Tahap uji lapangan operasional dilakukan kepada 24 siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun. Respon siswa terhadap modul yang
commit to user
dikembangkan dilaksanakan pada akhir pembelajaran ketika keseluruhan materi terselesaikan.
a. Keterlaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah dilakukan dalam waktu 3 kali pertemuan yang masing-masing selama 3 jam pelajaran (135 menit). Setiap pertemuan dihadiri 24 siswa.
1) Pertemuan pertama
Hasil skor rata-rata keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebesar 2,8 dan siswa sebesar 2,0. Pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah pada materi hukum ohm sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan apersersepsi, guru juga menjelaskan cara penggunaan modul dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah informasi tersampaikan, guru membagi siswa dalam 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa sangat antusias ketika akan diadakan kegiatan pembelajaran secara berkelompok.
Kegiatan pertama, orientasi siswa kepada masalah “Fenomena”. Pada tahapan ini siswa mengamati gambar, membaca teks, dan memunculkan ide unik mereka untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena “Burung Bertengger di Kabel Listrik”. Kegiatan kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar “Forum Diskusi”. Pada tahapan ini siswa merumuskan suatu masalah yang berupa pertanyaan terkait dengan fenomena yang sajikan . Siswa minimal membuat 5 pertanyaan yang terkait dengan fenomena yang disajikan. Kegiatan ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: “Selidik”. Pada tahapan ini siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk mendapatkan data.
Eksperimen yang dilakukan bertujuan untuk menyelidiki hubungan tegangan (V) dengan kuat arus (I). Siswa masih kebingungan dalam merangkai potensiomer sehingga guru membimbing sampai siswa mampu merangkainya sendiri. Siswa takut kesetrum dan asing dengan multimeter karena tidak pernah menggunakannya, melihat pun hanya melalui gambar. Guru membimbing cara
commit to user
pemasangan dan penggunaannya, siswa bekerja dengan penuh semangat, menggunakan alat dengan hati-hati, dan membaca alat ukur dengan teliti.
Kegiatan keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya:
“Kembang Saji”. Pada tahapan ini siswa menganalisis data lalu membandingkan kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen dengan fenomena yang disajikan.
Kegiatan kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah:
“Refleksi”. Pada tahapan ini siswa mengkomunikasikan jawaban lalu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah. Siswa secara berkelompok menyampaikan hasil kerjanya di hadapan teman-teman satu kelasnya. Pada tahap ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat, dan menjelaskan kembali. Kelas menjadi hidup karena ada interaksi antar kelompok dalam berpendapat. Secara umum, jawaban semua kelompok hampir sama dan tidak menyimpang jauh dari yang diharapkan. Setelah semua kelompok menyampaikan hasinya, guru mereview ulang dan mengkonfirmasi jawaban yang tepat. Siswa melakukan refleksi dan menuliskan hasil evaluasi dari guru pada LKS. Setelah kegiatan pembelajaran dalam modul selesai, siswa diberi tugas mengerjakan Tes Mandiri yang ada di dalam modul.
2) Pertemuan kedua
Hasil skor rata-rata keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebesar 3,3 dan siswa sebesar 2,7. Pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah pada materi hukum Kirchhoff. Kegiatan pertama, orientasi siswa kepada masalah
“Fenomena”. Pada tahapan ini siswa mengamati gambar, membaca teks, dan memunculkan ide unik mereka untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena “Perbaikan Lampu Sepeda Motor”. Kegiatan kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar “Forum Diskusi”. Pada tahapan ini siswa merumuskan suatu masalah yang berupa pertanyaan terkait dengan fenomena yang sajikan . Siswa minimal membuat 5 pertanyaan yang terkait dengan fenomena yang disajikan. Kegiatan ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: “Selidik”. Pada tahapan ini siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk mendapatkan data. Eksperimen yang dilakukan bertujuan untuk
commit to user
menyelidiki kuat arus listrik (I) pada percabangan. Siswa mulai cekatan merangkai alat dan menggunakan multimeter. Guru membimbing kelompok yang masih kebingungandalam membuat rangkaian paralel. Siswa melakukan eksperimen dengan antusias dan teliti.
Kegiatan keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya:
“Kembang Saji”. Pada tahapan ini siswa menganalisis data lalu membandingkan kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen dengan fenomena yang disajikan.
Kegiatan kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah:
“Refleksi”. Pada tahapan ini siswa mengkomunikasikan jawaban lalu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah. Siswa secara berkelompok menyampaikan hasil kerjanya di hadapan teman-teman satu kelasnya. Siswa antusias dalam diskusi karena fenomena yang disajikan dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka yaitu sepeda motor. Pada tahap ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat, dan menjelaskan kembali. Setelah semua kelompok menyampaikan hasinya, guru mereview ulang dan mengkonfirmasi jawaban yang tepat. Siswa melakukan refleksi dan menuliskan hasil evaluasi dari guru pada LKS. Setelah kegiatan pembelajaran dalam modul selesai, siswa diberi tugas mengerjakan Tes Mandiri yang ada di dalam modul.
3) Pertemuan ketiga
Hasil skor rata-rata keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebesar 3,8 dan siswa sebesar 3,6. Pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah pada materi Energi dan Daya Listrik. Kegiatan pertama, orientasi siswa kepada masalah
“Fenomena”. Pada tahapan ini siswa mengamati gambar, membaca teks, dan memunculkan ide unik mereka untuk membuat pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena “Tagihan Listrik Membengkak”. Kegiatan kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar “Forum Diskusi”. Pada tahapan ini siswa merumuskan suatu masalah yang berupa pertanyaan terkait dengan fenomena yang sajikan . Siswa minimal membuat 5 pertanyaan yang terkait dengan fenomena yang disajikan.
Kegiatan ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok:
commit to user
“Selidik”. Pada tahapan ini siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk mendapatkan data. Eksperimen yang dilakukan bertujuan untuk memahami energi dan daya listrik dalam kehidupan sehari-hari. Siswa trampil dalam merangkai alat dan menggunakan alat ukur listrik. Guru membimbing kelompok yang masih kebingungan dalam merangkai alat. Siswa melakukan eksperimen dengan antusias dan teliti.
Kegiatan keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya:
“Kembang Saji”. Pada tahapan ini siswa menganalisis data lalu membandingkan kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen dengan fenomena yang disajikan.
Kegiatan kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah:
“Refleksi”. Pada tahapan ini siswa mengkomunikasikan jawaban lalu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah. Siswa secara berkelompok menyampaikan hasil kerjanya di hadapan teman-teman satu kelasnya. Pada tahap ini siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan pendapat, dan menjelaskan kembali. Setelah semua kelompok menyampaikan hasinya, guru mereview ulang dan mengkonfirmasi jawaban yang tepat. Siswa melakukan refleksi dan menuliskan hasil evaluasi dari guru pada LKS. Setelah kegiatan pembelajaran dalam modul selesai, siswa diberi tugas mengerjakan Tes Mandiri yang ada di dalam modul.
Hampir semua langkah dalam RPP dilakukan guru dengan baik, hanya saja pada pertemuan kedua waktu untuk kegiatan pendahuluan berkurang 5 menit karena ada bapak TU yang mengkonfirmasi siswa penerima dana bantuan. Hal tersebut dimaklumi dan tidak menggangu isi pembelajaarn.
b. Respon Siswa
Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis, seluruh siswa kelas XA diberikan angket untuk mengetahui respon dari siswa. Hasil rata-rata respon siswa dari keseluruhan aspek sebesar 3,60 yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝ dikarenakan siswa sudah merasakan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah, Keseluruhan langkah pembelajaran dapat membuat siswa menjadi aktif karena adanya eksperimen.
commit to user c. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Sebelum diberikan modul fisika berbasis masalah, kelas XA diberi soal pretest kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu. Setelah dilakukan pretest, siswa diberikan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan modul berbasis masalah pada materi listrik dinamis. Soal posttest sama dengan soal pretest yaitu 10 soal uraian.
Rata-rata nilai pretest yang diperoleh siswa adalah sebesar 37,7 dan rata-rata nilai posttest yang diperoleh siswa adalah sebesar 70,00. Jelas terlihat bahwa rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat. Peningkatan juga terjadi pada setiap aspek berpikir kreatif yaitu kenaikan paling tinggi yaitu pada aspek kelenturan (flexibility) dengan peningkatan sebesar 86,5, dilanjutkan aspek kerincian (elaboration) dengan peningkatan sebesar 62,7, lalu aspek keaslian (originality) dengan peningkatan sebesar 48,4, dan terendah aspek kelancaran (fluency) dengan peningkatan sebesar 35,4.
Peningkatan tersebut mengartikan sebuah keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah. Tahapan membimbing penyelidikan individual maupun kelompok pada pembelajaran berbasis masalah memberikan sumbangan paling besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek kelenturan (flexibility). Peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis masalah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan siswa, baik kognitif, psikomotor, dan afektif.
Penelitian yang mendukung penggunaan modul dalam pembelajaran adalah Ike Festiana (2014) menyimpulkan: 1) modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis yang dikembangkan layak digunakan untuk pembelajaran fisika; 2) modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis yang dikembnagkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Aspek
commit to user
kelancaran (fluency) mengalami peningkatan yang paling tinggi. Kedua pada aspek keaslian (originality), ketiga aspek memperinci (elaboration), dan terakhir aspek keluwesan (flexibility). Tomi Tridaya Putra (2012) yang menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Penelitian lain berasal dari Wafik Khoiri (2013) yang menyimpulkan bahwa: (1) Kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan pembelajaran model problem based learning berbantuan multimedia telah mencapai ketuntasan klasikal; (2) Kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pembelajaran model problem based learning berbantuan multimedia lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori; (3) Kemampuan berpikir kreatif berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa yang menggunakan model problem based learning berbantuan multimedia. Hal ini berarti bahawa semakin tinggi kamampuan berpikir kreatif siswa, maka kemampuan pemecahan masalah akan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah kamampuan berpikir kreatif siswa, maka kemampuan pemecahan masalah siswa pun akan semakin rendah; (4) Kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran model problem based learning berbantuan multimedia meningkat.
d. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif meningkat ketika menggunakan modul fisika dalam proses pembelajaran.
Menurut Ibrahim (2005) hasil belajar psikomotorik merupakan suatu keterampilan yang didapatkan oleh seseorang dengan melibatkan koordinasi antara indra dan otot. Pada penelitian ini siswa melibatkan koordinasi indra dan otot karena siswa terlibat langsung dalam melakukan percobaan.
Menurut Wina Sanjaya (2008) pengalaman langsung sangat berguna bagi siswa karena semakin kongkret siswa mempelajari bahan pengajaran maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Trianto (2011) beranggapan bahwa pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat
commit to user
mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Trianto (2011) mengemukakan bahwa pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.