• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.3 Pengumpulan Data .1 Jenis data .1 Jenis data

3.3.2 Uji coba pemeliharaan

3.3.2.1 Pengumpulan dan pemeliharaan pra sterilisasi R. margaritifer

Waktu pengumpulan R. margaritifer dimulai pada pukul 19.00–23.00 dengan cara mengumpulkan langsung individu R. margaritifer yang ditemukan di kedua lokasi pengumpulan. Metode yang digunakan adalah Visual Encounter Survey (VES) dimana pengambilan individu dilakukan berdasarkan perjumpaan langsung pada jalur terestrial maupun akuatik. Individu yang dikumpulkan adalah individu dewasa dengan ukuran tubuh jantan berkisar 36–55 mm dan betina 39– 68 mm.

Pengumpulan dilakukan dengan cara menyusuri bibir sungai, badan sungai, dan tepi sungai. Individu yang ditemukan ditangkap dan dipindahkan langsung ke dalam plastik spesimen berukuran 2 kg. Data dan informasi mengenai kondisi habitat alami R. margaritifer diamati langsung selama pengumpulan. Suhu dan kelembaban lingkungan di sekitar lokasi ditemukannya indukan diukur menggunakan dry wet. Dry wet adalah alat untuk mengukur suhu dan kelembaban lingkungan. Kualitas air di sekitar lokasi juga diukur keasamannya menggunakan indikator universal.

Setelah ditangkap, katak tersebut dikeluarkan dari plastik spesimen lalu disimpan di kandang pemeliharaan sementara. Sebanyak 8–10 individu dimasukkan ke dalam kandang pemeliharaan sementara. Keesokan harinya, individu yang ditemukan langsung disterilisasi.

3.3.2.2 Sterilisasi dari jamur Bd

Sebelum dipindahkan ke dalam terrarium, karena diasumsikan bahwa semua individu R. margaritifer terkontaminasi jamur Bd maka dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Ada 3 perlakuan suhu yang digunakan dalam mensterilkan R. margaritifer yaitu sterilisasi dengan suhu 37oC selama 4 jam, suhu 47oC selama 30 menit, dan suhu 60oC selama 5 menit (Johnson et al. 2003), masing–masing metode digunakan 3 indukan R. margaritifer, sehingga total indukan yang disterilisasi sebanyak 9 individu. Individu lain yang belum disterilisasi dijadikan sebagai kontrol dengan perlakuan suhu kamar.

Alat yang digunakan dalam sterilisasi ini adalah pemanas akuarium (Gambar 2). Pemanas akuarium merupakan kotak plastik dengan ukuran 30x20x20 cm, dibuat sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai pemanas. Terdapat 2 macam pemanas akuarium yang digunakan yaitu pemanas akuarium dengan prinsip steam (I) dan pemanas akuarium modifikasi (II).

Pada sterilisasi dengan pemanas akuarium I, katak diletakkan di atas kawat penyangga agar tubuh katak tidak langsung menyentuh air yang digunakan sebagai media penghantar panas. Pemberian suhu panas pada katak prinsipnya menggunakan uap air panas yang langsung mengenai tubuh katak. Pemanas akuarium dibagi menjadi 3 bagian dengan menggunakan kawat ram. Individu

kemudian diletakkan ke dalam masing–masing bagian. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali dengan perlakuan suhu masing–masing 37oC selama 4 jam, 47oC selama 30 menit, dan 60oC selama 5 menit. Total individu yang disterilisasi sebanyak 9 individu.

Gambar 2 Pemanas akuarium untuk sterilisasi individu R. margaritifer. Pada model pemanas akuarium II prinsip pemanasan dengan uap air dihilangkan. Berikut perbedaan pemanas akuarium yang pertama dan setelah modifikasi (Gambar 3).

Gambar 3 Model pemanas akuarium untuk sterilisasi: (a) Model pemanas akuarium I; (b) Model pemanas akuarium II.

Pada model pemanas akuariun kedua, hanya suhu udara panas yang langsung mengenai tubuh katak karena terhalang seng. Seng dibentuk persegi panjang dengan dimensi 30x18x11 cm dan tebal seng 1 mm. Masing–masing individu diletakkan di dalam seng yang telah dibentuk lalu bagian atasnya ditutup menggunakan kawat kasa agar katak tidak melompat keluar. Pengulangan juga dilakukan sebanyak 3 kali dengan masing–masing perlakuan suhu seperti pada pemanas akuarium I. Total 9 individu telah disterilisasi dengan pemanas akuarium II.

Kegiatan sterilisasi dilakukan pada siang hari yaitu dari jam 12.00–17.00. Selama proses sterilisasi, kondisi individu yang dikenai perlakuan suhu diamati dan dibandingkan dengan individu kontrol. Individu yang sekarat setelah

disterilisasi dilepaskan kembali. Hasil dari ketiga perlakuan suhu dibandingkan dan dianalisis sterilisasi mana yang lebih cocok untuk R. margaritifer. Selanjutnya, R. margaritifer yang digunakan sebagai kontrol juga diberi perlakuan suhu sterilisasi yang paling cocok. Suhu yang efektif adalah perlakuan suhu pada individu dimana dijumpai tingkat kematian individu yang rendah.

Perilaku katak setelah disterilisasi juga diamati dan dicatat. SVL dan bobot tubuh individu R. margaritifer diukur menggunakan jangka sorong dan neraca pegas. Data awal mengenai ukuran masing–masing individu yang berhasil disterilisasi tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Bobot tubuh dan SVL masing–masing individu R. margaritifer

Tr 1 Tr 2 Tr 3 Tr 4 Tr 5 Tr 6 Bobot Tubuh (g) 3 13,5 4 13 3 19 3,5 16 4,5 9 7 19 SVL (mm) 42,75 65 40,6 63,15 37,95 64,65 43 60,5 44,55 65,05 51,75 63,35 Ket : Tr = Terrarium 3.3.2.3 Penangkaran

Katak yang telah disterilisasi lalu dimasukkan ke dalam terrarium yang fasilitasnya dimodifikasi semirip mungkin sesuai dengan standar penangkaran amfibi menurut Poole dan Grow (2012). Katak dimasukkan secara berpasangan ke dalam 6 kandang yang disediakan. Data mengenai kondisi fisik kandang diamati dan dicatat. Ada 2 macam kandang yang digunakan, yaitu :

a. Kandang Pemeliharaan Sementara

Kandang pemeliharaan sementara digunakan untuk menampung R. margaritifer yang baru ditangkap dari alam sebelum disterilisasi. Kandang ini terbuat dari kotak plastik yang berdimensi 35x21x22,5 cm dengan ketebalan 3 mm. Bagian atas kotak ditutup dengan kawat ram agar katak tidak keluar dan udara dapat keluar masuk. Kondisi di dalam kandang dibuat semirip mungkin dengan habitat alami R. margaritifer (Gambar 4).

Gambar 4 Rhacophorus margaritifer di dalam kandang pemeliharaan sementara. Substrat yang digunakan dalam kandang berupa batuan, kayu, air, dan tumbuhan diambil langsung dari sekitar habitat alami R. margaritifer. Digunakan 2 kotak plastik untuk menampung individu hasil tangkapan. Masing–masing kandang berisi sekitar 8-10 individu.

b. Kandang Pemeliharaan (Terrarium)

Kandang pemeliharaan atau terrarium yang digunakan berbahan kaca dengan tebal kaca 5 mm. Ada 2 bentuk terrarium yang digunakan untuk R. margaritifer yaitu terrarium vertikal dan terrarium horizontal (Gambar 5). Terrarium vertikal memiliki panjang 38,5 cm, lebar 38,5 cm, dan tinggi 100 cm. Bagian penutup terbuat dari kayu pada bagian sisinya dan kawat kasa di bagian tengah. Panjang dan lebar kayu di bagian sisi 46,5 cm dengan tinggi 3 cm. Panjang dan lebar kawat kasa di bagian tengah 42 cm.

Terrarium horizontal berdimensi 98,5x37,5x59,5 cm. Terrarium ini disekat menjadi 2 bagian sehingga mampu menampung 2 pasang R. margaritifer. Sekat terbuat dari papan triplek dengan tebal 8 mm. Masing–masing bagian terrarium memiliki panjang 48,5 cm dengan lebar dan tinggi yang sama. Bagian penutup juga terbuat dari kayu di bagian sisi dengan panjang 105,5 cm, lebar 45,5 cm, dan tinggi 3 cm lalu kawat kasa di bagian tengah dengan panjang 101 cm dan lebar 41,5 cm. Digunakan 4 terrarium, 2 terrarium vertikal dan 2 terrarium horizontal yang disekat menjadi 2 bagian sehingga diperoleh total 6 kandang pemeliharaan yang digunakan untuk penangkaran R. margaritifer.

(a) (b)

Gambar 5 Bentuk kandang pemeliharaan (terrarium): (a) Terrarium vertikal; (b)Terrarium horizontal.

Substrat yang digunakan terdiri dari tumbuhan hanjuang, batang kayu, tumbuhan berbahan plastik, batuan, dan air yang diperoleh dari aliran yang sama dengan habitat alaminya. Sebelum ditata ke dalam terrarium, terlebih dahulu terrarium dibersihkan dengan alkohol 70% menggunakan kain sterilisasi. Komponen yang dimasukkan ke dalam terrarium juga dibersihkan terlebih dahulu. Setelah semua komponen tertata rapi selanjutnya terrarium diisi air sekitar ±10 cm, diusahakan agar batuan tidak tenggelam.

Untuk terrarium vertikal digunakan 1 lampu neon untuk penerangan dan 1 pompa air. Sedangkan terrarium horizontal yang disekat menjadi 2 bagian juga hanya menggunakan 1 lampu neon di bagian tengah terrarium dan 1 pompa air. Mesin pompa air berguna untuk membersihkan air dalam terrarium dari kotoran– kotoran yang berasal dari substrat juga bangkai sisa pakan (jangkrik) yang tidak dimakan.

c. Pakan

Kebutuhan pakan berbeda antara individu jantan dan betina. Dilihat dari ukuran tubuh, individu betina membutuhkan pakan yang lebih banyak daripada jantan. Menurut Rahman (2009), individu R. margaritifer lebih banyak memangsa dari kelas insekta dan lebih sedikit memangsa dari kelas Gastropoda. Serangga yang dimangsa umumnya arboreal. Selama masa pemeliharaan, pakan yang dipilih adalah jangkrik. Jenis pakan ini dipilih karena berasal dari ordo Orthoptera yang paling banyak dimanfaatkan oleh R. margaritifer di alam (Rahman 2009).

Selain itu, jangkrik juga merupakan pakan yang mudah diperoleh dari toko–toko tertentu.

Ukuran tubuh jangkrik yang diberikan sebagai pakan berbeda-beda. Untuk katak jantan diberikan jangkrik dengan ukuran panjang 0,75–1 cm, sedangkan untuk katak betina diberikan jangkrik dengan ukuran panjang 1,5–2,25 cm. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sekali pada waktu aktif R. margaritifer sebanyak 4 ekor jangkrik di masing–masing terrarium dengan komposisi 2 jangkrik untuk katak betina dan 2 untuk katak jantan.

3.3.2.4 Adaptasi dan perilaku selama di penangkaran

Katak yang berhasil disterilisasi dipindahkan langsung ke dalam terrarium. Sebelumnya, terrarium juga dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% dan kain sterilisasi. Metode yang digunakan dalam pengamatan adaptasi dan perilaku R. margaritifer adalah ad libitum sampling dimana pengamat mengamati dan mencatat setiap aktivitas R. margaritifer dalam terrarium. Proses pengamatan dan pencatatan selama waktu aktif R. margaritifer berlangsung 30 hari.

Definisi dalam pengamatan perilaku menggunakan istilah yang dipakai Firdaus (2011), dimana katak aktif didefinisikan sebagai katak dengan posisi mata terbuka dan bergerak sebagai perubahan posisi penemuan katak dari posisi sebelumnya. Data pergerakan katak dikelompokkan kedalam beberapa perilaku yaitu :

a. Berjalan, didefinisikan sebagai katak melakukan perpindahan posisi ke segala arah dengan jarak minimal sama dengan SVL atau lebih dari dua kali melangkahkan kaki dengan berjalan tanpa adanya lompatan dalam satu waktu.

b. Melompat didefinisikan sebagai katak melakukan perpindahan posisi ke segala arah dengan melompat dalam satu waktu.

c. Bergerak tidak berpindah didefinisikan sebagai katak melakukan pergerakan kesegala arah yang menyebabkan perubahan orientasi dan atau menyebabkan katak tersebut berpindah posisi namun tidak melebihi SVL atau dua langkah dalam satu waktu.

d. Diam didefinisikan sebagai katak tidak melakukan pergerakan apapun atau diam.

Proses adaptasi R. margaritifer diamati berdasarkan pertumbuhan individu, interaksi dengan komponen terrarium, perilaku katak, dan pakan. Aspek pertumbuhan yang meliputi bobot tubuh dan Snout Vent Length (SVL) katak diukur setiap 10 hari selama 1 bulan menggunakan jangka sorong dan neraca pegas.

Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi aktivitas amfibi. Ada 3 aspek yang diamati dalam pengukuran suhu yaitu suhu terrarium, suhu tubuh katak jantan, dan suhu tubuh katak betina. Pengukuran suhu dilakukan 3 kali dalam sehari (24 jam) yaitu pagi hari (pukul 10.00), siang hari (pukul 14.00), dan malam hari (pukul 20.00).

Dokumen terkait