• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Profil Penggunaan Obat Tradisional Swamedikasi ISPA

Penggunaan obat tradisional masih populer di kalangan masyarakat.

beberapa masyarakat yang menggunakan obat tradisional mengangap bahwa obat tradisional lebih aman dari obat kimia, dan harga lebih murah.

Sebanyak 40% penduduk indonesia menggunakan obat tradisional, dan sebanyak 70% di wilayah ini pedesaan (Oktarlina, 2018). Profil penggunaan obat tradisional dalam penelitian ini adalah penggunaan obat tradisional untuk Swamedikasi ISPA yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Kabukarudi Kabupaten Sumba Barat, Obat tradisional yang digunakan adalah obat tradisional yang memberikan khasiat dan manfaat yang baik sehingga digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi penyakit ISPA.

Tabel VI. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Untuk Tujuan Penggunaan obat tradisional

Sebagai Swamedikasi ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase %

Mencegah penyakit 26 27,08

Mengobati penyakit ringan 54 56,25

Menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani

16 16,66

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Data pada tabel VII, menunjukan bahwa tujuan masyarakat menggunakan obat tradisional paling banyak adalah untuk mengobati penyakit ringan yaitu sebanyak 54 responden (56,25%). dan tujuan menggunakan obat tradisional paling sedikit adalah menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani yaitu sebanyak 16 responden (16,66%). hal ini disebabkan karena masyarakat di Desa Kabukarudi merasa nyaman cocok dengan obat tradisional yang digunakan, dan bagi masyarakat obat tradisional lebih mudah didapat dan hemat serta mengurangi biaya untuk harus periksa ke dokter, masyarakat menggunakan obat tradisional untuk mengobati penyakit ringan yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat, masyarakat Desa Kabukarudi sering menggunakan obat tradisional sebagai

25

alternatif untuk menyembuhkan penyakit ISPA yang meraka rasakan. Masyarakat beraggapan bahwa penggunaan obat tradisonal sudah bisa mengatasi peenyakit ISPA ringan yang mereka alami.

Tabel VII. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan alasan Menggunakan Obat Tradisional Untuk

Menyembuhkan Penyakit ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase (%)

Terbuat dari bahan herbal 20 20,83

Cocok dan merasa sembuh 36 37,5

Mudah diperoleh 38 39,58

Sudah terbiasa 2 2,08

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Dari data penelitian pada tabel Tabel VIII, menunjukan bahwa Alasan masyarakat menggunakan obat tradisional paling banyak karena mudah diperoleh yaitu 38 responden (39,58) %, hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang memperoleh tanaman obat tradisional dengan mudah, baik itu di rumah maupun di kebun masyarakat. hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2019) yang menyatakan bahwa alasan masyarakat menggunakan obat tradisional paling banyak karena terbuat dari bahan alami yaitu sebesar 37,50%.

Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa penggunaan obat dengan bahan alami dianggap lebih aman ketimbang obat sintetis dan hal ini sesuai dengan pernyataan yang digunakan pemerintah yaitu masyarakat untuk kembali ke alam atau lebih dikenal dengan istilah back to nature.

Hal ini berkaitan dengan mayoritas responden sebagai petani yang bekarja disawah atau di ladang untuk menanam padi, jagung, ubi-ubian. tanaman obat yang dipakai masyarakat seperti jahe, jeruk nipis, sirih hutan, kencur, daun papaya, daun sirih merupakan hasil tanaman dari masyarakat Desa Kabukarudi yang berada di kebun, pekarangan rumah maupun di pasar yang mudah didapatkan yang bisa mengatasi penyakit ISPA ringan yang meraka alami. Petani yang bekerja di ladang dan perkebunan lebih banyak mengetahui informasi spesies-spesies tumbuhan berkhasiat atau bermanfaat untuk obat juga karena tempat tinggal mereka yang jauh

26

dari perkotaan menyebabkan lebih bergantung pada pengobatan secara tradisional dibandingkan berobat ke dokter/rumah sakit tertentu (Ernikawati, 2020).

Tabel VIII. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Gejala ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase%

Demam 27 28,12

Batuk pilek 37 38,54

Radang tenggorokan 32 33,33

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Dari data penelitian pada tabel Tabel VIII, menunjukan bahwa jenis penyakit yang paling banyak diobati oleh responden adalah batuk pilek yaitu berjumlah 37 responden (38,54%). dan yang paling sedikit adalah demam yaitu berjumlah 27 responden (28,12%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2021) dimana penyakit yang paling banyak adalah batuk pilek yaitu sebesar (5,22%) mengalami pilek/hidung tersumbat/berair, batuk-batuk (2,24%) dan yang mengalami tenggorokan terasa sakit sebanyak (1,49%). Dari hasil survey penelitian mayoritas responden di Desa Kabukarudi paling banyak mengalami gejala penyakit ISPA yaitu batuk pilek.

27

Tabel IX. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Berapa Kali Penggunaan Obat Tradisional yang Digunakan

Sebagai Swamedikasi ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase %

Satu kali 12 12,5

Beberapa kali 36 37,5

Sering sekali 48 50

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Dari data penelitian pada tabel Tabel VIII, menunjukan bahwa masyarakat sering sekali menggunakan obat tradisional yaitu berjumlah 48 responden (50%) dan yang paling sedikit adalah satu kali dengan jumlah 12 responden (12,5%). Hal ini dikarenakan karena penyakit ISPA yang dialami oleh masyarakat bersifat ringan, sehingga masyarakat sering sekali untuk melakukan swamedikasi menggunakan obat tradisional dan merasa cocok. berdasarkan hasil kuisioner penelitian yang sudah dilakukan di Desa Kabukarudi Kabupaten Sumba Barat masyarakat mengatasi gejala ISPA dengan menggunakan obat tradisional seperti Bawang putih, jahe, daun papaya, daun sirih, kencur, jaruk nipis, yang sudah sering digunakan oleh masyarakat.

Tabel X. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Jenis Obat Tradisional yang Digunakan Sebagai

Swamedikasi ISPA

Jenis Tanaman Frekuensi Persentase %

Bawang putih 14 13,46

Jahe 37 35,57

Madu 6 5,76

Daun pepaya 6 5,76

Daun sirih 5 4,80

kencur 16 15,38

Jeruk nipis 20 19,23

Total 104 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Dari data penelitian pada tabel XI, menunjukan bahwa tanaman obat yang paling banyak digunakan adalah Jahe yaitu sebanyak 37 responden (35,57%) dan

28

yang paling sedikit adalah sirih hutan yaitu sebanyak 5 responden (4,80%). Hal ini dikarenakan jahe mudah didapatkan dan praktis begitu juga dengan obat tradisional lainnya, Jahe (Zingiber officinale Rosc.) digunakan untuk melegakan napas, meredakan batuk dan pilek. Jahe memiliki kandungan antivirus yang ampuh melawan batuk dan pilek. paling banyak kedua yaitu jeruk nipis. buah Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia) berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit batuk, flu ringan.

Jeruk atau lemon memiliki kandungan senyawa yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan sakit dan radikal bebas di dalam tubuh. Perasan jeruk lemon dengan madu merupakan obat herbal untuk meredakan batuk pilek secara efektif (Azizah,2020). Kencur (Kaempferia galanga L.) dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan batuk, peluruh dahak atau pembersih tenggorokan, menghilangkan lendir yang menyumbat hidung, dan menghangatkan badan, Madu adalah salah satu obat batuk pilek alami yang cukup ampuh untuk meredakan gejala batuk dan flu. Kandungan antimikrobanya membantu melawan virus penyebab flu, rasa manis pada madu membantu produk saliva yang bisa mengencerkan lendir sehingga mudah untuk dikeluarkan Khasiat daun sirih yaitu sebagai obat batuk.

Daun sirih mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, dan minyak atsiri yang bersifat mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah dan menghambat pertumbuhan bakteri dan virus penyebab ISPA (Apidianti, 2022). Khasiat bawang putih sebagai antibiotik dapat membantu mendukung sistem kekebalan tubuh, terutama apabila dimakan mentah, namun dapat pula dalam keadaan telah di masak, dapat membantu melawan tonsilitis dan sakit tenggorokan (Nurlela, L.2019). Menurut beberapa masyarakat daun pepaya dapat menurunkan demam yang mereka alami. Daun pepaya mengandung 3 varian enzim yakni papain sebanyak 10%, khimoprotein sebanyak 45% dan juga lisozim sebanyak 20% per 100%. Enzim khimoprotein sendiri berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi hidrolisis antara protein dengan polipeptida. Sementara itu enzim lisozim berperan sebagai anti-bakteri dan bekerja dengan cara memecah dinding sel pada bakteri. Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid karpaina (C14H25NO2). Zat ini sangat ampuh digunakan sebagai penurun demam, mereduksi tekanan darah dan membunuh mikroba seperti amuba (Friardi, 2019).

29

Obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Desa Kabukarudi rata-rata mudah didapatkan baik yang ditanam dan dipelihara seperti daun papaya, daun sirih, jaruk nipis, maupun yang dibeli beli dipasar dengan harga yang relative murah seperti Bawang putih, jahe, dan kencur, dan madu serta mudah di olah untuk digunakan sebagai obat untuk mengatasi ISPA yang dialami masyarakat.

Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Cara Menggunakan Obat Tradisional Sebagai Swamedikasi ISPA

Data hasil penelitian yang didapatkan bahwa semua responden menggunakan obat tradisional dengan cara diminum yaitu dengan jumlah 96 responden (100%). Hal ini dikarenakan obat tradisional yang digunakan yang telah diolah kemudian diminum, tanpa di oles atau ditempel ataupun dikumur. Umumnya masyarakat lebih banyak menggunakan obat tradisional dengan cara diminum seperti yang terdapat pada tabel XII. dengan jumlah 96 responden (100%). Karena sebagian besar jenis tumbuhan yang ditemukan dan dimanfaatkan untuk mengobati penyakit dalam adalah dengan cara diminum, masyarakat berasumsi bahwa penggunaan obat tradisional dengan cara diminum penyakit yang mereka rasakan akan sembuh dan mempunyai reaksi yang begitu cepat dibandingkan dengan cara dioles, ditempel, dan digosok (Fauziah, dkk. 2021).

Tabel XI. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Cara Mendapatkan Obat Tradisional Sebagai Swamedikasi

ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase%

Di pasar 22 22,916

Di kebun 28 29,16

Di hutan 15 15,62

Pekarangan Rumah 31 32,29

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Data pada tabel XII menunjukan bahwa obat tradisional yang didapatkan paling banyak berasal dari pekarangan rumah responden dengan jumlah yaitu 31

30

responden (32,29%). hal ini dikarenakan pekarangan rumah yang cukup luas dan masyarakat yang suka menanam dan sebagian berprofesi sebagai petani. dan yang paling sedikit yaitu di hutan dengan jumlah 15 responden (15,62%). Menurut (Diwanti, 2018) kesadaran warga yang mayoritas petani akan pentingnya pemanfaatan pekarangan untuk penanaman tanaman. antusiasme warga/petani dan kesadaran untuk pemanfaatan lahan pekarangan. dan Selain itu juga menghasilkan suatu produk obat yang dapat digunakan sendiri.

Tabel XII. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Lama Penggunaan Sebagai Swamedikasi ISPA

Lama penggunaan Frekuensi Persentase%

1 minggu 16 16,32

1 bulan 3 3,06

Sampai sembuh 58 59,18

< 1 minggu 21 21,42

Total 98 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Data pada tabel XIV, menunjukan bahwa lama penggunaan yang paling banyak adalah sampai sembuh dengan jumlah yaitu 58 responden (59,18%).

sedangkan yang paling sedikit adalah 1 bulan yaitu sebanyak 3 responden (3,06%).

Hal ini dikarenakan jenis penyakit yang dialami masyarakat tergolong ringan dan dapat diatasi sendiri dan merasa cocok dengan tanaman yang digunakan.

berdasarkan lama penggunaan obat tradisional masyarakat mengatakan bahwa ketika sudah merasa sembuh maka sudah dapat berhenti untuk mengkonsumsi obat tradisional, tetapi secara umum, masyarakat menggunakan obat Tradisional, penggunaan jangka panjang, hanya berdasarkan pengalaman, jadi tidak memiliki patokan waktu dan waktu yang akurat frekuensi penggunaan obat tradisional.

31

Tabel XIII. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Efek Samping Penggunaan

Penggunaan Frekuensi Persentase %

Tidak ada efek samping 84 87,5

Pusing 5 5,20

Mengantuk 7 7,29

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Data pada tabel XV, menunjukan bahwa efek samping yang dirasakan yaitu tidak ada efek samping yang dirasakan dengan jumlah 84 responden (87,5%). dan yang paling sedikit adalah pusing dengan jumlah 5 responden (5,20%). Hal ini dikarenakan masyarakat sudah sering menggunakan obat tradisional tersebut dan tidak merasakan efek samping yang membahayakan dalam menggunakan obat tradisional. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efek samping dari penggunaan obat tradisional relatif sangat kecil dan masih dianggap aman untuk digunakan.

Obat tradisional dapat digunakan sebagai alternatif karena mahalnya biaya atau tidak tersedianya obat modern/sintetis dan keyakinan bahwa obat tradisional lebih aman. Namun, tidak semua obat tradisional aman. Keamanan obat tergantung pada dosis yang diminum. Obat tradisional dipercaya dapat mengobati penyakit ringan hingga berat. Namun, pengetahuan tentang dosis, kemungkinan efek samping obat, dan cara pengolahan tanaman obat belum banyak diketahui oleh masyarakat. Dosis yang salah dan metode pengolahan yang salah dapat menyebabkan kegagalan tujuan terapeutik obat. Oleh karena itu, perlu diketahui cara pemanfaatan tanaman obat (Elisma, 2020).

Tabel XIV. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Bagaimana Mengatasi Efek Samping Swamedikasi ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase %

Dibiarkan saja. 4 4,16

Tidak ada 92 95,83

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

32

Dari data pada tabel XVI, menunjukan cara paling banyak mengatasi efek samping yaitu tidak ada dengan jumlah 92 responden (95,83%) responden dan paling sedikit yaitu dengan dibiarkan saja 4,16%. hal dikarenakan masyarakat tidak merasakan efek samping dari penggunaan obat tradisional yang mereka gunakan.

Tabel XV. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Lama Efek Bagi Penyembuhan

Penggunaan Frekuensi Persentase %

3-5 Hari 24 25

1 Minggu 15 15,62

2-3 Minggu 22 22,91

1 Bulan 35 36,45

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

Data pada tabel XV, menunjukan lama efek penggunaan obat tradisional untuk penyembuhan yaitu 1 bulan sebanyak 35 responden (36,45%). dan yang paling sedikit adalah 1 minggu yaitu sebanyak 15,62 %. Hal ini dikarenakan obat tradisional yang digunakan cocok pada masyarakat dan efektif untuk mengatasi penyakit ispa yang dialami masyarakat berdasarkan lama efek penyembuhan penggunaan obat tradisional secara swamedikasi pada masyarakat Desa Kabukarudi hanya didasarkan pada pengalaman sehingga tidak memiliki tolak ukur yang tepat bagaimana waktu dan frekuensi (Fauziah, dkk. 2021) penggunaan obat tradisional tergantung dari respon tubuh masing-masing orang.

Tabel XVI. Hasil Kuisioner Profil Penggunaan Obat Tradisional Berdasarkan Sumber Informasi Sebagai Swamedikasi ISPA

Penggunaan Frekuensi Persentase %

Keluarga 41 42,70

Media Sosial (FB,

Youtube, dan lain-lain) 16 16,66

Teman 21 21,87

Buku 18 18,75

Total 96 100

Sumber: Data penelitian, 2022

33

Dari data pada tabel XVII, menunjukan bahwa sumber informasi yang didapatkan responden paling banyak adalah dari keluarga yaitu 41 responden (42,70 %), sedangkan yang paling sedikit yaitu 16 responden (16,66 %). Hal ini dikarenakan karena peran keluarga sangat penting dalam memberikan informasi ini secara turun temurun. Pengetahuan keluarga adalah bagian dari manajemen keluarga dianggap secara keseluruhan penyakit ISPA, seperti memahami dampaknya negatif, bagaimana mencegahnya terjadi, ketersediaan lingkungan yang bersih dan kesehatan, serta berusaha untuk pencegahan terhadap faktor penyebab lainya. Menurut Sembiring S. (2015) bahwa tindakan kesehatan juga nyata dalam keluarga, dimana keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota yang sakit atau menderita penyakit. Fungsi keluarga sebagai fungsi pemeliharaan berbeda dalam setiap masyarakat, fungsi pemeliharaan anggota yang sakit dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri ataupun dilayani oleh lembaga tertentu seperti rumah sakit atau panti jompo. Tindakan keluarga menanggapi penyakit anggotanya juga beragam mulai dari melakukan perawatan dan pengobatan di rumah ataupun membawanya ke orang yang dianggap mampu mengobati anggota keluarga yang sakit baik ke sistem medis modern ataupun ke pengobat tradisional.

34 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap 96 responden di Desa Kabukarudi Kecamatan Lamboya Kabupaten Sumba Barat didapatkan hasil bahwa penggunaan bahan untuk membuat obat tradisional yang sering digunakan adalah Jahe, alasan menggunakan obat tradisional mudah diperoleh, cara menggunakan obat tradisional diminum, lama menggunakan obat tradisional sampai sembuh, obat tradisional sering sekali digunakan bahan obat tradisional berasal dari pekarangan rumah, obat tradisional digunakan untuk batuk pilek. tujuan menggunakan obat tradisional untuk mengobati penyakit ringan, efek penggunaan obat tradisional butuh waktu yaitu 1 bulan, tidak ada efek samping, informasi menggunakan obat tradisional berasal dari keluarga.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan maka dapat dikemukakan saran yaitu mengingat bahwa tingginya peran obat tradisional didalam swamedikasi ISPA di Desa Kabukarudi Kabupaten Sumba Barat, maka perlu adanya peningkatan kegiatan penyuluhan dan informasi tentang penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi ISPA.

Penelitian ini memiliki banyak kelemahan dikarenakan adanya keterbatasan pada penulis yaitu metode pengumpulan data hanya menggunakan data kuesioner, peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat melakukan wawancara atau observasi pada responden agar data yang didapat menggambarkan keadaan sebenarnya.

35

DAFTAR PUSTAKA

Agung, P., Yuest, A., 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. pp, 17- 20.

Apidianti, S. P. (2022). Pengaruh Pemberian Daun Sirih Hijau terhadap Penurunan Gejala ISPA pada Balita. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 7(1), 28-33.

Azizah, A. N., & Kurniati, C. H. 2020. Obat Herbal Tradisional Pereda Batuk Pilek Pada Balita. Jurnal Kebidanan Indonesia, 11(2), 29-36.

Diwanti, D. P. (2018). Pemanfaatan pertanian rumah tangga (pekarangan rumah) dengan teknik budidaya tanaman sayuran secara vertikultur. MARTABE:

Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(3), 101-107.

Elisma, E., Rahman, H., & Lestari, U. 2020. Ppm Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Tanaman Obat Sebagai Obat Tradisional Di Desa Mendalo Indah Jambi Luar Kota. SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 274-277.

Friardi, A., Noviza, D., Juwita, A. D. A., Farm, M., Tulsandi, A. H., Kom, S., ... &

Suhatri, A. 2019. Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi & Klinis ke-8 dan Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia, pp.56.

Heryanto, C. A., Korangbuku, C. S., Djeen, M. I., & Widayati, A. (2019).

Pengembangan dan Validasi Kuesioner untuk Mengukur Penggunaan Internet dan Media Sosial dalam Pelayanan Kefarmasian. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 8(3), 175-187.

Jasmalinda, J., 2021. Pengaruh Budaya Organisasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) (Studi Kasus Pada Unit Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Sumatera Barat. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(12), 2631-2640.

Jayanti, M., Arsyad, A., 2020. Profil Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) Di Desa Bukaka Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia., 9(1), 115-124.

36

Jo, N., 2016. Studi tanaman khas Sumatera Utara yang berkhasiat obat. Jurnal Farmanesia, 3(1), 11-21.

Maghfirah, L. 2021. Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Pada Masyarakat Desa Pulo Secara Swamedikasi. Jurnal Sains dan Kesehatan Darussalam, 1(1), 13-13.

Mukhsin, R., Mappigau, P., Tenriawa, A.N., 2017. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Daya Tahan Hidup Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan di Kota Makassar.

Jurnal, 6(2), 188-193.

Nurlela, L., Harfika, M., & Asli, E. 2019. Buku Ajar Belimbing Wuluh untuk Meringankan ISPA.

Oktaviani, A. R., Takwiman, A., Santoso, D.A.T., Hanaratri, E.O., Damayanti, E., Maghfiroh, L., Yuda, A., 2021. Pengetahuan dan Pemilihan Obat Tradisional Oleh Ibu-Ibu di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas, 8(1), 1-8.

Oktaviana, E., Hidayati, I.R., Pristianty, L., 2017. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Obat Parasetamol Yang Rasional dalam Swamedikasi (studi pada ibu rumah tangga di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo). Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2), 44-50.

Priantoro, H., 2017. Hubungan Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Dengan Kejadian Burnout Perawat dalam Menangani Pasien BPJS. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 16(03), 9-16.

Riskesdas., 2018. Riset Kesehatan Dasar; Badan Penelitian dan Pegembangan Kesehatan RI Tahun 2018, 532.

Sani K, Fathnyr., 2016. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental.

Sembiring, S. 2015. Pengetahuan dan pemanfaatan metode pengobatan tradisional pada masyarakat Desa Suka Nalu Kecamatan Barus Jahe. Perspektif Sosiologi, 3(1).

37

Taluke, D., Lakat, R.S., Sembel, A., 2019. Analisis Preferensi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Pesisir Pantai Kecamatan Loloda Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Spasial, 6(2), 531-540.

Wahyuni, D., & Kurniawati, Y. (2021). Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Terjadinya Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Kesehatan, 13(1), 73-84.

Zuhud, E. A., & Santosa, Y. (2020). Karakteristik Pengguna Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Kehutanan BONITA, 2(1), 11-19.

38

LAMPIRAN

39

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian

No. Responden:

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI SWAMEDIKASI PENYAKIT ISPA OLEH MASYARAKAT DI DESA KABUKARUDI

KABUPATEN SUMBA BARAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama:

Umur:

Jenis kelamin :

Pendidikan Responden : Pekerjaan :

Telah menerima penjelasan mengenai tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Nama : Belinda Regi Maloa

Nim : 188114104

Saya bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi kuesioner dengan lengkap berdasarkan keadaan yang saya alami. Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran saya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Kabukarudi, ...

(tanda tangan) (tanda tangan)

(Belinda Regi Maloa) (. ...)

(Peneliti) (Responden)

40 Lampiran 2. Surat Etichal Clereanse

41 Lampiran 3. Surat Izin Penelitian di Kampus

42

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian di Tempat Penelitian

43

44

45 .

Dokumen terkait