• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan .1 Deskripsi Data

4.3.5 Uji Bias Simultan

Uji bias yang dilakukan untuk melihat apakah vaiabel teknologi inseminasi buatan dan harga daging sapi lokal melalui penawaran daging sapi lokal memiliki bias dalam mempengaruhi permintaan impor daging sapi. Apabila nilai probabilitas statistiknya lebih besar dari α=10%, maka variabel tidak

mengandung bias.

Tabel 4.15 Hasil Uji Bias Simultan

Variabel koefisien Prob TIB 0,182870 0,0111 PDSL 0,006774 0,0933 R-Squared Prob(F-statistik) 0,248940 0,758607

Sumber: Diolah Dari Eviews

Hasil dari uji bias yang dilakukan menunjukan bahwa variabel harga daging sapi lokal tidak berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 5% sehingga pada tingkat kepercayaan 5% variabel harga daging sapi lokal menunjukan bias terhadap variabel impor daging sapi, namun dengan tingkat kepercayaan 10% variabel teknologi insemiasi buatan dan harga sapi lokal berpengaruh signifikan dan tidak mengandung bias dalam mempengaruhi permintaan impor daging sapi. Dalam penelitian ini tingkat kepercayaan untuk uji

bias yang digunakan adalah 10% sehingga asumsi bahwa variabel teknologi inseminasi buatan dan harga daging sapi lokal tidak mengandung bias dapat diterima.

4.3.6 Pembahasan

Pendugaan model yang dilakukan menunjukkan hasil yang cukup baik dilihat dari kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria ekonometrika. Hasil analisis nilai koefisien determinasi (R2) 0,92 dan nilai probabilitas F statistik berkisar antara 0,006 menunjukkan bahwa secara bersama-sama peubah penjelas memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah endogennya. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara kriteria ekonomi persamaan yang dibentuk cukup memenuhi syarat (cukup representatif). Secara menyeluruh memperlihatkan bahwa model persamaan simultan yang dibentuk dalam model ekonomi permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara dapat dinyatakan cukup baik, karena telah memenuhi kriteria ekonomi (tanda yang relatif sama), dan kriteria statistik (akurat).

Dalam persamaan impor daging sapi, peubah tarif, impor daging sapi, harga daging sapi impor dan kurs berpengaruh signifikan sedangkan permintaan daging sapi domestik dan penawaran daging sapi lokal tidak berpengaruh secara signifikan dalam mempengaruhi permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara. Hasil tanda parameter sesuai dengan yang diharapkan kecuali pada harga daging sapi impor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga daging sapi impor yang meningkat, akan meningkatkan impor daging sapi di Sumatera Utara. Secara teori

meningkatnya harga daging sapi impor akan menurunkan volume impor daging sapi, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Priyanto ( 2005) yang menunjukkan bahwa impor daging sapi tidak ditentukan oleh harga daging impor sendiri. Peningkatan daging sapi impor yang justru meningkatkan permintaan impor daging sapi dikarenakan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat selain itu dikarenakan harga daging sapi impor di Sumatera Utara selalu lebih murah dibandingkan dengan harga daging sapi local, sehingga menyebabkan masyarakat tetap membeli daging sapi impor sekalipun harganya naik. Di Sumatera Utara, daging sapi impor yang memiliki kualitas bagus merupakan kebutuhan bagi hotel dan restoran. Walaupun harga daging sapi impor di Sumatera Utara naik, permintaanya akan tetap tinggi, mengingat pertumbuhan hotel dan restoran di Sumatera Utara yang cukup baik.

Soedjana et. al. (1994:9), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen daging sapi secara umum adalah masyarakat berpendapatan tinggi dan masih merupakan komoditas tersier sehingga belum semua masyarakat mampu mengkonsumsinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan meningkatnya permintaan daging sapi domestik, maka akan meningkatkan impor daging sapi di Sumatera Utara. Meningkatnya konsumsi daging sapi salah satunya akibat meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, sehingga ada kecenderungan mengubah pola konsumsi kearah kebutuhan protein hewani termasuk daging sapi. Konsumen daging sapi pada golongan tingkat atas masih memilih daging kualitas bagus.

Kualitas daging impor yang lebih bagus dibandingkan dengan daging lokal, mendorong meningkatnya daging sapi impor di Sumatera Utara. Kondisi semakin besarnya masuknya daging sapi impor, termasuk impor jerohan diduga akan mempengaruhi perkembangan usaha peternakan rakyat akan semakin terdesak, sehingga diperlukan langkah proteksi dalam mempertahankan keberadaan usaha peternakan, sesuai program permberdayaan peternak kecil. Untuk mengatasi tersebut pemerintah dapat ikut campur tangan melalui pengenaan tarif impor. Hasil penelitian menunjukan tarif impor daging sapi dapat menurunkan impor daging sapi secara signifikan. Tarif impor merupakan kebijakan Departemen Keuangan yang disahkan oleh keputusan Menteri Keuangan. Tarif impor daging sapi pada awalnya cukup tinggi yakni sebelum tahun 1989 mencapai 40 persen, dan pada tahun 1997 mencapai 20 persen dan pada tahun 2000 hanya mencapai 5 persen. Pada saat pengenaan tarif impor sebesar 20 persen cukup besar mempengaruhi peningkatan harga daging impor, sehingga cenderung menekan impor daging. Tarif impor daging cukup tepat diberlakukan dengan tujuan untuk membatasi daging sapi impor yang masuk. Semakin besar tarif impor, maka akan menurunkan tingkat impor daging sapi. Hasil penelitian menunjukan pengenaan tarif impor berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan impor di Sumatera Utara dikarenakan tarif impor akan meningkatkan harga daging sapi. Hal ini sejalan dengan teori permintaan yang menyatakan semakin tinggi harga barang, maka permintaanya akan semakin menurun, dalam keadaan cateris paribus.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan kurs berpengaruh negatif secara signifikan terhadap impor daging sapi di Sumatera Utara. Hal ini menunjukan bahwa ketika nilai rupiah melemah terhadap dolar, maka kegiatan impor semakin berkurang. Perstiwa ini terjadi karena pada saat nilai rupiah melemah, importir harus membayar daging sapi lebih mahal dari harga biasanya. Dampak dari pengeluaran yang semakin meningkat itu, para importir mempertimbangkan untuk tidak membeli daging sapi pada kuota maksimal.

Dalam analisis kebijakan yang terkait dengan program kebijakan impor daging sapi, tidak terlepas dari program pengembangan peternakan secara menyeluruh. Program pengembangan sub sektor peternakan mengalami beberapa tantangan yang harus dihadapi baik ditingkat global maupun ditingkat regional. Sudardjat (2000:258) menyatakan bahwa ditingkat global dan regional tantangan yang harus dihadapi dalam memajukan subsektor peternakan adalah bagaimana meningkatkan ekspor atau substitusi impor dalam rangka perolehan atau penghematan devisa negara. Untuk mengurangi impor, maka yang perlu dilakukan adalah peningkatan produksi, dimana produksi ini harus lebih besar dari konsumsi masyarakat sendiri. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa peningkatan produksi daging sapi lokal akan mampu menurunkan permintaan impor daging sapi, namun hasil analisis menunjukan bahwa pengaruhnya belum signifikan. Hal ini dikarena peningkatan produksi di Sumatera Utara masih lebih besar dari jumlah permintaanya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestik masih perlu dilakukan import terutama pada hari-hari besar.

Dalam model persamaan permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara, terdapat hubungan simultan antara permintaan impor daging sapi dengan penawaran daging sapi lokal. Dalam persamaan penawaran daging sapi lokal dimasukkan 2 peubah eksogenus yang diduga berpengaruh terhadap peubah endogen yang dibentuk yaitu teknologi inseminasi buatan dan harga daging sapi lokal.

Meningkatnya produksi akan membantu penurunan impor daging sapi, dengan begitu, maka rencana pemerintah untuk menggalakan swasembada daging sapi dengan memenuhi 90 sampai 95 persen dari konsumsi domestik akan dapat tercapai, sedangkan jika impor terus menerus meningkat, maka akan menyebabkan peternakan rakyat semakin terdesak disebabkan harus bersaing secara kualitas dan harga dengan daging sapi impor. Harga daging sapi lokal selalu lebih tinggi dari harga daging sapi impor dikarenakan peternakan yang ada di Sumatera Utara umumnya adalah peternakan rakyat yang masih menggunakan teknologi yang rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa penawaran daging peternakan rakyat, sistem perkembangan usaha tidak signifikan dipengaruhi oleh faktor harga daging yang berlaku. Hal tersebut terjadi karena penawaran daging sapi peternakan rakyat adalah merupakan usaha peternakan tradisional dengan skala pemeliharaan yang relatif kecil (2–4 ekor) (SOEHADJI dalam Priyanto, 259:2005).

Perilaku pola penjualan ternak sangat ditentukan adanya kebutuhan yang mendesak, karena sistem usaha sebagai tabungan keluarga. Hasil analisis memberikan gambaran bahwa upaya meningkatkan produksi daging nasional

salah satunya adalah rekomendasi pengembangan kearah peningkatan populasi. Populasi sapi yang ada belum mencerminkan produksi daging secara umum karena memiliki performan bobot hidup yang rendah (kondisi sapi kecil). Teknologi inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu program teknologi memperbaiki kualitas performan sapi yang ada melalui program persilangan dengan bibit (semen) sapi impor. Teknologi IB yang direkomendasikan diharapkan mampu memperbaiki kualitas sapi dalam mendukung perkembangan produksi daging peternakan rakyat. Hasil penelitian Ilham (1998) menyimpulkan bahwa teknologi IB berpengaruh positif terhadap produksi peternakan rakyat.

Sejalan dengan peneliti sebelumnya, Priyanto (2005) dan Ilham (1998) yang menyatakan harga tidak berpengaruh signifikan sedangkan teknologi inseminasi buatan berpengaruh signifikan terhadap produksi. Penelitian ini juga menunjukan bahwa tidak terjadi bias simultan pada variabel teknologi inseminasi

buatan dalam mempengaruhi impor daging sapi pada α = 10%, sedangkan teknologi inseminasi buatan pada tingkat kepercayaan α = 5% mengandung bias

simultan dalam mempengaruhi impor melalui penawaran daging sapi lokal, hal ini tejadi karena peningkatan harga daging sapi lokal secara sigifikan belum mampu memacu peningkatan produksi daging sapi local di Sumatera Utara.

BAB V

Dokumen terkait