ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1Data penelitian
4.2 Analisis data
4.2.4. Uji determinasi (uji goodness of fit)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independent (prediktor) terhadap perubahan variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Tabel 4.8 Uji Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .550a .302 .200 .052569 1.901
a. Predictors: (Constant), Leverage, Kepemilikan_Manajerial, Komite_Audit, Dewan_Direksi, Dewan_Komisaris
b. Dependent Variable: Manajemen_Laba
Pada tabel 4.8 menunjukkan nilai R sebesar 0,550 yang berarti hubungan relatif (relation) antara ukuran dewan direksi, dewan komisaris, komite audit, kepemilikan dan leverage terhadap manajemen laba sebesar 55 % yang artinya hubungan antar variabel kurang erat berdasarkan nilai normal untuk hubungan antar variabel yang erat adalah 0,6 - 0,79. Nilai R square sebesar 0,302 yang berarti 30,2 % manajemen laba dapat dijelaskan oleh ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit,kepemilikan manajerial dan leverage.
penelitian seperti : pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional dan lain sebagainya.
4.2.3.2 Uji f
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama – sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai f hitung dengan f tabel dan melihat nilai signifikansi f pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05. Dengan cara sebagai berikut: a. Bila f hitung > f tabel atau probabilitas < nilai signifikan (Sig ≤ 0 ,05), maka
hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara serempak, variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Bila f hitung < f tabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig ≥ 0,05), maka hipotesis tidak dapat diterima, ini berarti bahwa secara serempak, variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .041 5 .008 2.945 .026a
Residual .094 34 .003
Total .135 39
a. Predictors: (Constant), Leverage, Kepemilikan_Manajerial, Komite_Audit, Dewan_Direksi, Dewan_Komisaris
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa nilai f hitung adalah 2,945 dengan tingkat signifikansi 0,026, sedangkan f tabel pada tingkat kepercayaan α adalah 5 % adalah 2,45. Oleh karena pada kedua perhitungan f hitung > f tabel dan tingkat signifikansinya 0,026 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris dan komite audit, kepemilikan manajerial dan leverage secara simultan atau bersama – sama adalah signifikan terhadap manajemen laba.
4.2.3.3 Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap bariabel terikat. Jika tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.10 Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .049 .124 .391 .698 Dewan_Direksi -.017 .006 -.649 -2.958 .006 Dewan_Komisaris .019 .009 .659 2.195 .035 Komite_Audit -.014 .048 -.074 -.294 .771 Kepemilikan_Manajerial -.004 .002 -.323 -2.070 .046 Leverage .086 .056 .230 1.530 .135
Tabel 4.10 untuk mengetahui secara parsial dari ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan manajerial dan leverage terhadap manajemen laba.
Variabel ukuran dewan direksi memiliki nilai signifikansi 0,006 < 0,05 berarti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dan t hitung > t tabel dimana -2,958 > -2,021 berarti berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Secara parsial, variabel ukuran dewan direksi mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap Manajemen Laba.
Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi 0,035 < 0,05 dan t hitung > t tabel dimana 2,195 > 2,021 berarti berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Secara parsial, variabel ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba.
Variabel komite audit memiliki nilai signifikansi 0,771 > 0,05 berarti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, t hitung < t tabel dimana -0,294 < 2,021 dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,046 < 0,05 dan t hitung > t tabel dimana -2,070 > -2,021 berarti berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Secara parsial variabel kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Variabel leverage memiliki nilai signifikansi 0,135 > 0,05 dan t hitung > ttabel dimana 1,530 < 2,021 sehingga dapat disimpulkan variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4.2.4 Hasil pengujian Hipotesis 4.2.4.1. Ukuran dewan direksi
Variabel ukuran dewan direksi memiliki nilai signifikansi 0,006 < 0,05 berarti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dan t hitung > t tabel dimana -2,298 > -2,021 berarti berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Secara parsial, variabel ukuran dewan direksi mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap manajemen Laba. Dewan direksi menentukan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan. Keberadaan dewan direksi tersebut sebagai mekanisme pengendali internal utama untuk memonitor para manajer perusahaan (Subhan, 2011). Dewan direksi yang berkualitas dan menjalankan peranannya sebagai pengendali manajemen mempunyai pengaruh untuk menekan adanya praktik
manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen.
4.2.4.2.Ukuran dewan komisaris
Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi 0,035 < 0,05 dan t hitung > t tabel dimana 2,195 > 2,021 berarti berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Secara parsial, variabel ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen Laba.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah dewan komisaris dalam
perusahaan justru semakin besar praktik manajemen laba yang dilakukan. Dewan
komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk
memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2002). Namun
dalam praktiknya, dewan komisaris hanya bersifat pasif bahkan tidak menjalankan
tidak kompeten karena didasarkan pada kenalan dekat atau hanya karena penghargaan
menyebabkan dewan komisaris tidak efektif mengawasi kinerja manajer perusahaan
sehingga praktik manajemen laba dapat leluasa dilakukan. Namun hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian Suryani (2010) yang menyatakan bahwa dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
4.2.4.3Komite audit
Variabel komite audit memiliki nilai signifikansi 0,771 > 0,05 berarti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, t hitung > t tabel dimana 2,021 > -0,294 dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan manajemen laba tidak dipengaruhi oleh keberadaan komite audit. Mendukung penelitian Suryani (2010) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan, artinya tidak mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi diperusahaan.
4.2.4.4Kepemilikan Manajerial
Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,046 < 0,05 dan t hitung > t tabel dimana t hitung -2,070 > 2,021 berarti berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Secara parsial variabel kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Semakin besar kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan, maka semakin kecil
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham
pemegang saham sehingga dapat memperkecil perilaku oportunis manajer. Dalam
kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku oprtunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1986) dalam
Herawaty (2008). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ujiyantho dan
Pramuka (2007), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi manajemen laba perusahaan.
4.4.2.5. Leverage
Variabel leverage memiliki nilai signifikansi 0,135 > 0,05 dan t hitung < t tabel dimana t hitung 1,530 < 2,021 sehingga dapat disimpulkan variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Menurut Crutchley et. al (dalam Putri dan Nasir, 2006), kebijakan hutang
yang tinggi menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders (pihak
ketiga). Karena monitoring dalam perusahaan yang ketat tadi menyebabkan manajer
akan bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan shareholders. Debtholders
yang sudah menanamkan dananya di perusahaan dengan sendirinya akan berusaha
melakukan pengawasan terhadap penggunaan dana tersebut. Monitoring dalam
perusahaan yang ketat, mendorong institusi untuk meningkatkan sahamnya pada
perusahaan yang bersangkutan. Sehingga leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, namun pemegang saham yang dapat mempengaruhi manajemen
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN