• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI hCG DALAM URIN (Direct Latex Agglutination)

Dalam dokumen HALAMAN JUDUL PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA (Halaman 31-40)

UJI hCG DALAM URIN (Direct Latex Agglutination)

A. Tujuan Percobaan

Memperlihatkan bahwa hanya urin wanita hamil yang mengandung hCG (human chorionic gonadotropine) dan tidak terdapat pada wanita tidak hamil.

B. Dasar Teori

Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinetis (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma (Frandson, 1993).

Menurut Frandson (1993) Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatau glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG meningkat dalam darah dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian ditemukannya HCG merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan (Murray et al, 1999). Tes kehamilan menggunakan urine, ,karena dalam wanita hamil mengadung HCG (Human Chorionic Gonadotropin). HCG yaitu suatau hormon glikoprotein yang mempertahankan system reproduksi eanita dalam keadaan cocok untuk kehamiln. HCG disentesa pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus golgi (Johnson,1994). HCG dapat juga digunakan dalam upaya mersinkronkan ovulasi dan perkawianan yang diperlukan agar terjadi suatu konsepsi (Frandson,1993). Bila terdapat HCG dalam urine , HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi (Pearce , 1997).

Volume urine yang dikeluarkan kemungkinan besar dikarenakan variasi jumlah air yang masuk dalam tubuh dan eliminasinya oleh paru-paru dan kulit. Rata-rata

volume yang dikeluarkan berkisar antara 1 sampai 1,5 liter perhari. Volume air habis oleh paru-paru selalu konstan, sedangkan yang disekresikan oleh kulit berfariasi tergantung pada temperature dan kelembaban udara dan intensitas panas yang dihasilkan oleh aktivitas otak.(Tuttle & Schotelius,1961). Urin yang diekskresikan selama 24 jam, pada diet biasa meliputi air 1,2 L; urea 30 gr; asam urat 0,5 gr; kreatinin 1,0 gr; lainnya 10,0 gr; materi organik 3,0 gr. (Tuttle dan Schottelius, 1961).

Dalam urine juga terdapat tingkat keasaman (pH). Urine dalam keadaan asam dengan pH yang lebih rendah dari 6, ada asam yang dapat di titrasi, ada ion-ion amonium, tetapi tidak ada ion bikarbonat. Sel-sel tubulus renal memiliki kemampuan untuk membentuk amoniak (NH3) dari deaminasi asam-asam amino. Amonia tersebut berdifusi ke dalam tubulus dan segera bereaksi dengan ion-ion hidrogen membentuk ion-ion amonium (NH4+) yang kemudian diekskresikan ke dalam urine, dalam kombinasi dengan klorida atau ion-ion negatif lainnya. Ini adalah cara untuk memindahkan ion hidrogen dan klorida, sementara garam netral amonium klorida membantu mempertahankan pH yang normal dari filtrat. Reabsorbsi bikarbonat dan ion-ion Na+ ke dalam plasma darah, merupakan cara yang penting guna mengontrol keseimbangan asam basa. pH urine yang terakhir, tergantung pada kuantitas berbagai ion yang terdapat di dalamnya. Peningkatan bikarbonat menyebabkan meningkatnya kebasaan (alkalinitas) urine. Urine yang asam dapat dihasilkan oleh pertukaran natrium dengan ion-ion hidrogen atau amonium klorida. (Frandson, 1993). Urine yang terus menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis respiratorik atau asidosis metabolik & pada piroksida (demam) , sedangkan urine yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih oleh organisme yang menguraikan urea. Contoh pada infeksi proteus, pH urine tetap sebesar 8 atau lebih tinggi lagi. Urine yang terus menerus bersifat basa juga terjadi pada renal tubular asidosis (penyakit ginjal dimana bikarbonat tidak dapat dikonservasi), pada kekurangan kalium & pada sindroma Fanconi (penyakit ginjal dimana terjadi gangguan ekskresi amonia) (S.A. Price d Sistem uriner terdiri dari dua ginjal dua ureter, kandung kencing , dan uretra. Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengekskresikan solut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dilakukan dalam organ dengan filtrasi plasma darah

melalui glomerulus, diikuti dengan proses reabsorbsi sejumlah cairan dan air sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solut dan air akan diekskresikan sebagai urine melalui sistem keluar tubuh. Menurut Pearce (1997) Dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine, yaitu sebagai berikut :

1. Penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme. Proses ini dilakukan oleh simpai Bowmen.

2. Penyerapan kembali atau reabsorbsi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh. Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung Henle.

3. Pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan dalam tubuh yang disebut augmentasi. Proses ini terdapat di tubulus kontortus distal hingga tubulus kolektifus.

Pengeluaran glukosa yang terus meningkat akan menyebabkan diabetes. Hal ini disebabkan karena jika konsentrasi glukosa yang memasuki tubulus ginjal lebih dari 225 mg per menit, sebagian besar glukosa ini akan keluar melalui urine. Nilai itu sesuai dengan konsentrasi plasma yaitu 180 mg per 100 ml dan disebut renal threshoid.. Jika konsentrasi glukosa naik terus melebihi 325 mg per menit, yaitu nilai Tm untuk glukosa. Di ginjal kelebihan glukosa ini keluar melalui urine. Karena pada penderita diabetes yang tidak diobati, dapat mencapai nilai gula darah diantara 300-500 mg per 100 ml, maka beberapa ratus gram glukosa dapat keluar melalui urine per hari (Effendi, 1991). Meski glukosa dapat melalui membran glomerolus, dalam keadaan normal konsentrasi glukosa dipertahankan melalui reabsorbsi yang sempurna. Dalam kenyataannya, adanya glukosa didalam urine merupakan keadaan yang tidak normal (Tjokroprawiro , 1992).

C. Alat dan Bahan Alat

 Gelas beker 50 mL  Plate lateks

Bahan

 Urine ibu hamil usia kandungan 4 bulan  Urine ibu hamil usia kandungan 8 bulan

 Urine mahasiswa (tidak hamil pada masing-masing kelompok)  Lateks polistiren

 Test pack kehamilan

D. Cara Kerja

1. Uji lateks polistiren

a. Larutan lateks polistiren diteteskan pada tiga tempat pada plate lateks masing-masing 1 tetes.

b. Lalu dimasukkan pada masing-masing tempat di plate urine 4 bulan, dan urine 8 bulan.

c. Aduk hingga homogen.

d. Amati pada masing-masing lingkaran. Apabila terbentuk aglutinasi dalam dua menit artinya uji positif dan aglutinasinya lebih dari 2 menit artinya uji negatif.

2. Uji menggunakan test pack

a. Urine ditampung ke dalam gelas beker (gelas beker A untuk urine 4 bulan dan gelas beker B untuk urine 8 bulan).

b. Kemasan aluminium foil test pack dibuka, kemudian batang steril diambil dan strip dicelupkan ke dalam urine 4 bulan dan 8 bulan selama ½ menit.

Catatan: stripnya dicelupkan dalam urine jangan melebihi batas maksimal yang tertera,

c. Hasil test ditunggu selama 3 menit, tidak boleh lebih dari 8 menit. Hasil negative (tidak hamil) hanya muncul satu garis merah. Hasil positif (hamil) ditandai dengan munculnya dua garis merah. Hasil gagal apabila tidak muncul garis merah sama sekali.

PUSTAKA

 

Alfonso-Prieto, M., Biarnes, X., Vidossich, P., dan Rovira, C. (2009): The Molecular Mechanism of the Catalase Reaction, J. Am. Chem. Soc., 131(33), 11751-11761. Aiyer, P.V. (2005): Amylases and Their Applications, Afr. J. Biotechnol., 4, 1525-1529. Anonim (2016): Investigating the effects of temperature on enzyme activity,

http://www.mayfieldschools.org. Diakses tanggal 16 Februari 2016.

Amri, E., dan Mamboya, F. (2012): Papain, a Plant Enzyme of Biological Importance: A Review, American Journal of Biochemistry and Biotechnology, 8(2), 99-104. Bhardwaj, K., Raju, A., dasn Rajaseharan, R. (2001): Identifikasi, purification, and

characterization of a thermally stable lipase from Rice bran. A New member of the (Phospho) Lipase Family, Plant Physiology, 127, 1728-1738.

Cole L. A. Immunoassay of human chorionic gonadotropin, its free subunits, and metabolites. Clinical Chemical, 1997;43(12):22, 33-43.

Hitesh, P., Manjobhai, B., Mayuri, B., Ashvinkumar, D., dan kiraben, D. (2012): Extraction and Application of Papain Enzyme on Degradation of Drug, Research Article Pharmaceutical Sciences, 2(3), 113-115.

Huang, A.H., dan Moreau, R.A. (1978): Lipases in the storage tissues of peanut and other oil seeds during germination, Planta, 141(1), 111-116.

Iwase, T., Tajima, A., Sugimoto, S., Okuda, K., Hironaka, I., Kamata, Y., Takada, K dan Mizunoe, Y. (2013): A Simple Assay for Measuring Catalase Activity: A Visual Approach, Scientific Reports, 3, 3081-3084.

Jisha, N.V., Smitha, R.B., Pradep, S., Sreedevi, S., Unni, K.N., Sajith, S., Priji, P., Josh, M.S., dan Benjamin, S. (2013): Versatility of Microbial Proteases, Advances in Enzyme Research, 1 (3), 39-51.

Lason, E., dan Ogonowski, J. (2010): Lipase - Characterization, applications and methods of immobilization, CHEMIK 2010, 64(2), 97-102.

Macalood, J.S., Vicente, H.J., Boniao, R.D., Gorospe, J.G., dan Roa, E.C. (2013): Chemical Analysis of Carica papaya L. Crude Latex. American Journal of Plant Science, 4, 1941-1948.

Marie Tsampalas, Virginie Gridelet, Sarah Berndt, Jean-Michel Foidart, Vincent Geenen, Sophie Perrier d’Hauteriv. Human Chorionic Gonadotropin: A Hormon With

Immunological and Angiogenic Properties, November 2009, no: 6, 3-6.

Miller, G. L. (1959): Use of Dinitrosalicyclic Acid Reagent for Determination of Reducing Sugar, Anal. Chem., 31, 426-428.

Motyan, J.A., Toth, F., dan Tozser, J. (2013) Research Applications of Proteolytic Enzymes in Molecular Biology, Biomolecules, 3, 923-942.

Sauza, P.M., dan Magalhaes, P.O. (2010): Application of Microbal α-Amylase in Industry– A Review, Brazilian J. Microbiol., 41, 850-861.

Scibior, D., dan Czeczot, H. (2006): Catalase: Structure, Properties, Functions, Postepy Hig Med Dosw, 60, 170-180.

Sharma, M.K. (2011): Aqueous Two phase extraction - of Lipase from Rice Bran, Advance in Applied Science Research, 2(2), 265-271.

Sharma, R., Chisti, Y., dan Banerjee, U.C. (2001): Production, purification, characterization and applications of lipases, Biotechnology Advances, 19, 627-662.

Speicher, Carl E. dan Jack W. Smith. 1994. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta EGC.

Thakur, S. (2012): Lipase, Its Sources, Properties and Applications: A Review, International Journal of Scientific & Engineering Research, 3(7), 1-29.

Tseng, C.G. (2005): Characterization of Rice Bran Lipase and Its Application, Journal of Engineering Technology and Education, 2(4), 413-426.

FORMAT LAPORAN

 

Laporan dibuat sesuai dengan format urutan sebagai berikut : A. COVER PRAKTIKUM

B. TUJUAN PRAKTIKUM C. TEORI PENDUKUNG D. ALAT DAN BAHAN E. CARA KERJA F. HASIL PENELITIAN G. PEMBAHASAN

H. KESIMPULAN DAN SARAN I. PUSTAKA

J. LAMPIRAN

1. Foto Praktikum (per cara kerja)

2. Laporan sementara saat praktikum di tandatangani kedua asisten 3. Lampiran lainnya yang diperlukan

Penjelasan :

1. Dalam teori pendukung dan pembahasan wajib mencantumkan integrasi. Gunakan minimal 2 tafsir lalu simpulkan dengan bahasa Anda

2. Pada foto praktikum, lampirkan foto setiap langkah utama praktikum

3. Pustaka dibuat minimal 5 pustaka dengan rincian 2 buah jurnal, buku tidak dibatasi, dilarang menggunakan website tidak jelas kepemilikan.

CONTOH COVER PRAKTIKUM

Cover boleh dibuat dengan print out

JUDUL PRAKTIKUM

Laporan Praktikum Biokimia

Nama Mahasiswa NIM. 1801140000

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA PRODI TADRIS BIOLOGI

Dalam dokumen HALAMAN JUDUL PETUNJUK PRAKTIKUM BIOKIMIA (Halaman 31-40)

Dokumen terkait