• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data 0. Uji Normalitas 0.Uji Normalitas

0. Uji Hipotesis

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji One Way Anova. Data diambil dari jawaban kuesioner yang disebar kepada responden. Peneliti menggunakan bantuan komputer program SPSS 11.5 for windows untuk melakukan uji One Way Anova. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi guru terhadap undang-undang dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu tingkat pendidikan, status guru, golongan jabatan dan kultur sekolah. Dan hasil analisisnya adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis I a. Rumusan Hipotesis

H0 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari tingkat pendidikan. Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari tingkat pendidikan. a. Uji Hipotesis

Tabel 4.16

Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Terhadap UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Ditinjau dari Tingkat

Pendidikan. Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 2232.123 3 744.041 2.763 .003 Within Groups 96390.437 332 290.333 Total 98622.560 335 a. Penarikan Kesimpulan

Hasil pengujian Persepsi Guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari tingkat pendidikan guru

menunjukkan bahwa perhitungan uji ANOVA Fhitung = 2,763 lebih

besar dari Ftabel = 2,6318. Oleh karena probabilitasnya 0,003 < 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa ada

perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

1. Pengujian Hipotesis II a. Rumusan Hipotesis

H0 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari status guru.

Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun

a. Uji Hipotesis

Tabel 4.17

Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Terhadap UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Ditinjau dari Status Guru.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 56.603 3 18.868 2.864 .032 Within Groups 98565.956 332 296.885

Total 98622.560 335

a. Penarikan Kesimpulan

Hasil pengujian Persepsi Guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari status guru menunjukkan bahwa perhitungan uji ANOVA Fhitung = 2,864 lebih besar dari Ftabel = 2,6318.

Oleh karena probabilitasnya 0,032 < 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari status guru.

1. Pengujian Hipotesis III

a. Rumusan Hipotesis

H0 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari golongan jabatan.

Ha3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari golongan jabatan.

a. Uji Hipotesis

Tabel 4.18

Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Terhadap UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Ditinjau dari Golongan

Jabatan.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 3585.128 7 512.161 2.771 .013 Within Groups 74024.493 256 289.158

Total 77609.621 263*

*68 guru tidak memiliki golongan jabatan

a. Penarikan Kesimpulan

Hasil pengujian Persepsi Guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari golongan jabatan guru

menunjukkan bahwa perhitungan uji ANOVA Fhitung = 2,771 lebih

besar dari Ftabel = 2,0455. Oleh karena probabilitasnya 0,013 < 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa ada

perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari golongan jabatan guru.

1. Pengujian Hipotesis IV a. Rumusan Hipotesis

H0 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari kultur sekolah Ha4 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 Tahun

a. Uji Hipotesis

Tabel 4.19

Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Terhadap UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Ditinja u dari Kultur

Sekolah. Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 17838.862 4 4459.716 18.273 .000 Within Groups 80783.697 331 244.060 Total 98622.560 335 a. Penarikan Kesimpulan

Hasil pengujian Persepsi Guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari kultur sekolah menunjukkan bahwa perhitungan uji ANOVA Fhitung= 18,273 lebih besar dari Ftabel

= 2,3989. Oleh karena probabilitasnya 0,000 < 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal tersebut berarti ada perbedaan persepsi guru

terhadap UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari kultur sekolah.

A. PEMBAHASAN

1. Persepsi Guru Terhadap Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen Ditinjau dari Tingkat Pendidikan

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

ditinjau dari tingkat pendidikan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung = 2,768 lebih besar dari Ftabel = 2,6318. Nilai probabilitas 0,003 lebih kecil dari taraf signifikasi (α=5%) atau = 0,05.

Berdasarkan deskripsi data tentang tingkat pendidikan guru diperoleh hasil sebagai berikut: D2 ada sebanyak 3 guru; D3 ada sebanyak 38 guru; S1 ada sebanyak 276 guru; S2 ada 19 guru Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden berpendidikan D4/S1. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sanga t positif sebanyak 16 responden, positif sebanyak 219 responden, cukup positif sebanyak 216 responden, negatif sebanyak 35 responden dan sangat negatif sebanyak 20 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden mempunyai persepsi terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah positif.

Hasil deskripsi data tingkat pendidikan guru sebagian besar berpendidikan D4/S1. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru sebagian besar telah menempuh pendidikan formal yang tinggi. Tingkat pendidikan guru yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai untuk dapat melaksanakan tugas profesinya sebagai seorang guru. Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka semakin luas wawasan serta

pengetahuannya pada suatu bidang tertentu sesuai dengan profesi yang ingin diraihnya. Tingkat pendidikan guru yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai untuk dapat melaksanakan tugas profesinya sebagai seorang guru. Selain itu juga semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka guru tersebut akan semakin mempunyai keinginan yang lebih tinggi untuk mengembangkan prestasi di sekolah seperti membuat karya tulis, menulis buku, dan sebagainya. Guru dengan pendidikan S1 akan memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang lebih mantap dibandingkan dengan guru yang berpendidikan D2 atau D3.

Sedangkan hasil deskripsi tentang persepsi guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen secara umum terkategorikan positif. Hal tersebut tampak dari dukungan guru untuk berpendidikan tinggi minimal program sarjana, membuat rencana pembelajaran, metode pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran; menjelaskan materi dengan baik; mampu berinteraksi denga n siswa dan orang tua siswa serta masyarakat dengan baik. Adanya sertifikasi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditunjuk pemerintah dan uji sertifikasi yang terbuka serta anggaran dari pemerintah untuk mengadakan sertifikasi. Adanya hak guru untuk mendapatkan pendapatan; kenaikan pangkat; perlindungan kekayaan intelektual; peningkatan kompetensi; penggunaan sarana dan prasarana sekolah; kebebasan penilaian yang sesuai dengan kode etik guru; jaminan keselamatan kerja; kebebasan berserikat; berperan dalam

menentukan kebijakan pendidikan; memperoleh pendidikan dan pelatihan; memperoleh segala tambahan pendapatan dan tunjangan yang sesuai dengan keadaan guru; kemudahan pendidikan dan kesehatan bagi putra-putri guru serta jaminan dari pemerintah terwujudnya maslahat tambahan. Adanya kewajiban untuk membuat rencana pembelajaran; melaksanakan kegiatan belajar dengan baik termasuk mengadakan tes dan mengembangkan kualifikasi akademik; bertindak objektif dan tidak diskriminatif serta menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan dan memupuk persatuan dan kesatuan.

Semakin luasnya wawasan yang dimiliki seorang guru maka keinginan untuk mengembangkan prestasi, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang berbeda ini ternyata membuat pandangan guru terhadap undang- undang tentang guru dan dosen berbeda pula. Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi maupun yang rendah mempunyai pandangan yang berbeda terhadap Undang-undang RI No.14 tahun 2005. Namun, hasil penelitian membuktikan bahwa pada umumnya guru memandang positif undang- undang ini. Hal tersebut karena sebagian besar responden berpendidikan S1, pendidikan minimal yang ada dalam undang-undang adalah S1 sehingga kemungkinan besar guru merasa bahwa keinginan yang selama ini didambakan ada dalam isi undang- undang tersebut. Adanya perbedaan persepsi guru terhadap undang- undang jika ditinjau dari tingkat pendidikan ini salah satunya adalah karena bagi guru

yang belum memenuhi syarat untuk mendapatkan fasilitas yang ada dalam undang-undang misalnya tingkat pendidikan terakhirnya masih D2 atau D3 maka mereka harus menempuh pendidikan kembali supaya dapat sesuai dengan syarat yang ada dalam undang-undang, sedangkan untuk melanjutkan studinya mereka masih membutuhkan biaya yang jumlahnya tidak sedikit serta waktu yang lumayan lama. Hal ini berbeda dengan para guru yang sudah menyandang gelar S1 mereka dapat langsung mengikuti program yang ada dalam undang-undang dan jika lulus mereka dapat menikmati semua fasilitas/tunjangan yang ditawarkan dalam undang-undang. Sehingga dambaan setiap guru selama ini dapat terwujud seperti adanya pengakuan terhadap profesi guru, dijamin kesejahteraannya, ada perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya dan guru dapat berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas kinerja secara profesional, tanpa harus berpikir mencari penghasilan lain dengan cara mencari pekerjaan sampingan. Opini masyarakat tentang profesi guru pun akan berubah menjadi sebuah profesi yang tak kalah membanggakan dibandingkan dengan profesi lain.

1. Persepsi Guru Terhadap Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen Ditinjau dari Status Guru.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari status guru. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan

nilai Fhitung=2,864 lebih besar dari Ftabel= 2,6318. Nilai probabilitas 0,032 lebih kecil dari taraf signifikasi (α=5%) atau = 0,05.

Berdasarkan deskripsi data tentang status guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru berstatus PNS sebanyak 235 responden, berstatus GTY sebanyak 21 responden, berstatus GTT sebanyak 58 responden dan berstatus GB/GH sebanyak 22 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden berstatus PNS. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif sebanyak 65 responden, positif sebanyak 132 responden, cukup positif sebanyak 96 responden negatif sebanyak 42 responden dan sangat negatif sebanyak 1 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden mempunyai persepsi terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah positif.

Hasil deskripsi data tentang status guru sebagian besar guru berstatus PNS. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah serta guru dipekerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara. Guru yang berstatus non PNS akan menjalankan tugasnya lebih berat dibandingkan guru yang PNS karena status guru non PNS ditentukan juga dengan prestasi dan jam mengajar. Guru PNS meskipun jam mengajar sedikit dan kurang berprestasi

tidak akan mengubah statusnya dan akan tetap memperoleh kenaikan pangkat yang berkala sedangkan guru non PNS akan mengajar dengan jam mengajar yang lebih banyak dan mencari prestasi untuk mengubah statusnya. Selain itu guru di sekolah swasta yang berstatus non PNS akan menjalankan tugasnya lebih sungguh-sungguh karena kelangsungan hidup sekolah akan sangat tergantung dari guru-guru di sekolah tersebut, sedangkan guru PNS akan lebih ringan karena guru tersebut dijamin oleh pemerintah.

Sedangkan hasil deskripsi tentang persepsi guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen secara umum terkategorikan positif. Hal tersebut tampak dari dukungan guru untuk berpendidikan tinggi minimal program sarjana; membuat rencana pembelajaran, metode pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran; menjelaskan materi dengan baik; mampu berinteraksi dengan siswa dan orang tua siswa serta masyarakat dengan baik. Adanya sertifikasi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditunjuk pemerintah dan uji sertifikasi yang terbuka serta anggaran dari pemerintah untuk mengadakan sertifikasi. Adanya hak guru untuk mendapatkan pendapatan; kenaikan pangkat; perlindungan kekayaan intelektual; peningkatan kompetensi; penggunaan sarana dan prasarana sekolah; kebebasan penilaian yang sesuai dengan kode etik guru; jaminan keselamatan kerja; kebebasan berserikat; berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan; memperoleh pendidikan dan pelatihan;

memperoleh segala tambahan pendapatan dan tunjangan yang sesuai dengan keadaan guru; kemudahan pendidikan dan kesehatan bagi putra-putri guru serta jaminan dari pemerintah terwujudnya maslahat tambahan. Adanya kewajiban untuk membuat rencana pembelajaran; melaksanakan kegiatan belajar dengan baik termasuk mengadakan tes dan mengembangkan kualifikasi akademik; bertindak objektif dan tidak diskriminatif serta menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan dan memupuk persatuan dan kesatuan.

Guru yang bekerja di suatu instansi atau sekolah baik negeri maupun swasta mempunyai status yang berbeda-beda. Ada guru swasta yang berstatus sebagai guru tetap tetapi ada juga yang berstatus diperkerjakan oleh pemerintah dan ada guru yang masih berstatus honorer. Demikian juga guru- guru yang bekerja di sekolah negeri ada yang sudah menjadi guru tetap, ada yang masih menjadi guru tidak tetap dan ada yang menjadi guru bantu.

Guru yang berstatus non PNS akan menjalankan tugasnya lebih berat dibandingkan guru yang PNS karena status guru non PNS ditentukan juga dengan prestasi dan jam mengajar. Guru PNS meskipun jam mengajar sedikit dan kurang berprestasi tidak akan mengubah statusnya dan akan tetap memperoleh kenaikan pangkat yang berkala sedangkan guru non PNS akan mengajar dengan jam mengajar yang lebih banyak dan mencari prestasi untuk mengubah statusnya. Selain itu guru di sekolah swasta yang

berstatus non PNS akan menjalankan tugasnya lebih sungguh-sungguh karena kelangsungan hidup sekolah akan sangat tergantung dari guru-guru di sekolah tersebut, sedangkan guru PNS akan lebih ringan karena guru tersebut dijamin oleh pemerintah.

Dengan adanya perbedaan status tersebut ternyata membuat pandangan guru terhadap undang- undang tersebut berbeda. Guru yang mempunyai status PNS memandang Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 cenderung positif dari pada yang non PNS. Hal tersebut karena guru yang berstatus non PNS harus berjuang untuk mendapatkan sertifikasi jika mereka tidak dapat meraihnya mereka tidak akan mendapatkan apa yang ada dalam isi undang-undang tersebut, sehingga mereka harus mencari insentif lain supaya dapat memenuhi kebutuhannya karena gaji yang diterima oleh guru yang non PNS terbilang relatif lebih rendah dari guru PNS tetapi, jika guru tersebut mempunyai sertifikasi maka secara otomatis guru non PNS yang bersertifikasi mempunyai tambahan pendapatan seperti berbagai tunjangan yang didapatkan dari kepemilikan sertifikasi tersebut, misalnya tunjangan fungsional. Sehingga guru-guru tersebut termotivasi untuk mendapatkan sertifikasi, di lain pihak kualitas pendidikan juga akan mengalami peningkatan sebab guru yang sudah memegang sertifikasi merupakan guru yang sudah berkompetensi dan mendapatkan pengakuan sebagai tenaga profesional.

1. Persepsi Guru Terhadap Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Ditinjau dari Golongan Jabatan.

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari golongan jabatan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung = 2,771 lebih besar dari Ftabel = 2,0455. Nilai probabilitas 0,013 lebih kecil dari taraf signifikasi (α=5%) atau = 0,05.

Berdasarkan deskripsi data tentang golongan jabatan diperoleh hasil sebagai berikut: guru bergolongan II/c ada sebanyak 2 responden, guru bergolongan II/d sebanyak 2 responden, bergo longan III/a sebanyak 26 responden, bergolongan III/b sebanyak 10 responden, bergolongan III/c sebanyak 29 responden, bergolongan III/d sebanyak 86 responden, bergolongan IV/a sebanyak 112 responden dan yang bergolongan IV/b sebanyak 1 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden bergolongan IV/a. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif sebanyak 148 responden, positif sebanyak 93 responden, cukup positif sebanyak 14 responden dan negatif sebanyak 3 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden mempunyai persepsi terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah positif.

Hasil deskripsi data tentang golongan jabatan guru sebagian besar bergolongan IV/a. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, jam mengajar yang lama, masa kerja yang lama dan prestasi sebagai guru yang baik. Golonga n jabatan seorang guru erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasi seorang guru. Sebab golongan jabatan yang dipegang oleh seorang guru itu dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasinya maka semakin tinggi golongan jabatan seorang guru. Kenaikan golongan jabatan guru non PNS sangat ditentukan tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasinya, sehingga guru non PNS akan lebih berat dibandingkan dengan kenaikan golongan jabatan guru PNS yang memperoleh kenaikan golongan jabatan yang berkala. Semakin tinggi golongan jabatan seorang guru maka akan semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat terjamin.

Sedangkan hasil deskripsi tentang persepsi guru terhadap UU RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen secara umum terkategorikan positif. Hal tersebut tampak dari dukungan guru untuk berpendidikan tinggi minimal program sarjana; me mbuat rencana pembelajaran, metode pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran; menjelaskan materi dengan baik; mampu berinteraksi dengan siswa dan orang tua siswa serta masyarakat dengan baik. Adanya sertifikasi yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi yang ditunjuk pemerintah dan uji sertifikasi yang terbuka serta anggaran dari pemerintah untuk mengadakan sertifikasi. Adanya hak guru untuk mendapatkan pendapatan; kenaikan pangkat; perlindungan kekayaan intelektual; peningkatan kompetensi; penggunaan sarana dan prasarana sekolah; kebebasan penilaian yang sesuai dengan kode etik guru; jaminan keselamatan kerja; kebebasan berserikat; berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan; memperoleh pendidikan dan pelatihan; memperoleh segala tambahan pendapatan dan tunjangan yang sesuai dengan keadaan guru; kemudahan pendidikan dan kesehatan bagi putra-putri guru serta jaminan dari pemerintah terwujudnya maslahat tambahan. Adanya kewajiban untuk membuat rencana pembelajaran; melaksanakan kegiatan belajar dengan baik termasuk mengadakan tes dan mengembangkan kualifikasi akademik; bertindak objektif dan tidak diskriminatif serta menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan dan memupuk persatuan dan kesatuan.

Golongan jabatan seorang guru erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasi seorang guru. Sebab golongan jabatan yang dipegang oleh seorang guru itu dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasinya maka semakin tinggi golongan jabatannya dan semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat terjamin.

Faktanya setiap guru mempunyai golongan jabatan yang berbeda-beda sebab tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasi guru juga berbeda. Penggolongan jabatan seorang guru itu didasarkan pada ijasah pendidikan terakhirnya, banyaknya jam mengajar di sekolah, lama menjalani profesi guru dan prestasi yang dicapainya sesuai dengan profesi sebagai guru. Hasil yang didapat dari penelitian membuktikan bahwa guru-guru yang bekerja di Sekolah Menengah Atas paling rendah bergolongan II/c yaitu pengatur sampai pada tingkat golongan tertinggi yaitu IV/b atau pembina tingkat I.

Kenaikan golongan jabatan guru non PNS sangat ditentukan tingkat pendidikan, jam mengajar, masa kerja dan prestasinya, sehingga guru non PNS akan lebih berat dibandingkan dengan kenaikan golongan jabatan guru PNS yang memperoleh kenaikan golongan jabatan yang berkala. Semakin tinggi golongan jabatan seorang guru maka semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat terjamin.

Dengan adanya perbedaan golongan jabatan tersebut ternyata membuat pandangan guru terhadap undang-undang tersebut berbeda. Guru yang mempunya i golongan jabatan tinggi memandang Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 cenderung positif. Hal tersebut karena guru yang mempunyai golongan jabatan yang tinggi dapat langsung menikmati fasilitas atau tunjangan yang dijanjikan dalam undang-undang tersebut apabila sudah memegang sertifikasi, selain itu guru dengan jabatan tinggi

akan terjamin kesejahteraannya karena tingginya pangkat serta golongan yang disandangnya akan menentukan juga tingginya gaji yang akan diterimanya. Hal ini akan berbeda dengan guru yang menyandang pangkat serta golongan yang rendah mereka harus berjuang dalam mendapatkan sertifikasi serta harus bekerja lebih giat lagi untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sebab gaji yang akan diterimanya akan sesuai dengan pangkat dan golongannya.

1. Persepsi Guru Terhadap Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen Ditinjau dari Kultur Sekolah

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ditinjau dari kultur sekolah. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung=18,273 lebih besar dari Ftabel= 2,3989. Nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari taraf signifikasi (α=5%) atau = 0,05.

Dokumen terkait