• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kadar Abu ( Ash)

Dalam dokumen KP 14.I1.0130 Jessica Astelia (Halaman 43-59)

Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral dalam tepung terigu dan banyaknya bran atau pollard gandum. Prinsipnya adalah menguraikan zat-zat organik menjadi air dan karbon dioksida, sedangkan zat-zat anorganik yang tertinggal dihitung sebagai kadar abu (James, 1995). Kadar abu dalam tepung terigu berhubungan dengan persentase bran pada bagian gandum yang digunakan dalam proses pembuatan.

Kadar abu yang terlampau tinggi akan menghasilkan kualitas penggilingan yang kurang baik karena semakin besar kemungkinan bran atau pollard yang masuk dalam tepung terigu. Hal ini akan menurunkan kemurnian tepung dan stabilitas adonan terhadap pengadukan. Selain itu tepung terigu dengan kadar abu yang tinggi akan menghasilkan penampakan warna yang lebih gelap. Kadar abu maksimum pada tepung terigu maksimal sebesar 0.64%. Hasil pengujian kadar abu pada tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Abu Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Sampel Kadar Abu (%) (d.b.)

Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru

1 0.62 0.62 0.63

2 0.62 0.63 0.63

3 0.63 0.62 0.63

Rata-Rata 0.62 ± 0.01a 0.62 ± 0.01a 0.63 ± 0.00a

Standar Maks. 0.64 Maks. 0.64 Maks. 0.64

Pada Tabel 8 dapat dilihat hasil dari uji kadar abu yang telah dilakukan pada ketiga jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta, yaitu maksimal sebesar 0.64%. Pada pengujian kadar abu tidak ditemukan perbedaan yang nyata antar jenis tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar abu tepung terigu Cakra Kembar dan Segitiga Biru adalah 0.62% dan Kunci Biru sebesar 0.63%.

6.3. Uji Protein

Kandungan dan kualitas protein dari tepung terigu merupakan faktor utama dalam mengukur potensi produk akhir, dimana berkaitan dengan tesktur yang dihasilkan. Uji protein bertujuan untuk mengukur kadar protein yang terdapat di dalam tepung terigu berdasarkan kandungan nitrogennya dengan menggunakan metode Kjeldahl. Prinsipnya adalah mendestruksi seluruh nitrogen yang terdapat di dalam tepung terigu menggunakan asam sehingga dihasilkan nitrogen dalam bentuk ammonium untuk selanjutnya dikonversi ke kadar protein kasar. Faktor koreksi yang digunakan untuk tepung terigu adalah 5.7 (Fieser & Mary, 1956). Metode Kjeldahl memiliki tiga tahap pengujan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi (Nielsen, 2003). Pada tahap awal yaitu destruksi, nitrogen diubah menjadi ion ammonium (NH4+) dengan asam sulfat pekat (H2SO4). Seluruh kandungan nitrogen dalam protein akan diubah menjadi garam ammonium. Proses destruksi dipercepat dengan penambahan katalisator, dan dalam uji ini digunakan kjeltabs yang terbuat dari K2SO4 dan Se. Destruksi harus dilakukan di dalam ruang asam karena bahan-bahan kimia yang digunakan bersifat beracun (toxic). Menurut Sudarmadji et al. (1989) suhu yang digunakan pada tahap destruksi berkisar antara 370-410°C dan proses destruksi akan selesai apabila larutan berubah warna dari gelap menjadi jernih atau tidak berwarna.

Setelah proses destruksi sempurna maka dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu destilasi menggunakan alat Kjeltech-Tecator Unit. Destilat yang diperoleh ditampung dalam tabung yang berisi larutan receiver, yaitu larutan borat. Tahap terakhir yaitu titrasi, dimana amoniak yang dihasilkan akan diuapkan dan dikumpulkan dalam suatu wadah penampungan. Setelah destilasi selesai, maka dilakukan titrasi dengan 0.1M asam klorida (HCl) menggunakan indicator warna bromokresol green dan methyl red. Hasil dari titrasi dapat langsung dilihat pada layar. Hasil pengujian kadar protein pada tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Kadar Protein Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Sampel Kadar Protein (%) (d.b.)

Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru

1 13.96 12.04 9.98

2 14.05 11.76 10.14

3 13.93 11.82 9.92

Rata-Rata 13.98 ± 0.06c 11.87 ± 0.15b 10.01 ± 0.11a

Standar Min. 13.0 11.0 – 12.50 Max. 11.0

Pada Tabel 9 dapat dilihat hasil dari uji kadar protein yang telah dilakukan pada ketiga jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta. Namun terdapat perbedaan persentase kadar protein pada ketiga jenis tepung terigu, dimana kadar air terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan kadar air terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada pengujian kadar protein ditemukan perbedaan yang nyata pada antar jenis tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar protein tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 13.98%, Segitiga Biru sebesar 11.87% dan Kunci Biru sebesar 10.01%.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan jenis gandum yang digunakan dalam proses pembuatan. Tepung terigu Cakra Kembar memiliki kadar protein paling tinggi jika dibandingkan dengan tepung terigu Segitiga Biru dan Kunci Biru karena dibuat menggunakan 100% gandum hard wheat sebagai bahan bakunya. Sedangan tepung Kunci Biru memiliki kadar protein paling rendah karena dibuat dari 100% gandum soft wheat. Tepung terigu Segitiga Biru memiliki kadar protein di antara Cakra Kembar dan Kunci Biru karena dibuat dari campuran antara gandum hard wheat dan soft wheat dengan komposisi tertentu (Morris & James, 2000). Setiap jenis tepung memiliki standart yang berbeda-beda namun tetap mengacu pada SNI 01-3751-2009 yang dikeluarkan oleh pemerintah dikarenakan setiap perusahaan memiliki standartnya masing-masing (Herschdoerfer, 1986)

6.4. Uji Gluten

Gluten adalah bagian dari tepung terigu yang tidak larut garam dan bersifat elastis dan kenyal. Gluten merupakan bagian yang penting dalam menentukan baik-tidaknya kualitas adonan, dimana berperan sebagai penahan gas yang dihasilkan oleh ragi sehingga dihasilkan produk yang mengembang (Fance, 1964). Kandungan gluten dapat mencapai 80% dari total protein dalam tepung, yang terdiri dari protein gliadin dan glutenin. Glutenin berperan dalam memberikan kepadatan atau kekerasan pada gluten, sedangkan gliadin berperan terhadap peningkatan adonan karena memiliki struktur yang kuat dan lengket (Rao & J, 1992).

Penambahan air dan garam pada protein gliadin dan glutenin akan membentuk protein gluten (Fance, 1964). Kadar protein gluten menentukan kadar protein pada tepung terigu, dimana semakin besar kadar gluten maka semakin tinggi pula kadar protein tepung terigu yang diperoleh (Rao & J, 1992). Pada prosedurnya, gluten diperoleh dari hasil pengadukan tepung terigu yang sudah dilapisi polyester screen dan dialirkan dengan larutan garam NaCl 2%. Melalui cara ini zat pati akan terpisah bersama larutan garam dan melewati saringan sehingga diperoleh gluten (Wardani & Widjanarko, 2013). Hasil pengujian kadar gluten pada tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Analisis Kadar Gluten Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Sampel Kadar Gluten (%) (w.b.)

Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru

1 33.30 28.30 24.20

2 33.00 27.40 23.60

3 33.50 27.90 23.30

Rata-Rata 33.27 ± 0.25c 27.87 ± 0.45b 23.70 ± 0.46a

Standar Min. 30 Min. 26.50 Max. 25.50

Pada Tabel 10 dapat dilihat hasil dari uji kadar gluten yang telah dilakukan pada ketiga jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta. Namun terdapat perbedaan persentase kadar protein pada ketiga jenis tepung terigu, dimana kadar air terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan kadar air terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada

pengujian kadar gluten ditemukan perbedaan yang nyata pada antar jenis tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar gluten tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 33.27%, Segitiga Biru sebesar 27.87% dan Kunci Biru sebesar 23.70%.

Perbedaan ini disebabkan oleh komposisi yang berbeda pada saat penggilingan biji gandum, dimana tepung terigu yang mengandung banyak endosperm akan menghasilkan kadar gluten yang tinggi juga. Hal ini dikarenakan gluten banyak terkandung di dalam endosperm biji gandum. Tepung terigu Cakra Kembar memiliki kadar protein paling tinggi jika dibandingkan dengan tepung terigu Segitiga Biru dan Kunci Biru karena dibuat menggunakan 100% gandum hard wheat sebagai bahan bakunya. Sedangan tepung Kunci Biru memiliki kadar protein paling rendah karena dibuat dari 100% gandum soft wheat. Tepung terigu Segitiga Biru memiliki kadar protein di antara Cakra Kembar dan Kunci Biru karena dibuat dari campuran antara gandum hard wheat dan soft wheat dengan komposisi tertentu (Morris & James, 2000).

Tepung terigu Cakra Kembar memiliki kandungan protein dan gluten yang sangat tinggi sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang memerlukan pengembangan seperti pembuatan roti dan mie. Tepung terigu dengan protein sedang (Segitiga Biru) memiliki sifat multifungsi dimana dapat digunakan untuk pembuatan aneka makanan seperti roti manis, donat, dan juga mi basah. Sedangkan tepung terigu protein rendah (Kunci Biru) memiliki kandungan protein dan gluten yang sangat rendah sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang tidak memerlukan pengembangan seperti biskuit dan cookies (Fance, 1964)

6.5. Uji Falling Number

Uji Falling Number bertujuan untuk mengukur aktivitas enzim ɑ-amilase pada tepung terigu. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat Falling Number Pertent. Tingginya aktivitas enzim ɑ-amilase ditunjukkan dengan nilai falling number yang rendah (Murtini et al., 2005). Prinsipnya adalah menghitung waktu yang dibutuhkan pengaduk untuk turun melewati campuran tepung dan aquades yang dipanaskan pada suhu tertentu hingga mencapai dasar tabung. Waktu yang diperlukan tersebut menunjukkan nilai

falling number (Perten, 1964). Nilai falling number pada tepung terigu minimal 300 detik. Pengukuran dilakukan terhadap starch dalam bentuk gel dimana gel starch yang kental akan menjadi encer yang menandakan bahwa ikatan starch telah terpotong oleh enzim ɑ-amilase. Nilai Falling Number yang terlalu tinggi akan menghasilkan adonan yang kurang mengembang, sedangkan nilai yang terlalu rendah akan menghasilkan adonan yang lengket.

Sugiyono (2002) menyatakan bahwa pengujian terhadap aktivitas enzim α-amilase merupakan salah satu parameter uji yang penting karena enzim amilase diperlukan untuk memotong ikatan pada pati sehingga dihasilkan struktur yang lebih pendek (gula) yang merupakan makanan bagi ragi selama proses fermentasi. Selanjutnya ragi tersebut akan mengeluarkan gas CO2 yang diperlukan untuk mengembangkan roti, sehingga

dapat dikatakan enzim α-amilase ikut berperan dalam proses pengembangan roti

(Whitehurst, 2010). Hasil pengujian enzim ɑ-amilase pada tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Kadar Falling Number Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Sampel Kadar Falling Number (sec)

Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru

1 384 421 438

2 384 415 443

3 384 429 431

Rata-Rata 384 ± 0a 421 ± 7b 437 ± 6c

Standar Min. 300 Min. 300 Min. 300

Pada Tabel 11 dapat dilihat hasil dari uji enzim ɑ-amilase yang telah dilakukan pada ketiga jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta. Namun terdapat

perbedaan persentase kadar aktivitas enzim α-amilase pada ketiga jenis tepung terigu,

dimana kadar aktivitas enzim α-amilase terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan

kadar aktivitas enzim α-amilase terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada pengujian

kadar aktivitas enzim α-amilase ditemukan perbedaan yang nyata pada antar jenis

tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 384s, Segitiga Biru sebesar 421s, dan Kunci Biru sebesar 437s. Nilai dalam satuan detik ini menunjukkan seberapa cepat enzim α -amilase memotong ikatan pada pati didalam tepung terigu.

Tepung terigu Cakra Kembar memiliki kandungan kadar aktivitas enzim α-amilase yang sangat tinggi sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang memerlukan pengembangan seperti pembuatan roti dan mie. Sedangan tepung Kunci Biru dengan kadar aktivitas enzim α-amilase paling rendah cocok digunakan untuk produk-produk yang tidak memerlukan pengembangan seperti biskuit dan cookies. Tepung terigu Segitiga Biru memiliki kadar aktivitas enzim α-amilase di antara Cakra Kembar dan Kunci Biru memiliki sifat multifungsi dimana dapat digunakan untuk pembuatan aneka makanan seperti roti manis, donat, dan juga mi basah (Fance, 1964).

41 7.1. Kesimpulan

 Hasil analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar gluten, dan aktivitas enzim α-amilase pada ketiga sampel tepung terigu dengan merk Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru sudah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.

 Perbedaan jenis gandum yang digunakan mempengaruhi hasil analisis kadar air, kadar protein, kadar gluten, dan aktivitas enzim α-amilase namun tidak mempengaruhi hasil analisis kadar abu pada sampel tepung terigu.

 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills telah melakukan proses produksi tepung terigu dengan baik, mulai dari penanganan bahan baku mentah hingga menjadi produk akhir.

 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills telah melakukan pengendalian mutu pada tepung terigu dengan baik.

7.2. Saran

Saran yang dapat penulis berikan terhadap pengawasan mutu tepung terigu secara kimiawi di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills yaitu dapat dilakukan analisis cemaran logam berat yang mungkin terkandung dalam tepung terigu agar dapat mengefisienkan waktu serta biaya yang dikeluarkan, dimana selama ini tidak dilakukan di laboratorium Quality Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta, melainkan dikirim ke perusahaan jasa analisis.

42

Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Penerbit Tarsito, Bandung.

Bogasari. (1997). Quality Control of Raw Material Wheat Flour and By Product. Jakarta: PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.

Bogasari. (2007). Milling For Non Miller Commercial Program. Jakarta: PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.

Fance, Wilfred James. (1964). The Student’s Technology of Breadmaking and Flour Confectionery. Routledge and Kegan Paul, Ltd, London.

Fieser, Louis F., and Mary Fieser. (1956). Organic Chemistry 3rd Edition. Reinhold Publishing Corporation, New York.

Herschdoerfer, S. M. (1986). Quality Control in The Food Industry Vol 3. 2nd Edition. Academic Press. London.

Hoseney, R. Carl. (1994). Principles of Cereal Science and Technology 2nd Edition. American Association of Cereal Chemists, Inc.

James, Ceirwyn S. (1995). Analytical Chemistry of Foods. Blackie Acad and Professional, London

Makfoeld, D., D. W. Marseno, P. Hastuti, S. Raharjo, S. Sastrosuwignyo, S. Suhardi, S.Martoharsono, S. Hadiwiyoto dan Tranggono. (2002). Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Milatovic M. J. and Mondelli G. (1991). Pasta Technology Today. Chiriotti Pinerolo, Italy

Morris, Peter C and James H Bryce. (2000). Cereal Biotechnology. Woodhead Publishing Limited, Cambridge England

Murtini, Erni Sofia; Tri Susanto; dan Ratih Kusumawardani. (2005). Karakterisasi Sifat Fisik, Kimia dan Fungsional Tepung Gandum Lokal Varietas Selayar, Nias dan Dewata. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 1 (April 2005) 57-65

Nielsen, S. Suzanne. (2003). Food Analysis Third Edition. Springer Science+Bussines Media, Inc

Perten, Harald. (1964). Application of the Falling Number Method For Evaluating Alpha-Amlylase Activity. Cereal Chemistry Vol. 41 No.3

Pomeranz, Y. (1971). Wheat Chemistry and Technology. Minnesota: American Association of Cereal Chemist Inc

Rao, M.A. and J.F. Steffe. (1992). Viscoelastic Properties of Foods. Elsevier Applied Science. New York.

Serna-Saldivar, Sergio. O. (2002). Cereal Grains: Properties, Processing and Nutritional Attributes. CRC Press LLC. USA

SNI 01-3751-2009. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Dewan Standarisasi Nasional – BSN. Jakarta.

Sudarmadji, S.; B. Haryono; & Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.

Sugiyono. (2002). Teknologi Tepung dan Pati. Asosiasi Produsen Terigu Indonesia Wardani, Nela Agustin Kusuma dan Simon Bambang Widjanarko. (2013). Potensi Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dan Gluten dalam Pembuatan Daging Tiruan Tinggi Serat. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 3 [Desember 2013] 151-164

Whitehurst, Robert J. and M.V. Oort. (2010). Enzymes in Food Technology 2nd Edition. Chichester: Blackwell Publishing Ltd.

44

Lampiran 1. Quality Control System PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta

Lampiran 2. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan SNI 01-3751-2009

Lampiran 3. Quality Guide Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (2010)

Parameter Tepung Terigu

Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru

Kadar Air (%) max. 14.3 max. 14.3 max. 14.3

Protein (%) (d.b.) min. 13.0 11.0 – 12.5 max. 11.0 Abu (%) (d.b.) max. 0.64 max. 0.64 max. 0.64 Falling Number (sec) min. 300 min. 300 min. 300

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Kadar Air Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Hasil uji signifikansi kadar air terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda nyata dengan Segitiga Biru dan Kunci Biru pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar air tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 14.22%, Segitiga Biru sebesar 14.00% dan Kunci Biru sebesar 13.53%.

Perlakuan Kadar Air (%) Kunci Biru 13.5300 a Segitiga Biru 14.0000 b Cakra Kembar 14.2167 c

Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Kadar Abu Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Pada pengujian kadar abu tidak ditemukan perbedaan yang nyata antar jenis tepung yang diuji pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar abu tepung terigu Cakra Kembar dan Segitiga Biru adalah 0.62% dan Kunci Biru sebesar 0.63%.

Perlakuan Kadar Abu (%) Cakra Kembar 0.6233 a

Segitiga Biru 0.6233 a Kunci Biru 0.6300 a

Lampiran 6. Hasil Uji Statistik Kadar Protein Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Hasil uji signifikansi kadar protein terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda nyata dengan Segitiga Biru dan Kunci Biru pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar protein tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 13.98%, Segitiga Biru sebesar 11.87% dan Kunci Biru sebesar 10.01%.

Perlakuan Kadar Protein (%) Kunci Biru 10.0133 a Segitiga Biru 11.8733 b Cakra Kembar 13.9800 c

Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Kadar Gluten Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Hasil uji signifikansi kadar gluten terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda nyata dengan Segitiga Biru dan Kunci Biru pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar gluten tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 33.27%, Segitiga Biru sebesar 27.87% dan Kunci Biru sebesar 23.70%.

Perlakuan Kadar Gluten (%) Kunci Biru 23.7000 a Segitiga Biru 27.8667 b Cakra Kembar 33.2667 c

Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Kadar Aktivitas Enzim α-amilase Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)

Pada pengujian kadar aktivitas enzim α-amilase ditemukan perbedaan yang nyata pada

antar jenis tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata hasil falling number tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 384s, Segitiga Biru sebesar 421s, dan Kunci Biru sebesar 437s.

Lampiran 9. Presensi Kerja Praktek di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta

Lampiran 10. Formulir Penilaian Kerja Praktek di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta

Perlakuan Kadar Falling Number (%) Cakra Kembar 384.0000 a

Segitiga Biru 421.6667 b Kunci Biru 437.3333 c

Dalam dokumen KP 14.I1.0130 Jessica Astelia (Halaman 43-59)

Dokumen terkait