• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Uji beban (loading test)

Loading test dilakukan untuk mengetahui daya dukung ultimit tiang dan penurunan yang terjadi jika tiang dibebani. Loading test biasa juga disebut dengan uji beban statik. Dimana melibatkan pemberian beban statik dengan mengukur pergerakan tiang pada selimut dan ujungnya.

Proses pekerjaan loading test dilakukan setelahpondasi tiang uji dipersiapkan (dicor), perlu ditunggu terlebih dahulu selama 28 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting untuk memungkinkan tanah yang telah terganggu kembali ke keadaan semula, dan tekanan air pori akses yang terjadi akibat pemancangan tiang telah terdisipasi.

Dua alternatif loading test yang sering dilakukan adalah: test/unused pile, failure test (dilakukan hingga tiang mengalami keruntuhan) dan test on a working pile

(used pile),200% design capacity (pada umumnya beban runtuh tidak dicapai pada saat pengujian ini). Tetapi untuk alasan tertentu misalnya untuk keperluan optimasi dan untuk kontrol beban ultimit pada gempa kuat, diperlukan pengujian sebesar 250% hingga 300% dari beban kerja.

Loading test pada Medan Focal Point dilakukan pada pondasi tiang tunggal. Dimana pemberian beban dilakukan pada pengujian200% dari beban kerja. Beban diberikan secara bertahap 0%, 25%, 50%, 75%, 100%, 150%, 175%, 200% pada setiap penambahan beban dan penurunan tiang yang terjadi pada saat pembebanan dicatat untuk interprestasi lebih lanjut.

Pondasi tiang yang digunakan untuk loading test adalah tiang yang letaknya dekat dengan soil investigation. Pada Medan Focal Point ada dua tiang yang digunakan untuk loading test tiang yaitu titik BP-91 dengan titik terdekat SPTyaitu BH-03 dan titik BP-108 dengan titik terdekat SPT yaitu BH-02. Pada penulisan tesis ini loading test yang dianalisis adalah titik BP-91 dengan titik SPT BH-03.

2.4.1 Uji pembebanan langsung (Static load test)

Loading test terdiri dari 2 jenis metode pembebanan yaitu static load testdan

dynamic load test. Jenis loading test yang digunakan padaMedan Focal Point adalah

static load test atau biasa disebut juga dengan kentledge system.

Adapun static load test terdiri dari beberapa jenis pembebanan yaitu: uji beban vertikal (compression loading test), uji beban tarik (tension loading test) dan uji beban horizontal (lateral loading test). Jenis pembebanan yang digunakan Medan Focal Point adalah uji beban vertikal atauaxial static compression.

2.4.2 Uji beban vertikal (compression loading test)

Compression loading test digunakan untuk mengetahui daya dukung ultimit tiang ketika menerima gaya aksial. Dimana loading test yang dilakukan pada Medan Focal Point dilakukan sesuai prosedur ASTM D 1143-81. Pembebanan siklik dengan

4 siklus loading-unloading. Beban test maksimum adalah 200% design load. Untuk mengukur penurunan tiang digunakan 4 buah Dial Gauge yang diletakkan disekitar tiang dan bertumpu pada reference beam yang bebas dari pengaruh penurunan tanah akibat beban pada tiang (Acset Indonesia, 2011).

Rencana pembebanan 200% design load yaitu 300 ton dilakukan dengan 4

cycle sebagai berikut:

CycleI : 0% - 25% - 50% - 25% - 0% Cycle II : 0% - 50% - 75% - 100% - 75% - 50% - 0% CycleIII :0% - 50% - 75% - 100% - 125% - 150% - 125% - 100% - 50% - 50% - 0% CycleIV : 0% - 50% - 75% - 100% - 150% - 150% - 175% - 200% - 175% - 150% - 100% - 75% - 50% - 0%.

Gambar 2.3 Compression loading test (ASTM D1143-81)

2.4.3 Tujuan compression loading test

a. Untuk mengetahui hubungan antara beban dan penurunan pondasi akibat beban rencana.

b. Untuk menguji bawah pondasi tiang yang diharapkan mampu mendukung beban rencana dan dapat membuktikan bahwa dalam pelaksanaan tidak terjadi kegagalan.

c. Untuk menentukan daya dukung ultimit nyata (real ultimate bearing capacity) sebagai kontrol dari hasil perhitungan berdasarkan formula statis maupun dinamis dan untuk mengetahui kemampuan elastisitas dari tanah, mutu beton dan mutu besi beton.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan percobaan

compression loading test adalah:

a. Selang waktu pemasangan tiang dengan pengujian untuk hal ini belum ada peraturan yang tegas dalam pengujian ini.

b. Untuk tiang beton “cast in place” tentu saja percobaan dapat dilakukan setelah beton mengeras (28 hari) disamping mungkin ada persyaratan lainnya.

c. Untuk tiang pancang ada beberapa pendapat mengenai kapan tiang dapat ditest menurut terzaghi tiang yang diletakkan diatas lapisan yang permeable misalya berpasir, maka percobaan dapat dilakukan 3 (tiga) hari setelah pemancangan pada tiang yang dimasukkan dalam lapisan lanau atau lempung maka percobaan ini hendaknya dilakukan setelah pemancangan berumur 1 (satu) bulan.

d. Perlu diperhatikan berapa panjang tiang tersisa dipermukaan tanah, pada prinsipnya penonjolan ini harus sependek mungkin untuk menghindari kemungkinan terjadinya tekuk, untuk loading test yang dilakukan didarat, maka sisa tiang tidak boleh lebih dari 1 m, sedangkan pada lokasi berair diatas dasar sungai (muka tanah) dapat lebih dari 1 m dengan catatan harus ada kontrol tekuk.

2.4.4 Slow maintened

Jenis prosedur compression loading test adalah:

load method (SM Test)

Prosedur compression loading test pada Medan Focal Point adalah slow maintened loading sesuai dengan ASTM D1143-81.Prosedur pembebanan slow Maintened Loading terdiri dari beberapa langkah berikut:

Slow Maintened Test Load Method(SM Test),Quick Maintened Load Test Method (QM Test), Constant Rate Of Penetration Test Method (CRP Test) dan Prosedur Pembebanan Standar (SML)

Siklik.

a. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama yaitu (25%, 50%, 75%, 100%, 125%, 150% 175% dan 200%).

b. Setiap penambahan beban harus mempertahankan laju penurunan harus lebih kecil 0,01 in/jam (0,25 mm/jam).

c. Mempertahankan 200% beban selama 24 jam.

d. Setelah waktu yang dibutuhkan didapat, lepaskan beban dengan pengurangan sebesar 25% dengan jarak waktu 1 jam diantara waktu pengurangan.

e. Setelah beban diberikan dan dilepas keatas, tiang kembali dibebani untuk pengujian beban dengan penambahan 50% design load dan pada setiap penambahan beban diperlukan waktu sekitar 20 menit.

f. Kemudian tambahkan beban dengan penambahan 10% design load, hingga tiang mengalami keruntuhan. Jarak pada pertambahan beban ini adalah sebesar 20 menit.

2.4.5 Prosedur pengukuran penurunan tiang

Untuk pergeseran aksial baca penurunan pada tiap pengujian berbeda pada posisi kepala tiang. Pembacaan dapat dilakukan pada lempeng pengujian sebagai berikut:

a. Lakukan pembacaan sesuai dengan interval waktu terhadap beban dan penurunan yang terjadi.

b. Selama pembacaan pastikan tiang tidak runtuh, lakukan pembacaan tambahan dan catat hasil pembacaan pada interval tidak lebih 10 menit selama setengah jam atau 20 menit sesudah tiap penambahan beban.

c. Sesudah beban penuh sesuai rencana, pastikan tiang belum runtuh lakukan pembacaan pada interval tidak lebih 20 menit pada 2 jam pertama, tidak lebih 1 jam untuk 10 jam berikutnya dan tidak lebih 2 jam untuk 12 jam berikutnya.

d. Jika tidak terjadi keruntuhan tiang, segera lakukan pembacaan sebelum beban pertama dikurangi. Selama pengurangan beban dilakukan, pembacaan dilaksanakan dan catat dengan interval tidak lebih 20 menit. e. Lakukan pembacaan akhir 12 sesudah beban dipindahkan.

f. Lama pembebanan dan besar penurunandimuat dalam tabel jadwal loading test.

Dokumen terkait