• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

E. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dalam program SPSS for windows versi 11. Hasil pengujian hubungan efikasi diri dengan harapan terhadap hasil swakelola pola

makan menunjukkan koefisien korelasi sebesar r=0,802. Koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari 0,5 (r>0,5) maka korelasi dari penelitian tersebut tergolong kuat atau tinggi.. Nilai probabilitas sebesar 0,00 berada dibawah 0,01 menunjukkan hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang signifikan, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima.(Santoso, 2001. hal. 292-293).

Tabel 12 Hasil Uji Korelasi Correlations

EFIKASI HARAPAN EFIKASI Pearson Correlation 1 ,802**

Sig. (1-tailed) , ,000

N 80 80

HARAPANPearson Correlation ,802** 1

Sig. (1-tailed) ,000 ,

N 80 80

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Besarnya prosentase sumbangan antara efikasi diri terhadap harapan terhadap hasil swakelola makanan pada penderita diabetes mellitus tipe II dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi (r²) yang merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh diatas. Besarnya nilai koefisien korelasi adalah (r)=0,802, sehingga diperoleh nilai koefisien determinasi (r²) sebesar 64,2%. Koefisien determinasi (r²) sebesar 64,2% menunjukkan sumbangan efikasi diri terhadap harapan terhadap hasil swakelola pola makan, sedangkan sisanya sebesar 35,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini misalnya dukungan sosial.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efikasi diri pada harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II maka dilakukan juga analisis regresi dengan metode analisis Linear Regression dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 11. hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi diperoleh data bahwa statistik hitung lebih besar dari pada statistik table yaitu 11,838>3,98 dengan taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa analisis regresi signifikan dan bisa digunakan untuk melakukan prediksi. Berdasarkan uji probabilitas didapatkan data signifikansi 0,000 atau p<0,05 maka koefisien regresi signifikan atau efikasi diri benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap harapan terhadap hasil swakelola pola makan. Tabel 13 Analisis Regresi Coefficients Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta

1 (Constant) 13,019 7,687 1,694 ,094

EFIKASI ,565 ,048 ,802 11,838 ,000

a Dependent Variable: HARAPAN

Dengan konstanta sebesar 13,019 dan koefisien regresi sebesar 0,565 menyatakan bahwa setiap penambahan poin sebesar 0,565 pada efikasi diri akan meningkatkan poin pada harapan terhadap hasil swakelola pola makan sebesar 13,019.

F. Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai korelasi sebesar 0,802 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<0,01). Nilai-nilai ini menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara efikasi diri dengan harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis penelitian ini diterima.

Dalam penanganan diabetes mellitus tipe II, melakukan swakelola pola makan merupakan aktivitas yang sangat penting dikarenakan makanan yang dikonsumsi sangat berpengaruh pada tingkat kandungan gula darah pada tubuh. Kegagalan yang terjadi karena penderita kurang disiplin dalam pengaturan dan manajemen terhadap makanan dan penyakit yang dideritanya sehingga hasil check up kurang memuaskan.

Penderita diabetes mellitus tipe II akan mendapatkan hasil yang lebih baik jika dapat mengubah perilakunya sehingga menghasilkan pengobatan yang optimal. Perilaku tersebut dibentuk berdasarkan hasil evaluasi terhadap perilaku mereka yang dalam hal ini adalah hasil pemeriksaan rutin penderita diabetes di instansi terkait. Harapan terhadap hasil swakelola pola makan terletak pada perilaku dan hasil yang diinginkan yaitu peningkatan tingkat kesehatan dan kadar gula darah yang normal. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan penderita diabetes mellitus tipe II juga memerlukan peran efikasi diri dimana peranan efikasi diri adalah untuk memberikan kontribusi dalam pengubahan

perilaku pada penderita sehingga mendapatkan kontrol terhadap perilaku dan gaya hidup (http://care.diabetesjournals.org/papbyrecent.shtml, 2007)

Koefisien determinasi (r²) yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 64,2%, artinya efikasi diri memberikan sumbangan sebesar 64,2% terhadap harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II. Adapun sumbangan sebesar 35.8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Faktor-faktor lain ini misalnya dukungan sosial dimana hal ini dapat meningkatkan harapan. Dukungan sosial secara psikologis dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan efikasi diri pasien. Dukungan yang diberikan diberikan untuk mengingatkan pasien pada konsekuensi negatif dari gaya hidupnya dan membantu mereka merencanakan perubahan pada pola hidup dan pola makan (Abraham, C., Shanley, E. 1997. hal 84).

Secara teoritis seperti yang telah diuraikan di depan, efikasi diri memberikan sumbangan yang cukup sebesar 64,2% terhadap harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II. Sehubungan dengan hal ini dapat kita lihat bahwa pada diri penderita diabetes mempunyai efikasi yang tinggi sehingga berpengaruh terhadap harapan terhadap hasil yang juga cenderung tinggi.

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa efikasi diri layak dijadikan prediktor variabel harapan terhadap hasil swakelola pola makan dimana ditunjukkan dengan besar probabilitas signifikansi

yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (p<0,05) sehingga efikasi diri bisa dijadikan prediktor untuk menentukan besaran harapan terhadap hasil. hal ini selaras dengan pernyataan bahwa dalam ilmu kesehatan, peran efikasi diri dalam kontrol perilaku dan manajemen diri merupakan salah satu prediktor yang penting (Susan L. dkk, 2002. hal. 1160). Besar pengaruh efikasi diri terhadap harapan terhadap hasil swakelola pola makan sesuai dengan garis regresi, yaitu Y=13,019+0,565x, dimana jika ada penambahan poin pada efikasi diri sebesar 0,565 maka harapan terhadap hasil swakelola pola makan bertambah sebesar 13,019 poin. Dari hasil tersebut maka bisa dikatakan bahwa efikasi diri mempunyai pengaruh yang positif pada harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa ada hubungan antara efikasi diri dengan harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II diterima. Efikasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 64,2% terhadap harapan terhadap hasil. Analisis regresi yang dilakukan didapatkan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II.

.

B. Saran

1. Bagi Petugas Edukasi atau Penyuluh

Sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa ada hubungan efikasi diri dan harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II, maka edukator atau penyuluh diharapkan mampu untuk membantu pasien penderita diabetes mellitus tipe II dalam meningkatkan kepercayaan pada kemampuan mereka untuk dapat melakukan swakelola pola makan dengan baik dan sesuai dengan kondisi tubuh mereka sehingga dapat meningkatkan harapan mereka terhadap hasil yang pada akhirnya nanti dapat membentuk perilaku untuk mematuhi langkah-langkah swakelola pola makan. Perilaku yang patuh

terhadap langkah dan metode yang disarankan akan membantu pasien atau penderita untuk meningkatkan kesehatan penderita atau pasien.. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan training ringan kepada mereka, konseling kelompok kecil dimana mereka sharing dengan pengalaman mereka serta saling mendukung satu sama lain guna meningkatkan efikasi diri mereka.

2. Bagi Anggota atau Kerabat Penderita

Dalam kehidupan sehari-hari setidaknya anggota keluarga memberikan dukungan kepada penderita seperti meyakinkan kepada pasien bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan swakelola pola makan, mengundang tamu yang telah berhasil melakukan swakelola pola makan sehingga semuanya itu dapat meningkatkan efikasi diri yang pada akhirnya akan membantu klien meningkatkan kontrol dan manajemen diri sehingga hasil yang dicapai bisa optimal.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor lain di luar efikasi diri dengan harapan terhadap hasil swakelola pola makan, misalnya dukungan sosial, seperti dukungan dari kerabat, teman sebaya dan sesama penderita diabetes mellitus.. Hal ini dapat dilihat dari besarnya faktor lain yang ikut dalam mempengaruhi harapan terhadap hasil swakelola pola makan sebesar 35,8%.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, C., Shankey, E. 1997, Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anderson, R; Funnel. M; Butler. P; Arnold. M. Fitzgerald. J. and Fesle. C. 1995.

Patient Empowerment: Result of a Randomized Controlled Trial. Diabetes Care. No. 18, 943-949.

Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. 1986. Social Foundation of Thought and Action, A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall.

Bandura, A. 1982. Self Afficacy Mechanism in Human Agency. American Psychologist. No. 32, Vol. 2, 122-147

Bandura, A. 1997. Self Efficacy the Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company.

Carjaval, S.C; Parcei, G.S; dan Basen Enquist, K. 1999. Psychosocial Predictor of Delays of Frist Sexual Intercouse of Adolecence. Health Psychology. No.5. 443-452

Dhalimarta, S., 2001.. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Eakin, E.G., Riley, K.M., Bull, S.S, Reeves,M.M. 2007. Resources For Health: A Primary-Care-Based Diet and Physical Activity Intervention Targeting Urban Latinos With Multiple Chonic Condition. Health Psychology. Vol. 26. No. 4. 392-400.

Glasgow, R; Toobert, D; dan Hampsom, S. 1996. Effect of a Brief Office-Based Intervention to Facilitate Diabetes Dietry Self Management.

Diabetes Care. 19. 835-842. dalam

http://care.diabetesjournals.org/cgi/content/abstractglasgow (23 Agustus 2006)

Grey, M; Boland, E; Yu, C; Sullivan-Bolyai, S; dan Tamborlane. 1998. Personal and Family Factors Associated with Quality of Life in Adolecents with Diabetes. Diabetes Care. 21. 909-914.

Maehr, M. & Pintrich, P.R. (Eds.). Advances in motivation and achievement. Volume 10, (pp. 1-49). Greenwich, CT: JAI Press. Dalam http://www.des.emory.edu/mfp/self-efficacy.html. (2 Desember 2007)

Lam, M. 2002. Diabetes dalam http://www.LamMD.html (2 Desember 2007) Noer, S. et al. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 1998. Konsensus pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta: PERKENI.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2002. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.

Pintrich, P. & Schunk, D. 1996. Motivation in Education: Theory, Research & Applications,Ch.3. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall dalam http://www.des.emory.edu/mfp/self-efficacy.html(5 Desember 2007) Ranakusuma, et al. 1999. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:

CV. Aksara Buana

Santoso, S. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik Dengan SPSS versi 11.5. Jakarta: PT. Gramedia

Sarkar, U. MD. MPH., Fisher, L. PHD., Schillinger, D. MD. 2006 Is Self-Efficacy Assosiated With Diabetes Self Management Across Race/Ethnicity and Health Literacy? Diabetes Care. 29, 823-829

Scholz, U., Gutiérrez-Doña, B., Sud, S., & Schwarzer, R. 2002. Is perceived self-efficacy a universal construct? Psychometric findings from 25 countries. European Journal of Psychological Assessment. Vol. 18, No. 3, 242-251

Sugiyono. 1998. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. CV. Alfabeta.

Scholz, U., Sniehotta, F. F., & Schwarzer, R. 2005. Predicting physical exercise in cardiac rehabilitation: The role of phase-specific self-efficacy beliefs. Journal of Sport & Exercise Psychology. No. 27. 135-151. (2 Desember 2007)

Sibuea, W. H, Soerdjodibroto, W. dan Ndraha, S. 1997. Perencanaan Makan bagi Penderita Diabetes Mellitus dengan Sistem Unit. Jakarta: CV Infomedika.

Sniehotta, F. F., Scholz, U., & Schwarzer, R. 2005. Bridging the intention-behaviour gap: Planning, self-efficacy, and action control in the adoption and maintenance of physical exercise. Psychology & Health, Vol. 20. No. 2, 143-160.

Simamora, 1996. Pedoman Hidup Sehat. Jakarta: Gramedia.

Soegondo, et al. 1995. Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Gaya Baru.

Susan L. Norris, MD, MPH, Joseph Lau, MD, S. Jay Smith, MIS, MSC,

Christopher H. Schmid, PHD and Michael M. Engelgau, MD, MSC.

2002. Self-Management Education for Adults With Type 2 Diabetes: A meta-analysis of the effect on glycemic control. Diabetes Care. 25, 1159-1171.

Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Dokumen terkait