• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data

3. Uji Hipotesis

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel idependen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Nilai f hitung dirumuskan sebagai berikut:

F = 1 1 Keterangan: 2 = Korelasi = Variabel independent = jumlah sampel

Dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai peluang yang diperoleh dari outpot pengolahan.

1) Jika Probabilitas < 0,05 maka ”ditolak dan 1 diterima (signifikan).

2) Jika probabilitas > 0,05 maka “diterima dan 1 ditolak (tidak signifikan).

Adapun syarat pengambilan kesimpulan pada uji F yaitu : 1) Jika > maka ditolak dan 1 diterima (signifikan) 2) Jika < maka diterima dan 1 ditolak (tidak

Signifikan) b. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh setiap variabel. menguji antara variabel 1 yaitu pengeluaraan pemerintah pada sektor pendidikan terhadap variabel (Y) yaitu indeks pembangunan manusia, dan variabel 2 yaitu pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan terhadap variabel (Y) indeks pembangunan manusia.

Adapun pengambilan keputusan uji parsial (uji t) dengan syarat sebagai berikut :

1) Jika nilai sig. > 0,05, dan > maka Hipotesis ditolak atau tidak ada pengaruh signifikan.

2) Jika nilai sig. < 0,05, dan < maka Hipotesis diterima atau ada pengaruh signifikan.

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan (disingkat Sulsel) Merupakan salah satu Provinsi dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia yang terletak dibagian selatan, Ibu kotanya adalah Makassar. Provinsi Sulsel yang beribu kota Makassar adalah daerah yang mudah dijangkau, karena Kota Makassar berada diantara kepulauan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari keadaan ekonomi daerah yang mempunyai daya Tarik tersendiri, salah satunya ialah Selat Makassar merupakan sarana jalur perairan internasional dan Kota Makassar telah diresmikan menjadi Kawasan Timur Indonesia.

Secara geografis Letak Daerah Sulsel 0°12’ - 8’ Lintang Selatan dan 116°48’ - 122°36’ Bujur Timur. bagian utara Provinsi Sulsel berbatasan dengan Sulawesi Barat, bagian timur berbatasan dengan Sulawesi Tenggara, bagian Barat Selat Makassar dan bagian selatan Laut Flores.

Luas Daerah Sulawesi Selatan 46.717,48 2 dengan Jumlah angka Penduduk Tahun 2019 -+ 8.771,970 Jiwa, Kepadatan Penduduk 191,68 Jiwa/ 2 yang menyebar di 24 Kab. / Kota yaitu 21 kabupaten serta 3 kotamadya, 304 kecamatan, dan 2.953 desa/kelurahan, yang terdiri dari 4 suku wilayah yaitu suku Bugis, Makassar, Mandar serta Toraja.

2. Topografi.

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki topografi yang bermacam-macam, dari dataran, laut/pantai sampai wilayaah pegunungan dan perbukitan. Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 67 aliran sungai, yang terletak di Kabupaten Luwu dengan 25 aliran sungai. Adapun sungai yang terpanjang di wilayah ini adalah sungai saddang dengan Panjang sekitar 150 2 dengan melewati 3 kabupaten yaitu kabupten Tanah Toraja, Enrekang serta Pinrang. Tidak hanya itu wilayah Sulawesi selatan juga memiliki Danau. Letak danau tersebut tersebut tersebar di 3 kabupaten.

Selain itu, Provinsi Sulawesi Selatan juga mempunyai daerah pegunungan yang terdiri dari 7 gunung, dimana gunung tertinggi berada di Gunung Rantemario dengan ketinggian 3.470 m di atas permukaan laut. Gunung ini terletak diantara perbatasan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu. Gunung Lomppobattang dengan ketinggian 2.871 mdpl

29

meliputi kabupaten Gowa, Bantaeng, Sinjai dan Bulukumba. Gunung Bukit Rantai Kombala dengan ketinggian 3.103 mdpl, Gunung kambuno dengan ketinggian 2.900 mdpl dan Gunung Balease dengan ketinggian 3.016 mdpl. Ketiga gunung tersebut terletak di kabupaten Luwu. Gunung Latimojong dengan Ketinggian 3.305 mdpl meliputi Kabupaten Enrekang, Sidrap dan Luwu. Gunung Bawakaraeng dengan ketinggian 2.839 mdpl merupakan gunung yang terakhir yang masuk kedalam 7 gunung tertinggi di Sulawesi Selatan Meliputi Kabupaten Gowa dan Sinjai.

(Zain, 2015) Pegunungan bagian Utara dan Selatan dipisahkan oleh depresi Tempe yang dahulunya adalah sebuah selat laut dan dipisahkan juga oleh datran rendah yang memajang dari arah Timur kea rah Barat Sulawesi Selatan dengan Ketinggian antara 0 sampai dengan 400 mdpl. Bagian Selatan terpisah menjadi 2 rangkaian pegunungan yaitu Barat (Westren Divide Range) dan Timur (Eastren Divide Range) oleh lembah Walanea.

3. Penduduk

Jumlah penduduk Sulawesi Selatan tahun 2020 mencapai sekitar 8.928,0 ribu jiwa, sedangkan pada tahun 2019 mencapai sekitar 8,851,2 rubu jiwa, yang terdiri dari 4.524,8 ribu perempuan dan 4.326,4 ribu laki-laki.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019

No. Kabupaten/Kota Jumlah Rasio

Kelamin

1 Kabupaten Selayar 135,6 93,2

2 Bulukumba 420,6 89,5

4 Jeneponto 363,8 93,3 5 Takalar 298,7 92,7 6 Gowa 772,7 97,0 7 Sinjai 244,1 93,9 8 Maros 353,5 95,8 9 Pangkep 335,5 94,1 10 Barru 174,3 92,7 11 Bone 758,6 91,8 12 Soppeng 227,0 89,1 13 Wajo 397,8 92,1 14 Sidrap 302,0 96,4 15 Pinrang 377,1 94,4 16 Enrekang 206,4 100,8 17 Luwu 362,0 96,1 18 Tana Toraja 234,0 101,9 19 Luwu Utara 312,9 100,6 20 Luwu Timur 299,7 105,7 21 Toraja Utara 231,2 100,2 22 Kota Makassar 1.526,7 98,1 23 Kota Pare-pare 145,2 96,8 24 Palopo 184,6 94,3 Sulawesi Selatan 8.851,2 95,6

sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2020)

4. Sarana dan Prasarana Provinsi Sulawesi Selatan a. Fasilitas Pendidikan

Dalam mengukur tingkat kemampuan sesorang sangat ditentukan dari kualitas SDM (sumber daya manusia) yang terampil, unggul serta terpercaya dan perilaku yang produktif. Berlandaskan pada data Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah (Bappelitbanda) jumlah fasilitas pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan tahun terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Jumlah Fasilitas Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan

Kab/Kota TK SD SMP SMU SMK PT Total

31 Bulukumba 37 349 67 19 17 5 494 Bantaeng 11 140 31 5 10 0 197 Jeneponto 25 287 70 22 19 5 428 Takalar 26 236 44 21 11 2 340 Gowa 20 407 103 40 14 6 590 Sinjai 31 242 38 17 8 5 341 Maros 21 258 65 27 19 7 397 Pangkajene dan Kepulauan 11 296 79 24 11 4 425 Barru 12 197 38 9 6 4 266 Bone 60 675 117 35 21 10 918 Soppeng 7 256 38 12 12 7 332 Wajo 37 398 71 17 10 11 544 Sindereng Rappang 27 233 50 17 7 6 340 Pinrang 50 321 52 16 16 7 462 Enrekang 44 214 44 18 7 2 329 Luwu 37 260 92 22 25 2 438 Tana Toraja 6 219 82 22 28 7 364 Luwu Utara 23 246 69 19 8 1 366 Luwu Timur 10 152 39 20 4 2 227 Toraja Utara 0 186 69 14 22 5 296 Makassar 96 475 185 124 91 108 1.079 Parepare 14 90 24 9 14 6 157 Palopo 5 75 21 14 18 14 147 Sulawesi Selatan 631 6.350 1.537 551 405 226 1.820.887

sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (2020)

b. Fasilitas Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan kesejahteraan, maka pemerintah provinsi Sulawesi selatan terus melakukan peningkatkan fasilitas serta peningkatan pelayanan dalam upaya melakukan pembangunan sarana dan prasarana diantaranya yaitu Rumah Sakit (RS), Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling, serta Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

Tabel 4.4

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan

Kab/Kota Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu Kepulauan Selayar 1 14 66 13 34

Bulukumba 2 20 59 19 136 Bantaeng 1 13 4 12 67 Jeneponto 1 18 55 18 113 Takalar 2 15 50 15 100 Gowa 2 25 115 25 159 Sinjai 1 16 62 16 80 Maros 2 14 26 14 79 Pangkep 3 23 60 12 85 Barru 1 12 33 6 55 Bone 4 38 75 38 374 Soppeng 1 17 44 17 68 Wajo 2 23 54 23 168 Sindereng Rappang 3 14 42 12 105 Pinrang 4 16 47 16 108 Enrekang 2 13 67 13 129 Luwu 3 21 108 22 227 Tana Toraja 3 21 31 16 159 Luwu Utara 2 14 62 12 165 Luwu Timur 1 15 60 20 127 Toraja Utara 2 25 28 14 117 Makassar 50 43 37 32 143 Parepare 5 6 19 6 22 Palopo 8 12 22 12 48 Sulawesi Selatan 106 448 1.226 403 2.868

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (2020)

B. Penyajian Data

Peneltian ini melakukan analisis pengujian tentang Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Sektor Kesehatan Terhadap IPM Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan data time-series dari tahun 2014-2018 dengan metode analisis regresi linear berganda. Adapun alat yang digunakan dalam pengelolan data adalah menggunakan bantuan dari program SPSS 22. oleh sebab itu perlu diketahui Perkembangan secara umum dari pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap IPM yang terjadi pada Provinsi Sulawesi Selatan dari 5 tahun terakhir yaitu tahun 2014-2018.

33

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Selatan

Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 secara umum selalu mengalami peningkatan dengan jenjang waktu delapan tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.2

Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014 – 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2020)

Pada Gambar 4.2 IPM di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2018. Namun, angka tersebut masih berada dibawah Indeks Pembangunan Manusia Nasional. Meskipun demikian, IPM di Sulawesi Selatan telah mengalami proses perubahan status dari status sedang menjadi tinggi ditahun 2018.

2. Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan

Pengeluaran Pemerintah merupakan suatu kewenangan pemerintah dalam mengatur jalannya perekonomian dengan menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tertuang dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk Nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional (sadono sukirno.2000).

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui peningkatan pelayanan publik. Provinsi Sulsel merupakan salah satu Provinsi yang cukup besar yang ada di Indonesia. Pengeluaran Pemerintah itu berupa Anggaran Belanja Daerah. Adapun total Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat dalam tabel 4.5

Tabel 4.5

Total Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 – 2018 (dalam Rupiah)

Tahun Total Pengeluaran Daerah 2014 5.600,386,775,837,72 2015 6.149,604,542,113,18 2016 6.930,978,668,388,43 2017 8.892,158,631,536,48 2018 9.322,152,987,944,74

sumber: Badan Pengelolah Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (2020)

Berdasarkan pada tabel diatas total realisasi pengeluaran pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2014-2018. Pengeluaran pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan selalu mengalami peningkatan yang signifikan, dimana di tahun 2014 sekitar

35

Rp.5.600.386.775.837,72, dan sampai pada tahun 2018 pengeluaran pemerintah selalu meningkat dengan total pengeluaran sekitar Rp.9.322.152.987.944,74.

3. Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan

Pemerintah Sulawesi Selatan telah menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas utama pembangunan daerah untuk memastikan bahwa semua anak yang berada pada usia sekolah benar-benar duduk dibangku sekolah, pemerintah Sulawesi selatan sejak periode 2008 telah mengimplementasikan kebijakan pendidikan gratis di seluruh kabupaten/kota.

Bersamaan dengan kebijakan itu, juga telah dikembangkan kebijakan lainnya seperti peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, promosi pendidikan, pemberantasan buta aksara dan pengembangan budaya baca.

Dalam mendukung kebijakan Pemerintah Sulawesi Selatan di sektor Pendidikan dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan maka diperlukan alokasi belanja dari pemerintah daerah. Meningkatnya anggaran dan manajemen yang baik dan tujuan yang tepat maka realisasi belanja pendidikan pastinya akan mencapai hasil yang tinggi dan akan berpengaruh terhadap meningkatnya jenjang pendidikan masyarakat. Belanja pendidikan disesuaikan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Adapun Total Realisasi Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 sampai dengan 2018 dapat dilihat dalam tabel 4.6:

Tabel 4.6

Total Realisasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 - 2018

Tahun Total pengeluaran sektor Pendidikan 2014 153914,640,610 2015 144.550,031,846 2016 151.149,964,583 2017 2.440,905,814,249 2018 2.512,759,946,877

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan (2020)

4. Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan

Sektor Kesehatan merupakan Kebutuhan penting dan sekaligus merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia agar mnereka dapat sehat dan hidup secara produktif. Sektor Kesehatan dan Sektor Pendidikan merupakan salah satu sektor prioritas utama pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah menurut fungsi Kesehatan akan memeliki efek yang baik dalam meningkatkan tingkat kesehtan masyarakat. Adapun Total Realisasi pengeluaran pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada sektor kesehatan dari tahun 2014 sampai dengan 2018 terdapat pada Tabel 4.7

37

Tabel 4.7

Total Realisasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 - 2018

Tahun

Total pengeluaran sektor Kesehatan 2014 36.970,258,980 2015 44.725,159,192 2016 43.916,556,216 2017 52.213,057,900 2018 80.949,146,487

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2020).

C. Hasil Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Variabel-variabel independent terhadap Variabel Dependen yaitu Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Teknik Analisis Linear berganda dengan menggunakan bantuan Program SPSS 22. Sebelum melakukan Uji Analisis Linear berganda, maka Terlebih dahulu dilakukan Uji Asumsi Klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan Uji Analisis Linear Berganda pada Hipotesis penelitian, salah satu syaratnya adalah melakukan uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolerasi, Uji Autokolerasi, dan Uji Hetereskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi Normal atau tidak, maka digunakan uji statistik

1) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.

2) Sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data penelitian tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 5 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .00509808 Most Extreme Differences Absolute .220 Positive .220 Negative -.128 Test Statistic .220

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan tabel output SPSS tersebut, dengan uji

kolmogrov-smirnov test menunjukkan bahwa nilai Asiymp.sig (2-tailed) sebesar

0.200 lebih besar dari 0,05 (0,200 > 0,05). maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogrov-smirnov diatas, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, sehingga dapat dilakukan uji regresi linear berganda.

39

Gambar 4.3

Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa uji normalitas dalam penelitian ini berdistribusi normal karena titik-titik mengikuti garis dioganal.

b. Uji Multikolerasi

Uji Multikolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut terdapat gangguan korelasi antar variable dependen (Terikat) atau

variable independent (bebas). Untuk mengetahui adanya multikolerasi

maka dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance inflation

factor).

1) jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi Multikolerasi.

2) jika nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF >10 maka terjadi masalah Multikolerasi.

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolerasi Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) PENDIDIKAN .333 3.004 KESEHATAN .333 3.004

a. Dependent Variable: INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan table 4.9 Output pada Uji Multikolerasi menunjukkan bahwa nilai variable independent pada nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, yang artinya bahwa pada uji multikorelasi tidak terjadi gangguan multikorelasi.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah pada uji regresi linear berganda terdapat variabel penganggu atau terjadi masalah pada periode t-1 (sebelumya). Beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu penelitian yaitu uji Durbin Watson dan uji Run-test, Namun Pada penelitian ini digunakan Uji dengan Run test pada data. Dasar dalam pengambilan keputusan dengan uji Run test yaitu: 1) jika nilai asymp. sig (2 tailed) < dari 0,05 maka terdapat gejala

41

2) Sebaliknya jika nilai Asymp. sig (2 tailed) > dari 0,05 maka tidak terdapat gejala Autokorelasi.

Tabel 4.10 Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.00156

Cases < Test Value 2

Cases >= Test Value 3

Total Cases 5

Number of Runs 3

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Median

Sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan uji Autokorelasi pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai bahwa nilai Asymp. sig (2-tailed) 1.000 > 0,05 maka diterima. Data uji yang digunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan antara variance dan residul dengan cara pengujian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan

Uji Scatterplot. Uji Heteroskedastisitas terjadi jika titik-titik data membentuk pola.

Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas

sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan output scatterplott pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik berada diatas dan dibawah atau dapat dikatakan bahwa penyebaran titik-titik tidak berpola. maka dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Hasil Regresi Linear Berganda

Pada prinsipnya model regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dua atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Pada Penelitian terdapat dua variabel bebas yaitu pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan

43

Pengeluaran pemerintah pada sektor Kesehatan, dan Variabel terikatnya yaitu Indeks pembangunan Manusia.

Tabel 4.11

Hasil Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.462 .433 8.004 .015 PENDIDIKAN .003 .004 .350 .765 .524 KESEHATAN .028 .021 .619 1.352 .309

a. Dependent Variable: INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan uji regresi linear berganda pada table 4.11 diketahui constant (α) sebesar 3.462, sedangkan nilai Pendidikan sebesar 0,003 dan Nilai Kesehatan sebesar 0.028 (b/koefisien regresi). sehingga persamaan regresinya dapat ditulis:

Y = α + 1 1 + 2 2 + e

Y = 3.462 + 0.003 1 + 0.028 2 + e

Koefisien-koefisen regresi tersebut dapat diterjemahkan berikut ini:

a. Dari persamaan regresi diketahui bahwa nilai α =3.462, berarti jika Variabel 1 dan Variabel 2 sama dengan 0, maka Y = 3.462.

b. Dari nilai koefisien hasil penelitian pada Variabel 1 Pendidikan sebesar 0,003, Artinya bahwa nilai konstanta memiliki arah koefisien

regresi positif (0,003). Sehingga menunjukkan bahwa apabila setiap variable lain mengalami kenaikan 1% maka variable indeks pembangunan manusia mengalami kenaikan sebesar 0,003%.

c. Dari nilai koefisien hasil uji penelitian pada Variabel 2 kesehatan sebesar 0.028, Artinya bahwa nilai konstanta mempunyai arah koefisiean regresi bernilai positif (0.028). Sehingga menunjukkan bahwa apabila setiap variable lain mengalami kenaikan 1% maka variable indeks pembangunan manusia mengalami kenaikan sebesar 0,028%.

3. Hasil Uji Hipotesis

Uji Hipotesis digunakan untuk menjawab dugaan sementara pada rumusan masalah penelitian. Uji Hipotesis terdiri dari Uji t (Uji Parsial atau sendiri-sendiri), Uji F (Uji Simultan atau Bersama-sama), dan Uji

2(koefisien determinasi). a. Uji t (Uji Parsial)

Uji parsial (uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel 1 (Pendidikan) dan 2 (kesehatan) terhadap Y (IPM). Adapun syarat dalam pengambilan keputusan pada uji t adalah:

1) Jika nilai sig. < 0,05 dan > maka hipotesis diterima (signifikan)

2) Jika nilai sig. > 0,05 dan < maka hipotes ditolak (tidak signifikan).

45

Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.462 .433 8.004 .015 PENDIDIKAN .003 .004 .350 .765 .524 KESEHATAN .028 .021 .619 1.352 .309

a. Dependent Variable: INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan pada tabel 4.12 dapat dilihat hasil uji parsial penelitian, untuk menjawab hipotesis sementara, terlebih dahulu menentukan

= (α/2; n – k -1) = (0,05/2; 5-2-1)

= (0.025; 2) [dilihat pada distribusi nilai ]

= 4,303

a) Berdasarkan uji signifikansi uji parsial pada variabel 1 pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan menghasilkan nilai < (0,756 < 4,303), sedangkan nilai sig. diatas 0,05 (0,524 > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variable sektor pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

b) Berdasarkan hasil nilai signifikasi untuk pengaruh variabel 2 kesehatan terhadap IPM adalah sebesar 0,309 > 0,05 dan nilai

1,352 < 4,303. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 2 ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014-2018.

a. Uji F (uji Simultan)

Uji F digunakan bertujuan untuk mengetahui apakah variable

independent yaitu Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan

(X1) dan Pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependent yaitu Indeks Pembangunan Manusia (Y) secara bersama-sama. Adapun Ketentuan dalam Pengambilan Keputusan terhadap hipotesisi yaitu:

1) Jika nilai > maka ditolak dan diterima (signifikan)

2) Jika nilai < maka diterima dan ditolak (tidak signifikan).

Tabel 4.13

Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .001 2 .000 6.161 .140b

Residual .000 2 .000

47

a. Dependent Variable: INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

b. Predictors: (Constant), KESEHATAN, PENDIDIKAN

Sumber: Data diolah SPSS 22

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) pada uji Anova table 4.13 menunjukkan bahwa variable Pendidikan ( 1) dan Kesehatan ( 2) terhadap variable Indeks Pembangunan manusia (Y) secara Bersama-sama/simultan uji nilai sig sebesar 0,140 lebih besar dari 0,05 artinya hipotesis ditolak, sehingga hasil ini menyatakan bahwa secara simultan semua variable independent yaitu Pendidikan ( 1) dan Kesehatan ( 2) tidak berpengaruh signifikan terhadap variable Indeks Pembangunan manusia (Y). pengujian tersebut diperoleh (6.161) dan (19,00). Artinya lebih kecil dari (6.161 < 19,00).

b. Uji Koefisien Determinasi ( )

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable dependent terhadap variable independent dengan nilai Koefisien determinasi adalah 0 dan 1. Jika Nilai 2 Mendekat 1 maka semakin bagus untuk hasil model regresi tersebut.

Tabel 4.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi ( ) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .928a .860 .721 .00721

a. Predictors: (Constant), KESEHATAN, PENDIDIKAN

b. Dependent Variable: INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada Model summary diatas menjelaskan bawha nilai korelasi sebesar 0.928. Dari hasil tersebut diporelah koefisisen determinasi (R square) sebesar 0,860, Artinya bahwa variable Independet terhadap variabel Dependen (IPM) sebesar 86,0%. selebihnya 14,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui atau tidak diteliti.

Dokumen terkait