• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap

4.1.2.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Kemampuan Menganalisis 50

Langkah ketiga adalah uji perbedaan selisih. Uji selisih bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri. Uji pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis dapat dicari dari (O2-O1) – (O4 -O3) yaitu mengurangkan rerata skor posttest dengan pretest pada kelompok

51 eksperimen dan mengurangkan rerata skor posttest dengan pretest pada kelompok kontrol. Dari hasil pengurangan setiap kelompok kemudian dicari selisihnya yaitu rerata skor kelompok eksperimen dikurangi rerata skor kelompok kontrol. Sebelum melakukan uji perbandingan data harus diuji normalitasnya dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dari pengujian normalitas data, diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini.

Tabel 17. Uji Normalitas Skor Selisih (lihat lampiran nomor 20)

No. Aspek Nilai

Signifikansi Keterangan 1. Selisih skor menganalisis kelompok kontrol 0,729 Normal 2. Selisih skor menganalisiskelompok eksperimen 0,272 Normal

Tabel di atas menunjukkan kelompok kontrol dan eksperimen memiliki distribusi data normal, sehingga untuk uji selisih skor posttest dan pretest

dilakukan dengan analisis statistik parametrik yaitu independent samples t-test

dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis yang digunakan menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut:

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih pretest dengan posttest

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih pretest dengan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih pretest dengan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan

menganalisis.

2. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih pretest dengan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain penggunaan metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menganalisis.

52 Tabel 18. Perbedaan Selisih Skor Pretest dengan Posttest Variabel Menganalisis (Lihat lampiran nomor 22)

Hasil Selisih Nilai Signifikansi Keterangan Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 0,034 Berbeda

Harga Levene‟s Test pada data yang diperoleh adalah > 0,05 atau 0,588 maka terdapat homogenitas varian. Pencapaian selisih skor lebih tinggi pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode inkuiri dengan nilai M = 0,6666, SE = 0,14095 dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan menggunakan metode ceramah dengan nilai M = 0,2661, SE = 0,11819. Meskipun demikian ada perbedaannya signifikan dengan nilai t(61) = -2,17, p < 0,05 atau 0,034. Harga sig. (2-tailed) adalah 0,034 atau < 0,05, maka Hi diterima dan Hnull ditolak dengan kata lain bahwa metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan menganalisis.

Selisih skor pada kemampuan menganalisis dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini.

Gambar 14. Selisih Skor pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kemampuan Menganalisis

Diagram di atas menunjukkan selisih skor pada pretest dan posttest

kemampuan menganalisis baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Kenaikan skor pada kelompok kontrol dari pretest ke posttest dengan harga M = 2,44 ke M = 2,71 dengan selisih M = 0,27. Sedangkan kenaikan skor pada kelompok eksperimen dari pretest ke posttest dengan harga M = 2,76ke M = 3,42

53 dengan selisih M = 0,66. Berdasarkan data yang didapat, kelompok eksperimen mengalami selisih skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. 4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap

Kemampuan Menganalisis

Langkah keempat adalah uji besar pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis. Uji besar pengaruh ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis

(effect size). Untuk mengetahui effect size adalah dengan mencari koefisien korelasi (r) dengan rumus untuk data yang memiliki distribusi normal dan

untuk data yang memiliki distribusi tidak normal (Field, A. 2009:332).

Tabel 19. Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Menganalisis (lihat lampiran 28)

No. Kelompok t df r R2 % Keterangan

1 Kontrol -1,984 30 0,34 0,1156 11,56 Efek menengah 2 Eksperimen -4,720 31 0,65 0,4225 42,25 Efek besar

Berdasarkan tabel di atas koefisien korelasi (r) yang ditunjukkan pada kelompok kontrol untuk mengetahui effect size adalah sebesar 0,34. Nilai r = 0,34 menunjukkan efek menengah yang setara dengan 11,56%.

Sedangkan pada kelompok eksperimen koefisien korelasi (r) yang didapat adalah 0,65. Nilai r = 0,65 menunjukkan efek besar yang setara dengan 42,25%. Hal ini menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh besar pada kemampuan

menganalisis yaitu 42,25%.

4.1.2.5 Uji Retensi Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis

Langkah kelima adalah uji retensi pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menganalisis. Uji retensi pengaruh adalah untuk melihat pengaruh penggunaan metode inkuiri setelah dua bulan pembelajaran berlangsung sejak posttest pertama. Analisis statistik yang digunakan adalah paired t-test

54 dan Wilcoxon untuk data yang mempunyai distribusi tidak normal. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest pertama dan skor

posttest kedua.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan skor posttest II.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest Ike posttest II. Dengan kata lain tidak terdapat penurunan yang signifikan antara skor posttest I ke

posttest II pada kemampuan menganalisis.

2. Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest Ike posttest II. Dengan kata lain terdapat penurunan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada kemampuan menganalisis.

Tabel 20. Perbedaan Skor Posttest Pertama ke Posttest Kedua Kemampuan Menganalisis (Lihat lampiran nomor 26)

No. Kelompok Test (%)

Peningkatan/Penurunan Signifikansi Keputusan Posttest I Posttest II

1. Kontrol 2,71 2,91 Peningkatan : 7,38 0,268 Tidak Berbeda 2. Eksperimen 3,42 3,73 Peningkatan : 90,06 0,005 Berbeda

Skor rata-rata para siswa di kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri yang ditunjukkan dengan harga Z = -2,825, p < 0,05 atau ,005. Sedangkan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah dengan harga M = -0,20097, SE = 0,1782, t(30) = -1,128, p > 0,05 atau 0,264, r = 0,20.

Berdasarkan tabel di atas harga sig. (2-tailed) kelompok kontrol adalah ,268 atau > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan dari posttest I dan

posttest II pada kemampuan menganalisis di kelompok kontrol.

Sedangkan harga harga sig. (2-tailed) kelompok eksperimen adalah 0,005 atau < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang

55 signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke

posttest II pada kemampuan menganalisis di kelompok eksperimen.

Kelima langkah tersebut dapat diringkas dengan diagram di bawah ini.

Gambar 15. Hasil Pretest, Posttest I, Posttest II Kemampuan Menganalisis

Diagram di atas menunjukkan kenaikan skor pada posttest I ke posttest II

kemampuan menganalisis baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Kenaikan skor pada kelompok kontrol dari posttest I ke posttest II dengan harga

M = 2,71 ke M = 2,98 dengan selisih M = 0,27. Sedangkan kenaikan skor pada kelompok eksperimen dari posttest I ke posttest II dengan harga M = 3,42ke M =

3,73 dengan selisih M = 0,31. Berdasarkan data yang didapat, kelompok eksperimen mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Dokumen terkait