• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802013163 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802013163 Full text"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU YANG BEKERJA

SEBAGAI KOWAD

OLEH

I. G. A. AJENG SYNTIA SARI ASWIN

80 2013 163

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU YANG BEKERJA

SEBAGAI KOWAD

I. G. A. Ajeng Syntia Sari Aswin

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan

psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD di Denpasar. Jumlah

partisipan dalam penelitian ini adalah 53 orang dengan pengambilan data menggunakan

teknik purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian merupakan modifikasi dari Ryff’s

psychological well-being scale yang disusun oleh Ryff (1995) dan Work Family

Conflict Scale yang disusun oleh Carlson, Kacmar and Williams (2000) berdasarkan

pada aspek konflik peran ganda oleh Greenhause dan Beutell (1985). Analisis data

menggunakan Pearson Product Moment dengan SPSS 16.0 for windows. Hasil

penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif signifikan dengan hasil r= -0,311

dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 (p<0,05) yang artinya makin rendah konflik

peran ganda maka makin tinggi psychological well being. Tingkat kategorisasi konflik

peran ganda berada pada kategori rendah dengan (mean 25,79) dan psychological well

being berada pada kategori tinggi dengan (mean 43,19).

(9)

ii

Abstract

This research was intended to find out the correlation between the work family conflict

with the psychological well being of the mother who worked as KOWAD in Denpasar.

The number of participants in this study were 53 people with data retrieval using

purposive sampling technique. This research is a quantitative correlation. Measuring

instruments used in the study is a modification of Ryff's psychological well-being scale

compiled by Ryff (1995) and Work Family Conflict Scale compiled by Carlson, Kacmar

and Williams (2000) is based on aspect of the conflict dual role by Greenhause and

Beutell (1985). Data analysis using Pearson Product Moment with SPSS 16.0 for

Windows. The results showed a significant negative correlation with the results of r =

-0.311 with a significance value of 0.012 (p <0.05), which means the lower the work

family conflict and so the higher psychological well being. Categorization level work

family conflict is at the low category with (mean 25.79) and psychological well being at

high category with a (mean 43.19).

(10)

1

PENDAHULUAN

Jumlah perempuan yang berada dalam dunia kerja (bekerja maupun sedang

aktif mencari pekerjaan) telah meningkat terus menerus. Menurut Statistik Indonesia

(2013) jumlah perempuan yang bekerja yang terdaftar pada tahun 2013 di Indonesia

mencapai 43,32 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitas, pekerja wanita

merupakan tenaga kerja yang sangat potensial. Seiring dengan bergulirnya waktu kini

perempuan memutuskan untuk bekerja bukan semata-mata karena tuntutan ekonomi

saja melainkan lebih kepada upaya untuk memperluas wawasan dan pengembangan

diri, baik pria ataupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja.

Khususnya, perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak yang memasuki dunia

bekerja jumlah yang terus bertambah.

Faktor-faktor yang mendasari peningkatan partisipasi Ibu dalam dunia kerja

masih terus dipelajari dan di teliti. Namun, ada beberapa faktor yang sering disebutkan

yaitu peningkatan jumlah ibu yang bekerja sering dihubungkan dengan pencapaian

tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Faktor tersebut juga disebutkan oleh Almquist,

Nieva dan Gutek (dalam Matlin, 2012) bahwa perempuan yang memiliki pendidikan

hingga jenjang perguruan tinggi akan cenderung untuk bekerja dari pada yang tidak

memiliki pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Primastuti (dalam Permatasari,

2010) menjelaskan ada beberapa motif yang menyebabkan wanita bekerja yaitu

menambah penghasilan keluarga, tidak tergantung secara ekonomi pada suami,

mengisi waktu kosong di rumah, ketidakpuasan dalam pernikahan, mempunyai

keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan, memperoleh status, pengembangan diri dan

(11)

2

Faktor lain adalah meningkatnya permintaan tenaga perempuan pada lapangan

pekerjaan, salah satunya adalah pekerjaan perempuan sebagai TNI-AD yang disebut

Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD) yang berarti prajurit wanita yang utama.

Kowad berfungsi sebagai tenaga militer wanita yang ditugaskan dalam bidang-bidang

penugasan tertentu yang membutuhkan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan sifat-sifat

keibuan (Lestari, 2015). Tugas dari KOWAD tidak jauh berbeda dengan tentara

laki-laki pada umumnya. Beberapa tugas pokok TNI menurut UU 34 Tahun 2004 Bab IV

Pasal 7 Ayat ke 2 adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam,

pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan; membantu Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang

diatur dalam undang-undang dan lainya. Belum banyaknya penelitian mengenai peran

Ibu yang bekerja sebagai KOWAD serta tugas spesifik dari tentara wanita menjadi

keterbatasan peneliti dalam menggali informasi lebih mendalam.

Keputusan seorang ibu untuk bekerja tentunya diikuti oleh manfaat-manfaat

bagi dirinya, suami dan anak-anaknya. Nieva dan Gutek (1981) menulis efek

kumulatif dari ibu yang bekerja menurut beberapa ahli yaitu bekerja dapat

meningkatkan perasaan kompeten dan well-being. Meningkatnya perasaan kompeten

melalui bekerja disebabkan oleh gaji yang diterima yang dapat menimbulkan rasa

ketidak bergantungan secara finansial dan rasa mandiri. Ketidak bergantungan pada

finansial ini memungkinkan ibu untuk dapat membantu urusan rumah tangga dan

kebutuhan tambahan anak dan mempunyai efek rehabilitatatif terhadap kesehatan

mental yang dapat meningkatkan perasaan well-being.

Menurut Ryff (1989) psychological well-being (PWB) merupakan realisasi dan

(12)

3

kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan yang positif

dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti mampu memodifiksi

lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam hidup serta terus

mengembangkan pribadinya. PWB bukan hanya kepuasan hidup dan keseimbangan

antara afek positif dan negatif, namun PWB melibatkan persepsi dari keterlibatan

dengan tantangan-tantanagan selama hidup. PWB memiliki enam dimensi yaitu,

penerimaan diri (self- acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive

relation with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental

mastery), tujuan hidup (purpose in life) dan pertumbuhan pribadi (personal growth).

Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan sebelumnya, keberadaan ibu

yang bekerja diluar rumah terkhususnya sebagai KOWAD tidak jarang diikuti oleh

masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (Junita, 2011) didapatkan

bahwa perempuan yang bekerja mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan

pria. Hal ini dikarenakan Ibu yang bekerja menghadapi konflik peran. Konflik yang

dialami para Ibu bekerja ini biasa disebut dengan konflik peran ganda. Ibu yang

mengalami konflik peran ganda kemungkinan kurang mampu mengendalikan emosi

dan jarang memiliki perasaan yang positif sehingga kesulitan mencapai kesejahteraan

psikologis atau yang biasa disebut dengan Psychological Well Being.

Hasil wawancara singkat peneliti kepada beberapa ibu yang bekerja sebagai

KOWAD dapat diketahui bahwa jam kerja yang padat membuat ibu tersebut harus

menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk keperluan keluarga. Seringkali

bermasalah dengan pembagian waktu untuk mengurus anak. Selain itu, waktu

berkumpul bersama keluarga hanya bisa saat hari libur dan ketika ada tugas dari

(13)

4

Alasan ibu tersebut untuk bekerja karena kebutuhan yang semakin meningkat sehingga

suami dan istri saling membantu dalam memenuhi kebutuhan dan sebagai bentuk

aktualisasi diri. Hal ini cenderung memunculkan konflik pada ibu karena merasa

bersalah serta konflik dengan keluarga, dan kurang memiliki kepuasan dalam

pekerjaannya.Konflik peran paling sering dirasakan oleh ibu bekerja terutama bagi ibu

yang memiliki anak yang masih kecil. Hal itu terjadi karena para ibu tahu bahwa

perkembangan anak pada usia-usia awal merupakan hal yang penting, karena pada

masa-masa itulah kedekatan dan rasa percaya antara orang tua dan anak mulai

dibangun begitu juga dengan pembentukan konsep diri yang positif dan cara

bersosialisasi dengan baik (Papalia, Olds & Feldman 2004).

Masalah lainnya adalah munculnya konflik peran. Greenhaus dan Beutell

(1985) mendefinisikan konflik peran ganda sebagai bentuk dari konflik antar peran

dimana tekanan dari peran di pekerjaan dan keluarga saling bertentangan, yaitu

menjalankan peran dalam pekerjaan menjadi lebih sulit karena juga menjalankan peran

dalam keluarga, dan sebaliknya. Konflik peran ganda memiliki tiga dimensi

(multidimensional) yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan

behavior-based conflict.

Berdasarkan hasil penelitian dan studi yang telah peneliti ungkapkan, dapat

diketahui bahwa bekerjanya seorang ibu memiliki banyak efek positif dan efek negatif.

Frone, Russell dan Cooper (1992) mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan

salah satu sumber stres yang dapat memengaruhi kondisi well-being seseorang.

Namun, bekerja dengan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi dan tetap

melaksanakan peran lain sebagai ibu, istri dan lainnya mengakibatkan beban dari

(14)

5

ganda dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga tersebut dapat mengakibatkan

ketegangan yang menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan psikologis individu.

Dari beberapa penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara

konflik peran ganda dengan kesejahteraan psikologis ibu bekerja sebagai KOWAD,

dimana konflik peran ganda tersebut dapat memengaruhi PWB. Jam kerja yang lebih

lama, tuntutan kerja sesuai dengan aturan kantor yang sangat ketat, beban kerja yang

berat, sudah menikah dan memiliki anak lebih berpotensi untuk mengalami konflik

peran ganda ini. Sejauh penelusuran peneliti, belum banyak penelitian mengenai

hubungan konflik peran ganda dengan PWB. Melihat uraian dan hasil penelitian yang

ada, maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan

antara konflik peran ganda dengan psychological well being pada ibu yang bekerja

sebagai KOWAD.

Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan signifikan antara konflik peran ganda dengan psychological well

being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat signifikansi hubungan antara konflik peran ganda

dengan psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang

psikologi mengenai besar hubungan antara konflik peran ganda dengan

(15)

6

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menjadi acuan untuk menemukan cara yang dapat meminimalisir

efek negatif dari adanya konflik tersebut dan meningkatkan psychological well

being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.

TINJAUAN PUSTAKA

A.Psychological Well-Being

Definisi Psychological Well-Being

Menurut Ryff (1989) psychological well-being (PWB) merupakan realisasi

dan pencapaian penuh dari potensi individu diamana individu dapat menerima

segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan

yang positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti mampu

memodifiksi lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam

hidup serta terus mengembangkan pribadinya. PWB bukan hanya kepuasan hidup

dan keseimbangan antara afek positif dan negatif, namun PWB melibatkan persepsi

dari keterlibatan dengan tantangan-tantanagn selama hidup. Ryff (1989)

mendefinisikan PWB sebagai pencapaian penuh individu melalui enam aspek yang

dimiliki antara lain menerima segala kekurangan dan kelebihan diri, mampu

membina hubungan baik dengan orang lain, mandiri, menguasai lingkungan,

memiliki tujuan hidup dan terus mengembangkan pribadinya.

Dimensi – dimensi Psychological Well-Being

Terdapat 6 dimensi yang memengaruhi PWB menurut Ryff (1989) diantaranya :

a. Penerimaan Diri (self- acceptance) : Penerimaan diri diartikan sebagai

(16)

7

dalam dirinya baik yang positif maupun yang negatif serta memiliki perasaan

positif terhadap kehidupan masa lalunya.

b. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others) :

diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengelola hubungannya dengan

orang lain secara emosional, adanya rasa kepercayaan satu sama lain yang

membuat individu tersebut merasa nyaman yang ditimbulkan dari adanya

kedekatan yang berarti dengan orang yang tepat sebagai kualitas hubungan

dengan orang lain.

c. Otonomi (autonomy) : diartikan sebagai kemampuan individu dalam

mengambil keputusan sendiri dan mandiri, mampu melawan tekanan sosial

untuk berpikir dalam bersikap dengan cara yang benar, berperilaku sesuai

dengan standar serta nilai individu dan mengevaluasi diri berdasarkan standar

oribadi.

d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) : diartikan sebagai

adanya kemampuan untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai,

suatu perasaan yang kompeten dan penguasaan dalam mengatur lingkungan,

memiliki minat yang kuat akan hal-hal diluar dirinya, berpartisipasi dalam

berbagai aktivitas serta mampu mengendalikannya.

e. Tujuan hidup (purpose in life) : diartikan sebagai tujuan yang hendak

dicapai dalam hidup yang memiliki keterarahan, keyakinan dan pandangan

tertentu yang dapat memberikan arah dalam hidupnya, memiliki perasaan

menyatu dan seimbang. Perubahan tujuan dalam hidup merupakan bagian dari

(17)

8

berfungsi positif memiliki tujuan, niat dan arah dalam tujuan hidup, yang

berkontribusi pada perasaan bahwa hidup ini bermakna.

f. Pertumbuhan Pribadi (personal growth): diartikan sebagai kemampuan

untuk melalui tahapan-tahapan perkembangan, adanya keterbukaan pada

pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya dan melakukan

perbaikan dalam hidupnya setiap waktu.

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Psychological Well-Being

Psychological well-being individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut (dalam Ryff, 2002) : usia dan tingkat pendidikan, jenis kelamin, ras,

status perkawinan, ciri kepribadian individu, status sosial, pekerjaan, latar belakang

budaya, pernikahan, konsekuensi kehadiran anak-anak, kondisi masa lalu,

kesehatan, fungsi fisik, faktor kepercayaan dan emosi, religiusitas, harga diri

positif, kontrol diri, optimisme serta faktor eksternal dan internal lainnya pada

individu.

B.Konflik Peran Ganda Pada

Pengertian Konflik Peran Ganda

W a n i t a b e k e r j a m e n g h a d a p i

s i t u a s i r u m i t y a n g m e n e m p a t k a n

p o s i s i m e r e k a d i a n t a r a k e p e n t i n g a n

k e l u a r g a d a n k e b u t u h a n u n t u k

b e k e r j a . D a l a m p e r j u a n g a n m e n u j u

k e s e i m b a n g a n k e r j a d a n k e l u a r g a

i n i l a h m a k a b e r m u n c u l a n b e r b a g a i

(18)

9

d i h a d a p i d a n d i c a r i j a l a n k e l u a r n y a

j i k a i n g i n t e t a p m e n j a l a n i k e d u a

p e r a n t e r s e b u t . P a d a p e n e l i t i a n i n i

m e n g a c u p a d a d e f i n i s i G r e e n h a u s d a n

B e u t e l l ( 1 9 8 5 ) b a h w a s e s e o r a n g

d i k a t a k a n m e n g a l a m i k o n d i s i p e r a n

g a n d a a p a b i l a m e r a s a k a n s u a t u

k e t e g a n g a n d a l a m m e n j a l a n i p e r a n

p e k e r j a a n s e s e o r a n g d a l a m

b e r p a r t i s i p a s i a t a u m e l a k u k a n

p e r f o r m a s i p e r a n y a n g l a i n n y a .

Aspek-aspek Konflik Peran Ganda

Menurut Greenhaus dan Beutel (1985) konflik peran ganda memiliki dua aspek

yaitu:

a. Work-family conflict : yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab

pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga, dimana secara

umum permintaan waktu dan ketegangan yang diakibatkan oleh pekerjan yang

mengganggu tanggung jawab keluarga.

b. Family-work conflict : yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab

keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan, dimana secara

umum permintaan, waktu dan ketegangan dalam keluarga mengganggu

tanggung jawab pekerjaan.

Menurut Greenhaus dan Beutel (1985), multidimensi dari konflik peran

(19)

Work-10

family conflict dan Family-work conflict masing-masing memiliki 3 dimensi.

Dalam penelitian ini yang diteliti berkaitan dengan work-family conflict dengan

dimensi yaitu :

1. Time-based conflict : Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan tuntutan

pekerjaan dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan keluarga.

2. Strain-based conflict : Terjadi tekanan dari salah satu peran mempengaruhi

kinerja peran lainnya.

3. Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola

perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).

C. Ibu Bekerja Sebagai KOWAD

Ibu bekerja yang dimaksud dalam penelitian ini difokuskan pada wanita

yang telah menikah dan memiliki tanggungjawab sebagai istri atau ibu dari

anak-anaknya sekaligus bekerja di luar rumah sebagai wanita karir. Primastuti (dalam

Permatasari, 2010) menjelaskan ada beberapa motif yang menyebabkan wanita

bekerja yaitu menambah penghasilan keluarga, tidak tergantung secara ekonomi

pada suami, mengisi waktu kosong di rumah, ketidakpuasan dalam pernikahan,

mempunyai keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan, memperoleh status,

pengembangan diri dan aktualisasi diri.

Sedangkan ibu yang bekerja sebagai KOWAD dalam penelitian ini

merupakan perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak serta merupakan

anggota dari KOWAD (Korps Wanita Angkatan Darat) dengan sebutan lain

(20)

11

KOWAD berfungsi sebagai tenaga militer wanita yang ditugaskan dalam

bidang-bidang penugasan tertentu yang membutuhkan ketelitian, ketekunan, kesabaran,

dan sifat-sifat keibuan (Lestari, 2015). Tugas pokok TNI menurut UU 34 Tahun

2004 Bab IV Pasal 7 Ayat ke 2 adalah operasi militer untuk perang dan operasi

militer selain perang. Operasi militer selain perang yang ditugaskan pada KOWAD,

yaitu mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan

tugas perdamaian dunia sesuai kebijakan politik luar negeri, mengamankan

Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah

pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem

pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan

ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan

tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang

berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,

dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam

kecelakaan, serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan

penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.

Uraian diatas telah menjelaskan bahwa profesi sebagai Kowad bukanlah

suatu profesi yang mudah. Tuntutan tugas dan kewajiban profesinya sangat berat

sehingga membuat para KOWAD memiliki profesionalitas. Efek bekerja terhadap

ibu adalah meningkatkan perasaan kompeten dan well-being, meningkatnya peran

dalam perkawinan, meningkat atau menurunnya kepuasan perkawinan pada istri

dan meningkatnnya jumlah beban bekerja perempuan.

(21)

12

I h r o m i ( d a l a m T e n d e l i n a , 2 0 1 3 )

m e n y e b u t k a n b a h w a w a n i t a i n g i n

t e t a p b e k e r j a , k a r e n a p e k e r j a a n

m e m b e r i k a n b a n y a k a r t i b a g i d i r i

m u l a i d a r i d u k u n g a n f i n a n s i a l ,

m e n g e m b a n g k a n p e n g e t a h u a n d a n

w a w a s a n , m e m u n g k i n k a n a k t u a l i s a s i

k e m a m p u a n , m e m b e r i k a n

k e b a n g g a a n d i r i d a n k e m a n d i r i a n

( m e s k i p u n p e n g h a s i l a n s u a m i

m e n c u k u p i ) , s e r t a m e m u n g k i n k a n

s u b j e k m e n g a k t u a l i s a s i k a n a s p i r a s i

p r i b a d i l a i n y a n g m e n d a s a r s e p e r t i

m e m b e r i r a s a “ b e r a r t i ” s e b a g a i

p r i b a d i . M e s k i p u n k e t e r l i b a t a n d a l a m

b e r b a g a i p e r a n i n i d a p a t m e m b e r i k a n

k e u n t u n g a n p s i k o s o s i a l , s e p e r t i

p e n i n g k a t a n k e p e r c a y a a n d i r i ,

k e s u l i t a n d a l a m m e m e n u h i t u n t u t a n

p e k e r j a a n d a n k e l u a r g a y a n g s e r i n g

k a l i b e r t e n t a n g a n j u g a d a p a t

m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a k o n f l i k

(22)

13

Hubungan Antara Konflik Peran Ganda dengan Psychological Well-Being

A d a n y a m u l t i p e r a n y a n g d i m i l i k i

o l e h i b u b e k e r j a d a p a t m e m b e r i k a n

e f e k p o s i t i f d a n e f e k n e g a t i f . S e m a k i n

b a n y a k p e r a n y a n g d i s a n d a n g o l e h

s e s e o r a n g s e m a k i n b a i k k e s e j a h t e r a a n

p s i k o l o g i s n y a ( P W B ) k a r e n a d e n g a n

b a n y a k n y a p e r a n y a n g d i m i i k i d a p a t

m e n i n g k a t k a n s t a t u s s o s i a l d a n

i d e n t i t a s s o s i a l . M e m e g a n g p e r a n

y a n g b a n y a k b a g i i b u b e k e r j a , j u g a

d a p a t m e n i m b u l k a n e f e k n e g a t i f .

S a l a h s a t u n y a a d a l a h m u n c u l n y a

k o n f l i k p e r a n g a n d a s e b a g a i s e b u a h

b e n t u k d a r i k o n f l i k a n t a r p e r a n

d i m a n a t e k a n a n d a r i p e r a n d i

p e k e r j a a n d a n k e l u a r g a s a l i n g

b e r t e n t a n g a n . K o n f l i k p e r a n g a n d a

d a p a t m e n y e b a b k a n k e t e g a n g a n y a n g

a k h i r n y a m e n g a k i b a t k a n r e n d a h n y a

k u a l i t a s k e s e h a t a n p s i k o l o g i s i b u y a n g

b e k e r j a ( L i n d s a y , 2 0 0 4 d a l a m E l g a r

(23)

14

I b u y a n g m e n g a l a m i k o n f l i k

p e r a n g a n d a k e m u n g k i n a n k u r a n g

m a m p u m e n g e n d a l i k a n e m o s i d a n

j a r a n g m e m i l i k i p e r a s a a n y a n g p o s i t i f

s e h i n g g a k e s u l i t a n m e n c a p a i

k e s e j a h t e r a a n p s i k o l o g i s ( P W B ) .

S e b a l i k n y a , I b u d e n g a n P W B r e n d a h

a k a n l e b i h m u d a h m e n g a l a m i k o n f l i k

p e r a n g a n d a t e r s e b u t . K o n f l i k p e r a n

g a n d a y a n g d i a l a m i i b u b e k e r j a

t e r s e b u t t e r j a d i k a r e n a k e s u l i t a n

u n t u k m e m b a g i w a k t u d a n

p e r h a t i a n n y a , s e h i n g g a m e r e k a s u l i t

u n t u k m e n c a p a i k e s e h j a h t e r a a n

p s i k o l o g i s . K o n f l i k p e r a n g a n d a

t e r s e b u t d a p a t m e m p e n g a r u h i

k e s e j a h t e r a a n p s i k o l o g i s I b u y a n g

b e k e r j a s e b a g a i K O W A D . T a n g g u n g

j a w a b d a n t u n t u t a n p e k e r j a a n y a n g

c u k u p b e s a r , j a m k e r j a y a n g l e b i h

l a m a , a t u r a n k a n t o r y a n g s a n g a t k e t a t

d a n b e b a n k e r j a y a n g b e r a t d a p a t

(24)

15

b e r p o t e n s i u n t u k m e n g a l a m i k o n f l i k

p e r a n g a n d a i n i .

Hipotesis

Ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan

psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian

korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

(angka) yang di olah dengan metode statistika (Azwar, 2010).

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X, independen) : Konflik Peran Ganda

2. Variabel Terikat (Y, dependen) : Psychological Well-Being

Partisipan

Penelitian ini dilakukan di Denpasar, Bali. Partisipan dalam penelitian ini

berjumlah 53 orang perempuan dengan teknik pengambilan sampel Purposive

Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria

tertentu (Sugiyono, 2006). Adapun kriterianya antara lain : 1) bekerja sebagai

KOWAD, 2) menikah, 3) mempunyai satu anak atau lebih yang tinggal bersama dan

berusia 0-17 tahun. Pengambilan teknik ini didasarkan pada jangkauan wilayah tugas

yang tidak semuanya diketahui lokasinya oleh peneliti dan sumber daya yang ada telah

memenuhi syarat pengambilan sampel dari populasi terkecil, yaitu 30 orang (Azwar,

(25)

16

Alat Ukur Penelitian

Dalam pengumpulan data penelitian ini, digunakan 2 skala psikologi mencakup

skala psikologi konflik peran ganda dan PWB. Adapun skala yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Work Family Conflict Scale yang disusun oleh Carlson, Kacmar and

Williams (2000) berdasarkan pada aspek konflik peran ganda oleh Greenhause

dan Beutell (1985) yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan partisipan

penelitian. Skala ini terdiri dari 18 aitem dengan 18 aitem favorable yang

terdiri dari 6 butir aitem time-based conflict, 6 butir aitem strain-based conflict,

dan 6 butir aitem behavior-base conflict. Pengujian reabilitas dan seleksi aitem

(daya diskriminasi) pada penelitian ini menggunakan data try out terpakai.

Penentuan aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi menggunakan

ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa aitem pada skala

pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,25. Daya diskriminasi aitem dari

0.257 – 0.608 dan diperoleh 17 aitem yang memiliki daya diskriminasi dengan

reliabilitas (α) sebesar 0.812.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.812 17

2. Psychological Well-Being (PWB) dari Ryff (1995) yang dimodifikasi dan

disesuaikan dengan partisipan penelitian. Skala ini terdiri dari 18 aitem dengan

11 aitem favorable dan 7 aitem unfavorable yang terdiri dari 3 butir aitem self–

acceptance, 3 butir aitem positive relation with others, 3 butir aitem autonomy,

(26)

17

aitem personal growth. Pengujian reabilitas dan seleksi aitem (daya

diskriminasi) pada penelitian ini menggunakan data try out terpakai. Penentuan

aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi menggunakan ketentuan dari

Azwar (2010) yang menyatakan bahwa aitem pada skala pengukuran dapat

dikatakan valid apabila ≥ 0,25. Daya diskriminasi aitem dari 0.266 – 0.768 dan

diperoleh 14 aitem yang memiliki daya diskriminasi dengan reliabilitas (α)

sebesar 0.830.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.830 14

Kedua skala ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 pilihan jawaban

yaitu Sangat Sesuai (STS), Sesuai (S), Tidak dapat menentukan dengan pasti

(N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan masing-masing

pilihan jawaban memiliki skor. Untuk aitem favorable, skor jawaban SS adalah

4, jawaban S adalah 3, jawaban N adalah 2, jawaban TS adalah 1, jawaban STS

adalah 0. Untuk aitem unfavorable, skor jawaban diberikan kebalikan dari skor

jawaban aitem favorable. Dalam modifikasi skala telah mendapatkan

pengawasan dan bimbingan dari ahli yang dalam hal ini adalah dosen

pembimbing.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data (uji diskriminasi) menggunakan teknik korelasi Pearson

Product Moment dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

(27)

18

Statistic, uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, uji

linieritas menggunakan ANOVA, uji korelasi menggunakan Correlations.

HASIL PENELITIAN

ANALISIS DESKRIPTIF

Tabel 1.1 Statistik deskriptif skala konflik peran ganda dan PWB Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

WFC 53 11 50 25,79 8,45

PWB 53 21 56 43,19 6,82

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh data minimum pada variabel konflik

peran ganda sebesar 11 dan data maksimum sebesar 50 dengan mean 25,79 dan

standar deviasi 8,45. Untuk variabel PWB, data minimum sebesar 21 dan data

maksimum sebesar 56 dengan mean 43,19 dan standar deviasi 6,82. Untuk variabel

konflik peran ganda memiliki total 17 aitem dengan PWB 14 aitem dengan

masing-masing terdiri dari 5 alternatif jawaban dan skor yang bergerak dari 0-4. Kategorisasi

dibuat menjadi 5 kategori mulai dari “sangat rendah” hingga “sangat tinggi”. Adapun

total skor terendah untuk konflik peran ganda adalah 0 dan tertinggi adalah 68 serta

untuk PWB, skor terendah adalah 0 dan tertinggi 56. Interval skor untuk setiap

kategori ditentukan dengan menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000).

Tabel 1.2 Kategorisasi Skor skala Konflik Peran Ganda

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean

1. 54.4 < x ≤ Sangat Tinggi 0 0 %

25,79

(28)

19

3. 27.2 < x ≤ . Sedang 14 26 % 4. 13.6 < x ≤ . Rendah 36 68 % 5. x ≤ . Sangat Rendah 1 2%

Total 53 100 %

Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 2 orang (4%) yang memiliki

konflik peran ganda tinggi, 14 orang (26%) berada pada kategori sedang, 36 orang

(68%) berada pada kategori rendah dan 1 orang (2%) berada pada kategori sangat

rendah.

Tabel 1.3 Kategorisasi Skor skala Psychological Well Being

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean

1. 44.8 < x ≤ Sangat Tinggi 23 43 %

(8%) berada pada kategori sedang dan 1 orang (2%) berada pada kategori rendah.

UJI ASUMSI

Uji Normalitas

Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala

PWB (K-S-Z = 0,801, p = 0,542, p > 0,05) dan skala konflik peran ganda (K-S-Z =

1,029 p = 0,241 p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel konflik peran ganda dan

PWB memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.

Tabel 2.1 Uji Normalitas Alat Ukur

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PWB WFC

N 53 53

(29)

20

Std. Deviation 6.825 8.450

Most Extreme Differences Absolute .110 .141

Positive .065 .141

Uji linieritas menggunakan uji ANOVA yang menunjukkan data konflik peran ganda

dan PWB linier dengan F linearity sebesar 9,325 dan nilai signifikansi sebesar 0,005

(p < 0,05). Nilai F pada deviation from linearity sebesar 2,791 dan nilai signifikansi

deviation from linearity sebesar 0,005 (p < 0,05). Menurut Widhiarso (2010) meski

deviation from linearity tidak signifikan akan tetapi linearity signifikan, maka data

dapat kita asumsikan linier. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel konflik peran ganda dan PWB bersifat linier.

(30)

21

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa data

berdistribusi normal dengan nilai sig. (p> 0,05) dan kedua variabel penelitian linier

(p>0,05), maka uji korelasi yang dilakukan menggunakan Pearson Correlation

Product Moment. Berdasarkan hasil uji korelasi antara kedua variabel dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara konflik peran ganda

dengan PWB yang berarti makin rendah konflik peran ganda, maka makin tinggi PWB

pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD dan sebaliknya. Ditemukan pula bahwa

konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar 9,7% artinya 90,3% PWB ibu

yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Tabel 3. Uji korelasi dengan Pearson Correlation Product Moment

Correlations

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

PEMBAHASAN

Hasil uji korelasi menunjukan adanya korelasi negatif signifikan antara konflik

peran ganda dan PWB ibu yang bekerja sebagai KOWAD di mana r = -0,311, r2=

0,097 dengan nilai signifikansi 0,012 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa makin

rendah konflik peran ganda, maka makin tinggi PWB pada ibu yang bekerja sebagai

KOWAD. Sebaliknya makin tinggi konflik peran ganda, maka makin rendah PWB

(31)

22

menunjukan bahwa rata-rata partisipan penelitian memiliki konflik peran ganda yang

rendah dan PWB yang tinggi.

Dalam penelitian sebelumnya dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang

negatif antara konflik peran ganda dan PWB didukung dengan adanya dukungan sosial

dan dedikasi terhadap pekerjaan pada karyawan (Pratiwi, 2002). Hal ini berarti bahwa

dengan partisipan yang berbeda tetap menunjukan adanya hubungan antara kedua

variabel. Selain itu, perlunya menjalin hubungan keluarga serta lingkungan kerja dapat

memengaruhi cara individu berinteraksi, pengembangan potensi dalam diri yang akan

memengaruhi kinerja dan evaluasi diri. Putrianti (2007) berpendapat bahwa

perempuan yang bekerja cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan

bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, lebih

energik, mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis.

Oleh karena itu, keberadaan istri/ibu dapat menjadi partner bagi suami, untuk

menjadi teman bertukar pikiran, serta saling membagi tanggung jawab, pandangan dan

harapan. Hasil penelitian membuktikan pentingnya dukungan suami dalam

mengurangi dilema antara keluarga dan pekerjaan bagi wanita. Hal ini diperkuat oleh

Putrianti (2007) yang berpendapat bahwa dukungan sosial (suami) akan dapat

memotivasi individu dalam bekerja dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Lebih

lanjut dukungan yang dirasakan secara lebih konsisten akan mampu meningkatkan

kesehatan psikis dan melindungi psikis dalam kondisi stres. Frone, Russell dan Cooper

(1992) mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stres

yang dapat memengaruhi kondisi well-being seseorang. Seorang ibu yang memiliki

konflik peran ganda akan merasa kurang memiliki rasa penguasaan dan self-efficacy,

(32)

23

dalam hidup. Oleh karena itu ketika tuntutan dari keluarga tidak terpenuhi,

kemungkinan besar ibu akan menjadi stres. Kuatnya ekspektasi pada peran tradisional

(Ibu di rumah, Bapak bekerja) juga dapat membuat ibu merasakan konflik peran

ganda.

Selain itu, adanya anak yang masih kecil, jumlah anak, urutan anak, faktor

sumber daya yang ada di rumah dapat memengaruhi dimensi dari PWB. Namun,

dilema yang dirasakan akan berbeda pada ibu bekerja yang baru memiliki satu anak

dengan ibu yang bekerja yang sudah berpengalaman yang memiliki dua anak. Hasil

wawancara dengan dua ibu yang bekerja sebagai KOWAD, usaha yang dilakukan

untuk mengurangi konflik peran ganda adalah memakai jasa pembantu dalam

mengurus keperluan rumah tangga, pengasuh anak, atau meminta bantuan orang tua

dari ibu bekerja tersebut untuk membantu memantau anak ketika ibu tidak ada di

rumah.

Salah satu ciri individu yang memiliki konflik peran ganda yang rendah dan

PWB yang tinggi adalah mengakui pekerjaan dan tanggung jawab sebagai ibu

merupakan bagian dari hidup, terkait dengan kepentingan dan pemenuhan dari dalam

diri. Hal ini berarti, ketegangan atau stres yang disebabkan oleh pertentangan antara

peran dirumah dan di tempat kerja memengaruhi PWB dalam diri individu. Dampak

dari kedua peran tersebut dapat berupa hal positif maupun hal negatif, namun dengan

memaknai pekerjaan dan peran sebagai ibu dapat meningkatkan semangat dan juga

dedikasi akan peran tersebut.

Ditemukan pula bahwa konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar

9,7% artinya 90,3% PWB ibu yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh

(33)

24

antara lima tipe kepribadian (the big five traits) dengan dimensi PWB dan hasilnya

menunjukan bahwa masing-masing kepribadian memiliki pengaruh terhadap dimensi

PWB (dalam Patma, 2016). Kedua, dapat dimungkinkan karena faktor kecerdasan

emosi. Hasil penelitian Gros dan John (2003), menunjukan bahwa terdapat perbedaan

individual dalam pengalaman dan ekspresi emosi yang berdampak secara berbeda

terhadap kebahagiaan (dalam Hutapea, 2011). Selain itu, faktor lainnya bisa

dikarenakan kepuasan hidup maupun gaya hidup. Kepuasan hidup seseorang dapat

membawanya mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, terdapat banyak

faktor yang dapat memengaruhi PWB seseorang.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan negatif signifikan antara konflik peran ganda dan PWB pada ibu

yang bekerja sebagai KOWAD dengan nilai koefisien korelasi (r) -0,311 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,012.

2. Konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar 9,7% artinya 90,3% PWB ibu

yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti

kepribadian, kecerdasan emosi, kepuasan hidup dan lainya.

3. Berdasarkan statistik deskriptif sebagian partisipan (68%) memiliki konflik peran

ganda pada kategori rendah dan PWB pada kategori (47%) berada pada kategori

tinggi.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebagai

berikut:

(34)

25

a. Untuk meningkatkan PWB terutama terkait peningkatan pengevaluasian diri

dan penyesuaian lingkungan serta pembagian tugas dengan suami guna

pengembangan diri dalam bekerja dan kesejahteraan psikologis.

b. Diharapkan ibu yang bekerja sebagai KOWAD dapat lebih menyadari tugas

dan tanggung jawab dalam setiap peran yang dijalani, yaitu sebagai KOWAD

dan ibu rumah tangga, sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab

tersebut dengan seimbang serta dapat memposisikan diri sesuai dengan

masing-masing perannya supaya tidak mudah mengalami konflik peran ganda.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Memperbanyak jumlah subjek, mencermati faktor-faktor lain yang dapat

memengaruhi proses penelitian seperti tempat penelitian yang sulit diakses

sehingga proses penelitian tidak berjalan persis sesuai kehendak peneliti.

b. Peneliti selanjutnya perlu untuk mengembangkan penelitian ini dengan

penggalian data yang lebih mendalam dengan menggunakan metode kualitatif

sehingga dapat melihat gambaran dari variabel yang ada.

c. Apabila akan menggunakan topik dan partisipan yang sama, dapat melakukan

perbandingan bagi KOWAD yang memiliki anak berusia <6 tahun dan yang

(35)

26

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

________. (2012). Penyusunan skala psikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. (2013). Persentase rumah tangga menurut provinsi jenis kelamin KRT yang bekerja dan daerah tempat tinggal 2009-2012. Diakes Juni 24, 2016 http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1606.

Carlson, D. S., Kacmar, K.M., & Williams, L. J. (2000). Contruction and initial validation of a multidimensional measure of work- family conflict. Journal of Vocational Behavior, 56, 249-276.

Elgar, K., & Chester, A. (2007). The mental health implications of maternal employment: Working versus at-home mothering identities. Australian e-Journal for the Advancement of Mental Health AeJAMH, 6, 1-8.

Frone, M.F., Russel, M., & Cooper, M.L. (1992). Antecedents and outcomes of work-family conflict: Testing a model of the work-work-family interface. Journal of Applied Psychology, 77(1), 65-78.

Greehaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of conflict between work and family roles. Academy of Management Review, 10, 76-88.

Hadi, S. (2000). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Hutapea, B. (2011). Emotional intelegence dan psychological well-beng pada manusia lanjut usia anggota organisasi berbasis keagamaan di Jakarta. Insan: Media Psikologi, 13(2), 64-73.

(36)

27

Lestari, L (2015). Pengaruh pola pembinaan jasmani prajurit siswa dikmaba TNI AD tahap 1 wanita terhadap tingkat kesegaran jasmani. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung:Fakultas Pendidikan dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Matlin, M. W. (2012). The psychology of women. USA: Holt Rinehart and Winston, Inc.

Moen, R.H., & McClain, H. (1995). Care giving and women’s well being: a life course approach. Journal of Health and Social Behavior, 36,259-273.

Nieva, V.F. & Gutek, B.A. (1981). Women and work : A psychological perspective. New York: Praeger.

Patma, E.W.N. (2016). Hubungan antara career calling dengan psychological well being pada pendeta gereja toraja di toraja. Tugas akhir tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2004). Human development (9 th ed). New York: McGraw Hill.

Permatasari, A.I. (2010). Konflik peran ganda ibu bekerja ditinjau dari tingkat ketabahan. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranta.

Pratiwi, D., & Pratiwi, A. (2000). Hubungan konflik peran ganda dengan psychological well being pada ibu bekerja sebagai pegawai bank. Jurnal Psikologi, 1(3), 20-35.

Putrianti, F.G. (2007). Kesuksesan peran ganda wanita karir ditinjau dari dukungan suami, optimisme dan strategi coping. Indigenous: Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 9, 3-17.

Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 1069-1081.

_____ & Singer, B. H. (1996). Psychological well-being : meaning, measurement and implications for psychoterapy research. Journal of Psychotherapy Psychosomatics, 65, 14-23.

_____, Keyes, C.L.M. & Shmotkin, D. (2002). Optimizing well-being: The empirial encounter of ewo traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 1007-1022.

(37)

28

Tendelina, L. R. (2013). Hubungan iklim organisasi dengan konflik peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja pada pegawai negeri sipil wanita di akademi militer magelang. Skripsi tidak diterbitkan.Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Widhiarso, W. (2010). Uji linieritas hubungan. Diakes November 4, 2016 dari http:

Gambar

Tabel 1.1 Statistik deskriptif skala konflik peran ganda dan PWB
Tabel 1.3 Kategorisasi Skor skala Psychological Well Being
Tabel 2.2 Uji Linieritas Alat Ukur
Tabel 3. Uji korelasi dengan Pearson Correlation Product Moment

Referensi

Dokumen terkait

Sie tik: Antara lain juga karena pendapatan negara hanya dari hasil produksi kebutuhan masyarakat dalam negerinya , idan dalam batas2 tertentu memproduksi barang2

Hampir seluruh ahli ekonomi Islam, termasuk al-Māwardi, berpandangan bahwa mekanisme pasar yang benar diajarkan Rasulullah adalah mekanisme pasar bebas, tidak ada

Tetapi setelah dilakukan teguran oleh Pengadilan, pihak yang kalah tidak mengindahkan, maka putusan yang telah berkekuatan hukum yang tetap itu tidak dapat

Pada setiap siswa dilakukan pemeriksaan pada gigi dan rongga mulut untuk mengetahui klasifikasi maloklusi, ada tidaknya maloklusi gigi anterior yang meliputi

yang merupakan generasi milenial dan juga para untuk menciptakan atau membuat strategi komunikasi yang berjalan dengan baik dan kreatif, metode pembelajaran menggunakan

untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan model De Novo Programming, dapat membantu pemilik Pempek di Kedai Salsa untuk merencanakan proses produksi yang

menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamus  Aedes Aegypti dan Aedes albopicyus, yang mana menyebabkan gangguan pada..  pembuluh darah kapiler