277.

c. Koefisien regresi BOC sebesar 0,014 menunjukkan bahwa apabila setiap

variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan

manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar

0,014.

d. Koefisien regresi AC sebesar 0,322 menunjukkan bahwa apabila setiap

kenaikan komite audit sebesar 1%, dengan asumsi variabel bebas lainnya

dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,322.

e. Koefisien regresi KAP sebesar -0,045 menunjukkan bahwa apabila setiap

kenaikan ukuran kantor akuntan publik sebesar 1%, dengan asumsi variabel

bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar -0,045.

Dokumen terkait