• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Biaya Pemasaran

5.2.12 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik Pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas dianalisis dengan Pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas dianalisis dengan

5.2.12.2 Uji kesesuaian ( test goodness of fit ) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik disajikan pada lampiran 6. Lampiran 6 menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang berpengaruh terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I), yaitu produktivitas padi organik (Y), harga bibit (Px1), harga pupuk kandang (Px2), harga urin sapi (Px3), harga pestisida organik (Px4), upah tenaga kerja (Px5), dan biaya pemasaran (Px6).

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik adalah sebagai berikut.

I = 5717834,092 + 6293,178 Y* + 1052,295 Px1 – 228,231 Px2 – 331,588 Px3* – 1,699 Px4 – 4,681 Px5* – 14772,073 Px6

Keterangan : * Signifikansi R² : 0,839

Signifikansi F : 0,000

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 5717834,092. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh

variabel eksogen terhadap variabel pendapatan petani padi organik adalah sebesar 5717834,092.

Lampiran 6 menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah sebesar 0,839. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 83,9%

variasi pendapatan petani padi organik (I) telah dapat dijelaskan oleh variabel produktivitas padi organik (Y), harga bibit (Px1), harga pupuk kandang (Px2), harga urin sapi (Px3), harga pestisida organik (Px4), upah tenaga kerja (Px5), dan biaya pemasaran (Px6). Sedangkan sisanya, sebesar 16,1%, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Variabel lain yang mempengaruhi ini diduga karena petani padi organik hanya memanen padi organik sesuai dengan kemampuan petani tersebut. Kemampuan ini dipengaruhi oleh jumlah dan kapasitas padi organik. Apabila jumlah dan kapasitas padi organik bisa ditingkatkan, maka petani akan ikut menyesuaikan dengan ikut meningkatkan pendapatan petani padi organik.

Petani padi organik pada daerah penelitian umumnya memiliki sumber pendapatan lain selain berusahatani padi organik. Sehingga, petani tidak benar-benar berusaha untuk meningkatkan pendapatan dari usahatani padi organiknya.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian

ini menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam

bagian berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 29. Tabel 29 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang

ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1

diterima, yaitu variabel produktivitas padi organik (Y), harga bibit (Px1), harga pupuk kandang (Px2), harga urin sapi (Px3), harga pestisida organik (Px4), upah

tenaga kerja (Px5), dan biaya pemasaran (Px6), secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I).

2. Uji pengaruh variabel secara parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada lampiran 6.

a. Produktivitas padi organik (Y)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel produktivitas padi organik memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel produktivitas padi organik (Y), secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I). Nilai koefisien regresi sebesar 27.517,935 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan produktivitas padi organik sebesar 1 kg, maka terjadi pertambahan pendapatan petani padi organik sebesar Rp.27.517,935 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan produktivitas padi organik, akan menyebabkan turunnya pendapatan petani padi organik.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa produktivitas padi organik berada antara 1.167 kg/ha sampai dengan 6.250 kg/ha dengan rata-rata 3.969 kg/ha. Jumlah produktivitas padi organik yang dibawah 3.969 kg/ha adalah sebesar 41% sampel, yaitu sebanyak 24 orang, dan yang diatas 3.969 kg/ha adalah sebesar 59%, yaitu sebanyak 34 orang.

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,184. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga bibit (Px1) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I).

Variabel harga bibit tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik karena adanya ketersediaan bibit pada petani sampel. Petani sampel yaitu kelompok Tani Subur memiliki penangkaran bibit sendiri dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga dipasaran. Sehingga banyak petani yang tidak membeli bibit diluar kelompok tani.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa harga bibit berada antara Rp.8.000/kg sampai dengan Rp.10.000/kg dengan rata-rata Rp.8.862/kg. Harga bibit yang dibawah Rp.8.862/kg adalah sebesar 57% sampel, yaitu sebanyak 33 orang, dan yang diatas Rp.8.862/kg adalah sebesar 43%, yaitu sebanyak 25 orang.

c. Harga Pupuk Kandang (Px2)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga pupuk kandang memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,950. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga pupuk kandang (Px2) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I).

Variabel harga pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik. Hal ini dikarenakan adanya ketersediaan pupuk kandang di dalam kelompok tani subur. Sehingga petani sampel tidak membeli

pupuk kandang di kios tani atau dipasaran dengan harga yang jauh lebih tinggi. Harga pupuk kandang didalam kelompok tani yaitu Rp.500/kg sampai dengan Rp.1.000/kg. Pupuk kandang dengan harga Rp.500/kg yaitu pupuk kandang yang belum siap pakai sehingga harus diolah kembali oleh petani sampel, sedangkan pupuk kandang dengan harga Rp.1.000/kg yaitu pupuk kandang yang sudah siap pakai.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukkan bahwa harga pupuk kandang berada antara Rp.500/kg sampai dengan Rp.1.000/kg dengan rata-rata Rp.690/kg. Harga pupuk kandang yang dibawah Rp.690/kg adalah sebesar 62% sampel, yaitu sebanyak 36 orang, dan yang diatas Rp.690/kg adalah sebesar 38%, yaitu sebanyak 22 orang.

d. Harga Urin Sapi (Px3)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga urin sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,021. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel harga urin sapi (Px3) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I). Nilai koefisien regresi sebesar -331,588 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga urin sapi sebesar Rp.1/liter, maka terjadi penurunan pendapatan petani padi organik sebesar Rp.331.588 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga urin sapi, akan menyebabkan naiknya pendapatan petani padi organik.

Kurang tersedianya urin sapi didalam kelompok tani menyebabkan petani sampel membeli urin sapi diluar kelompok tani dengan harga Rp.20.000 perliter. Sedangkan urin sapi yang tersedia di kelompok tani dengan harga Rp.10.000

perliter. Dengan harga beli urin sapi yang tinggi diluar kelompok tani mengakibatkan 13 petani sampel tidak menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik mereka.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa harga urin sapi berada antara Rp.10.000/liter sampai dengan Rp.20.000/liter dengan rata-rata Rp.15.172/liter. Harga urin sapi yang dibawah Rp.15.172/liter adalah sebesar 26% sampel, yaitu sebanyak 15 orang, dan yang diatas Rp.15.172/liter adalah sebesar 74%, yaitu sebanyak 43 orang.

e. Harga Pestisida Organik (Px4)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga pestisida organik memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,992. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel pestisida organik (Px4) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I).

Variabel harga pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik karena adanya ketersediaan pestisida organik. Pestisida organik yang digunakan yaitu pestisida nabati dengan menggunakan sisa-sisa dari buah-buahan yang dapat digunakan untuk pembasmi hama, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk pestisida organik. Selain menggunakan pestisida nabati, petani padi organik juga menggunakan urin sapi yang sudah tersedia sebelumnya. Oleh karena itu harga pestisida tidak mempengaruhi pendapatan petani padi organik.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa harga pestisida organik berada antara Rp.2.000/liter sampai dengan Rp.20.000/liter dengan

rata-rata Rp.16.500/liter. Harga pestisida organik yang dibawah Rp.16.500/liter adalah sebesar 29% sampel, yaitu sebanyak 17 orang dan yang diatas Rp.16.500/liter adalah sebesar 71%, yaitu sebanyak 41 orang.

f. Upah Tenaga Kerja (Px5)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel upah tenaga kerja (Px5) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I). Nilai koefisien regresi sebesar -4,681 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan upah tenaga kerja sebesar Rp.1/orang/ha, maka terjadi penurunan pendapatan petani padi organik sebesar Rp.4.681 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan upah tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikan pendapatan petani padi organik.

Upah tenaga kerja yang dikeluarkan petani sampel meliputi upah tenaga kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga. Adapun kegiatan yang dilakukan tenaga kerja tersebut yaitu persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pengeringan gabah, panen, dan pasca panen. Setiap petani sampel mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Semakin kecil upah tenaga kerja yang dikeluarkan maka semakin meningkat pendapatan petani padi organik.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa upah tenaga kerja berada antara Rp.300.000/orang/ha sampai dengan Rp.4.750.000/orang/ha dengan rata-rata Rp.1.238.174/orang/ha. Upah tenaga kerja yang dibawah

Rp.1.238.174/orang/ha adalah sebesar 55% sampel, yaitu sebanyak 32 orang, dan yang diatas Rp.1.238.174/orang/ha adalah sebesar 45%, yaitu sebanyak 26 orang.

g. Biaya Pemasaran (Px6)

Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel biaya pemasaran memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,056. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas

kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya pemasaran (Px6) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik (I).

Biaya pemasaran yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik disebabkan karena tersedianya koperasi JAPSA yang menampung hasil beras organik. Koperasi JAPSA tersebut langsung mengambil hasil produksi beras organik di Desa Lubuk Bayas, sehingga biaya pemasaran yang terdiri dari biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan dapat mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan petani sampel.

Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa biaya pemasaran berada antara Rp.600/kg sampai dengan Rp.1.300/kg dengan rata-rata Rp.810/kg. Biaya pemasaran yang dibawah Rp.810/kg adalah sebesar 97% sampel, yaitu sebanyak 56 orang, dan yang diatas Rp.810/kg adalah sebesar 3%, yaitu sebanyak 2 orang.

BAB VI

Dokumen terkait