• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

G. Teknik Analisis Data

4. Uji Korelasi Pearson Product Moment

Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, baik hubungan yang bersifat simetris, kausal dan reciprocal (Ghozali, 2003, h. 260). Untuk menguji hubungan antar variabel peneliti menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment untuk pengujian korelasi data dengan bantuan program SPSS for windows version 25. Teknik korelasi Pearson Product Moment adalah untuk mencari arah dan kekuatan hubungan antara variabel independent (X) dengan variabel dependen (Y) dan data berbentuk interval atau ratio ( Siregar, 2014, h.252). Uji koefisien korelasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan antara variabel independen yaitu religiusitas dan variabel dependen yaitu kesehatan mental. Arah

hubungan dalam uji korelasi ada dua yaitu:

a. Bila kenaikan suatu variabel diikuti oleh variable lain, maka arah hubungannya positif.

b. Bila kenaikan satu variabel diikuti oleh penurunan variabel lain, maka arah hubungan ini negatif.

Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil. Peneliti dapat berpendoman pada ketentuan berikut ini:

Tabel 6. Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

(Sugiyono 2018, 184)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Gambaran Umum Kebijakan Kantong Belanja Ramah Lingkungan di Kecamatan Jagakarsa

Gambar 3. Peta Kecamatan Jagakarsa

Penghasil sampah plastik terbanyak adalah berasal dari kota-kota besar, dan Jakarta Selatan adalah kota besar di Indonesia yang memiliki tingkat perkembangan ekonomi dan daya konsumsi yang tinggi, sedangkan Kecamatan Jagakarsa

adalah kecamatan terpadat dan menjadi tempat peresmian pertama penggunaan kantong belanja ramah lingkungan di Jakarta Selatan oleh Pemerintah Kota (PEMKOT) setempat., sehingga Kecamatan Jagakarsa memiliki progress lebih dulu dibanding Kecamatan lainnya. Maka, berdasarkan penjabaran diatas, peneliti melakukan penelitian kebijakan kantong belanja ramah lingkungan di Kecamatan Jagakarsa.

Menurut data wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan (2010) wilayah Kecamatan Jagakarsa terbagi atas 6 Kelurahan, 54 RW, dan 610 RT dengan luas 2.501 Ha dan dihuni sekitar 350.000 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 4,8 % per tahun Kecamatan ini memiliki tingkat pertumbuhan penduduk per tahun yang tinggi di Kota Administrasi Jakarta Selatan setelah Kecamatan Cilandak, Kecamatan Kebayoran Lama, Kecamatan Pesanggrahan, dan Kecamatan Pasar Minggu. Enam kelurahan di kecamatan Jagakarsa adalah Kelurahan Tanjung Barat, Kelurahan Lenteng Agung, Kelurahan Jagakarsa, Kelurahan Ciganjur, Kelurahan Srengseng Sawah, Kelurahan Cipedak.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016, produksi sampah per hari tertinggi berada di Pulau Jawa, salah satunya adalah DKI Jakarta yang menghasilkan 9.300 ton sampah per hari. Berdasar data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, plastik sekali pakai (PSP) menjadi penyumbang cukup tinggi atas sampah plastik di Ibu Kota Jakarta. 14 persen atau 1.000 ton di antaranya merupakan sampah plastik yang didominasi plastik sekali pakai. Jenis kantong belanja plastik,

setiap harinya sebanyak 650-800 ribu lembar yang masuk ke TPST Bantargebang. Salah satu Kecamatan terpadat di Jakarta Selatan, Jagakarsa menghasilkan sampah sebanyak 94 ton perhari berdasar data tahun 2015. Sedangkan Kecamatan ini kekurangan TPS dan hanya memiliki 1 TPS yang bertempat di Gang Lontar, jalan raya lenteng agung yang telah digunakan lebih dari 15 tahun.

Tidak hanya itu, dalam survei singkat pada masa PSBB yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta di beberapa tempat penampungan sementara sampah menunjukkan komposisi plastik meningkat menjadi 21 persen dari total sampah dibandingkan komposisi pada 2018 yaitu sebesar 14 persen.

Pada periode 1-15 Maret 2020 sampah yang dihasilkan rata-rata 9.300 ton per hari. Setelah dimulainya seruan beraktivitas di rumah pada 16 Maret-9 April 2020 jumlah sampah mencapai sekitar 8.400 ton per hari dan periode 10 April-4 Juni turun menjadi 6.300 ton per hari. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta H.Andono Warihm mengatakan selama masa pandemi dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terjadi tren penurunan sampah yang dihasilkan di DKI Jakarta namun komposisi sampah plastik meningkat, salah satunya disebabkan tren belanja dari rumah.

Maka disahkanlah PERGUB Nomor 142 Tahun 2019, Tentang Kebijakan Pengguaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada 1 Juli 2020. Kebijakan ini dimaksudkan sebagai landasan hukum penerapan kebijakan kantong belanja ramah lingkungan untuk mengurangi sampah yang berasal dari

kantong plastik dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membangun lingkungan yang bersih dan sehat. Dengan adanya kebijakan ini Pemerintah menetapkan target pengurangan sampah DKI Jakarta pada tahun 2025 sebesar 30%. Sebelum kebijakan ini ditetapkan Pemerintah setempat telah melakukan beberapa uji coba kebijakan untuk meminimalisir sampah plastik, seperti kebijakan kantong plastik berbayar dengan diterbitkannya Surat Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun Nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar, Dalam surat tersebut, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Asosiasi Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia (APRINDO) menyepakati dilaksanakannya kebijakan kantong plastik berbayar yang kemudian diujicobakan di 23 kota, salah satunya DKI Jakarta.

Menurut surat ini, pengusaha ritel tidak lagi menyediakan kantong plastik secara cuma-cuma kepada konsumen. Apabila konsumen masih membutuhkan kantong plastik maka konsumen diwajibkan membeli kantong plastik dari gerai ritel dengan biaya sebesar minimal Rp200. Sehingga mekanisme yang terjadi adalah mekanisme bisnis biasa dimana kantong plastik tersebut menjadi produk yang diperjualbelikan.

Terkait jenis kantong plastik yang disediakan oleh pengusaha ritel telah disepakati agar spesifikasi kantong plastik tersebut dipilih yang menimbulkan dampak lingkungan paling minimal dan harus memenuhi standar nasional yang dikeluarkan

pemerintah atau lembaga independen yang ditugaskan untuk itu. Atas uji coba tersebut, Dirjen PSLB3 dalam artikel KLHK Gelorakan Pengurangan Sampah Kantong Plastik, mengklaim terjadinya pengurangan timbulan sampah kantong plastik sebesar 55%, dan hal ini juga disebutkan dalam dokumen UN Environment.

Uji coba kebijakan kantong plastik berbayar sendiri dilaksanakan sekurang-kurangnya selama tiga bulan dan kemudian harga kantong plastik dievaluasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah bersama APRINDO setelah masa uji coba tersebut selesai. Namun, kebijakan ini menimbulkan kontra di masyarakat karena dianggap memberatkan konsumen. Oleh karena itu Gubernur DKI Jakarta menindaklanjuti kebijakan ini dengan dikeluarkannya larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai, termasuk di Kecamatan Jagakarsa (Garnesia:

2018).

B. Kebijakan Kantong Belanja Ramah Lingkungan

Menindaklanjuti kebijakan kantong plastik yang ditetapkan Gubernur DKI Jakarta, Pemerintah Kota Jakarta Selatan mengesahkan Kebijakan Kantong Belanja Ramah Lingkungan di salah satu toko swalayan, Kecamatan Jagakarsa.

Adapun turunan atas kebijakan ini dinyatakan dalam PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 Tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, adalah bersumber dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah; Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015;

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah; Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perpasaran; Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya.

1. Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan

Hal ini diatur dalam Bab III Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan Pasal 5, PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Pengelola Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat wajib menggunakan Kantong Belanja Ramah Lingkungan.

b. Pengelola Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat dilarang menggunakan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai.

Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Jagakarsa, toko swalayan dan pusat perbelanaan, telah menyediakan kantong belanja ramah lingkungan dan sama

sekali tidak menyediakan kantong plastik sekali pakai, namun pada pasar rakyat, hanya sebagian kecil pedagang yang menyediakan kantong belanja ramah lingkungan yang bisa dibeli konsumen saat tidak membawa kantong belanja dari rumah, sehingga masih ada beberapa penjual yang menyediakan kantong plastik sekali pakai untuk konsumen yang meminta kepada penjual, namun ada sebagian penjual yang menyediakan kantong plastik sekali pakai yang second pakai.

2. Pelaksanaa Kebijakan Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan

Berdasarkan Pasal 6 dan Pasal 12 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 pelaksanaan kewajiban pengunaan kantong belanja ramah lingkungan dilaksanakan oleh pelaku usaha melalui:

a. Pemberlakuan kewajiban kepada seluruh pelaku usaha yang melakukan kegiatan jual-beli untuk menggunakan kantong belanja ramah lingkungan.

b. Pemberlakuan larangan penggunaan kantong belanja plastik sekali pakai di lingkungan pusat perbelanjaan yang dikelolanya.

c. Sosialisasi dan pemberitahuan resmi kepada seluruh pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha di lingkungan yang dikelolanya.

d. Sosialisasi dan edukasi pemakaian kantong belanja ramah lingkungan kepada konsumen di lingkungan usaha yang dikelolanya melalui komunikasi verbal, media komunikasi audio, visual dan/ atau audio-visual serta disesuaikan kreativitas pelaku usaha.

e. Pengawasan terhadap pelarangan penggunaan kantong sekali pakai di lingkungan pusat perbelanjaan yang dikelolanya.

f. Pemberian teguran bagi pelaku usaha atau konsumen yang tidak mengindahkan pemberlakuan kewajiban.

3. Hak Masyarakat

Hak Masyarakat pada kebijakan ini diatur pada Pasal 15 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 yang diuraikan sebagai berikut:

a. Masyarakat berhak mendapatkan wadah belanja berupa Kantong Belanja Ramah Lingkungan dengan mudah dari Pengelola.

b. Masyarakat berhak membawa sendiri Kantong Belanja Ramah Lingkungan dan menolak untuk diberi wadah Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai oleh Pelaku Usaha.

c. Masyarakat berhak untuk memperoleh informasi dari Pelaku Usaha mengenai jenis dan bahan Kantong Belanja Ramah Lingkungan yang tersedia serta harga yang harus dibayar.

Berdasarkan hasil survey peneliti, masyarakat yang berbelanja di toko swalayan dan pusat perbelanjaan telah mendapatkan ketika haknya seperti yang dipaparkan diatas, namun untuk masyarakat yang berbelanja di pasar rakyat, belum semua penjual menyediakan kantong belanja ramah lingkungan maka jika pembeli tidak membawa kantong belanja ramah lingkungan dari rumah, pembeli cenderung akan meminta kantong plastik sekali pakai dari penjual, dan beberapa penjual akan memberikannya karena mereka merasa takut pembeli tidak jadi membeli, mengingat pada masa pandemi ini pendapatan para penjual menurun derastis. Faktor lain yang menyebabkan penjual di pasar rakyat tetap memberikan kantong plastik sekali pakai kepada pembeli yang tidak membawa kantong belanja dari rumah adalah karena barang yang telah dibeli dan tidak dibalut kantong belanja akan dikhawatirkan akan menimbulkan persepsi orang lain bahwa itu adalah barang curian.

Namun dalam kebijakan ini Kantong Kemasan Plastik sekali pakai masih diperbolehkan dibeberapa barang seperti yang dijabarkan dalam Pasal 7 Ayat 1-3 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 sebagai berikut:

1). Berdasarkan Pasal 1 Ayat 27 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 Tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, Kantong Kemasan Plastik Sekali Pakai adalah kantong

transparan yang digunakan sebagai kemasan untuk membungkus dan menjaga sanitasi bahan pangan yang belum terselubung kemasan apapun serta terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik, polimer thermoplastic, lateks, polyethylene, thermoplastic synthetic polymeric atau bahan-bahan sejenis lainnya yang merupakan polimer turunan hidrokarbon.

2). Penyediaan kantong kemasan plastik sekali pakai hanya dapat digunakan untuk mewadahi bahan pangan yang belum terselubung kemasan apapun.

3). Apabila telah tersedia alternatif kantong kemasan yang lebih ramah lingkungan, penyediaan kantong kemasan plastik sekali pakai dihentikan.

4. Pembinaan dan Pengawasan

Mengenai pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan ini diatur dalam Bab VI dalam Pasal 16-18 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 berikut:

a. Pembinaan

1). Pemerintah Daerah melakukan pembinaan kepada Pengelola, Pelaku Usaha dan Kensumen agar dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur yang dilakukan secara terus-menerus.

2). Pembinaan dilakukan melalui Koordinasi, Sosialisasi dan kampanye, Penyuluhan dan bimbingan teknis, Supervisi dan konsultasi, Memberikan penghargaan kepada Pengelola dan / atau Pelaku Usaha; dan / atau f. kegiatan pembinaan lain dalam rangka rangka pengurangan sampah plastik.

3). Pembinaan dikoordinasikan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan dilakukan oleh Perangkat Daerah seperti, Dinas Komunikasi, Infomatika dan Statistik, Dinas KUKM serta Perdagangan, Dinas Pariwisata,Walikota, dan Bupati.

b. Pengawasan

1). Pengawasan pelaksanaan penyediaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa Pelaku Usaha melaksanakan penyediaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan dengan baik.

2). Dalam melakukan pengawasan Dinas KUKM serta Perdagangan dan Satpol PP dengan dikoordinasikan Dinas Lingkungan Hidup melakukan pengawasan lapangan dan pemantauan berkala kepada Pelaku Usaha. Pengawasan oleh Dinas Lingkungan Hidup dilakukan dengan mempetimbangkan hasil pengawasan dan pemantauan berkala dan masukan

atau pengaduan dari masyarakat. Berdasarkan hasil survey peneliti, pemerintah setempat telah melaksanakan pengawasan dan pembinaan di Kecamatan Jagakarsa.

5. Insentif Fiskal Daerah

Berdasarkan bab V Tentang Pemberian Insentif Fiskal Daerah, Pasal 20 Ayat 1-4 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019, pelaku usaha yang telah melaksanakan kebijakan kantong belanja ramah lingkungan akan mendapatkan insentif fiskal daerah yang berbentuk keringanan pajak daerah terhadap kegiatan usaha yang dilakukan para pelaku usaha dengan mengajukan surat permohonan pada Gubernur.

6. Pembiayaan

Berdasarkan bab VI Tentang pembiayaan pada Pasal 21 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 diterangkan bahwa Biaya pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 sampai pasal 19 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah memalui Pelaksanaan Anggaran masing-masing perangkat daerah.

7. Sanksi Administratif

Sanksi administratif bagi pengelola pusat perbelanjaan, toko swalayan dan pasar rakyat diatur dalam

Bab VII Pasal 22-24 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 yang dijabarkan sebagai berikut:

1). Pengelola Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat yang tidak melaksanakan kewajiban akan dikenakan sanksi.

2). Pengenaan sanksi administratif berupa teguran tertulis, uang paksa, pembekuan izin, dan pencabutan izin.

Sanksi diberikan berdasarkan hasil pengawasan Dinas Lingkungan Hidup. Penjelasan sanksi admnistratif dapat dilihat pada Pasal 23 dan Pasal 24 pada lampiran 11.

Secara keseluruhan kebijakan PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 Tetang Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan telah sesuai dengan teori Kebijakan dari Edward III.

C. Temuan dan Hasil Analisis Data 1. Karakteristik Responden

a. Pembagian Responden

Sumber: Data Primer Diolah, 2021.

Gambar 4. Diagram Lingkaran Pembagian Responden

Berdasarkan PERGUB Kebijakan kantong belanja ramah lingkungan, peneliti mengambil sampel dari 3 jenis tempat yang peneliti sebar di Kecamatan Jagakarsa yaitu:

1). Pasar Rakyat

Pasar rayat adalah tempat perbelanjaan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, dan tersebar di berbagai wilayah. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 17 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 Tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja

Ramah Lingkungan, Pasar Rakyat adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan tempat usaha berupa Toko, Kios, Los dan Tenda yang dimiliki / dikelola oleh pedagang kecil , menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Peneliti membagikan sampel dengan persentase 30% di Pasar Modern, 30% di Pusat perbelanjaan dan 40% di pasar rakyat, adapun pasar rakyat memiliki fokus yang lebih dari pada toko swalayan dan pusat perbelanjaan karena berdasarkan riset peneliti, dalam menjalankan kebijakan ini pasar rakyat memiliki tingkat kepatuhan yang lemah dan pengawasan yang lebih longgar. Sehingga dengan pengambilan sampel yang lebih banyak di pasar rakyat, hal ini membantu peneliti untuk menemukan hambatan dan solusi yang tepat pada titik masalah agar kebijakan ini mampu berjalan dengan semestinya. Adapun pasar rakyat yang sering dikunjungi masyarakat Kecamatan Jagakarsa adalah Pasar Timbul Kelurahan Cipedak, Pasar Lenteng Agung Kelurahan

Lenteng Agung, Pasar Ciganjur Kelurahan Ciganjur serta Pasar Ikan Serengseng Sawah.

2). Toko Swalayan

Toko swalayan merupakan tempat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari yang banyak ditemukan di Ibu kota Jakarta, walaupun saat ini sudah banyak juga tersebar di daerah pedesaan.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 16 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 Tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, Toko Swalayan adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis barang secara eceran berbentuk: minimarket, supermarket, departemen store, hypermarket atau grosir yang berbentuk perkulakan. Adapun toko swalayan yang sering dikunjungi masyarakat Kecamatan Jagakarsa adalah Fortuna Swalayan, Toko IKA Kelurahan Cipedak; Indomaret Kelurahan Ciganjur; Alfamidi Super dan Alfamart Kelurahan Jagakarsa.

3). Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan seperti Mall sangat erat dengan gaya hidup masyarakat perkotaan seperti DKI Jakarta untuk berbelanja kebutuhan seari-hari

sampai hiburan. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 15 PERGUB Nomor 142 Tahun 2019 Tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal atau horizontal, yang dijual atau disewakan kepada Pelaku Usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Adapun salah satu pusat perbelanjaan yang sering dikunjungi masyarakat Kecamatan Jagakarsa adalah Aeon Mall Kelurahan Tanjung barat.

b. Karakteristik Berdasarkan Usia

Sumber: Data Primer Diolah, 2021.

Gambar 5. Diagram Lingkaran Karakteristik Berdasarkan Usia

Peneliti mengelompokkan usia responden berdasarkan pembagian usia dari WHO yaitu remaja, dewasa dan lanjut usia. Berdasarkan gambar 5, diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebanyak 15 responden berusia 11 – 19 tahun, kemudian sebanyak 80 responden berusia 20 – 60 tahun, dan sebanyak 5 responden berusia diatas 60 tahun.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia 20-60 tahun atau dewasa. Dengan demikian responden dalam penelitian ini dnyatakan tepat karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat dengan dibandingkan responden yang berada di tahap remaja dan lanjut usia

c. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data Primer Diolah, 2021.

Gambar 6. Diagram Lingkaran Pendidikan Terakhir

Analisis responden berdasarkan pendidikan terakhir sangat bermanfaat untuk melihat perbedaan sudut pandang tentang hasil penelitian dari berbagai tingkat yang ada. Berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan mayoritas responden berpendidikan akhir SMA dengan jumlah 66 orang, diikuti 16 reponden berpendidikan akhir Sarjana, lalu 10 responden berpendidikan akhir SMP, dan 5 responden berpendidikan akhir SD, serta 3 responden berpendidikan akhir Diploma.

d. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Sumber: Data Primer Diolah, 2021.

Gambar 1 Diagram Lingkaran Jenis Pekerjaan

Analisis responden berdasarkan pekerjaan sangat bermanfaat untuk melihat perbedaan sudut pandang tentang hasil penelitian dari berbagai tingkat yang ada.

Berdasarkan diagram lingkaran diatas dapat disimpulkan mayoritas responden adalah pelajar/mahasiswa dengan jumlah 42 responden. Lalu diikuti 32 responden bekerja sebagai karyawan, 16 responden bekerja sebagai wiraswasta, dan 8 responden adalah Ibu rumah tangga, serta 2 responden bekerja selainnya.

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2018:121) Uji validitas dilakukan untuk mengukur kesahihan butir-butir pernyataan pada kuesioner sehingga butir tersebut dapat mengungkapkan sesuatu pengukuran dalam kuesioner tersebut. Untuk mendapatkan hasil dari valid atau tidaknya butir pernyataan dengan melakukan perbandingan pada nilai rhitung dengan rtabel dengan tingkat signifikansi 0.05.

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel X & Y Variabel Kebijakan

No

Item Rhitung X Rtabel Kriteria

1 0.744838169 0.334 Valid

2 0.537195701 0.334 Valid

3 0.571865755 0.334 Valid

4 0.659692377 0.334 Valid

5 0.673542018 0.334 Valid

6 0.772029181 0.334 Valid

7 0.699477623 0.334 Valid

8 0.311477439 0.334 Tidak Valid

9 0.480320828 0.334 Valid

10 -0.480320828 0.334 Tidak Valid

11 0.435095009 0.334 Valid

12 0.355004355 0.334 Valid

13 0.651527996 0.334 Valid

14 0.801559525 0.334 Valid

15 0.757098347 0.334 Valid

16 0.701853322 0.334 Valid

17 0.777599149 0.334 Valid

18 0.504297818 0.334 Valid

19 0.363826146 0.334 Valid

20 -0.327854652 0.334 Tidak Valid

Variabel Kepatuhan

Sumber: Data primer diolah, 2021.

No Item Rhitung Y Rtabel Kriteria

Berdasarkan tabel hasil uji validitas, peneliti melakukan perhitungan menggunakan Microsoft Excel dengan menghitung rhitung. Sebuah butir pernyataan dapat dikatakan valid apabila rhitung >

rtabel (0.334). Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan 35 butir pernyataan yang dikatakan valid dan 4 butir pernyataan yang dikatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Sebuah intrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai cronbach’s alpha > 0.6 maka intrumen dapat dikatakan handal atau reliable. Peneliti melakukan uji reliabilitas menggunakan IBM SPSS 25 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kebijakan

Reliability Staistics Cronbach’s Alpha N of Items

.903 17

Sumber: Data Primer diolah, 2021.

Berdasarkan hasil perhitungan tabel hasil uji reliabilitas variabel Kebijakan, dapat dilihat pada kolom cronbach’s alpha sebesar 0.903 yang berarti cronbach’s alpha > 0.6 dan dapat dikatakan bahwa instrumen pada kuesioner reliabel.

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Masyarakat

Reliability Staistics

Cronbach’s Alpha N of Items

.856 18

Sumber: Data Primer diolah, 2021.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel hasil uji reliabilitas pada variabel kepatuhan masyarakat dapat dilihat pada kolom cronbach’s alpha sebesar 0.856 yang berarti cronbach’s alpha >0.6 dan dapat dikatakan bahwa instrumen pada kuesioner reliabel.

3. Analisis Data Penelitian a. Uji Normalitas

1). Uji normalitas dengan grafik

Uji normalitas dengan probability plot

Gambar 8. Grafik Uji Normalitas

2). Uji Normalitas Dengan Statistik

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Untuk melihat data yang normal dapat dilihat melalui probability plot ataupun dengan Kolmogorov- smirnov. Peneliti telah melakukan perhitungan menggukakan IBM SPSS Statistics version 25. Dilihat dengan probability plot, apabila butir pada gambar mengikuti garis diagonalnya maka dapat dikatakan data tersebar secara normal dan apabila dilihat dengan perhitungan Kolmogorov-smirnov nilai signifikansi 0.2 dan melebihi dari angka 0.05 maka data dapat dikatakan berdistribusi secara normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.09928043

Most Extreme Differences Absolute .065

Positive .065

Negative -.065

Test Statistic .065

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

b. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksud untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan antar variabel independen yaitu

Uji korelasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksud untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan arah hubungan antar variabel independen yaitu

Dokumen terkait