21
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa data
berdistribusi normal dengan nilai sig. (p> 0,05) dan kedua variabel penelitian linier
(p>0,05), maka uji korelasi yang dilakukan menggunakan Pearson Correlation
Product Moment. Berdasarkan hasil uji korelasi antara kedua variabel dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara konflik peran ganda
dengan PWB yang berarti makin rendah konflik peran ganda, maka makin tinggi PWB
pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD dan sebaliknya. Ditemukan pula bahwa
konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar 9,7% artinya 90,3% PWB ibu
yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Tabel 3. Uji korelasi dengan Pearson Correlation Product Moment
Correlations PWB WFC PWB Pearson Correlation 1 -.311* Sig. (1-tailed) .012 N 53 53 WFC Pearson Correlation -.311* 1 Sig. (1-tailed) .012 N 53 53
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi menunjukan adanya korelasi negatif signifikan antara konflik
peran ganda dan PWB ibu yang bekerja sebagai KOWAD di mana r = -0,311, r2=
0,097 dengan nilai signifikansi 0,012 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa makin
rendah konflik peran ganda, maka makin tinggi PWB pada ibu yang bekerja sebagai
KOWAD. Sebaliknya makin tinggi konflik peran ganda, maka makin rendah PWB
22
menunjukan bahwa rata-rata partisipan penelitian memiliki konflik peran ganda yang
rendah dan PWB yang tinggi.
Dalam penelitian sebelumnya dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara konflik peran ganda dan PWB didukung dengan adanya dukungan sosial
dan dedikasi terhadap pekerjaan pada karyawan (Pratiwi, 2002). Hal ini berarti bahwa
dengan partisipan yang berbeda tetap menunjukan adanya hubungan antara kedua
variabel. Selain itu, perlunya menjalin hubungan keluarga serta lingkungan kerja dapat
memengaruhi cara individu berinteraksi, pengembangan potensi dalam diri yang akan
memengaruhi kinerja dan evaluasi diri. Putrianti (2007) berpendapat bahwa
perempuan yang bekerja cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, lebih
energik, mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis.
Oleh karena itu, keberadaan istri/ibu dapat menjadi partner bagi suami, untuk
menjadi teman bertukar pikiran, serta saling membagi tanggung jawab, pandangan dan
harapan. Hasil penelitian membuktikan pentingnya dukungan suami dalam
mengurangi dilema antara keluarga dan pekerjaan bagi wanita. Hal ini diperkuat oleh
Putrianti (2007) yang berpendapat bahwa dukungan sosial (suami) akan dapat
memotivasi individu dalam bekerja dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Lebih
lanjut dukungan yang dirasakan secara lebih konsisten akan mampu meningkatkan
kesehatan psikis dan melindungi psikis dalam kondisi stres. Frone, Russell dan Cooper
(1992) mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stres
yang dapat memengaruhi kondisi well-being seseorang. Seorang ibu yang memiliki
konflik peran ganda akan merasa kurang memiliki rasa penguasaan dan self-efficacy,
23
dalam hidup. Oleh karena itu ketika tuntutan dari keluarga tidak terpenuhi,
kemungkinan besar ibu akan menjadi stres. Kuatnya ekspektasi pada peran tradisional
(Ibu di rumah, Bapak bekerja) juga dapat membuat ibu merasakan konflik peran
ganda.
Selain itu, adanya anak yang masih kecil, jumlah anak, urutan anak, faktor
sumber daya yang ada di rumah dapat memengaruhi dimensi dari PWB. Namun,
dilema yang dirasakan akan berbeda pada ibu bekerja yang baru memiliki satu anak
dengan ibu yang bekerja yang sudah berpengalaman yang memiliki dua anak. Hasil
wawancara dengan dua ibu yang bekerja sebagai KOWAD, usaha yang dilakukan
untuk mengurangi konflik peran ganda adalah memakai jasa pembantu dalam
mengurus keperluan rumah tangga, pengasuh anak, atau meminta bantuan orang tua
dari ibu bekerja tersebut untuk membantu memantau anak ketika ibu tidak ada di
rumah.
Salah satu ciri individu yang memiliki konflik peran ganda yang rendah dan
PWB yang tinggi adalah mengakui pekerjaan dan tanggung jawab sebagai ibu
merupakan bagian dari hidup, terkait dengan kepentingan dan pemenuhan dari dalam
diri. Hal ini berarti, ketegangan atau stres yang disebabkan oleh pertentangan antara
peran dirumah dan di tempat kerja memengaruhi PWB dalam diri individu. Dampak
dari kedua peran tersebut dapat berupa hal positif maupun hal negatif, namun dengan
memaknai pekerjaan dan peran sebagai ibu dapat meningkatkan semangat dan juga
dedikasi akan peran tersebut.
Ditemukan pula bahwa konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar
9,7% artinya 90,3% PWB ibu yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh
24
antara lima tipe kepribadian (the big five traits) dengan dimensi PWB dan hasilnya
menunjukan bahwa masing-masing kepribadian memiliki pengaruh terhadap dimensi
PWB (dalam Patma, 2016). Kedua, dapat dimungkinkan karena faktor kecerdasan
emosi. Hasil penelitian Gros dan John (2003), menunjukan bahwa terdapat perbedaan
individual dalam pengalaman dan ekspresi emosi yang berdampak secara berbeda
terhadap kebahagiaan (dalam Hutapea, 2011). Selain itu, faktor lainnya bisa
dikarenakan kepuasan hidup maupun gaya hidup. Kepuasan hidup seseorang dapat
membawanya mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, terdapat banyak
faktor yang dapat memengaruhi PWB seseorang.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan negatif signifikan antara konflik peran ganda dan PWB pada ibu
yang bekerja sebagai KOWAD dengan nilai koefisien korelasi (r) -0,311 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,012.
2. Konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar 9,7% artinya 90,3% PWB ibu
yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
kepribadian, kecerdasan emosi, kepuasan hidup dan lainya.
3. Berdasarkan statistik deskriptif sebagian partisipan (68%) memiliki konflik peran
ganda pada kategori rendah dan PWB pada kategori (47%) berada pada kategori
tinggi.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebagai
berikut:
25
a. Untuk meningkatkan PWB terutama terkait peningkatan pengevaluasian diri
dan penyesuaian lingkungan serta pembagian tugas dengan suami guna
pengembangan diri dalam bekerja dan kesejahteraan psikologis.
b. Diharapkan ibu yang bekerja sebagai KOWAD dapat lebih menyadari tugas
dan tanggung jawab dalam setiap peran yang dijalani, yaitu sebagai KOWAD
dan ibu rumah tangga, sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab
tersebut dengan seimbang serta dapat memposisikan diri sesuai dengan
masing-masing perannya supaya tidak mudah mengalami konflik peran ganda.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Memperbanyak jumlah subjek, mencermati faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi proses penelitian seperti tempat penelitian yang sulit diakses
sehingga proses penelitian tidak berjalan persis sesuai kehendak peneliti.
b. Peneliti selanjutnya perlu untuk mengembangkan penelitian ini dengan
penggalian data yang lebih mendalam dengan menggunakan metode kualitatif
sehingga dapat melihat gambaran dari variabel yang ada.
c. Apabila akan menggunakan topik dan partisipan yang sama, dapat melakukan
perbandingan bagi KOWAD yang memiliki anak berusia <6 tahun dan yang
26