• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat analisis, berikut adalah hasil uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas diperoleh dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, dengan melihat ketentuan bahwa data terdistribusi normal jika memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel. Berikut adalah rekapitulasi hasil pengujian normalitas data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditunjukan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Data Statistik Uji Normalitas Liliefors Pretest dan

Posttest Statistik Pretest Posttest Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Lhitung 0.0823 0.1258 0.1284 0.1378 Ltabel 0.1401 0.1419 0.1401 0.1419

Keputusan Normal Normal Normal Normal

Nilai Lhitung data pretest pada kelompok eksperimen sebesar 0.0823 sedangkan posttest sebesar 0.1284 dan Ltabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) didapat dengan perhitungan rumus yang ada pada tabel uji normalitas Lilifors sebesar 1.1401, terlihat bahwa data

pretest uji normalitas 0.0823<0.1401 dan data posttest uji normalitas 0.1284<1.1401. Hal ini menunjukan data pretest dan posttest kelompok eksperimen berdistribusi normal. Nilai Lhitung data pretest kelompok kontrol sebesar 0.1258 sedangkan posttest sebesar 0.1378 dan Ltabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) didapat dengan perhitungan rumus yang ada pada tabel uji normalitas Lilifors sebesar 0.1419, terlihat bahwa data pretest uji normalitas 0.1258<0.1419 dan data posttest uji normalitas 0.1378<0.1419. Hal ini menunjukan bahwa data pretest dan posttest kelompok kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Setelah data pretest dan posttest dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan uji Fisher dimana rumus uji Fishser: Fhitung<Ftabel, maka data dinyatakan homogen. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil uji homogenitas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditunjukan pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Data Statistik Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Pretest Posttest Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Nilai Varians 79.325 93.753 47.9272 63.5784 Fhitung 1.1819 1.3266 Ftabel 1.7124 1.7124

Keputusan Homogen Homogen

Berdasarkan tabel 4.13 data pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogen pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05), df1=40 dan df2=39 dengan Fhitung sebesar1.1819. Fhitung ini menunjukan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang homogen karena memenuhi

kriteria Fhitung<Ftabel, sedangkan data posttest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogen pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05), df1=40 dan df2=39 dengan nilai Fhitung 1.3266, hal ini menunjukan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang homogen karena memenuhi kriteria Fhitung<Ftabel.

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat sebelumnya, diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Pengujian selanjutnya adalah uji hipotesis, dimana uji tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dan perbedaan yang signifikan antara posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.05. hasil uji t pada pretest kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Data Statistik Uji Hipotesis Pretest

Statistik Pretest

thitung -1.862

ttabel 1.99

Kesimpulan H0 diterima

Dari tabel 4.14 diatas menunjukan bahwa H0 diterima, kesimpulan ini diambil berdasarkan ketentuan uji hipotesis dimana thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari data diatas terlihat bahwa thitung lebih kecil dari ttabel ini artinya data pretest untuk uji hipotesis tidak terdapat perbedaan awal literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya hasil perhitungan uji hipotesis posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Data Statistik Uji Hipotesis Posttest

Statistik Posttest

thitung 5.62

ttabel 1.99

Kesimpulan H0 ditolak

Dari tabel 4.15 diatas menunjukan bahwa H0 ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan literasi sains siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah diberi perlakuan.

C. Pembahasan

Berdasarkan data hasil pretest yang diperoleh rata-rata kelas eksperimen sebesar 31.4, sedangkan hasil pretest diperoleh kelas kontrol rata-rata 35.20. Setelah data dinyatakan normal dan homogen, dilakukan uji hipotesis menggunakan uji t. Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kedua kelas memiliki pengetahuan awal yang tidak berbeda. Hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis melalui uji t dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0.05). Dari uji t data pretest tersebut diperoleh thitung sebesar -1.862 dan ttabel sebesar 1.99, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima (Tabel 4.12). Kesimpulan ini diambil berdasarkan ketentuan uji hipotesis dimana thitung<ttabel maka H0 diterima H1 ditolak. Ini berarti bahwa benar kedua kelas tersebut memiliki pengetahuan awal yang tidak berbeda berdasarkan hasil uji t.

Berdasarkan hasil posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 73.75, sedangkan rata-rata-rata-rata kelas kontrol sebesar 64.28. Dari rata-rata nilai posttest kedua kelas tersebut terlihat peningkatan yang cukup signifikan dari rata-rata nilai pretest. Dari kedua uji prasyarat tersebut dinyatakan bahwa data berdistribus normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan uji t untuk mengetahui peningkatan literasi sains. Dari uji t diperoleh thitung sebesar 5.62 dengan ttabel sebesar 1.99, dari ketentuan uji t bahwa thitung<ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Pada data posttest ini dapat disimpulkan H1 diterima. Ini berarti terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap literasi sains siswa. Perbedaan peningkatan literasi sains disebabkan karena adanya treatment (perlakuan) yang berbeda.

Perbedaan yang signifikan ini dipengaruhi oleh perlakuan yang diberbeda kepada kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan

Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning

sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan pembelajaran Problem Based Learning. Hasil posttest menunjukan perbedaan yang signifikan, kelas eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Maka pemberian IRWT berbasis PBL berpengaruh terhadap literasi sains siswa.

Berdasarkan hasil N-Gain didapat nilai rata-rata kelas ekperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen sebesar 0.62 dengan kategori sedang dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 0.45 dengan kategori sedang (Tabel 4.3). Dari nilai rata-rata N-Gain kedua kelas tersebut terlihat peningkatan yang signifikan pada kelas eksperimen. Hal ini menunjukan peningkatan literasi sains siswa pada aspek kompetensi, konteks dan pengetahuan. Hasil rata-rata N-Gain ini membuktikan bahwa pemberian IRWT berbasis PBL pada kelas eksperimen mempengaruhi literasi sains siswa. Pencapaian ini karena dalam pemberian IRWT berbasis PBL kepada siswa dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui tahapan-tahapan pada IRWT tersebut. Hal ini sesuai dengan Ermawati Dewi, Selli Feranie, dan Saeful Karim dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa pemberian tugas awal ini tidak hanya membantu siswamemahami konsep, dengan pembelajaran menggunakan PBM, dapat meningkatkan scientific literacy.1

Aspek pengetahuan pada literasi sains dibagi menjadi 6 sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing level. Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, menyatakan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal pada pretest. Hal ini juga terlihat pada analisis data level literasi sains pretest, dimana kedua kelas memiliki rata-rata yang tidak jauh berbeda. Makin tinggi level maka

1

Ermawati Dewi, Selli. F, dan Saeful. K. 2013, Penerapan Pemberian Tugas Awal Integrated Reading and Writing dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, Bandung, 3-4 Juli 2013, h. 84-83

persentasenya pun semakin rendah. Akan tetapi pada rata-rata kelas eksperimen level 3 lebih besar dari pada level 2, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil level 3 lebih besar dari pada level 2 karena siswa dapat menganalisis soal dengan baik sehingga pada level 3 rata-rata yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan level 2.

Rata-rata level literasi sains pada pretest ini kelas kontrol memperoleh rata-rata yang lebih besar, hanya pada level 1 dan 3 saja rata-rata terbesar diperoleh kelas eksperimen. Perolehan rata-rata siswa pun hanya pada level 1 saya yang mencapai 50%, sisanya masih dibawah 50%. Menurut Gustia Angraini dalam penelitiannya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi sains siswa adalah materi pelajaran yang belum pernah dipelajari, siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang menggunakan wacana dan guru kurang membiasakan proses pembelajaran yang mendukung siswa dalam mengembangkan literasi sains.2

Setelah pembelajaran nilai posttest literasi sains siswa pada tiap levelnya meningkat baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatanyang cukup signifikan hal ini ditunjukan pada tabel 4.6. kelas eksperimen mengalami peningkatan dari pretest ini terlihat dari ketercapaian nilai rata-rata kelas eksperimen lebih dari 50. sedangkan kelas kontrol yang mendapat rata-rata lebih dari 50% terdapat pada level 1 sampai dengan level 4, untuk level 5 dan 6 rata-ratanya masih dibawah 50%. Dalam hal ini siswa juga mampu memenuhi aspek kompetensi yaitu siswa dapat mengidentifikasi masalah ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah. Kedua aspek tersebut berkaitan dengan konteks materi yaitu keanekaragaman hayati, karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan permasalahn yang terjadi disekitar.

Pada kelas eksperimen yang diberikan Integrated Reading and Writing

Task berbasis Problem Based Learning lebih baik peningkatan literasi sainsnya

dibandingngkan dengan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena IRWT berbasis PBL

2 Gustia Angraini, Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA Kelas X Di Kota Solok, dalam Prosiding Mathematic and Science Forum 2014, h. 167

adalah salah satu pembelajaran dimana siswa memerlukan pemahaman membaca dan menulis, sehingga siswa dapat memahami materi yang ada. Pemberian IRWT berbasis PBL ini terdapat 4 part. Part 1 yaitu Reading, pada part 1 ini siswa disajiakan sebuah artikel yang berkaitan dengan isu terkini mengenai keanekaragaman hayati nasional, siswa diminta untuk membaca dan memahami artikel tersebut. Selanjutnya part 2 yaitu Conceptual Construction, pada part 2 ini siswa disajikan 7 pertanyaan mengenai artikel yang disajikan. Pertanyaan pada

part 2 ini disesuaikan dengan sintaks pada Problem Based Learning, dimana

pertanyaannya berbasis masalah yang ada pada artikel yang telah disajikan. Selanjutnya part 3 yaitu Concept Mapping, pada part 3 ini siswa diminta untuk membuat peta konsep mengenai artikel yang telah disajikan. Peta konsep ini sendiri dapat menjadi tolak ukur apakah siswa sudah memahami artikel atau tidak. Dan yang terakhir part 4 yaitu Conclusion, pada part 4 ini siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari artikel yang telah di sajikan sebelumnya.

Integrated Reading and Writing Task berbasis Problrm Based Learning ini juga berkaitan dengan literasi sains. Pada IRWT berbasis PBL siswa juga harus dapat mengidentifikasi permasalahan ilmiah yang ada, selain itu siswa juga harus dapat menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memberikan bukti-bukti ilmiah. Hal tersebut dapat dilakukan oleh siswa apabila siswa dapat memahami bacaan. Konteks bacaan yang diberikan kepada siswa juga masalah-masalah yang terjadi disekitar. Pemberian bacaan ini disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang difokuskan lagi kedalam penemuan hewan dan tumbuhan yang menambah keanekaragaman hayati di Indonesia pada pertemuan pertama dan tentang kepunahan hewan endemik Indonesia yang berada di negara lain.

Pada IRWT berbasis PBL yang terbagi 4 part, memiliki keterkaitan antar partnya. Hal ini berkaitan erat dengan pemahaman membaca dan menulis. Apabila siswa dapat mengerjakan IRWT berbasis PBL dengan baik maka siswa tersebut memiliki pemahaman membaca dan menulis dengan baik. Jika siswa tidak dapat memahami suatu teks bacaan maka siswa tersebut tidak akan dapat menuliskan kembali apa yang mereka pahami baik dalam bentuk pertanyaan ataupun deskripsi. IRWT berbasis PBL adalah salah satu pembelajaran yang membiasakan

siswa untuk mengadapi teks bacaan, karena literasi sains banyak menggunakan wacana, sehingga IRWT berbasis PBL dapat membantu siswa untuk meningkatkan literasi sains.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil rata-rata IRWT berbasis PBL mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama rata-ratanya sebesar 77.43 dengan kategori baik, pada pertemuan kedua rata-ratanya sebesar 80.69 dengan kategori baik sekali. Ini menunjukan bahwa siswa dapat mengerjakan IRWT berbasis PBL dengan baik. Hasil ini juga menunjukan bahwa siswa dapat memahami bacaan dan dapat menuliskan kembali apa yang mereka pahami dengan menjawab pertanyaan, membuat peta konsep dan membuat kesimpulan sesuai dengan artikel yang telah mereka baca. Hal ini sesuai dengan penelitian Esti Maras, Saeful K dan Selly F dalam penelitiannya menyatakan pemberian tugas awal yang terdiri dari bahan bacaan yang meliputi strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode SQRW (Survey, Question, Reading and Writing) dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep, yang difokuskan pada materi pembelajaran fisika. Penerapan strategi membaca dan menulis pada tugas awal dapat meningkatkan literasi fisika siswa.3

Pemberian IRWT pada kelas eksperimen berpengaruh terhadap literasi sains siswa, hal ini dikarenakan pada IRWT terdapat tahapan yang sangat panjang. Sedangkan pada kelas kontrol hanya diberikan LKS dengan tahapan yang sederhana, sehingga terjadi perbedaan hasil yang didapat antara kedua kelas tersebut. Pada saat pembeajaran terlihat kelas eksperimen lebih antusias dibandingkan dengan kelas kontrol karena IRWT memiliki tahapan yang panjang sehingga semangat belajar peserta didik lebih terpacu, sedangkan kelas kontrol yang hanya diberikan LKS semangat belajarnya lebih rendah karena tahapan pada LKSnya sangat sederhana sehingga siswa tidak terlalu terpacu semangat belajarnya. Perbedaan IRWT dengan LKS terdapat pada Concept Mapping,

3

Esti Maras I, Saeful K, dan Selly F. 2013, Penerapan Strategi Membaca dan Menulis pada Tugas Awal salam Pembelajaran IPA Bertema Ultrasound untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, Bandung, 3-4 Juli 2013, h. 88-91

dimana siswa akan lebih paham dengan materi karena siswa membangun sendiri pengetahuan melalui membaca artikel yang ada. Selain itu, pada IRWT terdapat 7 pertanyaan dan kesimpulan sedangkan pada LKS hanya terdapat 4 pertanyaan dan kesimpulan. Dari penemuan saat penelitian, peneliti menemukan bahwa kelas eksperimen lebih bersungguh-sunguh dalam proses pembelajaran karena pemberian IRWT lebih banyak tahapan dibandingkan dengan LKS biasa yang diberikan kepada kelas kontrol.

Dari lembar observasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat perbedaan. Dari 8 sintaks PBL pada pembelajaran baik pertama maupun pembelajaran kedua, seluruh observer memberikan penilaian yang berbeda. Tetapi dari ke-8 sintaks tersebut ada observer yang menganggap bahwa tidak seluruh sintask PBL tercapai. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa menggunakan pembelajaran PBL, sehingga pembelajaran baik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak mendapatkan nilai 100%. Akan tetapi, rata-rata baik pada pertemuan pertama dan kedua lebih baik kelas eksperimen, Karena kelas eksperimen cepat menyesuaikan pembelajaran yang ada.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Integrated Reading and Writing

Task berbasis Problem Based Learning memiliki pengaruh terhadap literasi sains

siswa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik soal literasi sains kebanyakan meggunakan wacana, sehingga IRWT berbasis PBL berpengaruh terhadap literasi sains karena IRWT berbasis PBL menggunakan strategi membaca dan menulis yang menggunakan sintaks PBL dengan permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang terjadi disekitar kita. Hal ini lah yang membuat siswa pada kelas ekperimen memiliki literasi sains yang baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

67

BAB V

Dokumen terkait