HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 1. Deskriptif Data 1.Deskriptif Data
5.2.4. Uji Autokorelasi
Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Menurut Santoso (2005 : 241), untuk mendeteksi ada tidaknya auto korelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Dengan ketentuan pada Gambar 5.2 berikut :
Daerah Tidak ada autokorelasi Daerah Autokorelasi keraguan keraguan Autokorelasi
Positif (+) Negatif (-)
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4
Gambar 5.2 : Statistik d Durbin-Watson (DW)
Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 1.551, berarti data tidak terkena autokorelasi.
Tabel 5.25 : Nilai Durbin-Watson
Model R Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .690a 2.15989 1.551
a Predictors: (Constant), Person_X7, Salary_X1, Latih_X2, Link_Kerja_X5, Nilai_Sos_X4, Pasar_X6, Prof_X3 b Dependent Variable: AP_Y
Berdasarkan Tabel 5.24 diatas, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria pada sample 31 dengan 7 variabel independent (k=7) dimana nilai dL =0,950 dan dU=2,037. Dengan demikian nilai DW statistics berada dalam rentang DL<DW<4-Du (0,950<1,551<2,449.
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,551, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif
maupun negatif.
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian 5.3.1. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas berpengaruh terhadap minat menjadi akuntan publik secara simultan dan parsial dapat diterima. Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai R Square.
Nilai R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.26. di bawah ini :
Tabel 5.26. Pengujian Goodness of Fit
Model R R Square Adjusted R Square
1 .690a .476 .317
a. Dependent Variable: Person_X7, Salary_X1, Latih_X2, Link_Kerja_X5, Nilai_Sos_X4, Pasar_X6, Prof_X3 b. Independent Variable : AP_Y
Sumber : Data Diolah/Output SPSS (Lampiran 4)
Nilai adjustedR Square pada Tabel 5.26 diatas sebesar 0,317. Hal ini menunjukkan bahwa 31,7 % variabel penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas berpengaruh terhadap minat menjadi akuntan publik. Sedangkan sisanya sebesar 68,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Indikator signifikansi parameter koefesien Adjusted R2 signifikan atau tidak maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher (Uji F) dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95 %. Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan apabila Fhitung ≤ Ftabel maka Ho dapat diterima. Hal tersebut ditunjukkan dalam Tabel 5.27 dibawah ini :
Tabel 5.27 Hasil Regresi Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 97.541 7 13.934 2.987 .022a
Residual 107.298 23 4.665
1
Total 204.839 30
a. Predictors: (Constant), Person_X7, Salary_X1, Latih_X2, Link_Kerja_X5, Nilai_Sos_X4, Pasar_X6, Prof_X3 b. Dependent Variable: AP_Y
Dari Tabel 5.27 diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,987 sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 2,18. Hal ini berarti bahwa nilai
Fhitung>Ftabel (2,987>2,18). Hal ini memberikan arti bahwa variabel–variabel
independen yaitu penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas secara bersama–sama berpengaruh signifikan terhadap berpengaruh terhadap minat menjadi akuntan publik.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitasberpengaruh positif terhadap minat menjadi akuntan publik secara simultan dan parsial tidak dapat ditolak (Ho diterima sedangkan H1 ditolak). a. Dependent Variable: AP_Y
Hal tersebut tergambar pada hasil uji T dalam Tabel 5.28 berikut :
Tabel 5.28 : Hasil Perhitungan Uji T
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 19.675 4.964 3.963 .001 Salary_X1 .064 .269 .044 .239 .813 Latih_X2 -.430 .266 -.275 -1.619 .119 Prof_X3 .554 .215 .530 2.581 .017 Nilai_Sos_X4 -.212 .196 -.192 -1.082 .291 Link_Kerja_X5 .316 .182 .315 1.738 .096 Pasar_X6 -.246 .340 -.135 -.722 .478 1 Person_X7 .047 .514 .019 .092 .927
a. Dependent Variable: AP_Y
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung variabel Pengakuan akan Profesionalisme (X3) berpengaruh terhadap minat menjadi akuntan publik sebesar 2.581 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 2.581 (2.581 > 1,697). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0.
Dari Tabel 5.28 di atas maka coefficient model regresi yang dapat dibentuk :
Y = 19.675 + 0.064Salary_X1 - 0.430Latih_ X2 +0.554Prof_X3 - 0.212 Nilai_Sos_X4 +0.316 Link_Kerja_X5- 0.246Pasar_X6 + 0.047 Person_X7 +
a. Nilai konstanta sebesar 19.675 artinya apabila nilai penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas bernilai nol, maka minat menjadi akuntan publik akan sebesar 13.680.
b. Koefisien regresi variabel penghargaan finansial sebesar 0,064 bermakna jika variabel penghargaan finansial meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar 0,064 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
c. Koefisien regresi variabel pelatihan profesional sebesar -0,430 bermakna jika variabel penghargaan finansial meningkat 1 %, maka akan menurunkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar -0,430 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
d. Koefisien regresi variabel pengakuan profesional sebesar 0,554 bermakna jika variabel pengakuan profesional meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar 0,554 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
e. Koefisien regresi variabel nilai-nilai sosial sebesar -0,212 bermakna jika variabel nilai-nilai sosial meningkat 1 %, maka akan menurunkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar -0,212 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
f. Koefisien regresi variabel lingkungan kerja sebesar 0,316 bermakna jika variabel lingkungan kerja meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar 0,316 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
g. Koefisien regresi variabel pertimbangan pasar kerja sebesar -0,246 bermakna jika variabel pertimbangan pasar kerja meningkat 1 %, maka akan menurunkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar -0,246 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
h. Koefisien regresi variabel personalitas sebesar 0,047 bermakna jika variabel personalitas meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan minat menjadi akuntan publik sebesar 0,047 % dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol.
Karir merupakan suatu akumulasi dan pengetahuan yang tertanam pada skill,
expertise, dan jaringan hubungan kerja yang lebih luas. Profesi akuntan melakukan praktek publik yang diharapkan dapat memberikan jasanya kepada pihak ketiga disamping pihak klien yang menginginkannya. Profesi akuntan publik merupakan salah satu pilihan karir yang banyak diminati oleh mahasiswa akuntansi. Ini dibuktikan oleh penelitian Wijayanti, 2000 (dalam Ariani, 2004) yang menyatakan bahwa mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan publik mengharapkan gaji awal yang tinggi, memperoleh kesempatan berkembang yang lebih baik dibandingkan dengan karir yang lain.
Minat mahasiswa untuk memilih profesi Akuntan Publik berawal dari titik tolak perkembangan Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia adalah dengan dikeluarkannya Inpres No. 6, Th 1979 yang dikenal dengan nama paket 27 Maret 1979 serta KMK No. 108/KMK/077/79. Inti peraturan ini adalah bahwa wajib pajak diberikan keringanan didalam penetapan pajak apabila menggunakan jasa akuntan publik dalam menyusun laporan pemeriksaan akuntan publik. Untuk menjadi akuntan publik harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana ekonomi jurusan akuntansi ditambah pendidikan profesi. Akuntan publik di Indonesia memiliki Kode Etik Akuntan Indonesia dan Etika Profesional Akuntan Publik, dan pemerintah telah mengatur syarat-syarat suatu KAP, tempat para akuntan publik berkiprah. Auditor yang ditugasi untuk mengaudit tindakan ekonomi atau kejadian untuk entitas individual atau entitas hukum. Secara umum kualifikasi yang dibutuhkan adalah
bekerja di KAP adalah mengetahui berbagai perusahaan, terutama perlakuan auditnya dan pengalaman di KAP membuat seseorang sangat banyak dicari oleh perusahaan nantinya karena dianggap menguasai akuntansi sesuai dengan standar yang berlaku. Kekurangannya mungkin karena beban pekerjaan melebihi perusahaan biasa yang mengharuskan sering lembur.
Zikmund et al. (1977) melaksanakan experimental design research mengenai jenis pekerjaan yang diinginkan oleh mahasiswa jurusan akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara mempengaruhi proses keputusan menerima tawaran pekerjaan adalah kesempatan untuk berkembang, pekerjaan yang menarik, dan gaji. Tanggung jawab sosial memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan tawaran pekerjaan dan faktor pekerjaan yang menarik merupakan faktor yang paling berpengaruh secara signifikan. Felton et al. (1994) meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa sekolah bisnis untuk memilih profesi sebagai akuntan publik. Faktor-faktor yang diperhitungkan sebagai faktor yang mempengaruhi pemilihan karier pada penelitian ini meliputi lima hal, yaitu nilai intrinsik pekerjaan, gaji, jumlah tawaran lowongan kerja, persepsi mahasiswa tentang benefit profesi akuntan publik, dan persepsi mahasiswa tentang pengorbanan profesi akuntan publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik, mahasiswa yang memilih berprofesi sebagai non akuntan publik lebih mempertimbangkan nilai intrinsik suatu pekerjaan dan gaji awal yang tinggi. Sebaliknya, sedangkan mahasiswa yang memilih untuk berprofesi sebagai akuntan publik lebih mempertimbangkan gaji jangka panjang dan
kesempatan kerja yang lebih menjanjikan. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik percaya bahwa penghargaan dari profesi ini lebih besar daripada pengorbanannya. Sebaliknya, mahasiswa yang memilih profesi non akuntan publik berpikir bahwa pengorbanan untuk menjadi seorang akuntan publik akan lebih besar daripada manfaat yang diperolehnya. AICPA (2004) meneliti mengenai “Perbandingan Antara Profesi sebagai Akuntan Publik dan Profesi Akuntan di Perusahaan. Riset ini meneliti akuntan yang sudah meniti kariernya pada akuntan publik dan pada perusahaan industri. Sebesar 81 % dari responden yang memulai kariernya di Akuntan Publik, di antaranya 92 % responden pria yang memilih sebagai akuntan publik dan 74 % dari responden wanita yang memilih memulai kariernya di Akuntan Publik. Penelitian lain oleh AICPA (2004) menunjukkan adanya beberapa perbedaan pertimbangan dalam memilih pekerjaan antara wanita dan pria. Wanita lebih memilih pekerjaan yang memberikan kesempatan yang lebih banyak dalam berpraktik, sedangkan pria lebih mempertimbangkan gaji dan tempat pekerjaan. Di samping itu, pria lebih ambisius dalam berkarier dibandingkan dengan wanita. Astami (2001) meneliti tentang faktorfaktor yang berpengaruh pada pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa akuntansi dengan lebih menjabarkan kelima faktor yang diuraikan oleh Felton et al. (1994) tersebut ke dalam elemen-elemen. Hasil penelitian ini bahwa secara rata-rata, semua pemilih profesi akuntan publik lebih mempertimbangkan kelima faktor tersebut, namun tidak signifikan secara statistik. Faktor yang berbeda signifikan secara statistik di antara pemilih profesi akuntan publik dengan nonakuntan publik adalah sifat pekerjaan dan
persepsi mahasiswa mengenai profesi akuntan publik. Penelitian ini mengacu pada penelitian Astami (2001). Perbedaannya adalah pada penelitian ini juga meneliti perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi sebagai akuntan publik dan nonakuntan publik berdasarkan gender, yaitu antara mahasiswa dengan mahasiswi, antara mahasiswa reguler dengan ekstensi, dan antara mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
BAB VI