• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.8 Uji Reabilitas

Realibitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukur yang diperoleh relative konsisten maka alat pengukur tersebut reliable. Reabilitas tes adalah tingkat konsisten suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten relative tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yag berbeda – beda. Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka biasanya sebagi koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.

Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi jawaban atau pernyataan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang. Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Alpha’s Cronbach. Jika koefisien reliabilitas (α) ≥ 0, (handal) (Nunnally, 1978). Uji reliabilitas terhadap variabel penelitian memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel r-hitung

reliabilitas 1 Pendidikan sebagai ukuran kondisi

sosial 0.780

2 Sosial – ekonomi sebagai ukuran

kondisi sosial 0.701

3 Interaksi sosial sebagai ukuran

kondisi sosial 0.820

Sumber: Data Primer diolah, 2016

4.9 Kategorisasi dan Crosstabulasi Terhadap Data PT PP Lonsum Sumatra Tbk.

Tabel 4.12

Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak setuju 10 47,6 47,6 47,6

setuju 11 52,4 52,4 100,0

Total 21 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dari Tabel 4.12 dapat dilihat ukuran kondisi sosial dari variabel pendidikan pada buruh PT Lonsum, yang menjawab tidak setuju 47,6% atau

sebanyak 10 responden dan yang menjawab setuju 52,4% atau sebanyak 11 responden.

Tabel 4.13

Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak baik 9 42,9 42,9 42,9 baik 12 57,1 57,1 100,0 Total 21 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dari Tabel 4.13 dapat dilihat ukuran kondisi sosial dari variabel sosial-ekonomi pada buruhh PT Lonsum, yang menjawab tidak baik 42,9% atau sebanyak 9 responden dan yang menjawab baik 57,1% atau sebanyak 12 responden.

Tabel 4.14

Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sering 9 42,9 42,9 42,9

Sering 12 57,1 57,1 100,0

Total 21 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisi Data 2016

Dari tabel 4.14 dapat dilihat interaksi sebagai ukuran kondisi sosial, responden PT Lonsum yang menjawab tidak sering berinteraksi sebanyak 42,9% atau sama dengan 9 responden. Dan yang mmenjawan sering berinteraksi sebanyak 57,1% atau sama dengan 12 responden.

Tabel 4.15

Pendidikan Responden * Pekerjaan Responden Crosstabulasi pekerjaan responden Total buruh kasar buruh profesional pendidikan responden sekolah dasar 1 0 1 SMP/sederajat 2 0 2 SMA/sederajat 13 1 14 perguruan tinggi 0 4 4 Total 16 5 21

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat tabel silang antara pendidikan responden terhadap pekerjaan responden ada sebanyak 1 responden yang bertamatkan sekolah dasar sebagai buruh kasar. Responden yang bertamatkan SMP/Sederajat bekerja sebagai buruh kasar sebanyak 2 responden, tidak ada yang bekerja sebagai buruh profesional. Responden yang bertamatkan SMA/Sederajat bekerja sebagai buruh kasar sebanyak 13 responden, dan sebanyak 1 responden bekerja sebagai buruh profesional. Responden yang bertamatkan perguruan tinggi bekerja sebagai buruh profesional sebanyak 4 responden, dan tidak ada yang bekerja sebagai buruh kasar.

Tabel 4.16

Pendidikan Responden * Penghasilan Responden Crosstabulasi

Pendidikan Responden Penghasilan Responden Total 1.000.000-2.000.000 2.000.000-3.000.000 3.000.000-4.000.000 sekolah dasar 1 0 0 1 SMP/sederajat 2 0 0 2 SMA/sederajat 13 1 0 14 perguruan tinggi 0 0 4 4 Total 16 1 4 21

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat pendidikan responden yang bertamatkan SD dengan penghasilan sebanyak 1 juta-2 juta sebanyak 1 responden, dan tidak terdapat responden dengan penghasilan sebanyak 2 juta-3 juta yang bertamatkan SD, begitu juga dengan penghasilan sebanyak 3 juta-4 juta, tidak terdapat pada responden yang bertamatkan SD. Pendidikan responden yang bertamatkan SMP/sederajat dengan penghasilan 1 juta-2 juta sebanyak 2 responden, tidak terdapat responden yang berpenghasilan 2 juta atau lebih 3 juta pada responden PT Lonsum yang bertamatkan SMP/sederajat. Pendidikan responden yang bertamatkan SMA/sederajat dengan penghasilan 1 juta-2 juta ada sebanyak 13 responden, dan sebanyak 1 responden yang berpenghasilan 2 juta- 3juta dengan bertamatkan SMA/sederajat. Pendidikan responden yang bertamatkan perguruan tinggi tidak terdapat yang memiliki penghasilan sebanyak 1 juta-2 juta, rata-rata responden yang bertamatkan perguruan tinggi memiliki

penghasilan sebanyak 3 juta- 4 juta. Posisi yang memiliki penghasilan dengan 3 juta-4 juta dimiliki oleh buruhh profesional dan menjabat sebagai krani I instansi teknik.

Tabel 4.17

Usia Responden * Penghasilan Responden Crosstabulasi

Usia Responden Penghasilan Responden Total 1.000.000-2.000.000 2.000.000-3.000.000 3.000.000-4.000.000 26-30 0 1 0 1 36-40 7 0 2 9 41-45 6 0 0 6 46-50 1 0 2 3 >50 2 0 0 2 Total 16 1 4 21

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat responden yang berusia 26-30 tahun dengan penghasilan 1 juta- 2juta tidak terdapat di PT Lonsum, terdapat 1 responden yang memiliki penghasilan 2 juta-3 juta, dan tidak ada responden yang memiliki penghasilan 3 juta-4 juta pada usia 26-30 tahun pada PT Lonsum. Responden yang berusia 36-40 tahun dengan penghasilan 1 juta-2 juta sebanyak 7 responden, tidak terdapat responden yang berpenghasilan 2 juta-3 juta pada usia 36-40 tahun, dan sebanyak 2 responden yang memiliki penghasilan 3 juta-4 juta pada usia 36-40 tahun pada PT Lonsum. Responden yang berusia 41-45 tahun dengan

penghasilan 1 juta-2 juta sebanyak 6 responden, tidak terdapat responden yang memiliki penghasilan di atas 2 juta dengan usia 41-45 tahun. Responden yang berusia 46-50 tahun yang berpenghasilan 1 juta-2 juta sebanyak 2 responden, dan responden yang berpenghasilan 3 juta-4 juta sebanyak 2 responden dengan usia 46-50 tahun. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun ada sebanyak 2 responden memiliki penghasilan 1 juta-2 juta per bulan nya, dan tidak terdapat responden dengan usia lebih dari 50 tahun yang memiliki penghasilan lebih dari 2 juta pada PT Lonsum.

4.10 Kategorisasi dan Crosstabulasi Terhadap Data PT Perkebunana Nusantara IV

Tabel 4.18

Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 30 46,9 46,9 46,9

setuju 34 53,1 53,1 100,0

Total 64 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dapat dilihat dari Tabel 4.18 responden buruh PTPN IV yang tidak setuju pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial sebanyak 46,9% atau sama dengan 30 responden. Ada sebanyak 53,1% atau sama dengan 34 responden yang setuju pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial.

Tabel 4.19

Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak baik 28 43,8 43,8 43,8 Baik 36 56,3 56,3 100,0 Total 64 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dari Tabel 4.19 ada sebanyak 43,8% atau 28 responden PTPN IV yang mengatakan tidak baik sosial-ekonomi nya. Dan sebanyak 56,3% atau 36 responden yang mengatakan baik sosial-ekonomi nya.

Tabel 4.20

Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sering 32 50,0 50,0 50,0

sering 32 50,0 50,0 100,0

Total 64 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisi Data 2016

Dari Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa ada sebanyak 50% atau sama dengan 32 responden yang tidak sering berinteraksi dan sebanyak 50% atau sam dengan 32 responden yang sering berinteraksi. Interaksi sebagai ukuruan kondisi sosial pada buruh PTPN IV memiliki frequensi yang seimbang antara sering da tidak sering.

Tabel 4.21

Pendidikan Responden * Status Pekerjaan Responden Crosstabulasi

Pendidikan Responden

Status Pekerjaan Responden

Total buruh kasar buruh profes

sekolah dasar 2 1 3

SMP/sederajat 6 0 6

SMA/sederajat 23 18 41

perguruan tinggi 1 13 14

Total 32 32 64

Dari Tabel 4.21 dapat dilihat responden yang bertamatkan SD (sekolah dasar) yang pekerjaan sebagai buruh kasar sebanyak 2 responden dan pekerjan sebagai buruh profesional sebanyak 1 responden. Responden yang bertamatkan SMP/sederajat , pekerjaan sebagai buruh kasar sebanyak 6 responden dan tidak ada yang responden yang bertamatkan SMP sebagai pekerja buruh profesional. Responden yang bertamatkan SMA/sederajat yang pekerjaan sebagai buruh kasar sebanyak 23 responden dan pekerjaan sebagai buruh profesional sebanyak 18 responden. Responden yang bertamatkan perguruan tinggi yang pekerjaan sebagai buruh kasar sebanyak 1 responden dan pekerjaan sebagai buruhh profesional sebanyak 13 responden. Berdasarkan hasil data yang diperoleh ada responden yang bertamat kan SD sebagai buruh profesional, responden tersebut sudah mengabdi selama ± 35 tahun kepada perusahaan dan memiliki nasib baik sehingga diangkat untuk bekerjaan di kantor bagian sumber daya masyarakat (SMD). Saat ini responden tersebut sudah menjalani sudah menjalanin masa bebas tugas.

Tabel 4.22

Penghasilan Responden * Pendidikan Responden Crosstabulasi pendidikan responden

Total sekolah dasar SMP/sederajat SMA/sederajat perguruan

tinggi penghasilan responden 1.000.000-2.000.000 2 3 6 2 13 2.000.000-3.000.000 0 3 24 1 28 3.000.000-4.000.000 1 0 10 4 15 4.000.000-5.000.000 0 0 1 0 1 6.000.000-7.000.000 0 0 0 1 1 >8.000.000 0 0 0 6 6 Total 3 6 41 14 64

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

Dari tabel 4.22 dapat dilihat responden yang berpenghasilan 1.000.000-2.000.000 per bulan yang bertamatkan SD sebanyak 2 responden, responden yang bertamatkan SMP sebanyak 3 responden, responden yang bertamatkan SMP sebanyak 6 responden, responden yang bertamatkan perguruan tinggi sebanyak 2 responden. Responden yang berpenghasilan 2.000.000-3.000.000 per bulan tidak ada yang bertamatkan SD, responden yang bertamatkan SMP sebanyak 3 responden, responden yang bertamatkan SMA sebanyak 24 responden, responden yang bertamatkan pergutuan tinggi sebanyak 1 responden. Penghasilan responden 3.000.000-4.000.000 yang bertamatkan SD ada sebanyak 1 responden, yang bertamatkan SMP tidak ada yang berpenghasilan 3.000.000-4.000.000, responden yang bertamatkan SMA ada sebanyak 10 responden, responden yang bertamatkan perguruan tinggi sebanyak 4 responden. Sementara penghasilan 4.000.000-5.000.000 per bulan tidak ada yang bertamatkan SD dan SMP, ada sebanyak 1

responden yang bertamatkan SMA yang berpenghasilan 4 juta sampai 5 juta. Responden yang berpenghasilan 6.000.000-7.000.000 tidak ada yang bertamatkan SD, SMP, dan SMA. Responden yang bertamatkan perguruan tinggi ada sebanyak 1 responden yang berpenghasilan 6 juta sampai 7 juta. Responden yang berpenghasilan lebih dari 8 juta berasal dari responden yang bertamatkan perguruan tinggi, dan memiliki posisi di perusahaan sebagai staf dan manajer.

Tabel 4.23

Usia Responden * Status Pekerjaan Responden Crosstabulasi

status pekerjaan responden

Total buruh kasar buruh profesi

usia responden 26-30 4 0 4 31-35 2 3 5 36-40 4 6 10 41-45 7 4 11 46-50 13 8 21 >50 2 11 13 Total 32 32 64

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

Dari tabel 4.23 dapat dilihat responden yang berusia 26-30 tahun sebagai buruh kasar sebanyak 4 responden, dan tidak ada responden yang berprofesi sebagai buruh profesional. Responden yang berusia 31-35 tahun sebagai buruh kasar sebanyak 2 responden, dan yang berprofesi sebagai buruhh profesional sebanyak 3 responden. Responden yang berusia 36-40 tahun sebagai buruh kasar sebanyak 4 responden dan yang berprofesi sebagai buruh profesional sebanyak 6

responden dan yang berprofesi sebagai buruh profesional sebanyak 4 responden. Responden yang berusia 46-50 sebagai buruh kasar sebanyak 13 responden dan yang berprpfesi sebagi buruh profesional sebanyak 8 responden. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebagai buruh kasar sebanyak 2 responden dan yang berprofesi sebagai buruh profesional sebanyak 11 responden.

4.11 Perbandingan Kondisi Sosial Buruh PT PP London Sumatra dengan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV

Tabel 4.24 No Mean Nilai t P PT Lonsum PTPN IV 1. Pendidikan sebagai

ukuran kondisi sosial

3,15 3,06 0,443 0,659

2. Sosial – ekonomi sebagai ukuran kondisi sosial

3,06 3,04 -0,20 0,839

3. Interaksi sebagai ukuran kondisi sosial

3,52 3,53 0,637 0,526

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

Bedasarkan tabel diatas nilai t hitung pada variabel pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial adalah 0,443. Dimana taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% atau 0,05, sehingga didapat ni lai t tabel sebesar 1,660. Dengan demikian 0,443 < 1,660 yang artinya Ho diterima. Berdasarkan probabilitas atau signifikansi: P hasil 0,659 > 0,05, sehingga Ho diterima. Dapat disimpulkan hasil uji- t didapat bawha nilai t hasil lebih kecil dari nilai t tabel, hal

ini bermakna bahwa terdapat persamaan pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV.

Variabel sosial-ekonomi sebagai ukuran kondisi sosial t hitung nya adalah -0,20. Dimana taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% atau 0,05, sehingga didapatkan nilai t tabel sebesar 1,660. Dengan demikian -0,20 < 1,660 yang artinya Ho diterima. Berdasarkan probabilitas atau signifikansi: P hasil 0,839 > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini bermakna bahwa sosial-ekonomi sebagai ukuran kondisi sosial pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV terjadi persamaan.

Variabel interaksi sebagai ukuran kondisi sosial t hitung nya adalah 0,637. Dimana taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% atau 0,05, sehingga didapatkan nilai t tabel sebesar 1,660. Dengan demikian 0,637 < 1,660 yang artinya Ho diterima. Berdasarkan probabilitas atau signifikansi: P hasil 0,526 > 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini bermakna bahwa interaksi sebagai ukuran kondisi sosial pada buruh PT Lonsom dan buruh PTPN IV memiliki persamaan.

Tabel 4.25

Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial Pada Buruh PT PP London Sumatra dan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV

Frequency Percent Cumulative Percent Valid Tidak Setuju 41 48,2 48,2 Setuju 44 51,8 100,0 Total 85 100,0

Berdasarkan Tabel 4.25 dapat dilihat bahwa dari hasil data gabungan responden PT Lonsum dengan PTPN IV, pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial sebanyak 41 responden menyatakan tidak setuju pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial, dan sebanyak 44 responden mengatakan setuju pendidikan sebagai ukuran kondisi sosial.

Tabel 4.26

Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial Pada Buruh PT PP London Sumatra dan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV

Frequency Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Sesuai 35 41,2 41,2

Sesuai 50 58,8 100,0

Total 85 100,0

Berdasarkan Tabel 4.26 dapat dilihat bahwa hasil gabungan dari data responden PT Lonsum dengan responden PTPN IV, ada sebanyak 35 responden yang mengatakan sosial-ekonomi mereka tidak sesuai, dan sebanyak 50 responden mengatakan sesuai terhadap sosial-ekonomi mereka.

Tabel 4.27

Interaksi Sebagai Ukuruan Kondisi Sosial Pada Buruh PT PP London Sumatra dan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Sering 33 38,8 38,8 38,8

Sering 52 61,2 61,2 100,0

Total 85 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.27 dapat dilihat bahwa ada sebanyak 33 responden yang tidak sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar maupun terhadap sesama

pekerja di perusahaan, dan sebanyak 52 responden mengatakan sering melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar serta ke sesama pekerja di perusahaan.

Tabel 4.28

Penghasilan Responden * Perusahaan Responden Crosstabulasi PT Responden Bekerja Total PT PP Lonsum PTPN IV Penghasilan Responden 1.000.000-2.000.000 17 13 30 2.000.000-3.000.000 0 28 28 3.000.000-4.000.000 4 15 19 4.000.000-5.000.000 0 1 1 6.000.000-7.000.000 0 1 1 >8.000.000 0 6 6 Total 21 64 85

Berdasarkan Tabel 4.28 dapat dilihat responden yang berpenghasilan 1 juta-2 juta pada PT Lonsum ada sebanyak 17 responden dan responden yang berpenghasil 1 juta-2 juta pada PTPN IV ada sebanyak 13 responden. Responden yang berpenghasilan 2 juta-3 juta tidak terdapat pada PT Lonsum, sementara responden yang berpenghasilan 2 juta-3 juta pada PTPN IV ada sebanyak 28 responden. Responden yang berpenghasilan 3 juta-5 juta pada PT Lonsum ada sebanyak 4 responden dan sebanyak 15 responden PTPN IV yang berpenghasilan 3 juta-4 juta. Responden yang berpenghasilan 4 juta-5 juta tidak terdapat pada PT Lonsum, sementara responden yang berpenghasilan 4 juta-5 juta pada PTPN IV sebanyak 1 responden. Begitu juga dengan penghasilan 6 juta-7 juta, tidak

terdapat pada PT Lonsum dan sebanyak 1 responden yang berepenghasilan 6 juta-7 juta pada PTPN IV. Responden yang penghasilan nya lebih dari 8 juta pada PT Lonsum tidak terdapat, sementara ada sebanyak 6 responden yang memiliki penghasilan lebih dari 8 juta pada PTPN IV. Penghasilan lebih dari 8 juta biasa nya dimiliki oleh kedudukan sebagai staf dan manajer perkebunan. Pada penelitian ini peneliti tidak memiliki responden yang bertatus sebagai staf maupun manajer pada PT Lonsum.

Tabel 4.29

Pendidikan Responden * Perusahaan Responden Crosstabulasi PT Responden Bekerja

Total PT PP

Lonsum PTPN IV

Pendidikan Responden Sekolah Dasar 1 3 4

SMP/Sederajat 2 6 8

SMA/Sederajat 14 41 55

Perguruan Tinggi 4 14 18

Total 21 64 85

Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat pendidikan responden PT Lonsum yang bertamatkan SD sebanyak 1 responden, responden yang bertamatkan SMP sebanyak 2 responden, responden yang bertamatkan SMA sebanyak 14 responden, dan responden yang bertamatkan perguruan tinggi sebanyak 4 responden. Pendidikan responden PTPN IV yang bertamatkan SD sebanyak 3 responden, responden yang bertamatkan SMP sebanyak 6 responden, responden yang bertamatkan SMA sebanyak 41 responden, dan responden yang bertamatkan perguruan tinggi sebanyak 14 responden.

4.12 Pembahasan

Kondisi sosial adalah suatu keadaan yang dialami kelompok masyarakat di suatu wilayah. Kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita, meliputi: perubahan sosial, tingkatan sosial, dan apa saja yang ada dalam kehidupan sosial. Hal ini berarti bahwa lingkungan sosial juga mempengaruhi pencapaian pendidikan, sosial ekonomi, dan interaksi sosial. Kondisi sosial dapat di lihat dari segi sosial budaya, sosial ekonomi, interaksi sosial, pendidikan, dan keterbukaan sosial. Setiap kelompok masyarakat memiliki situasi atau keadaan sosial yang berbeda – beda dan adapula kesamaan dalam kondisi sosial tergantung pada kelompok sosialnya.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan didapati bahwa terdapat persamaan yang signifikan terhadap kondisi sosial buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV. Kondisi sosial dilihat dari variabel pendidikan: (i) tingkat pendidikan orang tua/buruh perusahaan, seperti yang terlihat pada buruh PT Lonsum baik itu buruh professional maupun buruh kasar, bahwa tingkat pendidikan yang dicapai oleh buruh rata-rata tamatan SMA/sederajat. (ii) tingkat pendidikan anak, buruh yang berperan sebagai orang tua sangat mengupayahkan pendidikan yang terbaik buat anak-anak mereka. Ini terlihat dari adanya bentuk nyata yang diberikan orang tua dalam memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anak mereka. Contoh seperti: les tambahan, memanggil guru private ke rumah. (iii) penanaman nilai-nilai terhadap anak, dalam penanaman nilai-nilai-nilai-nilai buruh selaku orang tua selalu memberikan motivasi terhadap anak-anak mereka dan memeberikan penjelasan-penjelasan sederhana bahwa pendidikan sangat membatu untuk penyiapan tenaga

kerja dikemudian hari. Ini berarti bahwa buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV dilihat dari variabel pendidikan memiliki persamaan.

Berdasarkan hasil data kuantitatif dilihat dari sosial ekonomi sebagai variabel kondisi sosial menunjukan persamaan antara buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV, sebagi berikut: (i) keadaan demografi, dimana masing-masing buruh di kedua perusahaan merasa puas dalam keadaan domografi yang disediakna oleh perusahaan. (ii) fasilitas kesehatan, buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV merasa puas dengan fasilitas kesehatan yang tersedia. (iii) kondisi perumahan, fasilitas perumahan yang diberikan perusahan sudah layak huni menurut buruh di masing-masing perusahaan. Dengan tersedianya air bersih, listrik, saluran pembuangan kotoran,atap tidak bocor, dan keadaan rumah yang baik. (iv) sosial budaya, yang menjadi budaya masyarakat perkebunan dalam pengamanan lingkungan adalah secara bergilir untuk jaga malam atau meronda, dan menjaga kebersihan lingkungan dengan kegiatan gotong-royong. Buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV sama-sama menjalankan tugas mereka sesuai dengan aturan yang berlaku. (v) kesejateraan rumah tangga, baik buruh PT Lonsum maupun PTPN IV merasa sudah dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan upah yang diterima dari perusahaan. (vi) bantuan dan santunan, perusahaan PT Lonsum dan PTPN IV telah memberikan bantuan dan santunan yang selayaknya bagi para buruh nya. Dilihat dari data kuantitatif bahwa buruh merasa terbantu dengan sumbangsi perussahaan terhadap mereka. (vii) pendidikan sebagai penunjang ekonomi keluarga, dimana buruh hampir rata-rata mendapatkan posisi pekerjaan sesuai dengan pencapain pendidikan yang dimiliki.

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif melalui wawancara terhadap responden dilihat dari kondisi sosial sebagai variabel sosial, terdapat ketidak-sinkronan data di dalam sub-indikator fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang diberikan PT Lonsum terhadap buruhnya kurang maksimal dan tidak memenuhi kebutuhan oprasional. Dimana perusahaan hanya memberikan klinik dengan ukuran minimal dan perlengkapan seadanya saja. Pada sub-indikator kesejahteraan rumah tangga, juga terdapat ketidak-singkronan data dari hasil penelitian kuantitatif dengan hasil penelitian kualitatif. Dimana buruh pada PT Lonsum tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga nya dengan upah yang diberikan perusahaan. Dari hasil wawancara yang diperoleh terhadap buruh kasar/mandor lapangan pada PT Lonsum, buruh merasa tidak puas terhadap upah yang diberikan perusahaan dengan jam kerja selama 12 jam. Menurut responden upah yang diberikan terlalu minimal dan tidak sebanding jika dilihat dari jam kerja. Disatu sisi responden sangat membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup sehingga harus tetap bertahan. Ketidak singkronan data berikut nya dalam sosial ekonomi sebagai variabel kondisi sosial adalah pada sub-indikator bantuan dan santunan yang diberikan perusahaan. dari hasil penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap responden ternyata perusahaan PT Lonsum tidak ada memberikan bantuan pendidikan terhadap anak-anak buruh PT Lonsum, berbeda dengan PTPN IV yang memberikan bantuan pendidikan serta beasiswa terhadap anak-anak buruh yang berprestasi. PTPN IV juga memberikan santunan kepada anak-anak buruh yang bersekolah diluar kota, misalkan dengan memberikan dana sebagai ganti terhadap biaya kos-kosan dengan memberikan bukti seperti surat keterangan dari luruh setempat. PTPN IV juga memberikan

jaminan kesehatan sebelum dikeluarkan nya kebijakan BPJS, seperti rujukan ke Rumah Sakit yang menjalin kontrak ataupun hubungan dengan PTPN IV di Rumah Sakit Medan. Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, kondisi sosial dilihat dari variabel interaksi sosial pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV memiliki persamaan. Dengan sub-indikator sebagai berikut: (i) solidaritas, didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama, terdapat pada buruh PT Lonsum maupun buruh PTPN IV sehingga terjalin hubungan yang harmonis di masing-masing kelompok buruh. (ii) keterbukaan, keterbukaan yang dimaksud pada bagian ini adalah ketersediaan dalam menerima perubahan kearah yang lebih baik dan ketersediaan dalam memberikan informasi. Dari hasil data penelitian kuantitatif, dapat disimpulkan bahwa masing-masing buruh pada perusahaan memiliki keterbukaan yang sama. Buruh PT Lonsum maupun buruh PTPN IV sangat bersedia untuk menerima perubahaan jika perubahan itu membawa kearah yang positif serta sanagt bersedia untuk memberikan informasi jika ada anggota masyarakat setempat yang membutuhkan nya. (iii) hubungan secara vertikal dan horizontal, hubungan yang dimaksud adalah tingkat keharmonisan antara sesama buruh (buruh kasar dengan buruh kasar, buruh professional dengan buruh professional) dan antara buruh kasar dengan buruh profesional. Tidak atas batasan-batasan dalam interaksi antara buruh professional dengan buruh kasar,

Dokumen terkait