METODE PENELITIAN
4. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas digunakan untuk meneliti adanya hubungan linear yang
sempurna atau eksak diantara variabel–variabel bebas dalam model regresi. Multikolinieritas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang
sempurna. Jika terdapat kolerasi antara variabel bebas, maka tidak terjadi
multikolinieritas. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF) kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. Akasha Wira International Tbk (ADES)
PT Akasha Wira International Tbk (dahulu PT Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES)
didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Saat ini kegiatan utama ADES adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan serta perdagangan besar produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada tahun 1986, sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2010 dan produksi produk kosmetika dimulai pada tahun 2012. Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp 3.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994.
2. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA)
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (sebelumnya PT Cahaya Kalbar Tbk) (CEKA) didirikan 03 Februaru 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Induk usaha CEKA adalah Tradesound Investments Limited, sedangkan induk usaha utama CEKA adalah Wilmar
International Limited, merupakan perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Singapura. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan CEKA meliputi bidang industri makanan berupa industri minyak nabati dan minyak nabati spesialitas, termasuk perdagangan umum, impor dan ekspor. Saat ini produk utama yang dihasilkan CEKA adalah Crude Palm Oil dan Palm Kernel. Pada 10 Juni 1996, CEKA memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CEKA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 34.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 Juli 1996.
3. Delta Djakarta Tbk (DLTA)
PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan
usaha komersialnya pada tahun 1933. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan hingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. DLTA merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Induk usaha DLTA adalah San Miguel Malaysia (L) Private Limited, Malaysia. Sedangkan Induk usaha utama DLTA adalah Top Frontier Investment Holdings, Inc, berkedudukan di Filipina. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku”. Pada tahun 1984, DLTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DLTA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Februari 1984.
4. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September 2009 dan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1 Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Induk usaha dari Perusahaan adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
Indonesia, sedangkan induk usaha terakhir dari Perusahaan adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Berdasarkan anggaran sasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan ICBP terdiri dari, antara lain, produksi mi dan bumbu penyedap, produk makanan kuliner, biskuit, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, kemasan, perdagangan, transportasi, pergudangan dan pendinginan, jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan. Pada tanggal 24 September 2010, ICBP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran Umum Perdana Saham ICBP (IPO)kepada masyarakat sebanyak
1.166.191.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp5.395,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Oktober 2010.
5. Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan
nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Induk usaha dari Perusahaan adalah CAB Holding Limited, Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari perusahaan adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Saat ini, perusahaan memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), antara
lain: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk.
Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.
6. Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan mulai beroperasi
secara komersial pada bulan Mei 1978. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan MYOR adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini, MYOR menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. Pada tanggal 25 Mei 1990, MYOR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) MYOR kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juli 1990.
7. Multi Bintang Indonesia (MLBI)
PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan 03 Juni 1929 dengan nama N.V.
1929. MLBI adalah bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya. Pada tahun 1981, MLBI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) MLBI kepada masyarakat sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.570,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 1981.
8. Sekar Laut Tbk (SKTL)
PT Sekar Laut Tbk (“Perusahaan“) didirikan berdasarkan akte notaris No.120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH, notaris di Surabaya. Perusahaan bergerak dalam bidang
industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal dan bumbu masak serta menjual produknya
di dalam negeri maupun di luar negeri. Perusahaan dikontrol oleh Sekar Group. Pada tanggal
8 September 1993, Perusahaan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya dan
Jakarta sesuai dengan surat persetujuan Badan Pengawas Pasar Modal No. S-1322/PM/1993
untuk penawaran umum atas 6.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per
lembar saham kepada masyarakat.
9. Siantar Top Tbk (STTP)
Siantar Top Tbk (STTP) didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan mulai beroperasi secara
komersial pada bulan September 1989. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan Siantar Top terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk (crackers), biskuit dan wafer, dan kembang gula (candy). Hasil produksi STTP dipasarkan di dalam dan di luar negeri, khususnya Asia. Selain itu, STTP juga
menjalankan usaha percetakan melalui Anak Usaha (PT Siantar Megah Jaya). Pada tanggal 25 Nopember 1996, STTP memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham STTP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000,- per saham dan harga penawaran Rp 2.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Desember 1996.
10. Ultrajaya Milk Industry & Trading (ULTJ)
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan tanggal 2
Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan Ultrajaya bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman, dan bidang perdagangan. Di bidang minuman Ultrajaya memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan. Di bidang makanan Ultrajaya memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan konsentrat buah-buahan tropis. Ultrajaya memasarkan hasil produksinya dengan cara penjualan langsung (direct selling), melalui pasar modern (modern trade). Penjualan langsung dilakukan ke toko-toko, P&D, kios-kios,dan pasar tradisional lain dengan menggunakan armada milik sendiri. Penjualan tidak langsung dilakukan melalui agen/ distributor yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Perusahaan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara. Pada tanggal 15 Mei 1990, ULTJ memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ULTJ (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 2 Juli 1990.
11. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) didirikan pada tanggal 26 Januari 1990
dengan nama PT Asia Intiselera dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi usaha bidang perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan jasa. Sedangkan kegiatan usaha entitas anak meliputi usaha industri mie dan perdagangan mie, khususnya mie kering, mie instan dan bihun, snack, industri biskuit, permen, perkebunan kelapa sawit, pembangkit tenaga listrik, pengolahan dan distribusi beras. Pada tanggal 14 Mei 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Saham Perdana 45.000.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Rp950,- kepada masyarakat. Pada tanggal 11 Juni 1997, saham tersebut telah efektif dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
12. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) didirikan 08 Maret 1995 dengan nama PT Nippon Indosari Corporation dan mulai beroperasi komersial pada tahun 1996. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup usaha utama ROTI bergerak di bidang pabrikasi, penjualan dan distribusi roti dengan merek "Sari Roti" dan "Sari Cake". Pada tanggal 18 Juni 2010, ROTI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ROTI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 151.854.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp1.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 2010.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.4 Analisis Deskriptif
Variabel dari penelitian ini terdiri dari Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Umur Perusahaan sebagai variabel independen. Serta Kebijakan Hutang
sebagai variabel dependen. Penelitian dilakukan pada laporan keuangan perusahaan tahun
2010 – 2013 dari sampel perusahaan makanan dan minman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.1
Deskripsi Data Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
STRUKTUR ASET 48 .11 .96 .3740 .18396 PROFITABILITAS 48 .03 1.14 .1946 .21614 UKURAN PERUSAHAAN 48 4.61 7.76 6.3449 .69639 UMUR PERUSAHAAN 48 .00 1.92 1.4323 .39779 KEBIJAKAN HUTANG 48 .16 .99 .4592 .16301 Valid N (listwise) 48
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Berdasarkan data dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :
1. Kebijakan Hutang memiliki nilai minimum sebesar 0,16 dan nilai maksimum sebesar
0,99. Dengan rata-rata Kebijakan Hutang sebesar 0,4592 dari jumlah sampel sebanyak
48.
2. Struktur Aset memiliki nilai minimum 0,11 dan nilai maksimum 0,96. Dengan rata-rata
Struktur Aset sebesar 0,374 dari jumlah sampel sebanyak 48.
3. Profitabilitas memiliki nilai minimum 0,03 dan nilai maksimum 1,14. Dengan rata-rata
4. Ukuran Perusahaan memiliki nilai minimum 4,61 dan nilai maksimum 7,76. Dengan
rata-rata Ukuran Perusahaan sebesar 6,3449 dari jumlah sampel sebanyak 48.
5. Umur Perusahaan memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum sebesar 1,92.
Dengan rata-rata Umur Perusahaan sebesar 1,4323 dari jumlah sampel sebanyak 48.
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan beberapa uji yaitu uji normalitas,
uji heterokedastisitas, uji autokoelasi, dan uji multikolinearitas. Berikut ini adalah hasil uji
dari penelitian ini:
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mempunyai
distribusi normal atau tidak. Adapun metode yang digunakan untuk menguji normalitas
adalah menggunakan pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan pendekatan
Kolmogorov-Smirnov.
Pada pendekatan histogram, data dikatakan normal ketika distribusi data tersebut tidak
menceng ke kiri atau ke kanan. Pada pendekatan grafik yang menggunakan scatter plot, data
dikatakan normal ketika terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal.
Pendekatan kolmogorov-smirnov untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal
berdistribusi normal dengan melihat data residualnya. Jika nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 maka data tersebut normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data
tersebut tidak normal.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan
distibusi data tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk
lonceng.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik pada scatter-plot mengikuti data
disepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 159,28432920
Most Extreme Differences Absolute ,081
Positive ,081
Negative -,080
Kolmogorov-Smirnov Z ,562
Asymp. Sig. (2-tailed) ,910
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,910 lebih besar dari
nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama
diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama maka dikatakan ada homoskedastisitas.
Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedasitas. Ada dua cara yang
digunakan untuk mendeteksi keberadaan heteroskedasitas yang digunakan dalam penelitian
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Berdasarkan Gambar scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak atau tidak
teratur. Serta titik-titik yang menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Untuk lebih
memastikan hasil uji scatterplot ini maka akan dilakukan pendekatan statistic dengan uji
glejser.
Tabel 4.3 Hasil Uji Glejser
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 52,258 70,557 ,741 ,463
STRUKTUR ASET ,080 ,071 ,170 1,126 ,266 ,941 1,062
PROFITABILITAS -,138 ,159 -,127 -,865 ,392 ,992 1,008
UKURAN PERUSAHAAN ,011 ,008 ,227 1,508 ,139 ,943 1,061
UMUR PERUSAHAAN -,001 ,027 -,003 -,024 ,981 ,986 1,014
a. Dependent Variable: ABSUT
Pada Tabel 4.3 diperoleh nilai signifikan variabel Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan dan Umur Perusahaan diatas atau lebih besar dari tingkat kepercayaan (α = 5%
atau 0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedasitas dalam model
regresi ini.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode
sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang
berkaitan satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini menggunakan Durbin Watson untuk
menguji autokorelasi.
Tabel 4.4
Hasil Durbin-Watson Test
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
,540a ,292 ,226 166,52819 2,208
a. Predictors: (Constant), UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET b. Dependent Variable: KEBIJAKAN HUTANG
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Berdasarkan uji autokorelasi pada Tabel 4.8 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar
2,325. Nilai d dibandingkan dengan nilai dL dan dU pada n = 48 dan k= 4 diperoleh nilai dU
= 1,3619 dan dL = 1,7206. Maka persamaan autokorelasinya adalah:
dU < d < 4-dU
1,3619 < 2,208 < 2,6381
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku,uji ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi positif ataupun negatif.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear
yang sempurna. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance inflation
factor (VIF). Data dapat dikatakan bebas dari masalah multikolinearitas ketika VIF tidak
lebih dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,1.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 446,930 119,709 3,733 ,001
STRUKTUR ASET -,153 ,121 -,168 -1,270 ,211 ,941 1,062
PROFITABILITAS -1,031 ,271 -,491 -3,812 ,000 ,992 1,008
UKURAN PERUSAHAAN ,006 ,013 ,064 ,481 ,633 ,943 1,061
UMUR PERUSAHAAN ,067 ,046 ,185 1,431 ,160 ,986 1,014
a. Dependent Variable: KEBIJAKAN HUTANG
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada Tabel 4.5 diperoleh nilai VIF. Menurut
hasil output SPSS Statistics untuk Struktur Aset sebesar 1,062, Profitabilitas sebesar 1,008,
Ukuran Perusahaan sebesar 1,061, dan Umur Perusahaan sebesar 1,014. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas karena
keempatnya memenuhi pedoman modal regresi yang bebas multikolinearitas yaitu dibawah
10.
Besarnya tolerance menurut hasil output SPSS Statistics untuk Struktur Aset sebesar
0,941, Profitabilitas sebesar 0,992, Ukuran Perusahaan sebesr 0,943 dan Umur Perusahaan
sebesar 0,986. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi
multikolinearitas karena ketiganya memenuhi pedoman model regresi yang bebas
4.2.3 Analisis Persamaan Regresi
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda
dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + e
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Statistics diperoleh hasil pada
Tabel 4.6
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 446,930 119,709 3,733 ,001
STRUKTUR ASET -,153 ,121 -,168 -1,270 ,211 ,941 1,062
PROFITABILITAS -1,031 ,271 -,491 -3,812 ,000 ,992 1,008
UKURAN PERUSAHAAN ,006 ,013 ,064 ,481 ,633 ,943 1,061
UMUR PERUSAHAAN ,067 ,046 ,185 1,431 ,160 ,986 1,014
a. Dependent Variable: KEBIJAKAN HUTANG
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 4.6 , model regresi linear berganda data tersebut adalah sebagai
berikut:
Y = 446,930 - 0,153 X1 – 1,031 X2 + 0,006 X3 + 0,067 X4 + e
Persamaan regresi di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 446,930 artinya apabila nilai variable independen Struktur Aset,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan bernilai nol, maka variabel
2. Koefisien regresi Struktur Aset sebesar –0,153 memberikan pengertian bahwa perubahan Struktur Aset sebesar satu satuan akan memberikan dampak peningkatan kebijakan
hutang sebesar 0,153.
3. Koefisien regresi Profitabilitas sebesar –1,031 memberikan pengertian bahwa perubahan profitabilitas sebesar satu satuan akan menimbulkan dampak penurunan kebijakan
hutang sebesar 1,031.
4. Koefisien regresi Ukuran Perusahaan sebesar 0,006 memberikan pengertian bahwa
perubahan Ukuran Perusahaan sebesar satu Rupiah per lembar akan menimbulkan
dampak peningkatan kebijakan hutang sebesar 0,006.
5. Koefisien regresi Umur Perusahaan sebesar 0,067 memberikan pengertian bahwa
perubahan Umur Perusahaan sebesar satu satuan dapat menimbulkan dampak
peningkatan kebijakan hutang sebesar 0,067.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Struktur aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang tahun 2010-2013 pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.2.4.1 Uji Secara Serempak / Simultan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel–variabel bebas seperti struktur aset, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara serempak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu, kebijakan hutang.
untuk uji f ini adalah: Hipotesis: Struktur aset ( X1), Profitabilitas (X2), Ukuran Perusahaan
(X3) dan Umur Perusahaan (X4) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang (Y)
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F dihitung dengan ketentuan:
Jika Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima atau Ha ditolak.
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Setelah uji F dilakukan, maka diperoleh nilai F hitung dan nilai signifikansi. Dasar
pengambil keputusannya adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol
ditolak. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima.
Tabel 4.7 Hasil Uji F (F-Test)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 491787,429 4 122946,857 4,433 ,004b
Residual 1192460,384 43 27731,637
Total 1684247,813 47
a. Dependent Variable: KEBIJAKAN HUTANG
b. Predictors: (Constant), UMUR PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, STRUKTUR ASET
Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)
Dari uji F yang telah dilakukan, diperoleh Fhitung sebesar 4,433. Sedangkan Ftabel pada
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 2,59. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil
tersebut maka Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kebijakan hutang karena Fhitung > Ftabel (4,433
< 2,59) dan signifikansi penelitian < 0,05 ( 0,004 < 0,05) dengan demikian Ha diterima.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (uji t)
Secara Parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi parsial (uji t). Uji
terhadap variabel dependen (terikat) dengan tingkat signifikansi 0,05. Adapun hipotesis untuk
Uji t adalah:
a. H0 : bi = 0, artinya secara parsial struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur
perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
b. Ha : bi ≠ 0, artinya secara parsial struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan ketentuan:
Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak.
Jika thitung > ttabel maka Ha diterima.
Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya tabel pada signifikansi dengan
alpha 0,05.
Tabel 4.8 Hasil Uji t
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients