SKRIPSI
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
NURFADHILAH SIREGAR 110522047
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan / atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecenderungan dan plagiat dalam skripsi saya ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas kasih karunia-Nya
yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap Manajeman laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Selama penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh
bimbingan, saran, motivasi, doa dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof.DR.Azhar Maksum,SE,M.Ec,Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua
Departeman Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs.Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Mutia Ismail, MM,Ak., selaku sektretaris Program Studi SI Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong,M.Si,Ak., selaku Dosen Pembimbing
penulis yang telah banyak memberikan waktu, kesabaran, koreksi dan
masukan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Ibu Nurzaimah,M.M,Ak. selaku Dosen Pembaca Penilai penulis yang telah
memberikan saran, masukan dan penilaian terhadap hasil skripsi ini.
6. Kedua Orang tua penulis Ayah Drs.M.Arsyad Tholib Siregar dan Ibu
Nurhasanah Damanik,S.Ag, yang telah memberikan doa dan dukungan
selama penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada Suamiku tercinta Dedi Wahyudi Pinem, S.Pd yang telah
memberikan dukungan dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulangan skripsi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
ABSTRAK
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
BARANG KONSUMSI YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi ,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial serta leverage ratio terhadap manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh corporate governance dan leverage ratio
terhadap manajemen laba. Pada penelitian ini corporate governance meliputi ; ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Leverage ratio berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendownload data laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009-2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI)
yaitu purposive
sampling dan sampel yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 10 perusahaan dari total 30 perusahaan Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hipotesis penelitian menunjukkan bahwa secara serempak ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit,kepemilikan manajerial dan leverage ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Uji parsial menunjukkan ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen Laba. Sedangkan komite audit dan leverage ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND LEVERAGE RATIO TOWARDS EARNINGS MANAGEMENT IN MANUFACTURING
CONSUMER GOODS COMPANY FROM INDONESIA STOCK EXCHANGE
The Problem formulation in this research is the extent to which the influence of corporate governance. Corporate governance in this research intersect such as a board of directors , board of commisioner , audit committee ,managerial ownership and leverage ratio on earnings management . The purpose of this research was to examine the influence of corporate governance and leverage ratio to earnings management . In this research include corporate governance ; board of directors , board of commissioners , audit committee and managerial ownership . The hypothesis of this study is the board of directors have
a significant influence on earnings management. Board of commissioners
significantly influence on earnings management. Audit committee significant influence on earnings management. Managerial ownership significantly influence on earnings management . Leverage ratio have a significant influence on earnings management .
Primary data collection was done by downloading the company's annual financial statement data are published every year in the period 2009-2012 were obtained from the website Indonesia Stock Exchange ( IDX ) is www.idx.co.id.
The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board Sample selection is done by purposive sampling method and sample obtained from this research were 10 of a total 30 companies method of analysis used is quantitative descriptive analysis using multiple linear regression analysis.
The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board size, audit committee, managerial ownership and leverage ratio significantly affect earnings management. Partial test shows the size of the board of directors, board size and managerial ownership a significant effect on earnings management. While the audit committee and a leverage ratio of no significant effect on earnings management.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah ... 1
1.2 Rumusan masalah penelitian ... 6
1.3Tujuan penelitian ... 7
1.4 Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1 Teori agensi ... 9
2.1.2 Corporate governace ... 11
2.1.2.1 Tujuan corporate governance ... 13
2.1.2.2 Ukuran dewan direksi ... 14
2.1.2.3 Ukuran dewan komisaris ... 15
2.1.2.4 Komite audit ... 16
2.1.2.5 Kepemiikan manajerial ... 17
2.1.3 Leverage ratio... 18
2.1.4 Manajemen laba ... 19
2.1.4.1 Pengertian manajemen laba ... 19
2.1.4.2 Motivasi manajemen laba ... 19
2.1.4.3 Pola manajemen laba ... 20
2.1.4.4 Faktor-faktor manajemen laba ... 21
2.2 Penelitian terdahulu ... 21
2.3 Kerangka konseptual ... 29
2.3 Hipotesis ... 31
2.3.1 Ukuran dewan direksi dengan manajemen laba ... 31
2.3.2 Ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba ... 32
2.3.3 Komite audit dengan manajemen laba ... 32
2.3.4 Kepemilikan manajerial dengan manajemen laba ... 33
2.3.4 leverage ratio dengan manajemen Laba ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel penelitian dan defenisi operasional ... 35
3.1.1 Variabel penelitian... 35
3.1.3 Variabel terikat (dependent variable) ... 35
3.1.4 Variabel bebas (independent variable) ... 36
3.2 Populasi dan Sampel ... 40
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 42
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 42
3.5.Metode Analisis ... 43
3.5.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 43
3.5.2.Uji Asumsi Klasik ... 43
1 Uji Multikolonieritas ... 43
2 Uji Autokorelasi ... 44
3 Uji Heterokedastisitas ... 45
4.Uji Normalitas ... 46
3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 46
3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi... 47
3.5.3.2 Uji Statistik F (f –test) ... 48
3.5.3.3 Uji Statistik t (t –test) ... 48
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 49
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 50
4.2.1 Metode Statistik Deskriptif ... 50
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 52
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 52
4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 55
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 56
4.2.2.4 Uji Multikolinearitas ... 58
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 59
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi ... 61
4.2.3.2 Uji Signifikan Simultan (F) ... 62
4.2.3.3 Pengujian Koefisien regersi (uji t) ... 63
4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Keterbatasan ... 70
5.3 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR TABEL No.Tabel Judul Halaman Tabel 2.1 Market Rangkings and score CG Watch 2007-2010 ... 12
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian terdahulu ... 25
Tabel 3.1 Defenisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ... 38
Tabel 3.2 Jumlah sampel penelitian berdasarkan kriteria ... 41
Tabel 3.4 Uji Durbin-Watson ... 45
Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 49
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 50
Tabel 4.3 Uji Normalitas ... 54
Tabel 4.4 Kriteria Pengambilan keputusan DW Test ... 55
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 56
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas ... 58
Tabel 4.7 Analisis Regersi ... 59
Tabel 4.8 Uji Determinasi ... 61
Tabel 4.9 Uji F ... 62
Tabel 4.10 Uji t ... 63
DAFTAR GAMBAR No.Gambar Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka konseptual ... 30
Gambar 4.1 Histogram ... 53
Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regression Standarlized Residual... 53
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lamp. Judul Halaman
Lampiran i Sampel penelitian ... 71
Lampiran ii Data dewan direksi tahun 2009,2010,2011,2012 ... 72
Lampiran iii Data dewan komisaris tahun 2009,2010,2011,2012 ... 73
Lampiran iv Data komite audit tahun 2009,2010,2011,2012 ... 74
Lampiran v Data kepemilikan manajerial tahun 2009 ... 75
Lampiran vi Data kepemilikan manajerial tahun 2010 ... 76
Lampiran vii Data kepemilikan manajerial tahun 2011 ... 77
Lampiran viii Data kepemilikan manajerial tahun 2012 ... 78
Lampiran ix Data leverage tahun 2009 ... 79
Lampiran x Data leverage tahun 2010 ... 80
Lampiran xi Data leverage tahun 2011 ... 81
Lampiran xii Data leverage tahun 2012 ... 82
Lampiran xiii Data manajemen laba tahun 2009 ... 83
Lampiran xiv Data manajemen laba tahun 2010 ... 84
Lampiran xv Data manajemen laba tahun 2011 ... 85
Lampiran xvi Data manajemen laba tahun 2012 ... 86
Lampiran xvii Analisis statistik deskriptif ... 87
Lampiran xviii Histogram ... 87
Lampiran xix Normal P-Plot ... 88
Lampiran xx Uji normalitas ... 88
Lampiran xxi Uji determinasi ... 89
Lampiran xxii Scatterplot ... 89
Lampiran xxiii Multikonearilitas ... 90
Lampiran xxiv Hasil Analisis Linear Berganda ... 91
Lampiran xxv Uji Auto korelasi ... 91
Lampiran xxvi Uji F ... 92
ABSTRAK
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
BARANG KONSUMSI YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi ,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial serta leverage ratio terhadap manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh corporate governance dan leverage ratio
terhadap manajemen laba. Pada penelitian ini corporate governance meliputi ; ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris,komite audit dan kepemilikan manajerial. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Leverage ratio berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendownload data laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009-2012 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI)
yaitu purposive
sampling dan sampel yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 10 perusahaan dari total 30 perusahaan Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hipotesis penelitian menunjukkan bahwa secara serempak ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit,kepemilikan manajerial dan leverage ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Manajemen Laba. Uji parsial menunjukkan ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen Laba. Sedangkan komite audit dan leverage ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND LEVERAGE RATIO TOWARDS EARNINGS MANAGEMENT IN MANUFACTURING
CONSUMER GOODS COMPANY FROM INDONESIA STOCK EXCHANGE
The Problem formulation in this research is the extent to which the influence of corporate governance. Corporate governance in this research intersect such as a board of directors , board of commisioner , audit committee ,managerial ownership and leverage ratio on earnings management . The purpose of this research was to examine the influence of corporate governance and leverage ratio to earnings management . In this research include corporate governance ; board of directors , board of commissioners , audit committee and managerial ownership . The hypothesis of this study is the board of directors have
a significant influence on earnings management. Board of commissioners
significantly influence on earnings management. Audit committee significant influence on earnings management. Managerial ownership significantly influence on earnings management . Leverage ratio have a significant influence on earnings management .
Primary data collection was done by downloading the company's annual financial statement data are published every year in the period 2009-2012 were obtained from the website Indonesia Stock Exchange ( IDX ) is www.idx.co.id.
The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board Sample selection is done by purposive sampling method and sample obtained from this research were 10 of a total 30 companies method of analysis used is quantitative descriptive analysis using multiple linear regression analysis.
The research hypothesis suggests that simultaneously measure the board, board size, audit committee, managerial ownership and leverage ratio significantly affect earnings management. Partial test shows the size of the board of directors, board size and managerial ownership a significant effect on earnings management. While the audit committee and a leverage ratio of no significant effect on earnings management.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pihak
eksternal untuk dapat menilai kinerja suatu perusahaan karena laporan keuangan
menyediakan informasi yang menyediakan hal-hal yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Chariri dan
Ghozali (2007) menyatakan bahwa salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah
memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan
dalam menghasilkan laba (earning per share). Informasi keuangan yang dapat
menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba adalah laporan laba
rugi. Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan selama periode tertentu (Kieso dan Weygandt, 2002). Laporan laba
rugi digunakan oleh para investor untuk melihat profitabilitas perusahaan dan
memprediksi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Akan tetapi, laba
yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode
akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan
kas yang benar.
Laba yang merupakan cerminan kinerja perusahaan dapat dikelola secara
efisien atau oportunis. Secara efisien artinya dikelola untuk keinformatifan
informasi, dan secara oportunis artinya untuk meningkatkan laba sesuai dengan
menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba, manajemen
cenderung mengelola laba secara opertunis dan melakukan manipulasi laporan
keuangan agar menunjukkan laba yang memuaskan meskipun tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sebenarnya. Manajemen perusahaan dapat menentukan
kebijakan penggunaaan metode akuntansi dalam menyusun laporan keuangan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Scott (2006) didalam
bukunya yang berjudul “financial accounting theory” menyatakan bahwa pilihan
kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik disebut dengan
manajemen laba. Sedangkan menurut Belkaoui (2004), manajemen laba yaitu
suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan
mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diinginkan.
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan
intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal
sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989),
atau manajemen laba dapat diartikan sebagai tindakan seorang manajer dengan
menaikkan (menurunkan manajemen laba) periode berjalan di unit usaha yang
menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan)
profitabilitas unit ekonomi tersebut dalam jangka panjang (Rosenweig, 1995).
Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah
laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang
kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan
Wahlen, 1999).
Praktek manajemen laba ini juga dapat mengakibatkan menurunkan
kualitas laporan keuangan suatu perusahaan sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan menjadi bias. Manajemen laba juga merupakan hal yang merugikan
investor karena mereka tidak akan mendapat informasi yang benar mengenai
posisi keuangan perusahaan (Scott, 2001). Seperti kasus Enron, Merck, World
Com, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al.,2006). Beberapa kasus juga terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT.Kimia
Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005).
Akibat dampak negatif dari praktek manajemen laba tersebut, maka perlu
dicari solusi untuk dapat mengawasi praktek manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen. Menurut Ihsan (2008) praktek manajemen laba oleh manajemen
dapat diminimumkan melalui mekanisme sebagai berikut :
a. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah kecenderungan manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen laba karena adanya keselarasan tujuan pemegang saham dengan manajemen. b. Peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen. c. Kualitas auditor yang dilihat dari peran auditor yang memiliki
kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen.
Selain dari mekanisme tersebut diatas terdapat sebuah mekanisme yang
kepentingan yang disebut corporate governance. Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.
Corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang
dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997). Dengan penerapan
corporate governance akan memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas
investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu menciptakan
lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable
di sektor korporat. Corporate governance dapat juga didefenisikan sebagai
susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer,
kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain
sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).
Penerapan corporate governance secara konsisten yang berprinsip pada
keadilan, transparansi, akuntanbilitas, dan pertanggungjawaban akan dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya prinsip corporate
governance tersebut diharapkan dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan informasi dalam laporan keuangan menjadi tidak
akurat.
Selain penerapan corporate governance yang baik untuk meminimalkan
oleh manajer yaitu dengan pengelolaan leverage ratio perusahaan.
Widyaningdyah (2001) mengungkapkan bahwa jika hutang yang dipergunakan
secara efektif dan efisien maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi
apabila dilakukan dengan dalih untuk menarik perhatian para kreditur, maka justru
akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang
mempunyai leverage ratio tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba
karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya. Widyaningdyah (2001), Tarjo (2008), dan
Halim et al. (2005) mengatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan
signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan berdasarkan Indrayani (2009) dan
Nurlatifiyanti (2008) leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dari uraian di atas dapat dilihat banyaknya pendapat dari berbagai
penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba,
maka penulis tertarik untuk meneliti kembali faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap manajemen laba tersebut.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rahmi Mardhatila
(2011) dengan objek penelitian adalah pada perusahaan sektor manufaktur barang
konsumsi dengan tahun penelitian adalah tahun 2007-2011. Pada penelitian kali
ini penulis melakukan penelitian ini dengan penggantian tahun yang lebih baru
dan menggunakan data yang berbeda. Dengan penelitian ini penulis ingin
mengetahui apakah penggunaan data yang berbeda dan juga tahun yang lebih baru
Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menguji kembali perusahaan
manufaktur barang konsumsi. Hal ini dikarenakan bahwa penelitian-penelitian
terdahulu masih sedikit yang meneliti pada sektor manufatur barang konsumsi,
padahal sektor manufaktur barang konsumsi adalah sektor yang penting karena
menyangkut terhadap konsumsi langsung dari masyarakat. Oleh karena itu perlu
kiranya pengelolaan usaha pada sektor ini dikelola dengan sebaik-baiknya dengan
prinsip dan mekanisme corporate governace yang baik untuk meminimalisasi
praktek manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “ Pengaruh corporate governance dan leverage ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. .
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah corporate governance yang terdiri dari ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan secara parsial dan simultan terhadap manajemen laba?
1.3. Tujuan penelitian
Bertolak pada latar belakang permasalahan di atas maka tujuan diadakan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba
2. Menganalisis pengaruh leverage ratio perusahaan terhadap manajemen laba?
1.4 Manfaat penelitian
Kegunaan Penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Peneliti berharap mampu menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pengaruh corporate governance dan leverage ratio terhadap manajemen laba.
2. Bagi Para Akademis
Peneliti berharap dapat digunakan sebagai informasi dan pengembangan
untuk penelitian selanjutnya, serta sebagai penambah khasanah baca bagi
mahasiswa.
3. Bagi Perusahaan
Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen
4. Bagi Calon Investor
Peneliti berharap memberikan bukti mengenai pengaruh corporate
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teoritis
2.1.1. Teori agensi
Timbulnya praktek manajemen laba dapat dijelaskan melalui teori agensi.
Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen.
Prinsipal memperkerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan
prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal
kepada agen (Anthony dan Govindarajan 2000:41).
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri
informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah
pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer
lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan
peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna
memaksimalkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi.
Standar akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
mengijinkan pihak manajemen untuk mengambil suatu kebijakan dalam
mengaplikasikan metode akuntansi guna menyampaikan informasi mengenai
kinerja perusahaan kepada pihak ekstern. Pemberian fleksibilitas bagi manajemen
perilaku oportunis dan kontrak efisien. Artinya, manajer yang rasional, akan
memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya. Dengan kata
lain, manajer memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan expected
utility-nya atau nilai pasar perusahaan. Perilaku oportunis dan kontrak efisien ini, mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.
Scott (2006: 344) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut:
manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari
standar akuntansi keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan
utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Manajemen laba menurut Mulford
dan Comiskey (2002) merupakan financial numbers game (permainan angka– angka keuangan) yang dilakukan melalui creative accounting practises akibat
adanya kelonggaran flexibility principles yang dikeluarkan oleh GAAP (General
Accepted Accounting Principal).
Manajemen laba merupakan topik yang menarik, baik bagi peneliti
akuntansi maupun praktisi. Fenomena manajemen laba juga telah meramaikan
dunia bisnis dan pemberitaan pers. Beberapa bukti empiris dan sistematik telah
menunjukkan adanya fenomena manajemen laba ini, diantaranya Gu dan Lee
(1999), De Angelo (1988), Holthausen dan Sloan (1995), dan lain-lain. Secara
khusus, Gu dan Lee (1999) telah menunjukkan bahwa manajemen laba telah
meluas dan ada di setiap pelaporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan.
Mereka memberikan suatu bukti bahwa manajemen laba terjadi di setiap laporan
keuangan kuartalan, dan tingkat manajemen laba terbesar ditemukan pada kuartal
fenomena yang umum terjadi, tidak hanya pada peristiwa-peristiwa tertentu saja
tetapi telah sedemikian mengakar dalam kehidupan bisnis.
2.1.2. Corporate governance
Corporate governance adalah topik yang mencuat ditengah-tengah publik sebagai akibat dari semakin gencarnya publikasi mengenai fraud dan
keterpurukan bisnis akibat kesalahan yang dilakukan oleh para eksekutif
manajemen. Sehingga hal tersebut meningkatkan tuntutan dari publik, terutama
para investor, mengenai penerapan corporate governance yang mengacu pada
international best practice.
Cadbury Committee mendefinisikan bahwa corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham,manajemen,kreditur, pemerintah,karyawan, serta para stakeholder internal
maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain merupakan suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Pentingnya penerapan corporate governace belum dapat diterapkan dengan maksimal di Indonesia. Implemetasi dari corporate governance di
Indonesia masih sangat lemah. Lemahnya corporate governance di Indonesia terbukti berdasarkan data market rangkings and scores (Sept 2012) berdasarkan survey reogional yang oleh Asian Corporate governance Association pada tahun
2007,2010 dan 2012. Pada survey ini didapati bahwa budaya corporate governace
di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara asia
Tabel.2.1
Market rangkings & scores,2012 CG watch market scores : 2007 to 2012
Country % Change
2012 vs 2010 (ppt)
Trend of CG reform 2007 2010 2012
1. Singapore 65 67 69 (+2) Improving,but culture needs to open more 2. Hongkong 67 65 66 (+1) Static,but reinvigorated Source : Asian Corporate Governance Association 2012
Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan, baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Dengan sistem corporate governance yang baik maka perlindungan yang efektif
dapat diberikan kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga
mereka bisa meyakinkan dirinya akan perolehan kembali investasi dengan wajar
dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, perusahaan harus menyadari bahwa sistem
sahamnya, penyandang dana serta karyawannya, dan bagi perusahaan itu sendiri
(FCGI).
Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002,
mendefinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Menurut Utama (dalam Herawaty, 2008) prinsip-prinsip corporate governance yang telah diterapkan memberikan beberapa manfaat, diantaranya :
1. Meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen.
2. Meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal.
3. Meningkatkan citra perusahaan.
4. Meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah.
5. Peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
2.1.2.1. Tujuan corporate governance
Forum for corporate governance in Indonesia (2002) menjelaskan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci, terminologi
corporate governance dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan
perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan,
Forum for corporate governance in Indonesia (2002) menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka:
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan rapat umum pemegang saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
Pelaksanaan mekanisme corporate governance yang efektif, juga dapat memperluas tingkat kebebasan perusahaan untuk membuat pengambilan
keputusan dengan tepat waktu, dan membawa pada peningkatan nilai perusahaan
(Chen, 2008).
2.1.2.2. Ukuran dewan direksi
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang
akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun
jangka panjang. Dewan direksi juga merupakan salah satu indikator dalam
2012) mengatakan bahwa jumlah anggota dewan direksi umumnya berhubungan
dengan implikasi dari kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direksi.
Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama,
yaitu sebagai berikut: (Solihin, 2009)
a. Kepengurusan, mencakup tugas penyusunan visi dan misi perusahaan, serta penyusunan program jangka pendek dan jangka panjang.
b. Manajemen risiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan.
c. Pengendalian internal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan sistem pengendalian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.
d. Komunikasi, mencakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi sekretaris perusahaan.
e. Tanggung jawab sosial, mencakup perencanaan tertulis yang jelas dan terfokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.1.2.3. Ukuran dewan komisaris
Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung
jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan
komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain; melakukan
pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan
memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan (Warsono et al., 2009).
Ukuran dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif
terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau
kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat dikatakan
bahwa ukuran dewan komisaris mempunyai kecenderungan mempengaruhi
2.1.2.4. Komite audit
Komite audit merupakan organ pendukung dewan komisaris yang bekerja
secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dalam melaksanakan
tugasnya. Pembentukan komite audit harus dilengkapi dengan piagam komite
audit yang ditandatangani oleh komisaris utama dan direktur utama perseroan.
Ketua maupun anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh rapat dewan
komisaris. Pengertian komite audit menurut komite nasional kebijakan
governance (2006) dalam pedoman umum good corporate governance Indonesia yaitu :
“Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE
03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor
KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga
orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal
yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan
keuangan.
Komite audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang
karyawan, dana, asset serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya komite audit wajib
Dengan terdapatnya komite audit yang beranggotakan minimal 3 orang maka
diharapkan dapat mengurangi manajemen laba yang terjadi pada suatu perusahan.
2.1.2.5. Kepemilikan manajerial
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan
oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan
besaran yang berbeda pula, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal
tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang
manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelolanya.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan
saham oleh pihak manajemen (kepemilikan manajerial) cenderung mempengaruhi
tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa praktek manajemen laba dapat diminimumkan dengan
menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen dengan
cara memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial
ownership). Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer
dan Vishny, 1996). Warfield et al. (dalam Midiastuty dan Machfoedz, 2003)
menyatakan adanya kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan manajer
untuk melakukan tindakan manipulasi sehingga laba yang dilaporkan
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (dalam
Sulistyanto, 2008), dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant
disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan
yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang
mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi
dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi
dalam bentuk manajemen laba.
Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan
selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif
dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin (dalam Tarjo,
2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai
perusahaan.Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur,
maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et
al., 2007). Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan
akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini
juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan (2007) yang memberikan
bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada
perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada perusahaan yang tidak terikat
2.1.6 Manajemen laba
2.1.6.1 Pengertian manajeman laba
Menurut Schipper (1989) manajemen laba adalah campur tangan dalam
proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi sedangkan menurut Fisher dan
Rosenzweig (1995), manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk
menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang
dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi
perusahaan jangka panjang.
2.1.6.2 Motivasi manajemen laba
Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott (1997) dalam Sukartha (2007) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Bonus scheme (rencana bonus)
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.
2. Debt covenant (kontrak utang jangka panjang)
Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.
3. Political motivations (motivasi politik)
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
4. Taxation motivations (motivasi perpajakan)
Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
6. Initital public offering (Penawaran Saham Perdana)
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
Hendriksen (1988) menyebutkan pada dasarnya, pihak manajemen melakukan manajemen laba didorong oleh adanya:
1. Kelemahan yang melekat dalam akuntansi itu sendiri
Fleksibilitas dalam menghitung angka laba dapat disebabkan oleh metode akuntansi yang memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara berbeda.
2. Informasi asimetri antara manajer dengan pihak luar
Faktor informasi juga menyebabkan timbulnya manajemen laba. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan lebih cepat dibanding pihak eksternal.
Dalam kondisi yang demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.
2.1.6.3 Pola manajemen laba
Ada empat pola manajemen laba yang dikemukakan oleh (Scott,2000) yaitu :
1.Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
2.Income Minimization
3.Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.6.4 Faktor-faktor manajemen laba
Faktor-faktor manajemen laba yang diajukan (Watt dan Zimmerman, 1996) adalah:
1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus terbesar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2. Debt to Equity Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity cukup tinggi akan mendorong manajer perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba, menyebabkan perusahaan kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian hutang. 3. Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan laba yang tinggi membuat pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
2.2 Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap
(2003) meneliti corporate governance dan manajemen laba : Suatu Studi Empiris,
dengan variabel mekanisme GCG (pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris,
kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan
akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional). Hasilnya hanya satu
variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan
stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba. Wedari
(2004) meneliti pengaruh proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit
terhadap manajemen laba dengan variabel komite audit, proporsi dewan
komisaris, akuntan publik big 4, kepemilikan manajerial dan institusional,
hasilnya komite audit dan dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba sedangkan kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Siregar dan Utama (2005) meneliti pengaruh
Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba (Earnings Management) dengan variabel kepemilikan
keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, praktek corporate
governance (ukuran KAP, proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit). Hasilnya kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan institusional dan tiga variabel
praktek GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Halima Sathila Palestin (2006) meneliti Analis struktur Kepemilikan,
Praktik corporate governance dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba dengan variabel Struktur kepemilikan, komposisi dewan komisaris, komite audit,
hasilnya struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan
kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan
komite audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
Nasution dan Setiawan (2007) meneliti pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia dengan variabel
komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran
perusahaan. Hasilnya komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan
berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba komite audit berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) meneliti konsentrasi
kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel konsentrasi kepemilikan, ukuran
perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai
industri KAP), hasilnya konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komposisi dewan
komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Tuti Sriwedari (2009) meneliti mekanisme good corporate govenance, manajeman laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia di Bursa Efek Indonesia dengan variabel dependen : manajemen laba,
kinerja keuangan variabel Independen :Kepemilikan manajerial, kepemilikan
Institusional, komite audit, dewan komisaris. Hasilnya mekanisme good corporate
terhadap kinerja keuangan. Mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba dan manajemen laba, berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Suryani (2010) meneliti pengaruh mekanisme corporate governance dan
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dengan variabel independen dalam kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris,
jumlah rapat komite audit dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel
dependennya adalah manajemen laba dan hasilnya konsentrasi kepemilikan
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba; sedangkan komposisi
komite audit, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Yohana (2010) meneliti tentang pengaruh kualitas auditor, corporate governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba. Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
2006-2008 yang terdiri dari 66 sampel. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
kualitas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen
laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. CAR sebagai proksi dari kinerja keuangan
Rahmi Mardhatilla (2011) meneliti tentang pengaruh penerapan good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian
adalah perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2011. Proporsi komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang
terdaftar di BEI.
Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari
Tabel 2.2 sebagai berikut:
negatif.
Manajemen laba merupakan salah satu bentuk akibat asimetri informasi
dalam teori agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi
tentang perusahaan yang dikelolanya. Kehadiran mekanisme corporate
governance diharapkan dapat menciptakan iklim tata kelola yang baik dan lebih transparan.
Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998), mekanisme corporate
governance meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal,
seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat
pendanaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan menurut Veronica dan
Bachtiar (2004), beberapa mekanisme corporate governance antara lain
diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit, dan
Tindakan manajemen laba mengakibatkan laporan keuangan yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya perusahaan. Hasil kinerja perusahaan menjadi
tidak diketahui dengan pasti oleh investor sehingga menyebabkan investor
menyalah artikan laporan keuangan tersebut. Kontrak hutang (leverage) yang
tinggi juga dapat menyebabkan manajer melakukan tindakan manajemen laba. Hal
ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (dalam
Sulistyanto, 2008) yang mengelompokkan leverage dalam debt covenant hypothesis.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka peneliti merumuskan
kerangka pemikiran penelitian ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen Ukuran Dewan
Direksi (X1)
Manajemen laba (Y) Komite Audit (X3)
Kepemilikan Manajerial (X4)
Ukuran Dewan Komisaris (X2)
2.4. Hipotesis Penelitian 2.4.1 Ukuran dewan direksi
Dewan direksi mempunyai peran dan tanggung jawab yang penting dalam
menentukan kebijakan yang akan dijalankan oleh perusahaan, baik dalam jangka
waktu yang pendek maupun jangka panjang. Ukuran dewan direksi juga sebagai
salah satu komponen good corporate governance yang sangat berperan penting
dalam mengatasi manajemen laba. Keberadaan dewan direksi tersebut sebagai
mekanisme pengendali internal utama untuk memonitor para manajer perusahaan
(Subhan, 2011). Dengan adanya kebutuhan yang besar akan jumlah dewan direksi
mengakibatkan munculnya permasalahan antara pihak principal dengan agent, karena perusahaan dengan jumlah dewan direksi yang besar tidak dapat
melakukan koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik
dibanding dengan perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi yang lebih
kecil (Wardhani, 2007). Ukuran direksi yang besar mengakibatkan proses
pengawasan kurang efektif dan dapat meningkatkan praktek manajemen laba oleh
manajemen. Apabila jumlah dewan direksi sedikit, maka praktik manajemen laba
dapat dikurangi karena komunikasi dan koordinasi pada ukuran dewan direksi
yang kecil dalam aktivitas tersebut lebih efektif dibandingkan dengan ukuran
direksi yang besar sehingga dapat meningkatkan pengawasan terhadap
manajemen (Purwandari, 2011). Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan
H1: ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba
2.4.2. Ukuran dewan komisaris
Ukuran dewan komisaris mempengaruhi praktik manajemen laba pada
perusahaan. Nasution dan Setyawan (2007) menemukan pengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan. Semakin
besar ukuran dewan komisaris, maka semakin besar pula manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran dewan komisaris
yang besar tidak efektif dalam mengurangi praktik manajemen laba. Dari hasil
tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap praktik
manajemen laba.
2.4.3 Komite audit
Semakin banyak anggota dari Komite audit maka akan semakin ketat
proses pengawasan pada suatu perusahaan karena Komite audit akan bekerja sama
dengan yang menjalankan fungsi internal kontrol perusahaan. Menurut penelitian
Maharani 2011 menyatakan terdapat hubungan negatif antara Ukuran Komite
audit dengan Manajemen laba. Oleh karena penelitian diatas maka peneliti dapat
menyimpulkan sementara bahwa Ukuran Komite audit memiliki kemampuan
dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Maka hipotesis sementara dari
penelitian ini yaitu:
H3 : Terdapat hubungan negatif antara Ukuran Komite audit dengan
2.4.4 Kepemilikan manajerial
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan
oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan
besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus
sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal
ini sesuai dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria: (1)
perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager) dan (2)
perusahaan yang dipimpin oleh manajer dan bukan pemilik (non
owners-manager). Dua kriteria ini akan mempengaruhi manajemen laba, sebab
kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan
keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang
mereka kelola (Boediono, 2003).
Pendapat tersebut sesuai dengan Midiastuty dan Mahfoedz (2003) dimana
hubungannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dengan manajemen laba
berhubungan negatif. Penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen. Selain di Indonesia, penelitian di Jepang yang dilakukan oleh
Teshima dan Shuto (2008) hasilnya sesuai dengan Midiastuty dan Mahfoedz
(2003) bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan manajemen
laba. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai
H4 : kepemilikan manajerial berhubungan negatif terhadap manajemen laba
2.4.5. Leverage Ratio
Scott (dalam Sulistyanto, 2008) menyatakan bahwa praktik perataan laba
yang merupakan salah satu bentuk manajemen laba sering dilakukan oleh
perusahaan ketika mereka menghadapi paksaan dari kreditor dengan cara
mengubah metode akuntansinya. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan
risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat.
Achmad et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian
hutang (debt covenant) meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa
motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum.
Widyaningdyah (2001) menemukan bahwa leverage di antara variabel lain
dalam penelitiannya hanya leverage yang berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian Tarjo (2008). Temuan tersebut
sesuai dengan debt covenant hypothesis yang menyatakan bahwa jika semua hal
yang lain tetap sama dan semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran
perjanjian hutang yang berbasis akuntansi, maka lebih mungkin manajer
perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang
dilaporkan dari periode mendatang ke periode sekarang. Hal tersebut dilakukan
karena laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi kemungkinan
kegagalan membayar hutang-hutangnya pada masa mendatang (Tarjo, 2008).
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan hipotesisnya adalah:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan dua variabel yaitu
variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel terikat
merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang
diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan pendapatan (penjualan). Sedangkan
variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi variabel terikat.
Sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi ukuran dewan
direksi, ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan manajerial dan
leverage pada perusahaan manufaktur barang konsumsi. 3.1.2 Definisi operasional
3.1.3. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah campur tangan
diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan
yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000). Manajemen laba dalam penelitian ini
diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan pendapatan (penjualan)
berdasarkan penelitian McNichols (2000) dan Girsang (2010), yang secara
matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Manajemen Laba =
Pendapatan t ∆ Modal kerja t
∆ Akrual Modal kerja = ∆ AL - ∆HL - ∆KAS Keterangan :
ΔAL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
ΔHL = Perubahan hutang lancar pada periode t
ΔKas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas
operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut tanpa
melakukan perhitungan yang rumit.
3.1.4. Variabel independen (Bebas)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh corporate governance (ukuran dewan direksi,ukuran dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan manajerial) ditambah dengan Leverage.
Ukuran dewan direksi adalah jumlah anggota dewan direksi yang ada
dalam perusahaan. Keberadaan dewan direksi tersebut bertugas sebagai
mekanisme pengendali internal utama untuk memonitor para manajer
perusahaan.
Maka ukuran dewan direksi diukur dengan :
2. Ukuran dewan komisaris
Variabel ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota dewan
komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal
perusahaan sampel.
3. Komite audit
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengamatisistem pengendalian internal (termasuk
audit internal) agar dapat mengurangi sifat oportunistik manajemen yang
melakukan manajemen laba. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite
audit.
4. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, ������d����d������ = ∑a������d����d������
������d����komisaris = ∑a������d����komisaris
2005). Secara teoritis ketika kepemilikan saham oleh manajerial tinggi maka
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer (manajemen laba).
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah :
5. Leverage
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.
Leverage digunakan untuk menangkap insentif dalam tindakan manajemen laba ketika terjadi pelanggaran perjanjian hutang (Klein, 2002). Rasio leverage
dihitung seperti di bawah ini:
Adapun defenisi operasional dan pengukuran variabel penelitian penelitian
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Defenisi operasional dan pengukuran variable penelitian
Nama Variabel
Variabel Penelitian
Defenisi Parameter Skala
Ukuran
Independen Ukuran Dewan Direksi (X1)
Jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam perusahaan
Jumlah dewan direksi dalam struktur organisasi perusahaan
Nominal Leverage = Total Hutang
Total Asset
Independen Ukuran
Independen Komite audit (X3)
Independen Leverage
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2009-2012 yaitu 30 perusahaan.
Penentuan sampel perusahaan dilakukan dengan metode purposive
sampling. Sampel penelitian pada penelitian ini yaitu 10 perusahaan. Dimana dalam penelitian ini, pemilihan anggota sampel penelitian didasarkan pada kriteria
a. Perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun
2009-2012.
b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan tidak
mengalami kerugian untuk periode yang berakhir 31 Desember tahun
2009-2012.
c. Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti tersedia lengkap
dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang diterbitkan pada tahun
2009-2012.
Tabel 3.2
Jumlah Sampel berdasarkan krieria Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2012
30
2 Sampel dikeluarkan karena Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang mengalami kerugian pada tahun yang diteliti
(4)
3 Sampel dikeluarkan tidak memiliki kelengkapan Tidak Mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit secara lengkap untuk periode 31 Desember 2009-2012 dalam Bursa Efek Indonesia
(16)