HALAMAN JUDUL
Program Studi Tadris Biologi
FTIK IAIN Palangka Raya
PETUNJUK PRAKTIKUM
BIOKIMIA
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Allah SWT, maka alhamdulillah, telah terselesaikan diktat praktikum Biokimia untuk Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangka Raya. Diktat ini dapat dijadikan acuan dasar bagi mahasiswa untuk melakukan praktikum Biokimia dan menjadi acuan dasar dalam penulisan laporan
Dengan terselesaikannya diktat ini, semoga mahasiswa semakin terbantu dalam hal pelaksanaan praktikum. Sehingga mahasiswa mampu mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Untuk itu mohon saran, kritik dan masukannya agar diktat praktikum ini lebih baik lagi dan dapat digunakan dalam praktikum berikutnya. Kritik, saran dan masukannya dapat melalui ke ke [email protected].
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
PERCOBAAN I UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE ... 1
A. Tujuan Percobaan ... 1
B. Dasar Teori ... 1
C. Alat dan Bahan ... 1
D. Cara Kerja ... 2
x PERCOBAAN II UJI AKTIVITAS ENZIM PROTEOLITIK ... 3
A. Tujuan Percobaan ... 4
B. Dasar teori ... 4
C. Alat dan Bahan ... 4
D. Cara Kerja ... 5
PERCOBAAN III UJI AKTIVITAS ENZIM LIPASE ... 7
A. Tujuan percobaan ... 7
B. Dasar teori ... 7
C. Alat dan Bahan ... 7
D. Cara Kerja ... 8
PERCOBAAN IV UJI AKTIVITAS ENZIM KATALASE ... 10
A. Tujuan Percobaan ... 10
B. Dasar Teori ... 10
C. Alat dan bahan ... 10
D. Cara Kerja ... 11
PERCOBAAN V ELEKTROFORESIS SDS PAGE ... 14
A. Tujuan Percobaan ... 14
B. Dasar Teori ... 14
C. Alat dan bahan ... 15
D. Cara Kerja ... 15
A. Tujuan Percobaan ... 19
B. Dasar Teori ... 19
C. Alat dan Bahan ... 19
D. Cara Kerja ... 20
PERCOBAAN VI PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN PROTEIN PADA URINE ... 22
A. Tujuan Percobaan ... 22
B. Dasar Teori ... 22
C. Alat dan Bahan ... 22
D. Cara Kerja ... 23
PERCOBAAN VII UJI hCG DALAM URIN (Direct Latex Agglutination) ... 25
A. Tujuan Percobaan ... 25
B. Dasar Teori ... 25
C. Alat dan Bahan ... 27
D. Cara Kerja ... 28
PUSTAKA ... 29
FORMAT LAPORAN ... 31
PERCOBAAN I UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE
UJI AKTIVITAS ENZIM AMILASE
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk melakukan deteksi bakteri penghasil amilase secara kualitatif dan menguji aktivitas enzimnya.
B. Dasar Teori
Amilase merupakan enzim pendegradasi pati. Enzim ini mendegradasi dengan cara memutuskan ikatan glikosidik pada pati. Produk yang dihasilkan dapat berupa oligosakarida rantai pendek, glukosa, maltose dan maltriosa. Amilase banyak terdapat pada mikroorganisme, tanaman dan hewan. Enzim ini dapat dengan mudah diisolasi dari bakteri seperti Bacillus subtilis dan jamur seperti Aspergillus oryzae. Amilase adalah kompleks enzim yang terdiri dari tiga jenis enzim yaitu α-amilase, β-amilase, dan glukoamilase.
Aktivitas amilase dapat ditentukan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis amilase secara kualitatif dapat dilakukan dengan penambahan larutan iodin. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan metode dinitrosalisilat (DNS). Metode ini didasarkan pada kemampuan enzim menghidrolisis substrat (polisakarida) menjadi monosakarida dalam bentuk gula reduksi. Adanya aktivitas amilase ditunjukkan dengan interaksi produk (gula reduksi) dan DNS untuk menghasilkan warna oranye hingga merah kecokelatan. Satu unit enzim didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan 1 μmoL produk (gula reduksi) per menit. Sebagaimana sifat enzim pada umumnya, aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi substrat, pH, suhu, dan kofaktor.
C. Alat dan Bahan Alat
Gelas beker Erlenmeyer Tabung reaksi Pipet tetes
Pipet ukur Spektrofotometer Bola hisap Neraca analitik
Bahan
Larutan iodin Larutan bufer pH 4, 5 dan 6 Kapas Reagen DNS (asam
3,5-dinitrosalisilat) Media starch agar KNa-Tatrat 40% Pati terlarut 1% Akuades
Media cair
D. Cara Kerja
1. Deteksi produksi amilase secara kualitatif
Isolat bakteri digoreskan pada media starch agar yang telah ditentukan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Larutan iodin ditambahkan pada koloni bakteri. Koloni yang mampu menghasilkan amilase akan membentuk zona bening di sekitar biakan. Amati perubahan warna yang terjadi.
2. Ekstraksi enzim amilase
Bakteri diambil sebanyak 1 ose dan masukkan ke dalam 25 mL media cair. Kultur bakteri diinkubasi pada shaker incubator selama 18 jam pada suhu 37 °C. Kultur di sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Filtrat yang diperoleh merupakan ekstrak kasar amilase.
3. Uji aktivitas amilase
Penentuan aktivitas amilase dilakukan secara kuantitatif dengan metode DNS. Filtrat sebanyak 1 mL dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 mL pati terlarut (telah dilarutkan dalam pH 4, 5, 6). Mulut tabung ditutup dengan aluminium foil. Tabung reaksi diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 1 mL DNS dan kocok menggunakan vortex. Tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit hingga larutan berwarna merah
kecokelatan. Selanjutnya, ditambahkan 1 mL larutan KNa-Tatrat 40%. Tabung reaksi didinginkan, ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 10 mL dan dihomogenkan. Larutan sampel diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Aktivitas enzim amilse dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
Dimana, AE adalah aktivitas enzim (U/mL), C adalah konsentrasi glukosa, BM adalah berat molekul glukosa, 180 gr/mol, t adalah waktu inkubasi (menit), H adalah volume total enzim substrat (mL), dan E adalah volume enzim (mL).
4. Pembuatan Kurva Standar Glukosa
Larutan glukosa dibuat dengan berbagai konsentrasi yaitu 0, 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm. Diambil 1 mL larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi dan masukkan dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 mL DNS dan dihomogenkan. Mulut tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil dan dipanaskan dalam dari mendidih selam 15 menit hingga larutan berwarna merah kecokelatan. Setelah itu, tambahkan 1 mL KNa-Tatrat 40%. Tabung reaksi didinginkan, ditambah akuades hingga volumenya menjadi 10 mL dan dihomogenkan. Larutan sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm menggunakan spektofotometer.
PERCOBAAN II UJI AKTIVITAS ENZIM PROTEOLITIK
UJI AKTIVITAS ENZIM PROTEOLITIK
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan aktivitas enzim proteolitik (papain).
B. Dasar teori
Enzim proteolitik merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk menghidrolisis ikatan peptida. Enzim ini juga disebut sebagai peptidase, protease atau proteinase. Protease terdapat pada semua makhluk hidup seperti manusia, hewan, tanaman, dan mikroba (bakteri, jamur dan virus). Berdasarkan mekanisme kerjanya, protease dapat dibagi menjadi exopeptidase dan endopeptidase. Exopeptidase mengkatalisis proses hidrolisis ikatan peptide pada ujung rantai, sedangkan endopeptidase menghidrolisis ikatan peptide pada tengah rantai.
Gambar 1 Hidrolisis enzim endopeptidase
Papain adalah salah satu enzim protease yang berperan aktif dalam proses hidrolisis ikatan peptida. Enzim ini banyak ditemukan pada seluruh bagian pohon pepaya yang meliputi daun, buah, getah dan akarnya. Papain merupakan enzim sederhana yang terdiri dari 212 asam amino dengan 4 ikatan disulfide. Papain banyak digunakan di berbagai bidang industri terutama industri farmasi.
C. Alat dan Bahan Alat
Waterbath Gelas beker 250 mL Buret Pipet volume 10 mL
Neraca analitik Pengaduk Erlenmeyer Pipet tetes Gelas ukur 50 ml Blender
Corong Penyangga + statif Bola hisap Neraca analitik
Bahan
Buah pepaya muda Akuades Susu skim 5% Indikator pp Formaldehida NaOH 0,1 N Kertas saring
D. Cara Kerja
1. Ekstraksi enzim papain
Lima puluh gram buah pepaya dipotong kecil-kecil ditambahkan 100 mL akuades. Setelah itu, dihaluskan menggunakan blender dan diambil filtratnya. Filtrat yang diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim papain. Filtrat dibuat tiga konsentrasi yang berbeda yaitu 20%. 30% dan 40%.
2. Uji Aktivitas Enzim Papain
Susu skim 5% dimasukkan ke dalam empat erlenmeyer (E1, E2, E3 dan E4) yang masing-masing berisi 40 mL larutan. Kemudian, tiga buah erlenmeyer (E1, E2, E3) dimasukkan dalam waterbath pada suhu 37 °C selama 10 menit, sedangkan erlenmeyer sisa (E4) dibiarkan pada suhu ruang. Ketiga erlenmeyer (E1, E2 dan E3) masing-masing ditambahkan 10 mL ekstrak kasar enzim papain, sedangkan erlenmeyer sisa (E4) ditambahkan 10 mL akuades. Semua erlenmeyer diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam dan ditambah 2 mL formaldehida. Kemudian, ditambahkan 3 tetes indikator pp dan di titrasi menggunakan NaOH 0,1 N.
Dimana, ts adalah titrasi sampel, tb = titrasi blangko (E4), berat sampel adalah berat susu skim dalam gram, Fp adalah faktor pengenceran.
PERCOBAAN III UJI AKTIVITAS ENZIM LIPASE
UJI AKTIVITAS ENZIM LIPASE
A. Tujuan percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan aktivitas lipase dari dedak padi dan kacang tanah.
B. Dasar teori
Lipase (triacylglycerol acylhydrolase) termasuk dalam keluarga hydrolase. Lipase mengkatalisis hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Produk hasil hidrolisis yang lain adalah monogliserida dan digliserida.Enzim ini larut dalam air dan menghidrolisis substrat yang tidak larut menjadi produk yang lebih polar. Enzim lipase diproduksi oleh tanaman, hewan dan mikroorganisme. Lipase banyak diaplikasikan di berbagai bidang industri, seperti industri makanan, detergen, kertas, dan kosmetik. Reaksi hidrolisis trigliserida oleh lipase adalah sebagai berikut.
Penelitian lipases telah banyak dilakukan dari berbagai sumber. Beberapa sumber lipase diantaranya dedak padi dan kacang tanah. Lipase dari kacang tanah banyak tersimpan dalam biji selama masa perkecambahan, sedangkan lipase pada padi banyak terdistribusi pada kulit padi (dedak).
C. Alat dan Bahan Alat
Corong Pipet volume 10 mL Magnetik stirer Bola hisap
Mortar Gelas beker 250 ml Waterbath Buret
Erlenmeyer 100 mL Pengaduk Neraca analitik Pipet tetes
Inkubator Shaker incubator
Bahan
Dedak padi Akuades Kacang tanah Etanol Susu sapi segar Indikator pp Petroleum eter NaOH 0,1 N Bufer fosfat 50 mM pH 7 Kertas saring Bufer fosfat 50 mM pH 6,5
D. Cara Kerja
1. Ekstraksi enzim lipase dari dedak padi
Sebanyak 5 gr dedak padi ditambah 25 mL petroleum eter dan diaduk-aduk untuk melarutkan lemak. Saring campuran tersebut dan ambil bagian ampasnya. Ampas yang diperoleh ditambah dengan 20 mL bufer fosfat 50 mM pH 7. Campuran tersebut dishaker selama 30 menit. Selanjutnya, disaring campuran tersebut dan disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim lipase.
2. Ekstraksi enzim lipase dari kacang tanah
Kacang tanah sebanyak 2,5 gram dihaluskan menggunakan mortar. Kemudian, ditambahkan dengan 25 mL petroleum eter sambil diaduk-aduk. Campuran tersebut disaring dan diambil bagian residu (ampas). Residu ditambahkan 25 mL bufer fosfat 0,1 M pH 6,5. Campuran tersebut diaduk menggunakan shaker selama 10 menit, disaring dan disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Filtrat yang diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim lipase.
3. Uji aktivitas enzim lipase
Susu sapi segar dipanaskan suhu 100 oC selama 10 menit. Susu hasil pemanasan
diambil sebanyak 4 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer dan diseimbangkan suhu air dalam waterbath 37 oC. Sampel ditambahkan 1 mL ekstrak kasar enzim dan
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit. Setelah itu, ditambahkan 20 mL etanol.
Blanko dibuat dengan mengambil 4 mL susu hasil pemanasan ditambah 2 mL bufer fosfat (pH disesuaikan dengan sampel). Setelah itu, ditambah 20 mL etanol tanpa dilakukan proses inkubasi. Masing-masing sampel dan blanko ditambah 2 tetes indikator pp dan di titrasi menggunakan NaOH 0,1 N hingga berubah warna menjadi merah muda.
Aktivitas enzim dinyatakan dalam µmoL/menit mL enzim atau Unit/mL. Adapun penentuan aktivitas enzim dilakukan menggunakan persamaan berikut.
Dimana, ts adalah volume titrasi sampel, tb adalah volume titrasi blanko, t adalah
waktu inkubasi (menit). Angka 1000 merupakan hasil dari konversi 1 mmol menjadi 1000 μmol.
PERCOBAAN IV UJI AKTIVITAS ENZIM KATALASE
UJI AKTIVITAS ENZIM KATALASE
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim katalase secara kualitatif.
B. Dasar Teori
Katalase adalah enzim yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena enzim ini dapat mendegradasi hidrogen peroksida (H2O2). Enzim ini terdapat pada
peroksisom sel mamalia, seperti manusia dan hewan. Selain itu, enzim katalase dapat diisolasi dari tanaman dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Di dalam makhluk hidup, katalase dapat menguraikan zat-zat oksidatif yang berbahaya seperti fenol, asam format, alkohol dan H2O2. Hidrogen peroksida merupakan produk yang
biasa dihasilkan dari metabolisme sel. Enzim katalase bertanggung jawab untuk mempercepat pemecahan hidrogen peroksida menjadi air (H2O) dan oksigen (O2).
Reaksi kimia yang ditunjukkan dalam persamaan berikut. 2 H2O2 2 H2O + O2
Saat ini beberapa metode penentuan aktivitas katalase baik kualitatif maupun kuantitatif sudah banyak dilakukan. Salah satu metode kualitatif yang paling sederhana dalam menentukan keberadaan katalase pada kultur bakteri adalah dengan menggunakan H2O2. Senyawa ini akan dipecah menjadi gelembung O2 oleh katalase. Identifikasi adanya enzim katalase didasarkan pada terbentuknya gelembung oksigen pada waktu reaksi terjadi.
C. Alat dan bahan Alat
Tabung reaksi Kaki tiga + kasa Rak tabung reaksi Pembakar spiritus Gelas ukur 10 mL Pipet Tetes
Gelas beker 50 mL Pipet volume 1 mL
Gelas beker 250 mL Hole punch Bola hisap Stopwatch Kaca lengkung Pipa karet
Bahan
Ekstrak hati Ekstrak kunyit
Ekstrak jantung Ekstrak daun pepaya Kultur bakteri/jamur Kertas saring
H2O2 3% Es batu
Akuades NaOH 1 M HCl 1 M
D. Cara Kerja
1. Uji aktivitas katalase dengan kertas saring
Kertas saring direndam dalam kultur bakteri selama 2 menit. Kemudian, kertas saring diambil dan ditempatkan pada bagian dasar gelas beker yang berisi 25 mL larutan H2O2 3%. Amati dan hitung waktu ketika kertas saring mulai naik ke
permukaan larutan. Ulangi perlakuan diatas sebanyak 3 kali. Ulangi langkah diatas pada sampel A, B , dan C.
Keterangan: Larutan A (1:4) = campuran 5 mL larutan H2O2 3% dan 20 mL air
Larutan B (1:9) = campuran 2,5 mL larutan H2O2 3% dan 22.5 mL air Larutan C (1:49) = campuran 0,5 mL larutan H2O2 3% dan 24.5 mL air
Tabel 1. Aktivitas katalase dengan kertas saring Sampel
Waktu yang diperlukan kertas saring naik ke permukaan gelas (s)
1 2 3 Rata-rata H2O2 3%
(kontrol) A (1:4)
Sampel
Waktu yang diperlukan kertas saring naik ke permukaan gelas (s)
1 2 3 Rata-rata B (1:9)
C (1:49)
Buat grafik antara konsentrasi pada sumbu x dan waktu pada sumbu y.
2. Uji aktivitas katalase terhadap berbagai kondisi
Siapkan dua buah tabung reaksi dan dimasukkan masing-masing 10 mL akuades. Pada tabung 1 ditambahkan 1 mL akuades. Tabung ini akan digunakan sebagai kontrol. Pada tabung 2 ditambahkan 1 mL ekstrak hati. Setelah itu, rangkai alat seperti pada gambar berikut.
Larutan H2O2 3% sebanyak 2 mL ditambahkan ke dalam kedua tabung reaksi dan sesegera mungkin ditutup. Biarkan selama 3 menit sambil dihitung jumlah gelembung yang terbentuk. Ulangi perlakuan diatas sebanyak 2 kali.
Ulangi langkah diatas pada sampel lain dengan berbagai kondisi berbeda. Pada kondisi asam : sampel + 3 tetes HCl 1 M
Pada kondisi basa: sampel + 3 tetes NaOH 1 M
Pada kondisi suhu rendah: sampel direndam dalam air es Pada kondisi suhu tinggi: sampel direndam dalam air mendidih
Tabel 2. Uji aktivitas katalase terhadap berbagai kondisi No. Jenis Ekstrak + H2O2 Jumlah gelembung pH netral Kondisi asam Kondisi basa Kondisi suhu rendah Kondisi suhu tinggi 1. Ekstrak Hati 2. Ekstrak Jantung 3. Ekstrak Daun Pepaya 4. Ekstrak Kunyit
PERCOBAAN V ELEKTROFORESIS SDS PAGE
ELEKTROFORESIS SDS PAGE
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi protein dari kecambah menggunakan SDS PAGE (Sodium Dedocyl Sulphate Polyacrilamide Gel Electrophoresis)
B. Dasar Teori
Elektroforesis adalah teknik untuk memisahkan molekul yang memiliki muatan listrik pada sebuah matriks (misalnya gel) menggunakan medan listrik sebagai tenaga penggerak molekulnya. Untuk elektroforesis protein, ada beberapa teknik yang digunakan, yaitu proteinnya yang dibuat terdenaturasi (SDS PAGE) atau tidak (NATIVE PAGE).
Pada teknik SDS-PAGE, proteinnya dibuat terdenaturasi (dengan menambahkan larutan SDS) sehingga bermuatan negatif, protein tersebut bergerak dari negatif ke positif dan kecepatan pergerakannya hanya dipengaruhi oleh ukuran molekul. Protein yang terdenaturasi sempurna akan mengikat SDS dalam jumlah yang setara dengan berat molekul protein tersebut (Dunn,1989). Denaturasi protein dilakukan dengan merebus sampel dalam buffer yang mengandung β-merkaptoetanol (berfungsi untuk mereduksi ikatan disulfide), gliserol dan SDS (Wilson dan Walker,2000). Muatan asli protein akan digantikan oleh muatan negatif dari anion yang terikat sehingga kompleks protein-SDS memiliki rasio muatan per berat molekul yang konstan. (Hames, 1987).
Sampel-sampel enzim yang diinjeksikan ke dalam sumur gel diberi warna dengan bromphenol biru yang dapat terionisasi. Fungsi pewarna adalah untuk membantu memonitor jalannya elektroforesis. Berat molekul protein dapat diketahui dengan membandingkan Rf protein dengan protein standar yang berat molekulnya telah diketahui (Wilson dan Walker,2000).
Pada teknik yang native, pergerakan molekul protein selain dipengaruhi oleh faktor ukuran, juga oleh besarnya muatan molekul. NATIVE PAGE digunakan untuk mempelajari konfirmasi, self-asosiasi atau agregasi, dan pengikatan protein oleh senyawa lain.
C. Alat dan bahan Alat
Seperangkat alat elektroforesis vertikal Mikropipet Penangas air Gelas beker 250 mL Pipet ukur 10 mL Pipet ukur 5 mL Sentrifuge Vortex Blender Bahan Kecambah UGB Metanol p.a. TEMED Kloroform APS 10% Etanol 95% RSB
Aquabidest Running buffer T-akrilamid 30% Marker
LGB Larutan staining Kertas saring Larutan destaining
D. Cara Kerja
1. Isolasi Protein dari Kecambah
Kecambah ditimbang sebanyak 10 gram dan ditambahkan dengan 100 mL aquabidest kemudian diblender. Hasilnya diambil 7 mL kemudian di sentrifuge dan
diambil bagian supernatan sebanyak 5 mL. Supernatan tersebut ditambahkan 4 mL etanol, 2 mL kloroform, dan 3 mL aquabidest kemudian divortex. Setelah itu disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Dari hasil sentrifugasi tersebut, lapisan atas dibuang sedangkan lapisan bawah ditambah dengan 3 mL methanol kemudian di vortex kembali. Larutan disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Hasilnya, supernatan dibuang dan endapan ditambahkan dengan etanol ±3 mL dan siap untuk diuji.
2. Uji Kualitatif Protein Hasil Isolasi dengan SDS PAGE
1. Disiapkan dan dijepitkan 2 plate kaca elektroforesis pada penjepit elektroforesis
2. Dicek kebocoran plate dengan cara mengaliri air perlahan-lahan pada plate 3. Dibuat larutan separating gel 12% dengan ketentuan :
a. Dipipet dan dimasukkan 1700 µL dH2O
b. Dipipet dan dimasukkan 2000 µL T-acrylamid 30% c. Dipipet dan dimasukkan 1300 µL LGB
d. Divortex ketiga komposisi diatas ± 5 menit
e. Dipipet dan dimasukkan 70 µL APS (dibuat dalam keadaan fresh),
(APS 10% dibuat dengan cara 10 mg APS dilarutkan dalam 100 µL ddH2O)
f. Divortex keempat komposisi diatas ± 5 menit g. Dipipet dan dimasukkan 7 µL TEMED
h. Divortex kelima komposisi diatas ± 5 menit
i. Dimasukkan separating gel dalam plate dan ditunggu hingga mengeras 4. Dibuat larutan stacking gel 3% dengan ketentuan :
a. Dipipet dan dimasukkan 812 µL dH2O
b. Dipipet dan dimasukkan 220 µL T-acrylamid 30% c. Dipipet dan dimasukkan 344 µL UGB
d. Divortex ketiga komposisi diatas ± 5 menit
e. Dipipet dan dimasukkan 8,25 µL APS (dibuat dalam keadaan fresh), (APS 10% dibuat dengan cara 10 mg APS dilarutkan dalam 100 µL ddH2O)
g. Dipipet dan dimasukkan 5,5 µL TEMED h. Divortex kelima komposisi diatas ± 5 menit
i. Dimasukkan separating gel dalam plate dan ditunggu hingga mengeras 5. Dimasukkan stacking gel 3% dalam plate, 1500 µL
6. Dimasukkan sisir, ditunggu hingga mengeras
7. Dipindahkan dan dimasukkan plate dalam bak elektroforesis berisi running
buffer
8. Dipanaskan sampel+RSB (1:1) dalam oven 95oC, selama 3 menit (kapasitas
setiap well maksimal 15 µL), begitu pula dengan marker. Jika sampel berbentuk padatan, maka sampel ditambahkan aquabidest (ddH2O).
Komposisi RSB adalah sebagai berikut (BIO-RAD) : a. B-mercaptoethanol 25 µL
b. Stock Sampel Buffer 475 µL
Sedangkan komposisi stock sampel buffer adalah sebagai berikut (BIO-RAD : a. Distilled Water 4,8 mL
b. 0,5 M Tris-HCl pH 6,8 1,2 mL c. Glycerol 1,0 mL d. 10% (w/v) SDS 2,0 mL e. 0,1% (w/v) Bromophenol Blue 0,5 mL 9. Didinginkan sampel + RSB hasil pada langkah 8.
10. Dimasukkan sampel + RSB ke dalam setiap well (maksimal 15 µL/well), kecuali marker protein, yakni 5 µL/well
11. Dirunning dengan tegangan konstan 100 volt, selama ± 80 menit.
12. Diambil dan diwarnai gel selama 1 jam dengan larutan staining (dilakukan pada mesin penggoyang atau shaker)
13. Dilakukan destaining selama 24 jam, destaining dihentikan ketika larutan
destaining jernih
14. Gel dibungkus dengan mika dan diamati profil protein yang terdapat pada gel dengan cara discan.
Komposisi Larutan Staining :
a. Comasie brilliant blue = 0,25 g b. Metanol absolut = 45,4 mL c. Asam Asetat Glasial = 9,2 mL d. ddH2O = 100 mL
Komposisi Larutan Destaining
a. Metanol absolut = 70 mL b. Asam Asetat Glasial = 70 mL c. ddH2O = 1 L
PERCOBAAN VI UJI ENZIM AMILASE DALAM AIR LIUR
UJI ENZIM AMILASE DALAM AIR LIUR
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kondisi daya cerna enzim amilase dalam air liur.
B. Dasar Teori
Amilase merupakan enzim yang berfungsi memecah pati dan glikogen. Enzim ini banyak terdapat dalam hasil tanaman dan hewan. Di samping itu amilase juga dapat diisolasi dari mikroorganisme, misalnya Aspergillus oryzae dan Bacillus subtilis. Enzim amilase dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: α-amilase, β-amilase dan glukoaminase. Kerja enzim sangat khusus dan spesifik. Artinya, suatu enzim hanya menjalankan satu fungsi saja. Misalnya adalah enzim α-amilase yang bekerja spesifik di dalam mulut, enzim ini terdapat bersama dengan air liur (saliva), enzim α-amilase berperan dalam melakukan hidrolisis awal makanan terutama yang mengandung pati. Disamping kerjanya sangat spesifik, kerja enzim juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Diantaranya adalah konsentrasi substrat pH, suhu, kofaktor. Karena organism di alam, termasuk manusia dapat mencerna pati, maka enzim α-amilase secara alamiah banyak ditemukan, seperti dalam air liur manusia dan sistem sekresi pankreas.
C. Alat dan Bahan Alat
Gelas ukur Termometer Tabung reaksi Penangas air Penjepit tabung Kertas saring Glass wool Pipet tetes
Bahan
Air liur (saliva) Air es Asam asetat encer HCl
Aquadest Na Karbonat 0,1% Larutan kanji 1% Kertas pH universal Reagen iodine Reagen biuret Reagen benedict Reagen Molisch
D. Cara Kerja
1. Persiapan Air Liur
Rongga mulut dibersihkan dengan cara berkumur berkali-kali. Air liur dikumpulkan sekitar 30 mL, disaring dengan glass wool. Sifat dan susunan air liur diuji dengan mengukur pH dan mereaksikan dengan berbagai pereaksi yaitu biuret dan molish. 2. Uji Biuret dan Molisch
Disiapkan 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 10 tetes air liur. Tabung 1 ditambahkan 15 tetes reagen biuret dan tabung 2 ditambahkan 5 tetes reagen molish.
3. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Amilase Air Liur
Disiapkan 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL air liur dan 2 mL akuades kemudian dikocok. Tabung 1 diletakkan pada air es, tabung 2 pada suhu ruang, tabung 3 pada suhu 37oC dan tabung 4 pada suhu 85oC selama 15 menit.
Setelah itu setiap tabung diisi dengan 2 mL larutan kanji, dikocok dan direaksikan pada masing-masing kondisi suhu selama 10 menit. Isi tabung dipindahkan menjadi 2 bagian, satu bagian diuji dengan reagen iodium dan satu bagian dengan reagen benedict.
4. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Amilase Air Liur
Disiapkan 4 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mL HCl, 2 mL asam asetat, 2 mL akuades dan 2 mL Na-karbonat dan diukur pH nya. Setiap tabung
ditambahkan 2 mL larutan kanji dan 2 mL air liur, dikocok dan diletakkan di penangas air 37oC selama 15 menit. Isi tabung dipindahkan menjadi 2 bagian,
satu bagian diuji dengan reagen iodium dan satu bagian dengan reagen benedict.
PERCOBAAN VI PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN PROTEIN PADA URINE
PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN PROTEIN PADA URINE
A. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan adanya glukosa dan protein pada urine secara kualitatif.
B. Dasar Teori
Urine atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine berkisar antara 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 mL.
Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat. Urine mengandung berbagai zat yaitu air sebanyak 95 %, urea, asam ureat, ammonia, zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin), dan garam mineral, terutama NaCl. Selain itu, urine juga mengandung zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.
C. Alat dan Bahan Alat
Tabung reaksi Lampu spiritus Rak tabung reaksi Pipet tetes Centrifuge dan tabungnya Gelas ukur Penjepit
Bahan
Urine Glucotest strip CuSO4.5H2O Akuades
Natrium sitrat Asam asetat 10% Na2CO3 anhidrat Natrium asetat
Sitrat karbornat Asam asetat glasial
D. Cara Kerja
1. Pembuatan Reagen Benedict
CuSO4.5H2O sebanyak 1,73 g dilarutkan dengan 10 mL akuades. Larutan tersebut
ditambahkan 17,3 g natrium sitrat dan 10 g Na2CO3 anhidrat dalam 60 mL akuades
dengan pemanasan, kemudian disaring. Perlahan-lahan dengan adukan yang konstan tambahkan larutan sitrat karbonat. Bersihkan seluruh CuSO4 dengan
akuades dan tambahkan aquadest hingga mencapai volume 100 mL.
2. Uji Glukosa dalam Urine
Reagen benedict dimasukkan 2,5 mL ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,25 mL (4 tetes) urine dan campurkan. Campuran tersebut diletakkan dalam air mendidih selama 2-3 menit. Angkat tabung reaksi dan amati perubahan yang terjadi.
Warna yang terjadi adalah simbol jumlah glukosa yang terkandung dalam urine. a. Biru tidak ada endapan (-) 0,0 – 0,1 g/dL
b. Hijau dengan endapan kuning (+) 0,5 – 1,0 g/dL c. Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dL
d. Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dL e. Merah (++++) 2,5 – 4,0 g/dL
3. Uji Glukosa dengan Glucotest Strip
Celupkan strip ke dalam urine selama 30 detik. Baca hasil tersebut dengan membandingkan warna yang didapat dengan warna standard.
Tabung reaksi diisi urin sebanyak ¾ nya dan dididdihkan selama 1-2 menit. Kemudian tambahkan 3 tetes asam asetat 10% secara perlahan dalam keadaan mendidih. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
Kekeruhan yang dihasilkan menandakan banyak sedikitnya protein dalam urine. a. Tidak ada kekeruhan (-)
b. Kekeruhan sedikit sekali (±)
c. Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg % d. Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg % e. Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg % f. Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %
5. Uji Protein dengan Metode Bang
Reagen bang dibuat dengan melarutkan natrium asetat 2,36 g dan 5 mL asam asetat glasial. Campuran tersebut ditambahkan akuades sampai volumenya 20 mL. Lima milliliter urine dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambah 0,5 mL reagen Bang. Setelah itu, dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit. Amati perubahan yang terjadi. Terbentuknya kekeruhan pada sampel menunjukkan adanya protein dalam urine.
6. Uji Protein dengan Metode Heller’s
HNO3 2 M sebanyak 2 mL dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian,
ditambahkan 2 mL urine secara perlahan. Terbentuknya gumpalan berwarna putih menunjukkan adanya protein dalam urine.
PERCOBAAN VII UJI hCG DALAM URIN (Direct Latex Agglutination)
UJI hCG DALAM URIN (Direct Latex Agglutination)
A. Tujuan Percobaan
Memperlihatkan bahwa hanya urin wanita hamil yang mengandung hCG (human chorionic gonadotropine) dan tidak terdapat pada wanita tidak hamil.
B. Dasar Teori
Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinetis (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma (Frandson, 1993).
Menurut Frandson (1993) Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatau glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG meningkat dalam darah dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian ditemukannya HCG merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan (Murray et al, 1999). Tes kehamilan menggunakan urine, ,karena dalam wanita hamil mengadung HCG (Human Chorionic Gonadotropin). HCG yaitu suatau hormon glikoprotein yang mempertahankan system reproduksi eanita dalam keadaan cocok untuk kehamiln. HCG disentesa pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus golgi (Johnson,1994). HCG dapat juga digunakan dalam upaya mersinkronkan ovulasi dan perkawianan yang diperlukan agar terjadi suatu konsepsi (Frandson,1993). Bila terdapat HCG dalam urine , HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi (Pearce , 1997).
Volume urine yang dikeluarkan kemungkinan besar dikarenakan variasi jumlah air yang masuk dalam tubuh dan eliminasinya oleh paru-paru dan kulit. Rata-rata
volume yang dikeluarkan berkisar antara 1 sampai 1,5 liter perhari. Volume air habis oleh paru-paru selalu konstan, sedangkan yang disekresikan oleh kulit berfariasi tergantung pada temperature dan kelembaban udara dan intensitas panas yang dihasilkan oleh aktivitas otak.(Tuttle & Schotelius,1961). Urin yang diekskresikan selama 24 jam, pada diet biasa meliputi air 1,2 L; urea 30 gr; asam urat 0,5 gr; kreatinin 1,0 gr; lainnya 10,0 gr; materi organik 3,0 gr. (Tuttle dan Schottelius, 1961).
Dalam urine juga terdapat tingkat keasaman (pH). Urine dalam keadaan asam dengan pH yang lebih rendah dari 6, ada asam yang dapat di titrasi, ada ion-ion amonium, tetapi tidak ada ion bikarbonat. Sel-sel tubulus renal memiliki kemampuan untuk membentuk amoniak (NH3) dari deaminasi asam-asam amino. Amonia tersebut berdifusi ke dalam tubulus dan segera bereaksi dengan ion-ion hidrogen membentuk ion-ion amonium (NH4+) yang kemudian diekskresikan ke dalam urine, dalam kombinasi dengan klorida atau ion-ion negatif lainnya. Ini adalah cara untuk memindahkan ion hidrogen dan klorida, sementara garam netral amonium klorida membantu mempertahankan pH yang normal dari filtrat. Reabsorbsi bikarbonat dan ion-ion Na+ ke dalam plasma darah, merupakan cara yang penting guna mengontrol keseimbangan asam basa. pH urine yang terakhir, tergantung pada kuantitas berbagai ion yang terdapat di dalamnya. Peningkatan bikarbonat menyebabkan meningkatnya kebasaan (alkalinitas) urine. Urine yang asam dapat dihasilkan oleh pertukaran natrium dengan ion-ion hidrogen atau amonium klorida. (Frandson, 1993). Urine yang terus menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis respiratorik atau asidosis metabolik & pada piroksida (demam) , sedangkan urine yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih oleh organisme yang menguraikan urea. Contoh pada infeksi proteus, pH urine tetap sebesar 8 atau lebih tinggi lagi. Urine yang terus menerus bersifat basa juga terjadi pada renal tubular asidosis (penyakit ginjal dimana bikarbonat tidak dapat dikonservasi), pada kekurangan kalium & pada sindroma Fanconi (penyakit ginjal dimana terjadi gangguan ekskresi amonia) (S.A. Price d Sistem uriner terdiri dari dua ginjal dua ureter, kandung kencing , dan uretra. Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengekskresikan solut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dilakukan dalam organ dengan filtrasi plasma darah
melalui glomerulus, diikuti dengan proses reabsorbsi sejumlah cairan dan air sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solut dan air akan diekskresikan sebagai urine melalui sistem keluar tubuh. Menurut Pearce (1997) Dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine, yaitu sebagai berikut :
1. Penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme. Proses ini dilakukan oleh simpai Bowmen.
2. Penyerapan kembali atau reabsorbsi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh. Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung Henle.
3. Pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan dalam tubuh yang disebut augmentasi. Proses ini terdapat di tubulus kontortus distal hingga tubulus kolektifus.
Pengeluaran glukosa yang terus meningkat akan menyebabkan diabetes. Hal ini disebabkan karena jika konsentrasi glukosa yang memasuki tubulus ginjal lebih dari 225 mg per menit, sebagian besar glukosa ini akan keluar melalui urine. Nilai itu sesuai dengan konsentrasi plasma yaitu 180 mg per 100 ml dan disebut renal threshoid.. Jika konsentrasi glukosa naik terus melebihi 325 mg per menit, yaitu nilai Tm untuk glukosa. Di ginjal kelebihan glukosa ini keluar melalui urine. Karena pada penderita diabetes yang tidak diobati, dapat mencapai nilai gula darah diantara 300-500 mg per 100 ml, maka beberapa ratus gram glukosa dapat keluar melalui urine per hari (Effendi, 1991). Meski glukosa dapat melalui membran glomerolus, dalam keadaan normal konsentrasi glukosa dipertahankan melalui reabsorbsi yang sempurna. Dalam kenyataannya, adanya glukosa didalam urine merupakan keadaan yang tidak normal (Tjokroprawiro , 1992).
C. Alat dan Bahan Alat
Gelas beker 50 mL Plate lateks
Bahan
Urine ibu hamil usia kandungan 4 bulan Urine ibu hamil usia kandungan 8 bulan
Urine mahasiswa (tidak hamil pada masing-masing kelompok) Lateks polistiren
Test pack kehamilan
D. Cara Kerja
1. Uji lateks polistiren
a. Larutan lateks polistiren diteteskan pada tiga tempat pada plate lateks masing-masing 1 tetes.
b. Lalu dimasukkan pada masing-masing tempat di plate urine 4 bulan, dan urine 8 bulan.
c. Aduk hingga homogen.
d. Amati pada masing-masing lingkaran. Apabila terbentuk aglutinasi dalam dua menit artinya uji positif dan aglutinasinya lebih dari 2 menit artinya uji negatif.
2. Uji menggunakan test pack
a. Urine ditampung ke dalam gelas beker (gelas beker A untuk urine 4 bulan dan gelas beker B untuk urine 8 bulan).
b. Kemasan aluminium foil test pack dibuka, kemudian batang steril diambil dan strip dicelupkan ke dalam urine 4 bulan dan 8 bulan selama ½ menit.
Catatan: stripnya dicelupkan dalam urine jangan melebihi batas maksimal yang tertera,
c. Hasil test ditunggu selama 3 menit, tidak boleh lebih dari 8 menit. Hasil negative (tidak hamil) hanya muncul satu garis merah. Hasil positif (hamil) ditandai dengan munculnya dua garis merah. Hasil gagal apabila tidak muncul garis merah sama sekali.
PUSTAKA
Alfonso-Prieto, M., Biarnes, X., Vidossich, P., dan Rovira, C. (2009): The Molecular Mechanism of the Catalase Reaction, J. Am. Chem. Soc., 131(33), 11751-11761. Aiyer, P.V. (2005): Amylases and Their Applications, Afr. J. Biotechnol., 4, 1525-1529. Anonim (2016): Investigating the effects of temperature on enzyme activity,
http://www.mayfieldschools.org. Diakses tanggal 16 Februari 2016.
Amri, E., dan Mamboya, F. (2012): Papain, a Plant Enzyme of Biological Importance: A Review, American Journal of Biochemistry and Biotechnology, 8(2), 99-104. Bhardwaj, K., Raju, A., dasn Rajaseharan, R. (2001): Identifikasi, purification, and
characterization of a thermally stable lipase from Rice bran. A New member of the (Phospho) Lipase Family, Plant Physiology, 127, 1728-1738.
Cole L. A. Immunoassay of human chorionic gonadotropin, its free subunits, and metabolites. Clinical Chemical, 1997;43(12):22, 33-43.
Hitesh, P., Manjobhai, B., Mayuri, B., Ashvinkumar, D., dan kiraben, D. (2012): Extraction and Application of Papain Enzyme on Degradation of Drug, Research Article Pharmaceutical Sciences, 2(3), 113-115.
Huang, A.H., dan Moreau, R.A. (1978): Lipases in the storage tissues of peanut and other oil seeds during germination, Planta, 141(1), 111-116.
Iwase, T., Tajima, A., Sugimoto, S., Okuda, K., Hironaka, I., Kamata, Y., Takada, K dan Mizunoe, Y. (2013): A Simple Assay for Measuring Catalase Activity: A Visual Approach, Scientific Reports, 3, 3081-3084.
Jisha, N.V., Smitha, R.B., Pradep, S., Sreedevi, S., Unni, K.N., Sajith, S., Priji, P., Josh, M.S., dan Benjamin, S. (2013): Versatility of Microbial Proteases, Advances in Enzyme Research, 1 (3), 39-51.
Lason, E., dan Ogonowski, J. (2010): Lipase - Characterization, applications and methods of immobilization, CHEMIK 2010, 64(2), 97-102.
Macalood, J.S., Vicente, H.J., Boniao, R.D., Gorospe, J.G., dan Roa, E.C. (2013): Chemical Analysis of Carica papaya L. Crude Latex. American Journal of Plant Science, 4, 1941-1948.
Marie Tsampalas, Virginie Gridelet, Sarah Berndt, Jean-Michel Foidart, Vincent Geenen, Sophie Perrier d’Hauteriv. Human Chorionic Gonadotropin: A Hormon With
Immunological and Angiogenic Properties, November 2009, no: 6, 3-6.
Miller, G. L. (1959): Use of Dinitrosalicyclic Acid Reagent for Determination of Reducing Sugar, Anal. Chem., 31, 426-428.
Motyan, J.A., Toth, F., dan Tozser, J. (2013) Research Applications of Proteolytic Enzymes in Molecular Biology, Biomolecules, 3, 923-942.
Sauza, P.M., dan Magalhaes, P.O. (2010): Application of Microbal α-Amylase in Industry– A Review, Brazilian J. Microbiol., 41, 850-861.
Scibior, D., dan Czeczot, H. (2006): Catalase: Structure, Properties, Functions, Postepy Hig Med Dosw, 60, 170-180.
Sharma, M.K. (2011): Aqueous Two phase extraction - of Lipase from Rice Bran, Advance in Applied Science Research, 2(2), 265-271.
Sharma, R., Chisti, Y., dan Banerjee, U.C. (2001): Production, purification, characterization and applications of lipases, Biotechnology Advances, 19, 627-662.
Speicher, Carl E. dan Jack W. Smith. 1994. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta EGC.
Thakur, S. (2012): Lipase, Its Sources, Properties and Applications: A Review, International Journal of Scientific & Engineering Research, 3(7), 1-29.
Tseng, C.G. (2005): Characterization of Rice Bran Lipase and Its Application, Journal of Engineering Technology and Education, 2(4), 413-426.
FORMAT LAPORAN
Laporan dibuat sesuai dengan format urutan sebagai berikut : A. COVER PRAKTIKUM
B. TUJUAN PRAKTIKUM C. TEORI PENDUKUNG D. ALAT DAN BAHAN E. CARA KERJA F. HASIL PENELITIAN G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN DAN SARAN I. PUSTAKA
J. LAMPIRAN
1. Foto Praktikum (per cara kerja)
2. Laporan sementara saat praktikum di tandatangani kedua asisten 3. Lampiran lainnya yang diperlukan
Penjelasan :
1. Dalam teori pendukung dan pembahasan wajib mencantumkan integrasi. Gunakan minimal 2 tafsir lalu simpulkan dengan bahasa Anda
2. Pada foto praktikum, lampirkan foto setiap langkah utama praktikum
3. Pustaka dibuat minimal 5 pustaka dengan rincian 2 buah jurnal, buku tidak dibatasi, dilarang menggunakan website tidak jelas kepemilikan.
CONTOH COVER PRAKTIKUM
Cover boleh dibuat dengan print out
JUDUL PRAKTIKUM
Laporan Praktikum Biokimia
Nama Mahasiswa NIM. 1801140000
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA PRODI TADRIS BIOLOGI