• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Ukuran KAP

4.2. Hasil Penelitian

4.2.2. Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit)

Pengujian terhadap kelayakan (goodness of fit) terhadap model penelitian sangat berguna untuk dapat memberikan hasil estimasi yang tepat atas setiap prediksi terhadap variabel prediktor. Dalam melihat model dinyatakan telah layak atau tidak layak dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan alpha penelitian sebesar 0.05. Jika nilai signifikansi lebih besar dibandingkan dengan 0.05 (sig. > 0.05) maka model dinyatakan layak, atau dengan kata lain bahwa model yang menunjukkan kecukupan data yang dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 6.032 8 .644

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai signifikansinya adalah sebesar 0.644. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha (0.05) penelitian. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model penelitian ini telah memenuhi asumsi goodness of fit test.

4.2.3. Analisis Regresi Logit

Setelah diketahui bahwa model regresi logistik telah memenuhi asumsi goodness of fit test, maka dapat disusun model penelitian dengan menggunakan asumsi odd ratio. Model pada penelitian ini disusun berdasarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a PK -1.645 2.626 .392 1 .531 .193 UP -.331 .123 7.230 1 .007 .719 LEV 19.293 6.887 7.847 1 .005 2.392 KAP(1) .170 .637 .071 1 .790 1.185 Constant -9.324 5.986 2.426 1 .119 .000 a. Variable(s) entered on step 1: PK, UP, LEV, KAP.

Berdasarkan pada tabel 4.9 maka dapat disusun model penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ln(Opini) = -9.324 + 0.193(PK) + 0.719(UP) + 2.392(LEV) + 1.185(KAP)

Interpretasi dari model analisis regresi logik di atas adalah sebagai berikut:

a. Ketika Proporsi Komisaris Independen mengalami peningkatan sebesar 1%, maka kemungkinan bagi perusahaan untuk membentuk Risk Management Committee sebesar 0.193 kali lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai Proporsi Komisaris Independen yang mengalami penurunan.

b. Peningkatan pada Ukuran Perusahan sebesar 1% maka kemungkinan bagi perusahaan untuk membentuk Risk Management Committee sebesar 0.719 kali lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai Ukuran Perusahan yang mengalami penurunan.

c. Peningkatan pada Leverage sebesar 1% maka kemungkinan bagi perusahaan untuk membentuk Risk Management Committee sebesar 2.392 kali lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai leverage yang mengalami penurunan.

d. Peningkatan pada Ukuran KAP sebesar 1% maka kemungkinan bagi perusahaan untuk membentuk Risk Management Committee sebesar 1.185 kali lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki nilai Ukuran KAP yang mengalami penurunan.

4.2.4. Pengujian Hipotesis 1. Uji t (Parsial)

Selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis untuk lebih menguatkan pendapat sebelumnya. Kriteria untuk menentukan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dengan membandingkan nilai signifikansi dengan alpha (0.05), dimana ketika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 (sig. < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. Pengujian hipotesis secara parsial dapat diketahui dengan melihat tabel berikut ini:

Tabel 4.10

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a PK -1.645 2.626 .392 1 .531 .193 UP -.331 .123 7.230 1 .007 .719 LEV 19.293 6.887 7.847 1 .005 2.392 KAP(1) .170 .637 .071 1 .790 1.185 Constant -9.324 5.986 2.426 1 .119 .000 a. Variable(s) entered on step 1: PK, UP, LEV, KAP.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari variabel PK (Proporsi Komisaris Indendepen) adalah sebesar 0.0.531. Jelas nilai signifikansi PK lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0.05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, terdapat pengaruh tidak

signifikan PK terhadap pembentuk RMC pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya nilai signifikan dari variabel UP (Ukuran Perusahaan) adalah sebesar 0.007. Jelas nilai lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0.05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, terdapat pengaruh signifikan UP terhadap pembentuk RMC pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya nilai signifikan dari variabel LEV (Leverage) adalah sebesar 0.005. Jelas nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0.05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan LEV terhadap pembentuk RMC pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Selanjutnya nilai signifikan dari variabel KAP (Ukuran KAP) adalah sebesar 0.790. Jelas nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 0.05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan KAP terhadap pembentuk RMC pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Uji F (Simultan)

Dalam pengujian ini semua variabel independen diuji secara bersama-sama terhadap variabel bebas dengan melihat Omnibus Tests of Model Coefficients. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikan lebih besar dari alpha 0,05 maka Hipotesis alternatif tidak dapat diterima sedangkan jika nilai sigfikansi kurang dari alpha 0,05 maka

Hipotesis alternatif diterima. Hasil pengujian Omnibus Tests of Model Coefficients dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 17.289 4 .002

Block 17.289 4 .002

Model 17.289 4 .002

Pada Tabel 4.11 kolom Omnibus Test of Model Coefficient hasil pengujian regresi logistik yang dilakukan secara simultan dengan tingkat signifikan dalam penelitian ini adalah 0,002. Hasil signifikan menunjukkan sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis alternative diterima artinya variabel Proporsi Komisaris, Ukuran Perusahaan, Leverage, Ukuran Kantor Akuntan Publik secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembentukan RMC.

4.2.5. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi berfungsi untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya. Pada regresi logistika akan digunakan nilai Nagelkerke R Square pada tabel model summary seperti tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4.12

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 72.105a .197 .290

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.290. Nilai ini memberikan arti bahwa kemampuan dari PK, UP, LEV dan KAP dalam menjelaskan dan memprediksi pembentuk RMC pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 29% sedangkan sisanya sebesar 71% dijelaskan atau diprediksi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Pembentukan RMC Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa PK berpengaruh tidak signifikan terhadap Pembentukan RMC. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel yang lebih besar dibandingkan dengan nilai Alpha perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa PK bukan variabel yang dapat memprediksi pembentukan RMC.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana Khusnun Safitri (2013), Rosmi Nurul Habibah (2013) yang menyatakan bahwa Proporsi Komisaris Independenbukanlah variabel yang mampu mempengaruhi pembentukan RMC.

4.3.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pembentukan RMC

Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Pembentukan RMC. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai Alpha perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa uran perusahaan adalah variabel yang dapat memprediksi pembentukan RMC. Semakin besar ukuran perusahaan maka peluang perusahaan untuk membentuk RMC semakin besar, hal ini karena ketika tingkat harta perusahaan terus mengalami peningkatan maka sangat dibutuhkan manajemen yang mampu untuk menghitung setiap resiko yang akan terjadi terhadap perusahaan untuk melindungi hartanya dari hal – hal yang merugikan perusahaan.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana Khusnun Safitri (2013), Rosmi Nurul Habibah (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan variabel yang mampu mempengaruhi pembentukan RMC.

4.3.3. Pengaruh Leverage Terhadap Pembentukan RMC

Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap Pembentukan RMC. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai Alpha perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa leverage adalah variabel yang dapat memprediksi pembentukan RMC. Semakin besar leverage maka peluang perusahaan untuk membentuk RMC semakin besar, hal ini karena ketika perusahaan memiliki tingkat utang yang lebih besar dibandingkan

hartanya maka perusahaan akan berusaha untuk melakukan control, sehingga hal – hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.

Hasil penelitian ini telah menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuni (2012), yang menyatakan bahwa leverage variabel yang tidak mampu mempengaruhi pembentukan RMC.

4.3.4. Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Pembentukan RMC

Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa ukuran KAP berpengaruh tidak signifikan terhadap Pembentukan RMC. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel yang lebih besar dibandingkan dengan nilai Alpha perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran KAP bukan variabel yang dapat memprediksi pembentukan RMC.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana Khusnun Safitri (2013), Rosmi Nurul Habibah (2013) yang menyatakan bahwa Ukuran KAP (Reputasi KAP) bukanlah variabel yang mampu mempengaruhi pembentukan RMC.

4.3.5. Pengaruh Proporsi Komisaris, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Ukuran KAP Terhadap Pembentukan RMC

Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa proporsi komisaris, ukuran perusahaan, leverage dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap Pembentukan RMC. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi variabel yang kecil besar dibandingkan dengan nilai Alpha perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama – sama variabel – variabel penelitian ini, yaitu Proporsi Komisaris, Ukuran Perusahaan,

Leverage dan Ukuran KAP adalah variabel yang dapat memprediksi pembentukan RMC.

Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa peluang terbentuknya RMC pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia dapat disebabkan oleh empat faktor yang dilakukan secara bersama – sama yaitu Proporsi Komisaris, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Ukuran KAP. Variabel tersebut harus dilakukan secara bersamaan tidak bisa terpisah. Hal tersebut mengingat bahwa antara satu variabel dengan variabel yang lainnya saling terintegrasi dalam menunjang perkembangan perusahaan sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk membentuk RMC.

Hasil penelitian ini telah membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ana Khusnun Safitri (2013), Rosmi Nurul Habibah (2013) yang menyatakan bahwa Ukuran KAP (Reputasi KAP) bukanlah variabel yang mampu mempengaruhi pembentukan RMC

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait