• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.5 Uji Prasyarat Instrumen

4.1.6.3 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatifteknikmake a match berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar

siswa. Pengaruh model pembelajaran kooperatifteknikmake a match dapat dilihat dari adanya perbedaan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a matchdibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Peneliti melakukan uji hipotesis setelah diketahui nilai masing-masing kelompok.Pengujian hipotesis menggunakan t test independent. Teknik tersebut digunakan dengan melihat asumsi bahwa data dalam penelitian ini berbentuk rasio dan bentuk hipotesis berbentuk komparatif (dua sampel) independen.Dalam penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan program SPSS versi 17.Menu yang digunakan adalah analyze-compare dilanjutkan means-independent-sample t-test. Di dalam uji dua pihak berlaku ketentuan, jika ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (Riduwan 2010: 181). Hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.16 Uji Hipotesis

Nilai Equal variances assumed Equal variances not assumed t-test for Equality of

Means t 2.399 2.404 df Sig. (2-tailed) 42 .021 41.907 .021

Berdasarkan tabel 4.16 pada kolomt-test for Equality of Meansdapat diketahui bahwa nilaithitung =2,399 dan signifikansinyasebesar 0,021. Dari hasil penghitungan, dapat diketahui bahwathitung > ttabel , atau signifikansi <0,05, yaitu nilaithitung =2,399 danttabel= 2,018, sehingga2,399> 2,018. Nilai signifikansi yang diperoleh 0,021 atau <0,05. Dengan demikian, mengacu pada ketentuan

70

pengambilan keputusan uji hipotesis, maka Ho ditolak dan simpulannya yaitu ada perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa kelas IV yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a matchdan yang menggunakan metode konvensional.Sama seperti uji homogenitas, lampiran hasil uji hipotesis juga menggunakan independent sample t testada pada lampiran 32.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar IPS materi perkembangan teknologi produksi antara kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a match dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a match lebih tinggi dari yang belajarnya menggunakan metode konvensional dilihat dari rata-rata nilai hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen yaitu 74,76, sedangkan kelas kontrol sebesar 62,83.

Setelah dilakukan uji t, dapat diketahui bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas IV yang mendapat pembelajaran pembelajaran kooperatifteknikmake a match dan yang mendapat pembelajaran dengan metode konvensional.Perbedaan hasil belajar ditunjukkan dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai thitung sebesar 2,399yang kemudian dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 2,018.

Hasil penghitungan menunjukan bahwa nilai thitung 2,399lebih besar dari nilai t tabel

2,018 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatifteknik make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa model pembelajaran kooperatifteknik make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka. Proses pembelajarannya lebih menarik perhatian dan minat belajar siswa, karena terdapat unsur permainan yang dapat menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam pelaksanaan pembelajaran make a match siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Keaktifan siswa merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif, seperti yang dikemukan oleh Lie (2004: 30) bahwa “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok”.

72

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SD Negeri Pekiringan 02 Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa:

(1) Rata-rata skor aktivitas belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aktivitas belajar siswaditunjukkan dengan rata-rata skor aktivitas siswa (SAS) pada proses pembelajaran. Rata-rata skor aktivitas belajar siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama yaitu sebesar 79,61, persentase sebesar 79,61% dengan kriteria sangat tinggi,dan pertemuan kedua sebesar 85,27, persentase sebesar 85,27%dengan kriteria sangat tinggi juga. Sementara di kelas kontrol diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama yaitu sebesar70,65,persentasesebesar 70,65% dengan kriteria tinggi, dan pertemuan keduasebesar 74,86, persentase keaktifan siswa sebesar74,86% dengan kriteria tinggi juga.

(2) Rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 74,76, sedangkan kelas kontrol sebesar 62,83. Data hasi penghitungan dengan menggunakan rumus independent sample t test melalui program SPSS versi 17 menunjukkan bahwa modelpembelajaran kooperatifteknikmake a match berpengaruh dan signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh model pembelajaran kooperatifteknikmake a match terhadap hasil belajar dibuktikan dengan nilai

thitung > ttabel, yaitu2,399>2,018 dan signifikansi 0,021<0,05. Jadi, simpulannya adalah ada perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa kelas IV yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a matchdan yang menggunakan metode konvensional pada pembelajaran IPS materiPerkembangan Teknologi Produksi.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, bahwa model pembelajaran kooperatifteknikmake a matchterbukti berpengaruh signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Pekiringan 02 pada materi perkembangan teknologi produksi, maka disarankan:

5.2.1 Bagi Guru

(1) Guru hendaknya mulai menerapkan model pembelajaran kooperatifteknikmake a match, karena lebih efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.

(2) Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a match, hendaknya guru merencanakan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan baik, sehingga pelaksanaanya dapat berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

(3) Guru dapat melakukan variasi model pembelajaran kooperatifteknikmake a match dengan model lainnya, sehingga diperoleh model yang lebih sesuai dengan karakteristik pokok bahasan dan kondisi siswa.

74

5.2.2 Bagi Siswa

Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatifteknikmake a match, siswa sebaiknya lebih menggali pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya semaksimal mungkin. Selain itu, diharapkan tidak ada siswa yang malu bertanya kepada teman sekelompoknya apabila mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga kerjasama siswa dalam pembelajaran dapat belangsung secara optimal.