• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.4. Uji Hipotesis Penelitian

Tabel 5.6. Regresi Linier Berganda

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 16.555 2.179 7.596 .000

x1 -.260 .064 -.349 -4.057 .000 .696 1.437

1

x2 .183 .081 .194 2.256 .026 .696 1.437

a.Dependent variabel : Transparansi dan Akuntabiltas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010 (data diolah).

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada kolom Unstandardized Coefficients bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 16,555 - 2,60 X1 + 0.183X2 + e

Dari persamaan tersebut dapat dilihat digambarkan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) = 16.555, menunjukkan harga konstan, dimana jika tidak ada

variabel penyajian laporan keuangan oleh SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD yang mempengaruhi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan SKPD, maka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (Y) hanya sebesar 16,555..

b. Koefisien regresi variabel penyajian laporan keuangan oleh SKPD (X1) = -2,60,

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel penyajian laporan keuangan oleh SKPD (X1) akan mendorong penurunan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebesar 0,260 satuan dengan anggapan variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) adalah tetap/konstan.

c. Koefisien regresi variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) = 0,183,

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2) akan mendorong peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD sebesar 0,183 satuan dengan anggapan variabel penyajian neraca SKPD (X1) adalah tetap/konstan.

d. Standard error (e) menunjukkan kesalahan pengganggu. 5.1.5. Hasil Pengujian Hipotesis

5.1.5.1 Uji signifikansi simultan (uji F)

Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel penyajian laporan keuangan SKPD (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2), secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD (Y).

Nilai F hitung diperoleh dengan menggunakan alat bantu program statistik seperti terlihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Hasil Uji F Hitung ANOVA

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 43.028 2 21.514 22.739 .000a

1

Total 184.000 151

a. Predictors : (Constant), aksesibilitas laporan keuangan, penyajian laporan keuangan. b. Dependent Variabel : transparansi dan akuntabilitas.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010 (data diolah)

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa dalam pengujian menunjukkan hasil F hitung sebesar 22,739 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,005, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti penyajian laporan keuangan SKPD secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

5.1.5.2 Uji signifikansi parsial (uji t)

Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel penyajian laporan keuangan SKPD (X1) dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD (X2), secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan SKPD (Y).

Nilai t hitung diperoleh dengan menggunakan alat bantu program statistik seperti terlihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Hasil Uji T Hitung

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 16.555 2.179 7.596 .000

x1 -.260 .064 -.349 -4.057 .000 .696 1.437

1

x2 .183 .081 .194 2.256 .026 .696 1.437

a. Dependent variabel : Transparansi dan Akuntabiltas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2010 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa variabel penyajian laporan keuangan SKPD memiliki t hitung sebesar -4.057 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Ini berarti penyajian laporan keuangan SKPD berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan penyajian laporan keuangan SKPD berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD tidak terbukti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menyajikan laporan keuangan SKPD maka akan berimplikasi terhadap penurunan terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa variabel aksesibilitas laporan keuangan SKPD memiliki signifikan t yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti penyajian aksesibilitas SKPD berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan aksesibilitas laporan keuangan SKPD berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD terbukti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memberikan kemudahan akses terhadap laporan keuangan SKPD bagi para pengguna akan mewujudkan terciptanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD. Dari fungsi regresi tersebut, diketahui bahwa aksesibilitas laporan keuangan SKPD sangat berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD.

5.2. Pembahasan

Pengimplementasian perundang-undangan bidang keuangan negara telah dikeluarkan berbagai aturan pelaksanaan dalam bentuk peraturan pemerintah (PP), antara lain PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP No. 21

Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, PP No. 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan lain-lain. Khusus berkenaan dengan pengelolaan Keuangan Daerah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai tindak lanjut PP. No. 58 Tahun 2005, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan terakhir telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan ini khusus mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang baru, sesuai arah reformasi tata kelola keuangan negara atau daerah. Perubahan yang sangat mendasar dalam peraturan ini adalah bergesernya fungsi

ordonancing dari Badan atau Bagian Keuangan ke setiap Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dan SKPD sebagai accounting entity berkewajiban untuk membuat

laporan keuangan SKPD serta penegasan bahwa Bendahara Pengeluaran sebagai Pejabat Fungsional.

Perhatian terhadap isu transparansi dan akuntabilitas keuangan publik di Indonesia semakin meningkat dalam dekade terakhir ini. Hal ini terutama

disebabkan oleh dua faktor berikut ini yaitu:

3. Krisis ekonomi dan turbulen fiskal telah memberi kontribusi terhadap erosi

substansial kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara.

4. Desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sebagai konsekuensi dari otonomi daerah, telah menyebabkan perubahan signifikan dalam komposisi pengeluaran anggaran pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sebagai salah satu konsekuensinya, pemerintah harus dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara (pusat dan daerah). Salah satu prasyarat untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat.

Undang-undang yang mengatur mengenai akuntabilitas sektor publik sedang mengalami perubahan mendasar, dengan penekanan pada peranan sistem akuntansi dalam pengukuran dan pengevaluasian baik kinerja keuangan maupun pelayanan, mendorong pengungkapan dan pengkomunikasian hasil-hasil kepada stakeholders. Sebagai konsekuensinya, di berbagai negara, pelaporan eksternal sedang ditansformasikan agar lebih konsiten dengan kebutuhan akuntabilitas baru.

Dalam kaitannya dengan penyajian laporan keuangan daerah, telah terjadi reformasi mendasar sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah. PP tersebut mengharuskan kepala daerah untuk menyusun dua jenis laporan keuangan yang baru yaitu: Neraca Daerah dan Laporan Arus Kas.

Akan tetapi, upaya perbaikan di bidang penyajian pelaporan keuangan daerah ini nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Pada

kenyataannya, berdasarkan survey ke sejumlah pemda, pemerintah daerah tidak serta-merta dapat menyusun dua buah laporan keuangan baru tersebut, terutama neraca. Belum dimilikinya neraca oleh pemerintah daerah disebabkan, antara lain, karena sistem dan pelaporan yang selama ini ada belum kondusif ke arah tersebut (Halim, 2002). Masalah lainnya adalah publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah (melalui surat kabar, internet, atau dengan cara lain) nampaknya belum menjadi hal yang umum.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan SKPD dan aksesibilitas laporan keuangan SKPD secara simultan berpengaruh signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan SKPD, sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan berperngaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan, namun aksesibilitas laporan keuangan tidak

berpengaruh terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan SKPD di pemerintahan kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten

Samosir dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Mulyana, (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penyajian neraca daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyana pada tahun 2006 ini sejalan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan.

Iqbal, (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Secara parsial dan simultan, Penyajian Neraca Daerah (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal pada tahun 2009 ini sejalan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan.

Steccolini, (2002) meneliti tentang hubungan penyajian laporan tahunan pemerintah daerah dengan akuntabilitas: apakah laporan tahunan tersebut merupakan medium untuk akuntabilitas. Sampel penelitiannya adalah sejumlah pemerintah daerah di Italia. Analisis dari hasil penelitiannya menyebutkan bahwa laporan tahunan nampaknya digunakan untuk pelaksanaan akuntabilitas kepada pengguna internal, bahkan tidak jelas apakah laporan tersebut benar-benar dibaca atau tidak. Sementara itu, laporan tersebut tidak mempunyai peranan yang signifikan dalam pengkomunikasian kepada pengguna eksternal, sehingga peranan laporan keuangan aktual dan derajat akuntabilitas di pemda-pemda di Italia perlu dipertanyakan.

BAB VI

Dokumen terkait