• Tidak ada hasil yang ditemukan

0-56 Rendah sumber: Suharismi Arikunto dalam Sriani 76

D. Analisis Statistik Inferensial

2. Uji Linearitas

Uji linearitas juga merupakan uji prasyarat sebelum uji hipotesis. Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah 2 variabel mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Output hasil hitung uji linearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

111 tabel 4.15 hasil uji linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Perlakuan model* Kemampuan berfikir kritis Between Groups (Combined) 11.667 38 .307 1.424 .112 Linearity 1.015 1 1.015 4.706 .034 Deviation from Linearity 10.652 37 .288 1.335 .161 Within Groups 12.292 57 .216 Total 23.958 95 minat belajar * Kemampuan berfikir kritis

Between Groups (Combined) 806.383 30 36.654 1.054 .447

Linearity 215.362 1 215.362 6.192 .020 Deviation from Linearity 591.021 29 28.144 .809 .687 Within Groups 869.533 17 34.781 Total 1675.917 47

Berdasarkan hasil hitungan uji asumsi linearitas antara kemampuan berfikir kritis dengan kelas, dapat dilihat pada deviation from linearity dapat dilihat nilai signifikansi pada perlakuan dengan kemampuan berfikir kritis adalah 0,161 dan > dari 0,05 maka ada hubungan yang linear. Kemudian untuk deviation from linearity pada variabel minat belajar dengan kemampuan berfikir kritis memiliki nilai signifikansi 0,687 > 0,05 yang bermakna terdapat hubungan linear signifikan. Jadi antara model dengan kemampuan berikir kritis serta minat belajar dengan kemampuan berfikir kritis memiliki hubungan yang linear secara signifikan.

112 3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel bebas di dalam model yang terbentuk.Pengujian asumsi multikolinieritas diharapkan antar variabel bebas tidak saling berkorelasi.Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika nilai VIF lebih kecil sama dengan 10 maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinier. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas dapat diketahui melalui tabel 4.16 berikut :

tabel 4.16 hasil perhitungan uji multikolinieritas

Berdasarkan output pengujian asumsi multikolinieritas terlihat bahwa semua variabel mempunyai nilai VIF yang tidak lebih dari 10, yaitu 1.000 < 10.00 sehingga model yang terbentuk tidak mengandung gejala multikolinier.

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 98.531 14.519 6.787 .000

Model

Perlakuan -6.765 8.155 -.120 -.830 .411 1.000 1.000

Minat Belajar -.368 .253 -.211 -1.457 .152 1.000 1.000

113 4. Uji Homogenitas.

Uji ini digunakan untuk mengetahui suatu data homogen, atau tidak varian / keberagaman, digunakan untuk mengetahui varian kelas kontrol/eksperimen/tidak. Dalam uji homogenitas ini hanya menggunakan hasil posttest. Kriteria uji homogenitas adalah jika nilai signifikansi p > 0,05 maka data dinyatakan homogen dan jika nilai signifikansi p < 0,05 maka data dinyatakan tidak homogen. Uji homogenitas variansi populasi data posttest untuk populasi penelitian ini, menggunakan Test of Homogeneity of Variances. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:

tabel 4.17 hasil uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Kemampuan Berfikir Kritis .299 1 46 .587

Minat Belajar 6.119 1 46 .017

Berdasarkan hasil uji asumsi homogenitas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berfikir kritis memiliki nilai signifikansi 0,587 > 0,05 maka dinyatakan homogen, dan untuk minat belajar memiliki nilai signifikansi 0,017 < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variansi minat belajar tidak sama atau berbeda-beda.

Setelah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas, linearitas, multikolinearitas dan uji homogenitas, selanjutnya akan dilakukan two way anova untuk menguji hipotesis.

114 E. Uji Hipotesis (Uji Two Way Anova)

Penggunaan uji anova dalam analisis data penelitian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan (perbedaan yang bermakna) pada nilai rata-rata dari beberapa kelompok data.Untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji two way anova atau anova dua jalur dimana analisis ini mampu digunakan untuk mengukur 2 faktor sekaligus. Oleh karena itu, uji ini disebut juga dengan uji factorial. Sementara itu selain dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara beberapa kelompok data, uji two way anova juga bisa untuk mendeteksi interaksi antar-faktor dalam menentukan variabel dependen. Dibawah ini disajikan tabel 4.18 hasil hitung uji hipotesis menggunakan two way anova:

tabel 4.18 tabel Test of Between-Subjects Effects Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KBK Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 772.150a 4 193.037 9.184 .000 Intercept 164721.234 1 164721.234 7.837E3 .000 Model 557.382 1 557.382 26.520 .000 Minat 78.050 2 39.025 1.857 .168 Model * Minat 36.975 1 36.975 1.759 .192 Error 903.767 43 21.018 Total 311120.000 48 Corrected Total 1675.917 47

115 1. Melakukan pengujian hipotesis pertama, berdasarkan output di atas diperoleh nilai Sig sebesar 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa “ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS kelas VIII dengan penerapan model pembelajaran problem based learning dalam mata pelajaran IPS di MTsN 2 Kota Malang diterima (Ho ditolak). Jadi dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran IPS berpengaruh signifikan dan mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII di MTsN 2 Kota Malang.

2. Melakukan hipotesis kedua, berdasrakan output pada tabel di atas diperoleh nilai Sig. sebesar 0.168 > 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa “Ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS kelas VIII di MTsN 2 kota Malang ditinjau dari minat belajar siswa yang berbeda” ditolak (Ho diterima). Jadi, minat belajar yang berbeda tidak mempengaruhi kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII pada pembelajaran IPS di MTsN 2 Kota Malang.

3. Melakukan hipotesis ketiga, berdasarkan output pada tabel di atas diperoleh nilai Fhitung sebesar 1.759 dengan dfa= 1 dan dfd= 46, maka diperoleh nilai F

tabel sebesar 4.05 sehingga F hitung < F tabel. Kemudian nilai Signifikansi pada interaksi baris dan kolom menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0.05 (1.92 > 0.05) maka hipótesis yang menyatakan “Tidak ada perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS dengan penerapan

116 model problem based learning ditinjau dari minat belajar yang berbeda” diterima (Ho diterima). Jadi, ditinjau berdasarkan minat belajar tidak ada perbedaan kemampuan berfikir kritis menggunakan model PBL pada siswa kelas VIII mata pelajaran IPS di MTsN 2 Kota Malang.

117 BAB V

PEMBAHASAN

A. Kemampuan Berfikir Kritis Kelas VIII MTsN 2 Kota Malang

Dokumen terkait