• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Deskripsi Hasil Penelitian

4. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikansi Seluruh Koefisien Regresi secara Simultan (Uji-F) Menurut Sanusi (2011) uji ini sering disebut dengan uji model. Uji F yang signifikan menunjukkan bahwa variasi variabel terikat dijelaskan sekian persen oleh variabel bebas sacara bersama-sama adalah benar-benar nyata dan bukan terjadi karena kebetulan. Dengan kata lain, berapa persen variabel terikat dijelaskan oleh seluruh variabel bebas secara serempak, dijawab oleh koefisien determinasi (R2), sedangkan signifikan atau tidak yang sekian persen itu dijawab oleh uji F. Berdasarkan asumsi ini, nilai koefisien determinasi (R2) dan uji F menentukan baik tidaknya model yang digunakan. Makin tinggi nilai koefisien determinasi (R2) dan signifikan maka semakin baik model itu.

33

b. Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara Parsial (Uji-t)

Uji signifikansi terhadap masing-masing koefisien regresi diperlukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Berkaitan dengan hal ini, uji signifikansi secara parsial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian (Sanusi, 2011). Dengan ketentuan:

H0 diterima apabila Pr>α=0,05 H0 ditolak apabila Pr<α=0,05

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Populasi dalam perusahaan ini adalah semua perusahaan di Indonesia tahun 2013. Dari semua perusahaan tersebut yang memenuhi kriteria sampel penelitian hanya 30 perusahaan. Data penelitian ini diperoleh dari annual report dan sustainability report.

Tabel 4.1 Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan yang menerbitkan sustainability report dan annual report

30

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Data penelitian ini didasarkan pada sustainability report dan laporan tahunan pada tahun 2013. Dalam penelitian ini sustainability report merupakan variabel dependen dengan menggunakan proksi indikator GRI (Global Reporting Initiative), dan untuk variabel independen menggunakan proksi rata-rata kehadiran rapat dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit.

Dewan komisaris selaku organ harus melaksanakan tugas mereka dengan baik, demi kepentingan Perseroan, dan juga harus memastikan bahwa Perseroan melaksanakan fungsi tanggung jawab sosialnya dan

35

memperhatikan kepentingan berbagai pihak (stakeholders) perusahaan. Rapat dewan komisaris harus dilakukan secara berkala, dan dalam rapat juga dewan komisaris harus menentukan tata tertib rapat dan mencantumkannya dalam risalah rapat (Naja, 2004).

Dewan direksi menurut undang-undang perseroan terbatas maupun menurut anggaran dasar perseroan, bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan. Salah atau benarnya keputusan menentukan kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu (Darmadji, 2006).

Komite audit berfungsi sebagai pemeriksa dan penyeimbang yang independen untuk fungsi audit internal dan perantara dengan para auditor eksternal. Komite ini berinteraksi dengan pihak internal dan eksternal untuk tujuan memastikan integritas data dalam laporan keuangan dan menghindari penipuan atau aktivitas ilegal. Komite ini juga mencari berbagai cara untuk mengidentifikasi berbagai peristiwa yang dapat menyebabkan kekacauan (Singleton, 2007).

Berikut rata-rata tingkat kehadiran rapat dewan komisaris, dewan direksi, komite audit dan rata-rata indikator yang diungkapkan dalam sustainability report pada 30 perusahaan sampel:

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Nama Perusahaan Jumlah (%)

SR DK DD KA

1 Bank CIMB Niaga 23 92 88 96 2 Bank Internasional Indonesia 23 79 88 87 3 Bank Mandiri 39 81 88 76 4 Bank Negara Indonesia 24 67 82 78 5 Bank OCBC NISP 81 100 77 78 6 Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten 81 58 68 79 7 Bank Rakyat Indonesia 66 86 87 85 8 Bank Syariah Mandiri 48 100 89 71 9 Bank Tabungan Negara 22 74 88 45 10 PT. Aneka Tambang Tbk 61 85 88 91 11 PT. Angkasa Pura (Persero) 71 73 75 46 12 PT. Asabri (Persero) 72 100 88 100 13 PT. Astra Internasional Tbk 33 90 91 100 14 PT. Bukit Asam Tbk 59 96 92 95 15 PT. Indo Tambangraya Megah Tbk 35 100 100 96 16 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 100 100 100 100 17 PT. Inti Agro Resources Tbk 100 89 100 100 18 PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) 66 75 92 100 19 PT. Jasa Raharja (Persero) 43 90 98 100 20 PT. Kaltim Prima Coal Tbk 100 63 77 88 21 PT. LEN Industri (Persero) 94 100 100 100 22 PT. Medco Energy Tbk 42 86 87 87 23 PT. Patra Jasa (Persero) 11 100 100 100 24 PT. Pertamina (Persero) 51 47 86 59 25 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 56 82 83 81 26 PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk 59 72 100 74 27 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk 28 90 88 86 28 PT. Total Bangun Persada Tbk 20 100 96 81 29 PT. United Tractors Tbk 39 93 85 100 30 PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk 27 88 74 84

37 Keterangan: SR : Sustainability Report DK : Dewan Komisaris DD : Dewan Direksi KA : Komite Audit 1. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen ( dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit terhadap pengungkapan sustainability report. Deskriptif variabel atas data yang berjumlah 30 sampel untuk semua perusahaan. Setelah mengetahui banyaknya sampel yang akan digunakan dan melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut, peneliti berusaha mendeskripsikan data yang diuji. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan SPSS versi 21.0 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.3

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Sustainability 30 11,00 100,00 52,4667 26,36447 Komisaris 30 47,00 100,00 85,2000 14,03297 Direksi 30 68,00 100,00 88,5000 8,60132 Komite 30 45,00 100,00 85,4333 15,28732 Valid N (listwise) 30

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel atau N data valid yang akan diteliti adalah 30 sampel. Dari data sustainability report menunjukkan nilai minimum sebesar 11,00 pada PT. Patra Jasa dan untuk data maksimum sebesar 100,00 pada PT. Inti Agro Resources dan PT. Kaltim Prima Coal. Dengan nilai mean sebesar 52,4667 dan standar deviasi 26,36447 menggambarkan standar deviasi yang sangat besar (sebesar 50% dari mean). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang besar dari sustainability report minimum dan maksimum.

Untuk variabel dewan komisaris memiliki nilai minimum 47,00 pada PT. Pertamina dan nilai maksimum 100,00 pada beberapa perusahaan yaitu PT. Asabri (Persero), Bank Syariah Mandiri, Bank OCBC NISP, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, PT. Total Bangun Persada Tbk, PT. LEN Industri (Persero) dan PT. Patra Jasa (Persero). Dari 30 sampel yang digunakan dalam penelitian tingkat kehadiran komisaris memiliki nilai mean 85,2000 dengan standar deviasi 14,03297 yang menjelaskan bahwa tingkat kesenjangan sebesar 16% dari rata-rata tingkat kehadiran dewan komisaris minimum dan maksimum.

Variabel dewan direksi memiliki nilai minimum 68,00 pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dan nilai maksimum 100,00 pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Inti Agro Resources Tbk, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk, PT. Semen

39

Indonesia (Persero) Tbk, PT. LEN Industri (Persero) dan PT. Patra Jasa (Persero). Dari seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian ini, rata-rata tingkat kehadiran dalam rapat memiliki nilai mean sebesar 88,5000 dengan standar deviasi 8,60132 yang menjelaskan nilai kesenjangan sebesar 9,72%.

Variabel komite audit memili nilai minimum 45,00 pada Bank Tabungan Negara, sedangkan nilai maksimum 100,00 terdapat pada PT. Asabri (Persero), PT. Astra Internasional Tbk, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PT. Inti Agro Resources Tbk, PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero), PT. Jasa Raharja (Persero), PT. United Tractors Tbk, PT. LEN Industri (Persero) dan PT. Patra Jasa (Persero). Nilai mean pada variabel komite audit sebesar 85,4333 dan standar deviasinya sebesar 15,28732. Hal ini menunjukkan tingkat kesenjangan sebesar 18%.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Sujarweni, 2014). Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan model uji normalitas residual. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa terlihat titik- titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis. Dengan ini maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk pengungkapan sustainability report berdasarkan variabel independennya.

b. Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui terjadi atau tidak multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka multikolinearitas tidak terjadi. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

41

Tabel 4.4

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

komisaris ,632 1,582

direksi ,711 1,406

audit ,664 1,506

a. Dependent Variable: sustainability

Pada tabel di atas terlihat bahwa untuk ketiga variabel independen mempunyai angka VIF kurang dari 10 yaitu 1,582, 1,406 dan 1,506. Sedangkan angka tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,632, 0,711 dan 0,664. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Untuk lebih meyakinkan dapat juga dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5

Coefficient Correlationsa

Model Komite Direksi Komisaris

1 Correlations Komite 1,000 -,252 -,410 Direksi -,252 1,000 -,330 Komisaris -,410 -,330 1,000 Covariances Komite ,162 -,070 -,074 Direksi -,070 ,478 -,103 Komisaris -,074 -,103 ,202

a. Dependent Variable: Sustainability

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa semua angka korelasi antar variabel di bawah nilai 0,5. Seperti korelasi antara dewan komisaris dengan dewan direksi yang hanya -

0,330; korelasi antara dewan direksi dengan komite audit - 0,252 dan korelasi antara komite audit dan dewan komisaris adalah -0,410. Hal ini menunjukkan tidak adanya permasalahan multikolinieritas pada model regresi di atas.

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independennya adalah dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit. Sedangkan variabel dependennya adalah sustainability report. Berdasarkan hal tersebut maka persamaan matematikanya sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Di mana: Y = Sustainability Report X1 = Dewan Komisaris X2 = Dewan Direksi X3 = Komite Audit a = Konstanta b1b2b3 = koefisien regresi e = Variabel Pengganggu

43 Tabel 4.6 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 68,012 52,296 1,301 ,205 Komisaris -,349 ,450 -,186 -,775 ,445 Direksi -,299 ,692 -,098 -,432 ,669 Komite ,476 ,403 ,276 1,181 ,248

a. Dependent Variable: Sustainability

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 21.0 diketahui bahwa persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Sustainability Report = 68,012 - 0,349Komisaris -0,299Direksi + 0,476Komite + e

Dari hasil persamaan di atas dapat diinterprestasikan bahwa:

- Nilai konstanta adalah 68,012; artinya apabila dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit bernilai 0, maka sustainability report akan bernilai 68,012.

- Nilai koefisien dewan komisaris adalah -0,349 menyatakan bahwa setiap peningkatan dewan komisaris 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien lain tetap) maka akan menurunkan sustainability report sebesar 0,349. Begitu juga sebaliknya, jika dewan komisaris mengalami penurunan sebesar 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien lain tetap) maka akan meningkatkan sustainability report sebesar 0,349.

- Dewan direksi mempunyai nilai koefisien sebesar -0,299 menyatakan bahwa setiap peningkatan dewan direksi 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien lain tetap) maka akan menurunkan sustainability report sebesar 0,299. Begitu juga sebaliknya, jika dewan direksi mengalami penurunan sebesar 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien lain tetap) maka akan meningkatkan sustainability report sebesar 0,299. - Komite audit mempunyai nilai koefisien regresi sebesar

0,476 menyatakan bahwa setiap peningkatan komite audit 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien lain tetap) maka akan meningkatkan sustainability report sebesar 0,476. Apabila komite audit mengalami penurunan sebesar 1% (dengan asumsi bahwa nilai koefisien lain tetap) maka akan menurunkan sustainability report sebesar 0,476.

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel dependen. Nilai yang mendekati satu variabel berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Berikut hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 21.0.

45

Tabel 4.7

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 ,242a ,058 -,050 27,01885 2,357

a. Predictors: (Constant), Komite, Direksi, Komisaris b. Dependent Variable: Sustainability

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa R square atau koefisien determinasinya 0,058 (berasal dari 0,242 x 0,242). Hal ini berarti variabel independen dalam penelitian ini menerangkan variabel dependennya sebesar 5,8% dan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

3. Uji Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mampu mempengaruhi variabel terikat (Widianto, 2011). Dalam hal ini terdapat dua uji hipotesis yaitu:

a. Uji Simultan (Uji-F)

Uji simultan (Uji-F) digunakan untuk menguji signifikansi semua variabel independen memiliki pengaruh simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit secara bersama-sama terhadap sustainability report.

Tabel 4.8 ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1176,995 3 392,332 ,537 ,661b Residual 18980,472 26 730,018 Total 20157,467 29

a. Dependent Variable: Sustainability

b. Predictors: (Constant), Komite, Direksi, Komisaris

Dari uji ANOVA dapat dilihat bahwa hasil uji F yang telah dilakukan mempunyai nilai signifikansi atau probabilitasnya 0,661. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan atau bersama-sama seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap sustainability report.

b. Uji Parsial (Uji-t)

Uji parsial (Uji-t) digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit secara signifikan atau tidak terhadap sustainability report.

47 Tabel 4.9 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 68,012 52,296 1,301 ,205 Komisaris -,349 ,450 -,186 -,775 ,445 Direksi -,299 ,692 -,098 -,432 ,669 Komite ,476 ,403 ,276 1,181 ,248

a. Dependent Variable: Sustainability

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil bahwa signifikansi untuk variabel dewan komisaris dengan proksi rata-rata tingkat kehadiran anggota dalam rapat sebesar 0,445. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas dewan komisaris lebih besar dari 0,05 sehingga dewan komisaris ditolak dan H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap sustainability report.

Pada variabel dewan direksi yang diproksi dengan rata-rata tingkat kehadiran anggota dalam rapat diketahui nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yakni 0,669. Dengan demikian hipotesis untuk dewan direksi ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap sustainability report.

Pada variabel komite audit yang diproksi dengan rata-rata tingkat kehadiran anggota dalam rapat diketahui bahwa nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yakni 0,248. Dengan

demikian hipotesis untuk komite audit ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap sustainability report.

Dokumen terkait