• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

2. Uji beda T dan ANOVA

Uji beda T digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda, sedangkan anova digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua) (Ghozali, 2003).

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil analisis terhadap data yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan hasil analisis.

A. Analisis Deskriptif Data

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif. 1. Seleksi Sampel

Analisis deskriptif dalam penelitian ini berisi mengenai profil subyek penelitian dan karakteristik data yang digunakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Pada tabel dibawah ini akan ditunjukkan mengenai jumlah populasi menurut klasifikasi industrinya:

Tabel 4.1

Populasi dan Klasifikasi Industri Perusahaan

No Klasifikasi Industri Jumlah Persentase (%) 1 Industri Jasa 66 17.36 2 Industri Keuangan 67 17.63 3 Industri Manufaktur dan lainnya 247 65.00 Total 380 100.00

Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 perusahaan. Jumlah sampel dan klasifikasi industri, dapat dilihat dalam table 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Sampel dan Klasifikasi Industri Perusahaan

No Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase (%) 1 Service Industries 17 18.89 2 Finance Industries 19 21.12 3 Manufacture dan lainnya 54 59.99 Total 90 100.00

Terdapat perbedaan jumlah persentase antara populasi dan sampel pada sektor jasa dan manufaktur diakibatkan keterbatasan data pada sektor tersebut, sehingga diganti dengan perusahaan dari sektor keuangan.

B. Statistik Deskriptif

Kinerja keuangan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diukur dengan CFROA yaitu EBIT ditambah Depresiasi dibagi dengan total aset. Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dihitung menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS release 16. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian

Variabel Min Max Mean Std.deviasi

CFROA 9.26 2156.89 65.21 1.320 Prop_DKI .50 100.00 42.93 15.380 Rapat_DK 2 52 7.84 7.465 Prop_KAI 25.00 100.00 55.61 22.738 Rapat_KA 1 104 10.26 13.156 Total_Asset 3.15E8 2.04E14 1.0997E13 2.658 Leverage -1.90 1487.00 18.98 338.513

Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil deskriptif kinerja keuangan yang diukur dengan CFROA diperoleh rata-rata sebesar 65.21% yang berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu menghasilkan laba bersih sebelum pajak dan depresiasi sebesar 65.21% dari seluruh total aktiva. Hasil ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum pajak cukup baik. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2007 cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi 2007 mencapai 6% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 2006 sebesar 5,5%. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi dan investasi. Kenaikan gaji PNS dan peningkatan UMR menyebabkan peningkatan konsumsi berlanjut dengan peningkatan daya beli masyarakat (Abdullah, 2007). Dari sisi investasi ada peningkatan investasi swasta baik berbentuk PMA maupun PMDN. Adanya peningkatan ekspor dari beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terbesar seperti tekstil, peralatan listrik, produk kimia, peralatan mesin dan komoditi yang berbasis sumber daya alam (www.gemapembebasan.or.id).

Ada sekitar 43% susunan dewan komisaris pada perusahaan-perusahaan di Indonesia terdiri dari anggota komisaris independen. Proporsi ini sudah baik karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada tanggal 1 Juli tahun 2000, bahwa proporsi dewan komisaris independen adalah 30% dari total anggota dewan komisaris. Jadi rata-rata proporsi dewan komisaris independen untuk perusahaan sampel sudah terpenuhi. Ada 52 perusahaan sampel yang memiliki proporsi dewan komisaris independen lebih dari 50%, sisanya 38 perusahaan mempunyai proporsi dewan komisaris independen dibawah itu.

Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan efektif, corporate governance guidelines (2007) menyatakan bahwa minimal dewan komisaris harus mengadakan rapat intern sebanyak 4 kali dalam 1 tahun. Dari data statistik deskriptif di atas terdapat 13 perusahaan (14.44%) yang menyelenggarakan rapat dibawah ketentuan yang ada.

Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia akan ketentuan yang telah ditetapkan. Sisanya 77 perusahaan sudah memenuhi ketentuan jumlah rapat yang ditentukan.

Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memenuhi peraturan Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal sebesar 33%. Hal ini terbukti dengan jumlah rata-rata proporsi komite audit independen perusahaan-perusahaan di Indonesia, yaitu sebesar 55.61%. Dari total perusahaan sampel, hanya ada 1 perusahaan yaitu PT Semen Gresik yang proporsi komite audit independennya tidak sesuai dengan regulasi yang ada. Masih terkait dengan peraturan Bapepam, yang menyebutkan bahwa komite audit independen harus menyelenggarakan rapat intern minimal 4 kali dalam 1 tahun (corporate governance guidelines, 2007). Dari data statistik masih ada 7 perusahaan di Indonesia yang tidak mematuhi ketentuan rapat intern komite audit. Sisanya yaitu 83 perusahaan sudah memenuhi ketentuan yang ada. Berarti kesadaran perusahaan untuk melakukan rapat sudah baik dan tidak hanya untuk memenuhi regulasi saja.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar Rp.1.0997E13. Dari seluruh jumlah sampel dalam penelitian ini, terdapat 38 perusahaan (42.22%) yang mempunyai ukuran perusahaan di atas nilai rata-rata artinya 38 perusahaan dalam sampel ini merupakan perusahaan besar dan 57.77% sisanya yang mempunyai nilai di bawah rata-rata merupakan perusahaan kecil.

Rata-rata leverage perusahaan di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 18.98%. artinya bahwa rata-rata modal perusahaan yang berasal dari hutang sebesar 18.98%. Semakin kecil leverage berarti semakin bagus karena perusahaan mampu melunasi utang dengan modalnya.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan 2 pengujian, yaitu pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda, dan didukung dengan uji beda T serta ANOVA. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik, hasil pengujian data untuk penelitian ini disajikkan pada lampiran 3.

1. Analisis Regresi Berganda

Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris, latar belakang etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit, jumlah rapat komite audit. Dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan leverage terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16. Berikut ini adalah hasil dari analisis regresi linier berganda yang disajikan dalam bentuk tabel beserta penjelasannya.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Coefficient Std.Error t Sig Constant 4.334 1.087 3.986 .000 Prop_DKI 0.001 .006 .156 .876 LBC_PK 0.337 .159 2.121 .037** LBP_PK -0.037 .166 -.224 .823 Rapat_DK 0.000 .012 -.014 .989 Prop_KA 0.000 .004 .103 .918 Rapat_KA 0.018 .006 2.792 .007** Asset (Log) -0.113 .092 -1.223 .225 Leverage 0.000 .000 -2.653 .010** R Square .259 Adjusted R Square .186 F 3.540 Sig .001

** Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05 * Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10

Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diperoleh nilai R2 dan Adjusted (R2) adalah 0.259 dan 0.186. Sesuai dengan Ghozali (2003) bahwa bila dalam model terdapat variabel independen lebih dari dua maka angka adjusted R square lebih baik dalam menilai kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18.6% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak 81.4% (100%-18.6%) dijelaskan oleh faktor lain. Nilai F hitung sebesar 3.540 dengan probabilitas 0.001 (<0.05), berarti bahwa variabel-variabel independen dan kontrol secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa koefisien dari variabel independen yang signifikan secara statistik adalah latar belakang etnis presiden komisaris dengan nilai

signifikansi yang diperoleh sebesar 0.037 artinya bahwa latar belakang etnis presiden komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tingkat 5% dan jumlah rapat komite audit dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.007 pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan untuk variabel kontrol yang berpengaruh pada variabel dependen adalah leverage pada tingkat 5%.

Variabel-variabel lain yang tidak signifikan secara statistik adalah proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris (ρ-value = 0.876), latar belakang pendidikan presiden komisaris (ρ-value = 0.823), jumlah rapat dewan komisaris (p-value = 0.989), proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit (ρ-value = 0.918). Variabel kontrol ukuran perusahaan (ρ-value = 0.225) variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh dikarenakan nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil pengujian nilainya jauh diatas 0.05.

2. Uji beda T dan ANOVA

Uji beda T digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda T dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel (Ghozali, 2003). Dalam penelitian ini uji beda T dilakukan pada variabel kontrol leverage. Hal ini dikarenakan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Leverage dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan dengan leverage di atas rata-rata yang di kode 1 dan kelompok perusahaan dengan leverage di bawah rata-rata yang di kode 0.

Tabel 4.5 Hasil Uji Beda T

Group Statistic

Leverage Mean Std.deviation

Di atas mean 1.6269 2.46 Di bawah mean 2.9334 2.74

Berdasarkan analisis tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan untuk perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata adalah 1.6269 sedangkan untuk kelompok perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata adalah 2.9334 di sini terlihat jelas bahwa kinerja keuangan perusahaan antara perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata berbeda. Untuk melihat apakah perbedaan ini memang nyata secara statistik, maka kita harus melihat hasil independen sampel test. Yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Beda t Independent Sample Test

Levene`s Test Equality T-test for Equality of Means Of Variance

CFROA F Sig t Sig. (2-tail) Equal variance assumed .110 .741 -4.343 .000 Equal variance not assumed -4.426 .000

Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa F hitung levene test sebesar 0.110 dengan p-value 0.741 karena signifikansi > 0.05 maka dapat disimpulkan memiliki variance yang sama. Dengan demikian analisis uji beda T harus menggunakan asumsi equal variance assumsed adalah -4.343 dengan signifikansi 0.000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa

rata-rata kinerja keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata.

ANOVA digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel independen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik). Dalam penelitian ini, ANOVA digunakan untuk menguji variabel latar belakang etnis presiden komisaris karena variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan mempunyai 3 kategori.

Tabel 4.7 Hasil ANOVA

Levene`s Test of Equality of Error Variances

F df1 df2 Sig

.429 2 87 .653

Hasil uji levene test menunjukan bahwa nilai F test sebesar 0.429 dan tidak signifikan

pada 0.05 (ρ>0.05) yang berarti variance sama dan asumsi ANOVA diterima Tabel 4.8

Hasil Anova

Test of Between-Subjects Effects

Source F Sig Corrected Model 4.021 .021 Intercept 495.430 .000 LBC_PK 4.021 .021 R-Square = .085 Adjusted R-square = .064

Berdasarkan pengujian ANOVA, nilai F hitung diperoleh 495.430 untuk intercept dan signifikan pada 0.05. Begitu juga dengan variabel latar belakang etnis presiden komisaris dengan nilai F sebesar 4.021 dan signifikan pada 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa latar

belakang etnis presiden komisaris mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Besarnya nilai adjusted R-square 0.064 mempunyai arti bahwa variabel kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh variabel latar belakang etnis presiden komisaris sebesar 6.4%

Tabel 4.9

Hasil ANOVA Post Hoc test

Turkey HSD 1 2 -.3265 .210 3 -1.2045 .042 2 1 .3265 .210 3 -.8780 .195 3 1 -.3265 .042 2 .8780 .195 Bonferroni 1 2 -.2867 .277 3 -3.8630 .048 2 1 .2867 .277 3 -3.5763 .255 3 1 3.860 .048 2 3.5763 .255

Hasil turkey HSD maupun bonferroni menunjukan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis pribumi dengan presiden komisaris etnis negara lain dengan rata-rata perbedaan kinerja keuangan sebesar 1.2045 dan signifikan pada 0.042. Perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis pribumi dan presiden komisaris etnis tionghoa sebesar .3265 dan secara statistik tidak signifikan (ρ-value = 0.210 jauh diatas 0.05). Sedangkan perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis tionghoa dengan presiden komisaris negara lain sebesar .8780 dan secara statistik tidak signifikan (ρ -value = 0.195 jauh diatas 0.05).

Dokumen terkait