commit to user 72 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian dan Pengumpulan Informasi
a. Hasil Studi Pustaka
Kurikulum yang digunakan SMA Negeri 1 Wungu adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelajaran fisika di kelas X SMA semester 1 dan 2 terdiri dari 6 standar kompetensi, yaitu: 1) SK 1: menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya; 2) SK 2: menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik; 3) SK 3: menerapkan prinsip kerja alat-alat optic; 4) SK 4: menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi; 5) SK 5: menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi; 6) SK 6:
memahami konsep dan prinsip gelombang elektromagnetik. Dalam 6 standar kompetensi tersebut secara keseluruhan terdapat 15 kompetensi dasar. Materi fisika yang ada dalam kelas X semester 1 dan 2 sebanyak 9 materi, yaitu: 1) pengukuran dan besaran; 2) besaran vector; 3) kinematika gerak lurus; 4) hukum newton; 5) gerak melingkar; 6) alat-alat optik; 7) kalor sebagai energi; 8) listrik dinamis; 9) gelombang elektromagnetik.
Buku pelajaran yang digunakan adalah buku dari MGMP. Berdasarkan analisis buku pelajaran, ditemukan bahwa isi buku masih mengarah pada peningkatan kognitif siswa saja, hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai macam materi dan latihan soal pilihan ganda dan uraian, sehingga belum meningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Buku pelajaran kurang menarik, karena tampilannya tidak berwarna, sedikit gambar, dan bahasa kurang komunikatif.
Kegiatan eksperimen dalam buku pelajaran juga masih sedikit sehingga potensi siswa belum dapat tergali secara optimal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Data hasil ujian nasional fisika tahun 2013/2014 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
commit to user
Tabel 4.1 Hasil Ujian Nasional Fisika Tahun 2013/2014 No.
Urut Kemampuan yang Diuji Kota/Kab Prop Nas 1 Gelombang, bunyi, dan cahaya 85,60 87,30 70,81 2 Besaran, satuan, dan vektor 81,82 83,99 72,63 3 Suhu, kalor, dan hukum termodinamisa 83,64 85,24 68,76
4 Kinematika 80,05 81,93 66,54
5 Dinamisa dan perubahan energy 81,46 81,90 64,13
6 Fisika modern 76,29 77,95 62,81
7 Fluida statik dan fluida dinamis 75,63 79,62 61,68 8 Listrik statik dan listrik dinamis 75,01 76,11 54,80 9 Kemagnetan dan elektromagnetik 66,01 67,93 53,76
b. Hasil Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa karakteristik siswa SMA Negeri 1 Wungu mayoritas memiliki motivasi belajar rendah, hal tersebut dikarenakan faktor lingkungan dan keluarga. Lingkungan mereka adalah lingkungan pedesaan yang kurang menyadari pentingnya pendidikan. Orang tua mereka banyak menjadi TKI di luar negeri sehingga mereka beranggapan sekolah hanya persoalan mendapat ijasah. Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran di kelas karena metode yang digunakan guru dalam mengajar guru tergantung materi yang dipelajari, guru lebih dominan menggunakan ceramah dan diskusi. Pengisian angket kebutuhan digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa kelas X SMA. Hasil angket kebutuhan guru disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Angket Kebutuhan Guru
No Indikator Hasil
1 Penggunaan sumber belajar materi listrik dinamis
a. Bahan ajar yang digunakan guru adalah buku teks.
b. Bahan ajar berasal dari buku di pasaran dan MGMP.
c. Struktur yang harus ada dalam bahan ajar tingkat SMA adalah kegiatan siswa (diskusi, eksperimen, masalah, proyek), uraian, dan soal-soal.
d. Kelemahan bahan ajar yang digunakan adalah kegiatan siswa masih kurang dan belum ada tata cara pelaksanaan praktikum.
e. Media yang digunakan untuk membelajarkan listrik dinamis adalah KIT Listrik.
commit to user
No Indikator Hasil
2 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran materi listrik dinamis
a. Pendekatan yang digunakan guru adalah keterampilan proses dan konsep.
b. Metode yang digunakan guru adalah ceramah, diskusi, dan eksperimen.
c. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah eksperimen dan masalah dalam soal.
d. Guru menggunakan alat laboratorium listrik.
e. Guru menggunakan bahan di lingkungan sekolah.
f. Guru menampilkan permasalahan di lingkungan sekitar.
g. Guru membentuk kelompok.
h. Guru meminta setiap kelompok menyajikan hasil kerjanya.
i. Guru mengevaluasi pekerjaan siswa dalam kelompok.
j. Guru sering mengajukan pertanyaan terbuka kepada siswa.
k. Siswa dapat memberikan jawaban beragam ketika diberikan pertanyaan terbuka.
l. Guru sudah membelajarkan siswa untuk berhipotesis.
Guru sudah membelajarkan siswa untuk mencari solusi dari suatu permasalahan.
3 Keterbatasan dan kesulitan yang dirasakan guru dalam membelajarkan materi listrik dinamis
a. Laboratorium dan perpustakaan belum mampu memfasilitasi pelajaran fisika materi listrik dinamis.
b. Kebanyakan siswa takut pada listrik.
4 Kebutuhan akan media pembelajaran
Menurut guru, modul yang baik adalah modul yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan banyak kegiatan praktikum.
Angket untuk siswa diberikan pada 21 siswa kelas XB SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun. Hasil angket kebutuhan siswa disajikan dalam Tabel 4.3.
commit to user Tabel 4.3 Hasil Angket Kebutuhan Siswa
No Indikator Hasil
1 Ketersediaan buku
pelajaran
a. Semua siswa memiliki buku pelajaran.
b. Buku yang digunakan adalah buku paket.
c. Siswa menilai buku yang dimiliki adalah biasa saja.
d. Kelemahan buku pelajaran yang digunakan adalah buku tidak berwarna, gambar kurang jelas, gambar kurang banyak, cover kurang menarik, kurang ringkas, bahasa terlalu tinggi, mudah rusak, terlalu tebal.
e. Buku pelajaran sudah mengangkat peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
2 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
a. Menurut siswa guru belum menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekolah untuk belajar fisika.
b. Menurut siswa guru belum menampilkan permasalahan yang ada di lingkungan sekolah.
c. Menurut siswa guru belum membentuk kelompok yang anggotanya ditentukan oleh guru.
d. Siswa belum mendapat bimbingan dari guru dalam kegiatan praktikum ataupun diskusi.
e. Siswa belum menyajikan hasil kerja kelompok di depan teman sekelas.
f. Hasil pekerjaan kelompok siswa belum mendapat evaluasi dari guru.
g. Guru tidak menyalahkan siswa ketika menjawab pertanyaan dengan jawaban berbeda.
h. Siswa lain tidak menertawakan ketika ada siswa menjawab pertanyaan dengan jawaban berbeda.
i. Siswa tidak mengajukan pertanyaan kepada guru jika diberi kesempatan untuk bertanya.
j. Siswa selalu mempertimbangkan informasi baru.
k. Siswa tidak berani mengungkapkan ide baru kepada guru atau teman.
l. Kegiatan pembelajaran Fisika yang disukai siswa adalah santai, serius, dan praktikum.
m. Kegiatan pembelajaran Fisika yang tidak disukai siswa adalah mengerjakan soal, pasif, banyak teori, hanya diterangkan.
3 Keterbatasan dan kesulitan yang
dirasakan siswa dalam mempelajari Fisika
a. Menurut siswa, fisika penting untuk dipelajari.
b. Menurut siswa, fisika itu sulit, membosankan, dan membingungkan
c. Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari fisika adalah menghafal rumus.
commit to user
No Indikator Hasil
4 Harapan siswa terhadap pembelajaran fisika
Siswa menginginkan kegiatan pembelajaran fisika adalah santai, serius, dan praktikum.
Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan guru dan siswa maka diperoleh kesimpulan bahwa belum diterapkannya secara maksimal metode pembelajaran berbasis masalah di kelas dan kegiatan pembelajaran belum mengoptimalkan kegiatan berpikir siswa sehingga diperlukan modul pembelajaran fisika berbasis masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
2. Hasil Perencanaan
Berdasarkan data hasil tahap penelitian dan pengumpulan informasi, maka produk penelitian yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan matrik yang merupakan karakteristik modul fisika berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
b. Kurikulum yang digunakan sebagai landasan pengambilan SK dan KD adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
c. Standar kompetensi yang akan dipilih untuk dikembangkan adalah SK 5 yaitu
“Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi”.
d. Kompetensi yang digunakan adalah: 1) 5.1 Merangkai alat ukur listrik, menggunakannya secara baik dan benar dalam rangkaian listrik; 2) 5.2 Memformulasikan besaran-besaran listrik ke dalam bentuk persamaan; 3) 5.3 Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari.
e. Tujuan pembelajaran yang dikembangkan adalah untuk mengukur aspek kognitif, afektif, psikomotor, dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
f. Bahan ajar yang dikembangkan berupa modul fisika yang dirancang secara sistematis, sehingga dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri dan dilengkapi dengan kegiatan yang memungkinkan siswa melakukan percobaan, berdiskusi, dan bekerja sama. Model pembelajaran berbasis
commit to user
masalah dipilih karena pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Rusman, 2012).
g. Materi listrik dinamis dalam ujian nasional merupakan materi yang memiliki nilai terendah kedua. Listrik dinamis merupakan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang bersifat abstrak, artinya tidak bisa diamati secara langsung sehingga diperlukan media pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang dipelajari.
3. Hasil Pengembangan Produk Awal
a. Hasil Draf Modul Fisika Berbasis Masalah
Data yang diperoleh pada tahap perencanaan merupakan bahan yang akan digunakan saat pengembangan modul fisika. Langkah selanjutnya adalah membuat desain awal modul yang di dalamnya terdapat tahapan pembelajaran berbasis masalah yang diintegrasikan dengan kemampuan berpikir kreatif. Produk yang dihasilkan berupa modul fisika berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup, yaitu:
1) Cover
Cover modul terdiri dari komponen: 1) logo UNS, tulisan lembaga pendidikan, dan tahun penyusunan modul; 2) nama penulis; 3) judul modul, yaitu modul fisika berbasis masalah listrik dinamis; 4) peruntukan kelas X SMA/MA; 5) gambar sutet.
2) Cover Dalam
Cover modul terdiri dari komponen: 1) logo UNS, tulisan lembaga pendidikan, dan tahun penyusunan modul; 2) nama penulis; 3) judul modul, yaitu modul fisika berbasis masalah listrik dinamis; 4) peruntukan kelas, X SMA/MA; 5) gambar sutet. Ukuran gambar lebih kecil dari cover depan.
commit to user 3) Halaman Francis
Halaman francis terdiri dari judul modul, nama penulis, nama konsultan ahli, nama validator ahli (ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa), nama validator praktisi, desain cover, editor, dan hak cipta modul.
4) Kata Pengantar
Memuat informasi mengenai peranan modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis dan memuat diskripsi dari keseluruhan isi modul secara singkat.
5) Tabel Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Modul
Memuat informasi mengenai langkah pembelajaran berbasis masalah dalam modul.
6) Gambaran Umum Modul
Memuat informasi dalam bentuk gambar dan keterangan mengenai kegiatan dalam modul.
7) Daftar Isi
Memuat komponen modul yang dilengkapi nomor halaman yang mencangkup keseluruhan isi modul.
8) Glosarium
Memuat daftar istilah penting.
9) Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari: a) SK dan KD; b) Deskripsi; c) Waktu; d) Prasyarat;
e) Petunjuk penggunaan modul; f) Tujuan akhir; g) Peta Konsep (peta konsep modul digunakan untuk menjelaskan materi yang akan dibahas di dalam modul)
10) Isi
a) Kegiatan Belajar
(1) Fenomena (merupakan tahap pertama pembelajaran berbasis masalah yaitu orientasi siswa kepada masalah yang berupa gambar dan wacana).
(2) Forum Diskusi (forum diskusi merupakan tahap kedua pembelajaran berbasis masalah yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar).
commit to user
(3) Selidik (selidik merupakan tahap ketiga pembelajaran berbasis masalah yaitu membimbing penyelidikan individual maupun kelompok).
(4) Kembang Saji (kembang saji merupakan tahap keempat pembelajaran berbasis masalah yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
(5) Refleksi (refleksi merupakan tahap kelima pembelajaran berbasis masalah yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).
b) Materi c) Rangkuman
d) Tes Mandiri (tes mandiri berupa soal uraian di setiap akhir kegiatan).
11) Penutup
a) Soal Evaluasi (soal evaluasi berupa soal pilihan ganda di bagian akhir modul).
b) Kunci Jawaban
12) Sampul Modul Bagian Belakang
a) Deskripsi singkat modul, gambar cover depan modul, dan logo UNS.
b) Foto penulis dan diskripsi singkat penulis.
13) Layout Modul
Modul yang dikembangkan berupa modul fisika berbasis masalah yang berbentuk cetak dengan menggunakan kertas ukuran A4 80 gram.
b. Hasil Instrumen Penelitian
Hasil instrumen penelitian yang dibuat akan digunakan pada saat penelitian, yaitu: silabus, RPP, dan lembar validasi modul untuk ahli dan praktisi.
4. Hasil Uji Coba Produk Awal
Uji coba produk awal merupakan tahap validasi ahli dan praktisi pendidikan. Proses validasi melibatkan ahli (materi, media, dan bahasa) dan praktisi pendidikan (guru fisika). Hasil validasi materi oleh ahli materi dan praktisi pendidikan pada uji coba produk awal disajikan pada Tabel 4.4.
commit to user Tabel 4.4 Hasil Validasi Materi
Aspek
Validator
Rata-rata Kategori Ahli
Materi
Guru 1
Guru 2
Cakupan materi 4,00 4,00 3,5 3,83 Sangat Baik
Akuransi materi 4,00 4,00 4,00 4,00 Sangat Baik Kemutakhiran materi 3,50 4,00 4,00 3,83 Sangat Baik Mamacu keingintahuan 4,00 3,30 4,00 3,78 Sangat Baik Penerapan pembelajaran
berbasis masalah
3,60 3,80 4,00 3,80 Sangat Baik Rata-rata keseluruhan aspek 3,85 Sangat Baik
Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan guru fisika, diperoleh rata-rata aspek cakupan materi dan kemutakhiran materi sebesar 3,83, aspek akuransi materi sebesar 4,00, aspek mamacu keingintahuan sebesar 3,78 dan aspek penerapan pembelajaran berbasis masalah sebesar 3,80. Rata-rata dari keseluruhan aspek sebesar 3,85 yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝ tetapi masih perlu dilakukan perbaikan.
Hasil validasi media oleh ahli media dan praktisi pendidikan pada uji coba produk awal disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Media
Aspek
Validator
Rata-rata Kategori Ahli
Media
Guru 1
Guru 2
Tampilan umum 4,00 3,67 3,67 3,78 Sangat Baik
Kegrafikan 3,90 3,80 3,90 3,87 Sangat Baik
Penyajian 4,00 3,75 4,00 3,92 Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan aspek 3,86 Sangat Baik
Berdasarkan hasil validasi ahli media dan guru fisika, diperoleh rata-rata aspek tampilan umum sebesar 3,78, aspek kegrafikan sebesar 3,87, dan aspek penyajian sebesar 3,92. Rata-rata dari keseluruhan aspek sebesar 3,86 yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝ tetapi masih perlu dilakukan perbaikan.
Hasil validasi bahasa oleh ahli bahasa dan praktisi pendidikan pada uji coba produk awal disajikan pada Tabel 4.6.
commit to user Tabel 4.6 Hasil Validasi Bahasa
Aspek
Validator
Rata-rata Kategori Ahli
Media
Guru 1
Guru 2
Bahasa/keterbacaan 3,70 3,80 3,80 3,77 Sangat Baik Rata-rata keseluruhan aspek 3,77 Sangat Baik
Berdasarkan hasil validasi ahli bahasa dan guru fisika, diperoleh rata-rata aspek bahasa/keterbacaan sebesar 3,77 yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝ tetapi masih perlu dilakukan perbaikan.
5. Hasil Revisi Produk Pertama
Berdasarkan validasi yang telah dilakukan kepada para ahli dan praktisi pendidikan, maka diperoleh saran dan masukan untuk memperbaiki produk modul. Hasil revisi dari ahli materi, media, bahasa, dan praktisi pendidikan (guru fisika) disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Validasi dan Revisi Produk Pertama
No Saran dan Masukan Revisi Produk Pertama Validasi Ahli Materi
1 Fenomena 1 yang berupa peristiwa anak kesetrum sebaiknya diganti dengan burung yang tidak kesetrum ketika hinggap di kabel PLN.
Mengganti fenomena 1 dengan peristiwa burung tidak kesetrum ketika hinggap di kabel PLN.
Validasi Ahli Media 1 Belum semua lembar dihitung
halaman
Menghitung semua halaman, termasuk halaman kosong juga dihitung.
2 Tulisan prodi dan logo UNS kurang proporsional
Tulisan prodi dan logo UNS sedikit diperbesar agar terlihat proporsional.
3 Tulisan di muka belakang kurang jelas dan kabur
Mendesain ulang tulisan pada cover depan dan belakang agar lebih jelas.
Validasi Ahli Bahasa 1 Perhatikan tulisan yang secara
otomatis berubah dalam ejaan Bahasa Inggris. Kata “negative, energy, electron, dynamo”
seharusnya ditulis dalam Bahasa Indonesia.
Memperbaiki kata yang secara otomatis berubah ke dalam Bahasa Inggris menjadi kata dalam ejaan Bahasa Indonesia.
commit to user
Validasi Praktisi Pendidikan 1 Ada beberapa tulisan yang
ejaannya masih kurang tepat (energy, negative, sakelar, dan Rs).
Memperbaiki kata yang secara otomatis berubah ke dalam Bahasa Inggris menjadi kata dalam ejaan Bahasa Indonesia.
2 Pada halaman 45, untuk gambar 2.6 dan 2.7 tulisannya sedikit diperbesar dan diperjelas. Pada halaman 81, untuk gambar 3.12 tulisannya sedikit diperbesar.
Memperbesar tulisan pada gambar 2.6, 2.7, dan 3.12.
3 Simbol gambar “tangan” sedikit diperbesar ukurannya.
Memperbesar simbol “tangan”.
4 Halaman sampul depan dan belakang tulisan pecah sehingga tulisannya harus diperjelas.
Mendesain ulang tulisan pada cover depan dan belakang agar lebih jelas.
Berdasarkan saran dan masukan dari para ahli dan praktisi pendidikan, maka perlu diadakan perbaikan atau revisi produk sebelum diujikan pada uji coba lapangan terbatas. Revisi yang dilakukan disertai penyusunan instrumen lembar angket keterbacaan modul yang akan digunakan pada tahap uji coba lapangan terbatas.
6. Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada 12 siswa kelas X SMA Negeri 1 Wungu. Uji coba terbatas bertujuan untuk mengetahui keterbacaan modul, mendapatkan masukan, saran, dan perbaikan yang membangun dalam merevisi modul fisika berbasis masalah draf II yang dikembangkan. Siswa melakukan semua kegiatan yang ada di dalam modul draf II. Selanjutnya siswa mengisi angket keterbacaan modul darf II. Hasil uji keterbacaan modul disajikan pada Tabel 4.8.
Dalam membuat grafik pada kegiatan belajar 1, siswa menghubungkan antar titik satu dengan lainnya dengan garis, sedangkan jawaban yang diharapkan adalah siswa membuat gradien garis pada grafik hubungan tegangan (V) dengan kuat arus (I). Pada bagian menarik kesimpulan secara umum, jawaban siswa adalah “terjadinya peristiwa kesetrum disebabkan karena arus listrik yang mengalir. Dan arus listrik dapat mengalir karena adanya beda potensial antara
commit to user
kedua titik”. Jawaban tersebut hampir sama dengan jawaban pada bagian membandingkan kesimpulan hasil eksperimen dengan fenomena yang disajiakan yaitu “arus listrik dapat mengalir jika terdapat beda potensial antara dua titik.
Pada fenomena yang disajikan burung hanya hinggap di atas kabel listrik, hal tersebut tidak menyebabkan terjadinya perbedaan potensial pada kabel yang dihinggapi dan kaki burung tidak berada/menempel di tanah sehingga burung tidak kesetrum disebabkan karena tidak ada arus yang melewati tubuh burung”.
Hal tersebut berlaku juga pada kegiatan 2 dan kegiatan 3 dimana siswa menjawab hampir sama dengan bagian membandingkan kesimpulan hasil eksperimen dengan fenomena yang disajiakan. Pada bagian menarik kesimpulan secara umum di kegiatan 2, jawaban siswa adalah “1) rangkaian bercabang (paralel) berfungsi sebagai pembagi kaut arus; 2) besarnya kuat arus yang masuk dalam cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari cabang”. Pada bagian menarik kesimpulan secara umum di kegiatan 3, jawaban siswa adalah “besarnya daya listrik mempengaruhi besarnya energi yang dihasilkan. Besarnya energi yang dihasilkan mempengaruhi biaya/tagihan listrik yang harus dibayarkan”.
Agar tidak menimbulkan kebingungan maka perlu dihapus pada bagian menarik keasimpulan secara umum.
Tabel 4.8 Hasil Uji Keterbacaan Modul
Aspek Rata-rata Kategori
Panjang pendek kalimat 3,43 Sangat Baik
Tingkat kesulitan kata 3,43 Sangat Baik
Kebahasaan 3,49 Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan aspek 3,45 Sangat Baik
Tabel 4.8 merupakan hasil angket keterbacaan modul fisika berbasis masalah pada uji coba lapangan terbatas. Data hasil uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa penilaian modul dari siswa mempunyai rata-rata sebesar 3,45 sehingga dikategorikan ˝Sangat Baik˝ tetapi masih perlu dilakukan revisi.
commit to user 7. Hasil Revisi Produk Kedua
Setelah dilakukan uji coba lapangan terbatas kepada 12 siswa, peneliti melakukan analisis terhadap jawaban siswa pada kegiatan pembelajaran dalam modul. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa terdapat beberapa bagian yang harus direvisi. Bagian yang harus direvisi dan hasil revisi dari uji coba terbatas disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Revisi Produk Kedua
No Sebelum Revisi Revisi Produk Kedua
Kegiatan Belajar 1 (Hukum Ohm) 1 Pada Tabel Hasil Eksperimen:
a. Kolom kedua berisi hasil tegangan (V).
b. Kolom ketiga berisi hasil kuat arus (I).
Pada Tabel Hasil Eksperimen:
a. Kolom kedua diganti dengan hasil kuat arus (I).
b. Kolom ketiga diganti dengan hasil tegangan (V).
2 Petunjuk menggambar grafik:
a. Sumbu mendatar
(horizontal) diberi nilai tegangan (V).
b. Sumbu tegak (vertikal) diberi nilai kuat arus (I).
Petunjuk menggambar grafik:
a. Sumbu mendatar (horizontal) diganti dengan nilai kuat arus (I).
b. Sumbu tegak (vertikal) diganti dengan nilai tegangan (V).
3 Pada tahap 4 Pembelajaran Berbasis Masalah (Kembang Saji):
Pertanyaan nomor 3 berisi
“Apa yang terjadi jika nilai hambatan diperbesar dan diperkecil?”
Pertanyaan nomor 3 diganti
“Bagaimana gradient grafik dari hasil eksperimen?”
Pertanyaan yang awalnya nomor 3 diletakkan pada nomor 6.
4 Pada tahap 4 Pembelajaran Berbasis Masalah (Kembang Saji):
Bagian terakhir meminta siswa menarik kesimpulan secara umum.
Menghapus bagian yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan secara umum.
Kegiatan Belajar 2 (Hukum Kirchhoff) 1 Pada tahap 4 Pembelajaran
Berbasis Masalah (Kembang Saji):
Bagian terakhir meminta siswa menarik kesimpulan secara umum.
Menghapus bagian yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan secara umum.
Kegiatan Belajar 3 (Energi dan Daya Listrik)
commit to user Pada tahap 4 Pembelajaran
Berbasis Masalah (Kembang Saji):
Bagian terakhir meminta siswa menarik kesimpulan secara umum.
Menghapus bagian yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan secara umum.
Berdasarkan saran dan masukan pada uji coba lapangan terbatas, maka perlu diadakan perbaikan atau revisi produk sebelum diujikan pada uji lapangan operasional. Modul yang telah mengalami perbaikan pada tahapan revisi produk kedua, akan digunakan dalam uji coba lapangan operasional. Revisi disertai dengan penyusunan lembar angket respon siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, lembar observasi psikomotorik dan afektif, dan soal tes kemampuan berpikir kreatif.
8. Hasil Uji Lapangan Operasional
Berdasarkan hasil uji coba lapangan operasional, data yang diperoleh adalah penilaian terhadap keterlaksanaan sintaks pembelajaran berbasis masalah, respon siswa terhadap modul fisika berbasis masalah, data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa, data hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
a. Hasil Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Hasil data keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilihat dari aktivitas guru dan siswa disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Objek
Pengamatan Pertemuan Observer
Rata-rata Kategori
1 2
Aktivitas Guru
I 3,0 2,6 2,8 Baik
II 3,2 3,4 3,3 Sangat Baik
III 3,8 3,8 3,8 Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan pertemuan 3,3 Sangat Baik Aktivitas
Siswa
I 2,2 1,8 2,0 Kurang
II 2,8 2,6 2,7 Baik
III 3,8 3,4 3,6 Sangat Baik
Rata-rata keseluruhan pertemuan 2,8 Baik
commit to user
Rata-rata aktivitas guru menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada pertemuan pertama sebesar 2,8 dengan kategori “Baik”, rata-rata pertemuan kedua sebesar 3,3 dengan kategori “Sangat Baik”, dan rata-rata pertemuan ketiga sebesar 3,8 dengan kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan ketiga pertemuan tersebut, disimpulkan bahwa aktivitas guru meningkat dengan rata-rata sebesar 3,3 dengan kategori “Sangat Baik”.
Rata-rata aktivitas siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada pertemuan pertama sebesar 2,0 dengan kategori “Kurang”, rata-rata pertemuan kedua sebesar 2,7 dengan kategori “Baik”, dan rata-rata pertemuan ketiga sebesar 3,6 dengan kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan ketiga pertemuan tersebut, disimpulkan bahwa aktivitas siswa meningkat pada setiap pertemuan dengan perolehan rata-rata sebesar 2,8 dengan kategori “Baik”.
b. Respon Siswa Terhadap Modul Fisika Berbasis Masalah
Respon siswa yang menjadi subjek uji coba lapangan utama dengan responden kelas XA SMA Negeri 1 Wungu disajikan dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Respon Siswa
No Aspek Rata-rata Kategori
1 2 3
Isi
Penyajian Bahasa
3,59 3,75 3,47
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Rata-rata keseluruhan aspek 3,60 Sangat Baik
Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap modul fisika berbasis masalah pada tahapan uji lapangan operasional, diperoleh rata-rata sebesar 3,59 untuk aspek isi modul, aspek penyajian sebesar 3,75 dan aspek bahasa sebesar 3,47. Rata-rata dari keseluruhan aspek sebesar 3,60 yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
commit to user c. Hasil Tes Kemamapuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif terdiri atas pretest dan posttest.
Deskripsi data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dari nilai pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Jenis Test Jumlah
Siswa Mean Standar
Deviasi Minimum Maksimum
Pretest 24 37,7 9,54 10,0 54,3
Posttest 24 70,00 14,08 36,4 94,3
Tabel 4. menyajikan data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah diberikan modul fisika berbasis masalah yang dikembangkan. Sebelum diberi modul fisika berbasis masalah, hasil rata-rata pretest yang diperoleh adalah 37,73 dengan standar deviasi 9,54, nilai terendah 10,0 dan nilai tertinggi 54,3.
Sedangkan setelah diberi pembelajaran dengan modul fisika berbasis masalah, hasil rata-rata posttest yang diperoleh adalah 69,99 dengan standar deviasi 14,08, nilai terendah 36,4 dan nilai tertinggi 94,3.
Hasil nilai pretest dan posttest, kemudian digunakan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan modul dengan rumus N-gain ternormalisasi. Berdasarkan hasil N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa sebesar 0,52. Menurut kriteria Hake (1998:1) besaran capaian nilai tersebut menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa dikategorikan ˝Sedang˝.
Setelah didapatkan hasil perhitungan N-gain ternormalisasi, kemudian dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas) hasil tes kemampuan berpikir kreatif. Secara ringkas, hasil analisis pretest dan posttest disajikan pada Tabel 4.14.
commit to user Tabel 4.13 Hasil Analisis Nilai Pretest dan Posttest
No Uji Jenis Uji Signifikansi Keputusan Kesimpulan 1 Normalitas Kolmogorov-
Smirnov
Pretest
= 0,200
H0 diterima Data terdistribusi
normal Posttest
= 0,091
2 Homogenitas Levene’s test 0,059 H0 diterima Data homogen 3 Nilai pretest
dan posttest
Paired Samples Test
0,000 H0 diterima Ada perbedaan nilai pretest dan posttest
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kenaikan skor setiap aspek kemampuan berpikir kreatif. Skor rata-rata setiap aspek kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.13 dan diperjelas pada Gambar 4.1.
Tabel 4.14 Hasil Peningkatan Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Jenis Test
Aspek Kelancaran
(Fluency)
Kelenturan (Flexibelity)
Keaslian (Originality)
Kerincian (Elaboration)
Pretest 42,3 81,5 48,3 68,3
Posttest 77,7 168,0 96,7 131,0
N-Gain 0,18 0,17 0,25 0,14
Kategori Rendah Rendah Rendah Rendah
Gambar 4.1 Histogram Hasil Peningkatan Aspek Berpikir Kreatif
42.3
81.5
48.3
68.3 77.7
168
96.7
131
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Kelancaran (Fluency) Kelenturan
(Flexibelity)
Keaslian (Originality) Kerincian (Elaboration)
Pretest Posttest
commit to user
Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa kenaikan paling tinggi yaitu pada aspek kelenturan (flexibility), dilanjutkan aspek kerincian (elaboration), lalu aspek keaslian (originality), dan terendah aspek kelancaran (fluency).
d. Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa terdiri dari nilai kognitif, psikomotor, dan afektif.
Nilai kognitif diperoleh dari Tes Mandiri di setiap akhir kegiatan. Nilai psikomotor diperoleh dari kegiatan siswa pada proses pembelajaran. Nilai afektif diperoleh selama kegiatan berlangsung. Hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 4.15. Tabel kemudian diperjelas dengan Histogram pada Gambar 4.2.
Tabel 4.15 Hasil Belajar Siswa No Jumlah
Siswa Pertemuan Rata-rata Hasil Belajar
Kognitif Psikomotorik Afektif
1 24 I 88,40 48,61 49,09
2 24 II 88,75 76,25 72,53
3 24 III 93,00 85,59 83,20
Rata-rata 90,05 70,15 68,27
Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil belajar kognitif siswa, diketahui bahwa rata-rata nilai pada pertemuan I sebesar 88,40, pertemuan II sebesar 88,75, dan pertemuan
88.4 88.75 93
48.61
76.25
85.59
49.09
72.53
83.2
0 20 40 60 80 100
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Kognitif Psikomotorik Afektif
commit to user
sebesar III 93,00. Hasil belajar kognitif menunjukkan peningkatan pada pertemuan I, II, dan III. Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar kognitif, disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif pada ketiga pertemuan termasuk kategori ˝Sangat Baik˝.
Berdasarkan hasil belajar psikomotorik siswa, diketahui bahwa rata-rata nilai pada pertemuan I sebesar 48,61, pertemuan II sebesar 76,25, dan pertemuan sebesar III 85,59. Hasil belajar psikomotorik menunjukkan peningkatan pada pertemuan I, II, dan III. Pertemuan I menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik termasuk kategori “Kurang”. Pertemuan II dan pertemuan III menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik termasuk kategori “Sangat Baik”.
Berdasarkan hasil belajar afektif siswa, diketahui bahwa rata-rata nilai pada pertemuan I sebesar 49,09, pertemuan II sebesar 72,53, dan pertemuan sebesar III 83,20. Hasil belajar afektif menunjukkan peningkatan pada pertemuan I, II, dan III. Pertemuan I menunjukkan bahwa hasil belajar afektif termasuk kategori “Kurang”. Pertemuan II menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik termasuk kategori “Baik”. Pertemuan III menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik termasuk kategori “Sangat Baik”.
9. Hasil Revisi Produk Akhir
Berdasarkan hasil uji lapangan operasional, jawaban siswa pada LKS dianalisis dan hasilnya tidak ditemukan jawaban yang menyimpang jauh dari yang diharapkan. Pada tahapan forum diskusi, siswa diminta membuat pertanyaan minimal 5 pertanyaan. Kelompok 1 pada kegiatan belajar 1 ditemukan 1 pertanyaan yang tidak sesuai, yaitu “Mengapa burung suka bertengger di kabel listrik?”. Kelompok 5 pada kegiatan belajar 3 ditemukan 1 pertanyaan yang tidak sesuai, yaitu “Apakah petugas PLN salah menulis pemakaian listrik?”.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa modul yang digunakan pada uji lapangan operasional tidak perlu diadakan perbaikan. Modul dapat digunakan pada tahap selanjutnya yaitu penyebaran pada beberapa sekolah tingkat SMA/MA.
commit to user 10. Hasil Diseminasi dan Implementasi Produk
Diseminasi dan implementasi dilakukan untuk memperkenalkan modul fisika yang dikembangkan ke SMA/MA di Kota/Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo. Data yang diperoleh dari diseminasi dan implementasi berupa tanggapan, saran, dan masukan dari guru fisika mengenai modul fisika yang diharapkan. Modul Fisika Berbasis Masalah dapat diterapkan sebagai bahan ajar baru untuk guru dan siswa. Data hasil angket terhadap modul fisika berbasis masalah disajikan pada Tabel 4.16. Data hasil tanggapan guru terhadap modul fisika berbasis masalah disajikan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.16 Hasil Angket Penyebaran
Aspek Guru Fisika SMA/MA
Rata-rata Kategori
1 2 3 4 5
Isi 3,33 3,67 3,83 3,33 3,5 3,53 Sangat Baik Penyajian 3,57 3,71 3,86 3,43 3,57 3,63 Sangat Baik Bahasa 3,67 4,00 3,67 3,33 3,67 3,67 Sangat Baik Rata-rata keseluruhan aspek 3,61 Sangat Baik
Berdasarkan hasil angket penyebaran modul fisika berbasis masalah pada 5 sekolah di Kota/Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo diperoleh rata-rata sebesar 3,53 untuk aspek isi modul, aspek penyajian sebesar 3,63 dan aspek bahasa sebesar 3,67. Rata-rata dari keseluruhan aspek sebesar 3,61 yang dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
Tabel 4.17 Hasil Tanggapan Guru
No Tanggapan Guru
SMA Negeri 4 Kota Madiun 1
2
Modul sudah baik, kegiatan dalam modul sudah sesuai dengan karakteristik siswa SMA yang perlu pembelajaran berbasis masalah.
Contoh soal perlu diperbanyak agar siswa mendapat bimbingan ketika belajar tanpa didampingi guru.
MAN 1 Kota Madiun 1
2
Secara keseluruhan, tampilan modul dan isi sudah sangat baik.
Modul dapat digunakan sebagai terobosan baru dalam penggunaan bahan ajar fisika.
commit to user SMA Negeri 1 Nglames
1 Modul ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar baru bagi siswa karena kegiatan dalam modul dapat mengaktifkan siswa dalam belajar di kelas.
MA Miftahul Ulum Ponorogo 1
2
Fenomena-fenomena yang diangkat sangat bagus karena nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Modul ini secara keseluruhan sudah bagus untuk diterapkan di SMA/MA.
SMA Negeri 1 Dolopo
1 Modul mampu memfasilitasi kegiatan belajar siswa pada materi listrik dinamis, perlu dikembangkan modul pada materi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi agar siswa tertarik untuk mempelajarinya
Guru memberikan tanggapan yang baik dan positif terhadap pengembangan modul fisika berbasis masalah. Modul diharapkan dapat menjadi bahan ajar baru untuk tingkat SMA/MA.
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Pembahasan Penelitian dan Pengumpulan Informasi
a. Studi Pustaka.
Hasil studi pustaka merupakan hasil dari analisis kurikulum yang digunakan sekolah, standard kompetensi, kompetensi dasar, materi Fisika SMA, buku pelajaran yang digunakan di SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun, dan hasil ujian nasional pada tahun ajaran 2013/2014. Setelah melakukan studi pustaka, materi yang dipilih untuk dikembangkan menjadi modul adalah listrik dinamis. Hal ini berdasarkan nilai ujian nasional siswa tahun 2014 pada materi listrik dinamis masih tergolong rendah. Pada tingkat kota/kabupaten sebesar 75,01, tingkat provinsi sebesar 76,11 dan tingkat nasional sebesar 54,80. Nilai tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan nilai materi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa materi listrik dinamis masih menjadi materi yang sulit bagi siswa.
Buku pelajaran yang digunakan siswa dan guru adalah Buku Pintar Belajar Fisika untuk Siswa SMA/MA berdasarkan K13/KTSP yang diterbitkan oleh Sagufindo Kinarya dan disusun oleh MGMP. Berdasarkan analisis buku pelajaran, ditemukan bahwa isi buku masih mengarah pada peningkatan kognitif
commit to user
siswa saja, hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai macam materi dan latihan soal pilihan ganda dan uraian, sehingga belum meningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Buku pelajaran kurang menarik, karena tampilannya tidak berwarna, sedikit gambar, dan bahasa kurang komunikatif. Kegiatan eksperimen dalam buku pelajaran juga masih sedikit sehingga potensi siswa belum dapat tergali secara optimal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Peran bahan ajar sebagai sarana dan prasarana sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sarana dan prasarana sekolah tersebut menjadi sarana pendukung dalam menunjang kelengkapan sumber belajar walaupun dirasa kurang maksimal. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan non formal, wajib menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesui dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan siswa”.
Sofan (2013) mengemukakan standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap buku pelajaran adalah kelengkapan materi, keakuratan materi, kegiatan yang mendukung materi, kemutakhiran materi, upaya meningkatkan kompetensi siswa, pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan, materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir, materi merangsang siswa untuk melakukan inquiry, dan penggunaan notasi, simbol, dan satuan. Buku-buku yang digunakan guru selama ini dirasa belum sepenuhnya memenuhi standar mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir, serta materi merangsang siswa untuk melakukan inquiry.
b. Analisis Kebutuhan
Tahap ini merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan untuk mengungkap kebutuhan guru dan siswa di sekolah. Data yang diperoleh berasal dari angket kebutuhan guru dan siswa, kemudian data tersebut dijadikan sebagai dasar untuk merancang produk berupa modul fisika. Angket kebutuhan guru diberikan kepada 5 orang guru fisika dari 3 sekolah yang berbeda, yaitu 2 orang guru dari SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun, 2 orang guru dari MA Miftahul Ulum Kabupaten Ponorogo,
commit to user
dan seorang guru dari SMA Negeri 4 Kota Madiun. Angket kebutuhan siswa diberikan kepada 21 siswa kelas XB SMA Negeri 1 Wungu.
Hasil angket guru menunjukkan bahwa: 1) guru hanya menggunakan buku teks dan LKS dalam membelajarkan materi listrik dinamis. Guru menggunakan Buku Pintar Belajar Fisika untuk Siswa SMA/MA berdasarkan K13/KTSP yang diterbitkan oleh Sagufindo Kinarya yang berasal dari forum guru (MGMP), BSE, dan buku-buku yang ada di perpustakaan. Guru fisika SMA/MA belum menggunakan bahan ajar modul dalam proses pembelajaran fisika. Sofan (2013) mengemukakan bahwa buku teks digunakan sebagai sumber materi pembelajaran untuk satu jenis mata pelajaran tidak harus hanya satu jenis, apalagi hanya berasal dari satu pengarang/penerbit; 2) guru sepakat bahwa struktur yang harus ada dalam bahan ajar tingkat SMA adalah kegiatan siswa (diskusi, eksperimen, masalah, proyek), uraian, dan soal-soal karena SMA memerlukan bahan ajar yang dapat membuat mereka aktif dalam kegiatan pembelajaran; 3) kurangnya kegiatan pembelajaran yang membuat siswa aktif, guru belum menggunakan media dalam membelajarkan listrik dinamis, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konsep, metode yang digunakan adalah diskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di buku paket; 4) guru belum membelajarkan siswa untuk berhipotesis dan mencari solusi dari sebuah permasalahan; 5) laboratorium dan perpustakaan belum mampu memfasilitasi pelajaran fisika materi listrik dinamis; 6) kesulitan yang dialami guru dalam membelajarkan materi listrik dinamis adalah peralatan laboratorium yang kurang, perlu waktu yang panjang, dan siswa merasa takut melakukan percobaan yang berhubungan dengan listrik; 7) menurut guru, modul yang baik adalah modul yang bisa digunakan siswa sebagai pengganti buku, dilengkapi dengan banyak latihan, dan LKS yang bisa membuat siswa memahami materi.
Hasil angket siswa menunjukkan bahwa seluruh siswa memiliki buku pelajaran Fisika yang diterbitkan oleh Sagufindo Kinarya. Siswa mengungkapkan kelemahan buku pelajaran adalah tidak berwarna, gambar kurang jelas, gambar kurang banyak, cover kurang menarik, kurang ringkas, bahasa terlalu tinggi, mudah rusak, dan terlalu tebal. Menurut siswa, buku menampilkan peristiwa
commit to user
dalam kehidupan sehari-hari dalam soal-soal. Siswa belum melakukan pembelajaran berbasis masalah pada kegiatan pembelajaran fisika. Hal tersebut didukung pendapat siswa yang mengungkapkan bahwa guru tidak menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekolah untuk belajar fisika karena guru hanya menggunakan buku paket dalam pembelajaran, guru hanya menerangkan dan memberi tugas. Guru tidak menampilkan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar karena permasalahan ditampilkan pada buku paket, guru hanya membahas materi dalam buku paket. Guru tidak pernah membentuk kelompok dan memberikan tugas secara kelompok tetapi secara individu. Guru belum pernah mengadakan praktikum ataupun diskusi sehingga tidak pernah ada evaluasi pekerjaan kelompok dari guru.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif belum optimal, hal tersebut terbukti dari banyak siswa yang tidak berani mengungkapkan ide baru kepada guru dan teman karena malu dan takut salah. Pembelajaran fisika yang siswa harapkan adalah pembelajaran fisika yang santai, serius, dan praktikum. Siswa tidak menyukai pembelajaran yang hanya mengerjakan soal, pasif, banyak teori, dan hanya diterangkan saja oleh guru. Seluruh siswa juga berpendapat bahwa fisika penting untuk dipelajari karena menyangkut peristiwa dalam kehidupan.
Namun, mayoritas siswa menganggap bahwa Fisika itu sulit, membosankan, dan membingungkan.
Berdasarkan hasil angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa diketahui bahwa dalam proses pembelajaran tidak menggunakan modul, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika oleh karena itu diperlukan modul pembelajaran fisika berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian yang mendukung adalah dari Lidy Alimah Fitri (2013) yang mengemukakan bahwa penggunaan modul fisika berbasis domain pengetahuan sains dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan presentase ketuntasan siswa 84% dan dapat mengoptimalkan mind-on siswa. Agus Budi Susilo (2012) yang menyatakan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia setelah diterapkan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan.
commit to user
Tomi Tridaya Putra (2012) menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan menganalisis SK dan KD yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Materi disesuaikan dengan penilaian hasil Ujian Nasional di SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun yang menyatakan bahwa hasil UN siswa pada materi listrik dinamis masih rendah. Pemilihan materi listrik dinamis dalam penelitian ini juga didasarkan pada materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, karakteristik materi listrik dinamis yang bisa diamati dan diukur, dan listrik dinamis merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa. Memahami fenomena alam dan hukum-hukum yang berlaku perlu mempelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam. Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi.
Pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan materi dan model pembelajaran yang akan digunakan, dengan harapan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat meningkat. Komponen tersebut menjadikan karakteristik modul berbeda dengan modul lainnya. Pada tahap perencanaan, disuusn matrik keterkaitan antara modul, model, dan kemampuan berpikir yang dikembangkan.
Tujuannya adalah untuk memudahkan penyusunan modul dan karakteristik modul yang akan dibuat dapat terlihat.
Karakteristik siswa kelas X (usia 11 tahun–dewasa) menurut teori belajar Piaget dalam tahap perkembangan kognitif termasuk tahap Operasi Formal dimana pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah- masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis (Trianto,
commit to user
2011). Tahapan yang dikemukakan Piaget mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yang menurut Rusman (2012) bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Kegiatan dalam modul disusun berdasarkan 5 tahapan model pembelajaran berbasis masalah yang dijelaskan Trianto (2011). Tahap pertama, orientasi siswa kepada masalah. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena tertentu terkait dengan KD. Kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan pada tahap ini adalah keaslian (originality) dengan indikator siswa mampu menghasilkan ide yang unik. Ide unik yang dimaksud adalah siswa dapat memunculkan beragam pertanyaan dari pikirannya terkait dengan fenomena yang disajikan.
Tahap kedua, mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada tahap ini siswa merumuskan suatu masalah yang berupa pertanyaan terkait dengan fenomena yang sajikan. Kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan pada tahap ini adalah kelancaran (fluency) dengan indikator siswa mampu menghasilkan banyak gagasan/jawaban/pertanyaan. Ide unik yang muncul pada tahap pertama dituangkan pada tahap kedua dengan cara menuliskan minimal 5 pertanyaan terkait dengan fenomena.
Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk mendapatkan data.
Kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan pada tahap ini adalah kelenturan (flexibility), kelancaran (fluency), dan kerincian (elaboration). Indikator kelenturan (flexibility) yang digunakan adalah siswa mampu mengubah cara/pendekatan/pemikiran, maksudnya pada kegiatan eksperimen disajikan gambar rangkaian, untuk selanjutnya siswa merangkai sendiri alat dan bahan sesuai gambar. Indikator kelenturan (flexibility) yang kedua adalah siswa mampu menghasilkan banyak alternatife jawaban, maksudnya pada kegiatan eksperimen
commit to user
siswa dapat menuliskan langkah-langkah eksperimen yang dilakukan. Indikator kelancaran (fluency) yang digunakan adalah siswa mampu menjawab lebih dari satu jawaban, maksudnya pada kegiatan eksperimen siswa diharapkan dapat menghasilkan minimal 3 data. Indikator kerincian (elaboration) yang digunakan adalah siswa mampu merinci detail-detail dari suatu objek, maksudnya siswa dapat merangkai dan menggunakan alat dengan baik.
Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini siswa menganalisis datadan membandingkan kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen dengan fenomena yang disajikan. Kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan pada tahap ini adalah kelancaran (fluency) dan kerincian (elaboration). Indikator kelancaran (fluency) yang digunakan adalah siswa mampu menghasilkan banyak gagasan/jawaban/pertanyaan, maksudnya siswa dapat menghasilkan banyak jawaban/pendapat untuk membandingkan hasil eksperimen dengan fenomena yang disajikan. Indikator kerincian (elaboration) yang digunakan adalah siswa mampu memperkaya suatu gagasan, maksudnya siswa dapat berpendapat sesuai dengan data hasil eksperimen.
Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa mengkomunikasikan jawaban dan melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan pada tahap ini adalah kerincian (elaboration) dan kelancaran (fluency). Indikator kerincian (elaboration) yang digunakan adalah siswa mampu memperkaya suatu gagasan, maksudnya siswa mampu mempresentasikan kegiatan pembelajaran secara runtut dan jelas. Indikator kelancaran (fluency) yang digunakan adalah siswa mampu menjawab lebih dari satu jawaban, maksudnya adalah ketika presentasi dan ada teman yang bertanya, siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan temannya.
Sintaks pembelajaran berbasis masalah dalam modul di adaptasi dengan beberapa kegiatan yang mewakili masing-masing langkah, yaitu: 1) orientasi siswa kepada masalah pada langkah 1: “Fenomena”; 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar pada langkah 2: “Forum Diskusi”; 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok pada langkah 3: “Selidik”; 4) mengembangkan dan
commit to user
menyajikan hasil karya pada langkah 4: “Kembang Saji”; 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah pada langkah 5: “Refleksi”.
Penelitian yang mendukung adalah Elizabeth S. dan Sehat S. (2014) mengenai pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terkait materi listrik dinamis. Berdasarkan literatur, studi pustaka dan penelitian yang relevan, pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, seperti penelitian Oka Saputra (2012) yang menyatakan bahwa bahwa penerapan problem based learning menggunakan praktikum alat sederhana dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Pada kelas yang diteliti setiap aspek keterampilan berpikir kreatif mengalami peningkatan dan berada dalam katagori sedang baik aspek elaborasi dan fleksibilitas.
3. Pengembangan Produk Awal
Tahapan pengembangan produk awal berupa modul dilakukan sesuai dengan tahapan Borg and Gall (1983) yang termodifikasi meliputi 10 tahapan pengembangan dan keseluruhan dilaksanakan. Pengembangan modul didasarkan atas analisis kebutuhan yang menunjukkan bahwa perlunya bahan ajar yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif selama pembelajaran, membuat siswa mudah dalam memahami materi dan konsep belajar fisika, melatih siswa untuk bereksperimen, dan mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa.
Pengembangan modul yang dilakuakn memperhatikan karakteristik modul berdasarkan Daryanto (2013) yaitu, mandiri (self instruction), kesatuan isi (self contained), berdiri sendiri (stand alone), adaptif (adaptive), dan bersahabat (user friendly). Produk penelitian yang dikembangkan adalah modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis kelas X SMA/MA.
Format yang digunakan dalam pengembangan modul ini diadaptasi dari pendapat Daryanto (2013) yang menyebutkan bahwa modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Penyusunan desain awal modul akan menghasilkan draf I modul, meliputi kegiatan I, kegiatan II, dan
commit to user
kegiatan III. Kegiatan I berjudul “Hukum Ohm”, Kegiatan II berjudul “Hukum Kirchhoff”, dan Kegiatan III berjudul “Energi dan Daya Listrik”.
Instrumen penelitian berupa silabus, RPP, kisi-kisi validasi. Silabus dan RPP dibuat sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis masalah. Kisi-kisi dan lembar validasi dirancang untuk penilaian modul oleh validator ahli (materi, media, dan bahasa) dan praktisi pendidikan (guru fisika). Aspek yang dinilai pada materi meliputi cakupan materi, akuransi materi, kemutakhiran materi, memacu keingintahuan, dan penerapan pembelajaran berbasis masalah. Aspek yang dinilai pada media meliputi tampilan umum, kegrafikan, dan penyajian. Aspek yang dinilai pada bahasa adalah keterbacaan.
4. Uji Coba Produk Awal
Uji coba produk awal merupakan tahap validasi ahli dan praktisi pendidikan. Proses validasi melibatkan ahli (materi, media, dan bahasa) dan praktisi pendidikan (guru fisika). Validasi ini untuk melihat kelayakan isi, penyajian, dan bahasa dari modul yang dikembangkan. Daryanto (2013) berpendapat bahwa validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan valid (sahih). Namun, apabila hasil validasi menyatakan tidak valid maka modul diperbaiki sehingga menjadi valid.
a. Validasi materi/isi
Secara umum, validator memberikan penilaian materi/isi dalam modul dengan kategori “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 3,85. Adapun aspek-aspek yang menjadi bahan pertimbangan sehingga modul berkategori “Sangat Baik”
adalah: 1) materi yang disampaikan sesuai dengan Standar Isi dan Kompetensi Dasar; 2) kesesuaian penyampaian materi dengan perkembangan kognitif siswa;
3) keakuratan materi; 4) tidak ditemukan salah konsep; 5) materi mengaitkan dengan perkembangan ilmu terkini; 6) menyajikan informasi tentang aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari; 7) memacu siswa untuk mencari tahu
commit to user
jawaban; 8) menekankan pada pengalaman langsung siswa; 9) mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa; 10) mengorientasikan siswa kepada masalah;
11) mengorganisasikan siswa untuk belajar; 12) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 13) mengembangkan dan menyajikan hasil karya siswa; 14) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
b. Validasi media/penyajian
Secara umum, validator memberikan penilaian media/penyajian dalam modul dengan kategori “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 3,86. Adapun aspek- aspek yang menjadi bahan pertimbangan sehingga modul berkategori “Sangat Baik” adalah: 1) halaman lengkap dan berurutan; 2) cetakan gambar dan tulisan jelas; 3) unsur tata letak harmonis; 4) kesesuaian gambar dengan informasi; 5) cover dan tampilan menarik; 6) gambar-gambar yang disajikan menarik; 7) kesesuaian ukuran buku; 8) penampilan unsur pada tata letak kulit muka, belakang, punggung, secara harmonis memiliki kesatuan secara konsisten; 9) komposisi dan unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrsi, logo, dll); 10) warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi modul; 11) ukuran huruf judul modul lebih dominan dibandingkan (nama pengarang dan nama penerbit); 12) warna judul modul kontras dengan warna latar belakang; 13) tidak terlalu banyak menggunakan kombinasi jenis huruf; 14) tidak menggunakan huruf hias dan jenis huruf sesuai huruf isi modul; 15) penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks, angka halaman; 16) kreatif dan dinamis;
17) memiliki daftar isi; 18) ilustrasi dan gambar yang disajikan mendukung materi; 19) memiliki identitas keterangan gambar dan tabel; 20) informasi yang disajikan menarik dan mudah dipahami.
c. Validasi bahasa
Secara umum, validator memberikan penilaian bahasa dalam modul dengan kategori “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 3,77. Adapun aspek-aspek yang menjadi bahan pertimbangan sehingga modul berkategori “Sangat Baik”
adalah: 1) menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar; 2) menggunakan aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD); 3) penggunaan bahasa yang komunikatif; 4) penggunaan kalimat yang lugas dan tidak menimbulkan
commit to user
penafsiran ganda; 5) ketertautan antara bab, sub bab, paragraf, dan kalimat; 6) keterpahaman siswa terhadap pesan; 7) memotivasi siswa untuk merespon informasi; 8) memotivasi siswa untuk berpikir kreatif; 9) kelengkapan keterangan gambar; 10) kebenaran penggunaan istilah.
Lidy Alimah Putri (2013) menyatakan bahwa kualitas modul dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya: (1) aspek kelayakan isi, yang mencakup:
kesesuaian dengan SK dan KD, kesesuaian dengan perkembangan anak, kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar, kebenaran substansi materi pembelajaran, manfaat untuk penambahan wawasan, kesesuaian dengan nilai moral dan nilai-nilai sosial; (2) aspek kelayakan bahasa, yang mencakup:
keterbacaan, kejelasan informasi, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat); (3) aspek kelayakan penyajian, yang mencakup: kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai, urutan sajian, pemberian motivasi, daya tarik, interaksi (pemberian stimulus dan respon), kelengkapan informasi; (4) aspek kelayakan kegrafikan, yang mencakup: penggunaan font (jenis dan ukuran), lay out atau tata letak, ilustrasi, gambar, foto, desain tampilan.
5. Revisi Produk Pertama
Saran untuk kelayakan isi dari dosen ahli materi adalah mengganti fenomena pada modul I (kegiatan belajar 1). Fenomena 1 yang berupa peristiwa anak kesetrum sebaiknya diganti dengan burung yang tidak kesetrum ketika hinggap di kabel PLN. Fenomena anak kesetrum dirasa sangat mengerikan bagi siswa sehingga perlu diganti. Berdasarkan saran dari dosen ahli materi maka fenomena 1 diganti dengan fenomena burung hinggap di kabel PLN. Hasil perbaikan fenomena disajikan pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
commit to user
Gambar 4.3 Fenomena sebelum revisi Gambar 4.4 Fenomena setelah revisi Saran untuk kelayakan penyajian dari dosen ahli media adalah: 1) belum semua lembar dihitung halaman; 2) tulisan prodi dan logo UNS kurang proporsional; 3) tulisan di muka belakang kurang jelas dan kabur. Hasil perbaikan peta konsep adalah sebagai berikut. Saran dari guru fisika untuk kelayakan penyajian adalah: 1) pada halaman 45, untuk gambar 2.6 dan 2.7 tulisannya sedikit diperbesar dan diperjelas, pada halaman 81, untuk gambar 3.12 tulisannya sedikit diperbesar; 2) simbol gambar “tangan” sedikit diperbesar ukurannya; 3) halaman sampul depan dan belakang tulisan pecah sehingga tulisannya harus diperjelas. Berdasarkan saran dari dosen ahli media dan guru fisika maka: 1) menghitung semua halaman, termasuk halaman kosong juga dihitung; 2) tulisan prodi dan logo UNS sedikit diperbesar agar terlihat proporsional; 3) mendesain ulang tulisan pada cover depan dan belakang agar lebih jelas; 4) memperbesar tulisan pada gambar 2.6, 2.7, dan 3.12; 5) memperbesar simbol “tangan”; 6) mendesain ulang tulisan pada cover depan dan belakang agar lebih jelas. Hasil perbaikan tulisan prodi dan logo UNS disajikan pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
commit to user
Gambar 4.5 Gambar logo sebelum revisi
Gambar 4.6 Gambar logo setelah revisi
Saran untuk kelayakan bahasa dari dosen ahli bahasa adalah memperhatikan perhatikan tulisan yang secara otomatis berubah dalam ejaan Bahasa Inggris. Kata “negative, energy, electron, dynamo” seharusnya ditulis dalam Bahasa Indonesia. Saran dari guru fisika untuk kelayakan bahasa adalah ada beberapa tulisan yang ejaannya masih kurang tepat (energy, negative, sakelar, dan Rs). Berdasarkan saran dari dosen ahli bahasa dan guru fisika maka dilakukan perbaikan terhadap kata yang secara otomatis berubah ke dalam Bahasa Inggris menjadi kata dalam ejaan Bahasa Indonesia dengan cara cepat menggunakan menu Home – Editing – Replace.
Instrumen yang disusun pada tahap ini adalah kisi angket keterbacaan modul yang akan digunakan untuk tahap uji coba lapangan terbatas. Kisi keterbacaan modul terdiri dari 3 indikator, yaitu panjang pendek kalimat, tingkat kesulitan kata, dan aspek kebahasaan.
6. Uji Coba Lapangan Terbatas
Rata-rata hasil angket keterbacaan modul sebesar 3,45 dengan kategori
“Sangat Baik”. Uji coba lapangan terbatas dilakukan pada 12 siswa kelas XD di SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun. Kelas ini dipilih secara cluster random sampling.
Uji coba lapangan terbatas dilakukan dengan cara menerapkan modul fisika berbasis masalah pada 12 siswa kelas XD dan di akhir kegiatan memberi
commit to user
angket keterbacaan modul. Siswa dalam uji coba lapangan terbatas yang berjumlah 12 siswa kemudian dibentuk dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 siswa. Pelaksanaan uji ini dilakukan pada jam pelajaran fisika dengan tidak menggangu siswa lain yang tidak terlibat dalam uji coba.
Pada kegiatan uji coba lapangan permulaan terbatas ini siswa diminta mengerjakan seluruh isi modul. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dalam modul diterapkan dengan sungguh-sungguh. Mulai dari kegiatan: 1) siswa melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena tertentu terkait dengan KD;
2) siswa merumuskan suatu masalah yang berupa pertanyaan terkait dengan fenomena yang sajikan; 3) siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk mendapatkan data; 4) siswa menganalisis data lalu membandingkan kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen dengan fenomena yang disajikan; 5) siswa mengkomunikasikan jawaban lalu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah.
Uji coba lapangan terbatas ini bertujuan untuk melihat keterbacaan modul fisika berbasis masalah pada materi listrik dinamis sebelum diujicobakan di kelas XA sebagai kelas uji coba lapangan utama. Uji coba lapangan terbatas juga digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki produk dalam revisi berikutnya.
7. Revisi Produk Kedua
Setelah melakukan kegiatan belajar menggunakan modul fisika berbasis masalah, jawaban siswa pada LKS kemudian dianalisis. Hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa terdapat beberapa bagian yang perlu direvisi. Bagian yang perlu di revisi pada modul kegiatan belajar 1 adalah: 1) tabel hasil eksperimen mulanya kolom kedua berisi hasil tegangan (V) dan kolom ketiga berisi hasil kuat arus (I) perlu direvisi dengan membalik penempatan, yaitu kolom kedua berisi hasil kuat arus (I) dan kolom ketiga berisi hasil tegangan (V); 2) petunjuk menggambar grafik yang mulanya memerintahkan untuk menggambar sumbu mendatar (horizontal) diberi nilai tegangan (V) dan sumbu tegak (vertikal) diberi nilai kuat arus (I) direvisi dengan membalik penempatan, sumbu mendatar
commit to user
(horizontal) diberi nilai kuat arus (I) dan sumbu tegak (vertikal) diberi nilai tegangan (V); 3) pada tahap 4 Pembelajaran Berbasis Masalah (Kembang Saji):
Pertanyaan nomor 3 berisi “Apa yang terjadi jika nilai hambatan diperbesar dan diperkecil?” direvisi dengan cara mengganti penempatan. Pertanyaan nomor 3 diganti “Bagaimana gradient grafik dari hasil eksperimen?” Pertanyaan yang awalnya nomor 3 diletakkan pada nomor 6; 4) pada tahap 4 Pembelajaran Berbasis Masalah (Kembang Saji): Bagian terakhir meminta siswa menarik kesimpulan secara umum direvisi dengan cara menghapus bagian yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan secara umum. Hasil perbaikan tabel hasil eksperimen disajikan pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Hasil eksperimen sebelum revisi
commit to user
Gambar 4.8 Hasil eksperimen setelah revisi
Bagian yang perlu di revisi pada modul kegiatan belajar 2 dan modul kegiatan belajar 3 adalah sama, yaitu pada tahap 4 Pembelajaran Berbasis Masalah (Kembang Saji): Bagian terakhir meminta siswa menarik kesimpulan secara umum direvisi dengan cara menghapus bagian yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan secara umum.
Instrumen yang disusun pada tahap ini adalah kisi angket respon siswa, lembar observasi psikomotorik, lembar observasi afektif, lembar keterlaksanaan sintak pembelajaran, dan kisi soal tes kemampuan berpikir kreatif. Kisi angket respon siswa terdiri dari 5 indikator, yaitu aspek kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, isi, kesesuaian dengan pembelajaran berbasis masalah, dan kesesuaian dengan kemampuan berpikir kreatif.
8. Uji Lapangan Operasional
Tahap uji lapangan operasional dilakukan kepada 24 siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun. Respon siswa terhadap modul yang