• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.2 Karakteristik Responden

4.3.10 Uji Heteroskedatisitas

Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengamati ada tidaknya perubahan varian residu dari satu sampel ke sampel yang lain. Deteksi adanya Heteroskedastisitas dengan melihat kurva Heteroskedastisitas atau diagram pencar (chart), dengan dasar pemikiran sebagai berikut :

1. Jika titik-titik terikat menyebar secara acak membentuk pola tertentu yang beraturan (bergelombang), melebar kemudian menyempit maka terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar baik di bawah atau di atas 0 ada sumbu Y maka hal ini tidak terjadi Heteroskedastisitas.

58

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik heterokedastisitas antara nilai prediksi variabel dependen dengan variabel indepeden.

Gambar 4.2

Hasil Uji Heterokedatisitas

Dari hasil output gambar scatterplot, didapat titik menyebar dibawah dan diatas sumbu Y, dan tidak memiliki pola yang teratur. Maka dapat disimpulkan variabel bebas pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam melakukan pengujian.

4.4 Pembahasan

Analisis linear berganda adalah model untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu tingkat pendidikan, gaji, jam kerja dan usia terhadap variabel dependen yaitu fenomena overeducation dan undereducation dalam pasar kerja wanita. Perhitungan statistik dalam analisis regresi linear berganda yang

59

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan bantuan program komputer yang mendukung, dalam hal ini menggunakan program SPSS 16.

Berdasarkan hasil estimasi terhadap persamaan regresi pertama, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y = 1,597 + 0,077 X1 + 0,000 X2 - 0,092 X3 - 0,035 X4 + e

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap fenomena overeducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,077 artinya apabila variabel tingkat pendidikan ditambah 1 tahun dengan menganggap faktor lain tetap akan menaikkan fenomena overeducation dalam pasar kerja wanita sebesar 0,07 tahun. Meningkatnya tingkat pendidikan merupakan besarnya investasi yang telah dilakukan oleh tenaga kerja namun dengan kesempatan kerja yang menyempit maka tenaga kerja memilih pekerjaan dengan faktor-faktor tertentu untuk menghindari pengangguran.

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel gaji berpengaruh positif yang signifikan terhadap fenomena overeducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,000 artinya variabel gaji mempunyai koefisien yang sangat rendah sehingga tidak dapat menjelaskan seberapa besar pengaruhnya terhadap fenomena overeducation dalam pasar kerja wanita.

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel jam kerja berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap fenomena overeducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,092 artinya apabila variabel jam kerja ditambah 1 jam dengan menganggap faktor lain tetap akan menurunkan

60

fenomena overeducation dalam pasar kerja wanita sebesar 0,09 tahun. Meningkatnya jam kerja menunujukkan menurunya kesenjangan yang terjadi. Ini dikarenakan jam kerja tidak mempengaruhi investasi pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja. Namun tenaga kerja wanita lebih memilih jam kerja yang lebih singkat karena tenaga kerja wanita memilih pekerjaan yang lebih fleksibel dan memiliki peran ganda sebagai seorang ibu.

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel usia berpengaruh negatif yang signifikan terhadap fenomena overeducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,035 artinya apabila variabel usia ditambah 1 tahun dengan menganggap faktor lain tetap akan menurunkan fenomena overeducation dalam pasar kerja wanita sebesar 0,04 tahun. Meningkatnya usia pekerja akan menurunkan potensi kesenjangan karena meningkatnya usia diikuti oleh kinerja yang menurun dan potensi belajar untuk meningkat keahlian cukup kecil dibandingkan usia yang masih produktif atau lebih muda.

Berdasarkan hasil estimasi terhadap persamaan regresi kedua, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y = -5,220 + 0,323 X1 + 0,000 X2 - 0,050 X3 - 0,036 X4 + e

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap fenomena undereducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,323 artinya apabila variabel tingkat pendidikan ditambah 1 tahun dengan menganggap faktor lain tetap akan menaikkan fenomena undereducation dalam pasar kerja wanita sebesar 0,32 tahun. Meningkatnya tingkat pendidikan semakin adanya

61

kesenjangan yang terjadi, ini merupakan besarnya investasi yang telah dilakukan oleh tenaga kerja namun dengan kesempatan kerja yang menyempit maka tenaga kerja memilih pekerjaan dengan faktor-faktor tertentu untuk menghindari pengangguran dan faktor lain yang mendukung misalnya besarnya relasi sehingga mendapatkan pekerjaan dengan profesi tertentu tidak memandang investasi pendidikan dan keahlian yang dimiliki.

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel gaji berpengaruh positif yang signifikan terhadap fenomena undereducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,000 artinya variabel gaji mempunyai koefisien yang sangat rendah sehingga tidak dapat menjelaskan seberapa besar pengaruhnya terhadap fenomena undereducation dalam pasar kerja wanita.

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel jam kerja berpengaruh negatif yang signifikan terhadap fenomena undereducation pada pasar kerja wanita. Koefisien menunjukkan 0,050 artinya apabila variabel jam kerja ditambah 1 jam dengan menganggap faktor lain tetap akan menurunkan fenomena undereducation dalam pasar kerja wanita sebesar 0,05 tahun. Meningkatnya jam kerja menunujukkan menurunya kesenjangan yang terjadi. Ini dikarenakan jam kerja tidak mempengaruhi investasi pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja. Namun tenaga kerja wanita lebih memilih jam kerja yang lebih singkat karena tenaga kerja wanita memilih pekerjaan yang lebih fleksibel dan memiliki peran ganda sebagai seorang ibu.

Berdasarkan hasil persamaan dapat ditentukan nilai variabel usia berpengaruh negatif yang signifikan terhadap fenomena undereducation pada pasar kerja

62

wanita. Koefisien menunjukkan 0,036 artinya apabila variabel usia ditambah 1 tahun dengan menganggap faktor lain tetap akan menurunkan fenomena undereducation dalam pasar kerja wanita sebesar 0,04 tahun. Meningkatnya usia pekerja akan menurunkan potensi kesenjangan karena meningkatnya usia diikuti oleh kinerja yang menurun dan potensi belajar untuk meningkat keahlian cukup kecil dibandingkan usia yang masih produktif atau lebih muda.

Fenomena overeducation dan undereducation dalam pasar kerja wanita menggambarkan terdapat konsekuensi terjadinya pergeseran distribusi pendidikan pekerja wanita di pasar kerja pada perusahaan atau tata usaha tertentu. Apabila pendidikan pekerja lebih tinggi dibandingkan pendidikan yang diminta pasar kerja di perusahaan atau tata usaha tertentu disebut overeducation. Sebaliknya apabila pendidikan pekerja lebih rendah dibandingkan pendidikan yang diminta pasar kerja atau tata usaha tertentu disebut undereducation. Bila pendidikan pekerja yang bekerja di suatu perusahaan atau tata usaha tertentu sudah sesuai dengan tingkat pendidikan yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan disebut adequate education. Di Sumatera Barat, fenomena overeducation dan undereducation di temukan pada pasar kerja formal. Studi Wiko Saputra dan Junaidi (2011) membuktikan bahwa terdapat fenomena dimana seorang tenaga kerja yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi menduduki pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya. Sebaliknya, seorang pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah mendapatkan pekerjaan yang lebih tinggi dari level pendidikan yang dimilikinya. Terdapat adanya fenomena overeducation dan undereducation ini terjadi pada dua posisi utama yaitu tenaga

63

kerja bagian produksi dan tenaga kerja bagian penjualan. Pada posisi keduanya terdapat hampir 100 persen fenomena tersebut. Adapula pada beberapa posisi terdapat sedikit gejala fenomena tersebut, yaitu pada tenaga kerja professional, tenaga kerja bagian manajemen, tenaga kerja bagian administrasi dan buruh tani.

Dalam studi ini terdapat fenomena overeducation dan undereducation dalam pasar kerja wanita pada sektor formal di Kota Medan. Hasil yang diperoleh variabel yang menunujukan adanya kesenjangan yang terjadi pada variabel pendidikan dan variabel gaji. Ini dikarenakan terjadinya distribusi tenaga kerja yang tidak merata dan menyempitnya lapangan pekerjaan yang ada. Maka tenaga kerja memilih pekerjaan yang ada tanpa memperhitungkan pendidikan tertinggi yang mereka tamatkan. Ini didukung dengan gaji yang diperoleh. Pada bagian marketing, tenaga kerja bisa mendapatkan gaji yang tinggi tanpa perlu investasi pendidikan yang berlebihan. Karena marketing mebutuhkan adanya daya tarik seseorang dan pandai dalam mengimplementasikan sesuatu. Hal ini yang dapat mengakibatkan kesenjangan distribusi tenaga kerja.

64 BAB V

Dokumen terkait