• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kondisi Sosial Buruh PT PP London Sumatra Tbk. dengan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV (Studi Komparatif di Desa Sei Bejangkar Kab. Batubara dan Desa Padang Matinggi Kab. Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kondisi Sosial Buruh PT PP London Sumatra Tbk. dengan Buruh PT Perkebunan Nusantara IV (Studi Komparatif di Desa Sei Bejangkar Kab. Batubara dan Desa Padang Matinggi Kab. Simalungun)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin, 2004. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis ( edisi revisi ). Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2005. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Format-format kuantitatif dan

kualitatif. Jakarta: Airlangga Universitas Perss.

Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danandjaja. 2012. Metodologi Penelitian Sosial Disertai Aplikasi SPSS For

Windows. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jhonson, Doyle Paul. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta; Prenada Media Group.

Jan Breman. 1997. Menjinakkan Sang Kuli, Politik, Kolonial pada Awal Abad

ke-20, Jakarta: Pusaka Utama Grafiti.

Faisal, Sanapiah. 2007. Format – Format Penelitian Sosial Dasar – Dasar dan

Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Lawang. Robert M. Z. 2004. Kapital Sosial. Edisi Pertama. Depok. Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(2)

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial). Depok; PT Rajagrafindo Persada.

Narwoko, J.Dwi dan Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ritzer, George dan J.Goodman, Douglas. 2003. Teori Sosiologi Modern. Edisi Keenam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silalahi, Ulber. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Scott, John. 2003. Sosiologi The key Concepts. Jakarta Utara: Raja Grafindo Persada.

Scott, Jhon. 2012. Teori Sosiologi (Masalah-masalah Pokok dalam Sosiologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, 2004, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

(3)

(diakses pada 22 agustus 2015 pukul 16 : 18)

Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 mengenai Perkebunan

Perjanian Kerja Bersama ( PKB ) PT. Perkebunan Nusantara IV ( PERSERO )

(diakses pada 26 agustus pukul 0 : 00 )

(diakses pada 26 agustus pukul 0 : 00)

Muchsin 2004: 14, Jurnal Ekosains.

Dermarest et all, 1993, dalam Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol 7 No.1, April 2010.

(4)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis studi perbandingan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Menurut Nawawi (1994) metode komparatif adalah metode membandingkan satu variabel atau lebih dengan sampel besar, atau penelitian dilakukan dengan mengkaji beberapa fenomena-fenomena sosial, sehingga ditemukan pola perbedaan dan pola kesamaan.

(5)

diperoleh lebih akurat. Proses pengolahan data menggunakan SPSS dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Pengeditan Data (Editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat pemasukan data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner 3. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara menghitung data secara statistik untuk diolah dan dianalisis menggunakan SPSS.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

adalah pengecekan data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemukiman buruh di PT. PP. Lonsum Divisi 03 Sei Bejangkar Kab. Batubara dan pemukiman buruh di PTPN IV Unit Padang Matinggi Kab. Simalungun. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

(6)

yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal. Perkebunan PTPN IV merupakan salah satu perkebunan milik pemerintahan kolonial belanda yang telah dinasionalisasi pemerintah, sehingga saya menilai sangat representatif menjadi lokasi penelitian saya. b. PT. PP. LONSUM sendiri merupakan satu - satunya perusahaan

perkebunan yang berdiri pada jaman kolonial belanda yang masih bertahan sampai saat ini dengan status perusahaan swasta yang mungkin saja masih mewarisi sistem manajemen tenaga kerja dari masa kolonial dahulu. PT.PP. Lonsum memiliki 4 divisi, yaitu : (1) 01 Dolok (2) 02 Dolok (3) 03 Seibejangkar (4) 04 Tratak. Hal inilahyang menjadi alasan saya menjadikan PT. PP. LONSUM sebagai pembanding kondisi kehidupan sosial buruh pada perkebunan.

c. Lokasi penelitian pada PTPN IV unit Padang Matinggi Kabupaten Simalungun Kecamatan Ujung Padang berdekatan dengan PT. PP. Lonsum 03 Seibijangkar Kabupaten Batubara Kecamatan Sei Balai, sehingga peneliti tertarik untuk membandingkan kedua PT tersebut.

3.2.1 Sejarah Singkat PT PP London Sumatera

(7)

mengelola perkebunan karet, kopi, kakao dan teh di era sebelum perang dunia. Dari tahun 50-an sampai 70-an, Lonsum memfokuskan pada tanaman karet sebagai komoditas utama, yang selanjutnya memasuki pertengahan tahun 80-an diversifikasi ke tanaman kelapa sawit mulai dilakukan yang menggantikan tanaman karet sebagai komoditas utama pada pergantian abad terakhir ini.

(8)

satu pabrik di Sumatera Utara. Di akhir tahun 2014, Lonsum juga merupakan salah satu produsen CSPO terbesar di Indonesia, dengan produksi CSPO mencapai sekitar 44% dari total produksi minyak sawit (CPO) (profil perusahaan, 2011). Yang menjadi lokasi penelitian adalah PT PP Lonsum yang berada di Sumatra. PT PP Lonsum 03 Sei Bejangkar Kec. Sei Balai Kab. Batubara, Sumatra Utara. Luas area kebun Sei Bejangkar ± 812 Ha dengan intensitas tenaga 89 orang : ± 812 Ha = 0.01.

3.2.2 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV

(9)

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang karakteristiknya ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh buruh yang berada pada pemukiman buruh di desa Seibijangkar Kab.Batubara dan pemukiman buruh di desa Padang Matinggi Kab.Simalungun. Dengan jumlah 89 orang (buruh) di PT PP LONSUM 03 Sei Bejangkar Kab.Batubara dan dengan jumlah 468 orang (buruh) di PTPN IV unit Padang Matinggi Kab.Simalungun. Jumlah seluruh populasi untuk kedua PT = 89 + 468 = 557 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Untuk menghitung sampel yang akan diteliti pada penelitian ini digunakan rumus Taro Yamane, sebagai berikut :

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Level signifikansi yang diinginkan (umumnya 0,05 untuk bidang non-eksak dan 0,01 untuk bidang eksakta).

Batasan kesalahan yang diinginkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90% Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

� = 557

(10)

= 84,77 = 85buruh

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak berkelompok. Teknik ini merupakan teknik memilih sebuah sampel dari 2 kelompok buruh yang berbeda, yaitu buruh PT. PP. Lonsum dan buruh PTPN IV. Dimana dari setiap buruh peneliti membagi lagi buruh menjadi 2 kelompok berdasarkan strata sosialnya, yaitu buruh professional dan buruh kasar. Berikut jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini:

1) Buruh PT. PP. Lonsum 03 Sei Bejangkar dengan jumlah 21 responden, dibagi menjadi 2 kelompok:

a. Buruh professional 5 responden b. Buruh kasar 16 responden

2) Buruh PTPN IV unit Padang Matinggi dengan jumlah 64 responden, debagi menjadi 2 kelompok:

a. Buruh professional 32 responden b. Buruh kasar 32 responden

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(11)

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari. ( Saifuddin Azwar, 2004: 91 ) a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap

objek yang akan diteliti untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek peneliti adalah buruh professional dan buruh kasar dimasing-masing PT: PT. PP. Lonsum (pemukiman desa Seibijangkar Kab.Batubara) dan PTPN IV (pemukiman desa Padang Matinggi Kab.Simalungun). b. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan secara tertulis yang berisi jawaban

yang diperoleh dari responden sebagai informasi mengenai penelitian. Kuesioner akan disebarkan kepada masing-masing responden yang merupakan buruh, baik itu buruh kasar maupun buruh profesional di pemukiman buruh di masing-masing pemukiman. Isi kuesioner merupakan pertanyaan sebesar 31 pertanyaan dengan bersifat tertutup dimana setiap pertanyaan dikelompokkan berdasarkan indikator dari variabel, yaitu sebagai berikut:

(12)

c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara berkomunikasi langsung dengan responden untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Saifuddin Azwar, 2004: 91). Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang berisikan tentang kondisi sosial, keterbukaaan sosial, dan interaksi sosial, yang dianggap relevan dengan yang masalah diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data

Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Tahapan yang dilakukan yaitu dengan pengolahan data dengan menggunakan system IBM SPSS versi 23. Analisis data dilakukan peneliti dengan menggunakan:

3.5.1 Analisis Tabel Tunggal

(13)

awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori.

3.5.2 Uji - T

Uji-T adalah salah satu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan (meyakinkan) dari dua buah rata-rata sampel (dua buah variable yang dikomparatifkan). Uji-T dikembangkan oleh William Seely Gosset seorang konsultan statistic Irlandia pada 1915. Ia menggunakan nama samaran “student” dengan huruf “t” pada istilah uji-T sehingga uji-T dikenal dengan istilah “student T”. Penggunaan uji-T dapat dibedakan dalam:

1. Uji-T untuk sampel kecil dan sempel besar yang berkorelasi. 2. Uji-T untuk sampel kecil dan sampel besar yang tidak berkorelasi. Besarnya koefisien komparatif dengan menggunkan uji-T diberi symbol to

(tobservasi), angkanya dapat bertanda positif dan negative. Misalnya to = -3,221 sama

artinya dengan to = 3,221, kedua to ini diartikan ada selisih derajat perbedaan

sebesar 3,221. Cara memberikan interprestasi terhadap to adalah dengan

merumuskan hipotesa alternative (Ha) yang menyatakan ada perbedaan dan hipotesa nol (Ho) menyatakan tidak ada perbedaan. Setelah itu mencari df dan atau db, lalu dengan besarnya df atau db tersebut berkonsultasi pada table nilai T hasilnya disebut ttabel (tt). Selanjutnya bandingkan to dengan tt dengan ketentuan:

 Bila to sama dengan atau lebih besar dari tt maka hipotesa nol (Ho)

ditolak, yang diberarti ada perbedaan yang signifikan.

 Bila to lebih kecil dari tt maka hipotesa nol (Ho) diterima, yang berarti

(14)

Pada penelitian ini, uji-T yang digunakan adalah uji-T untuk sampel-sampel yang berkorelasi adalah nilai atau skor dari kedua sampel-sampel diambil dari subjek yang sama atau dari subjek yang berbeda namun harus tetap memiliki karakter yang sama. Analisis data dalam pendekatan kuantitatif dilakukan dengan pengujian secara statistic data yang terkumpul maka penyajian data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase yang kemudian diteruskan dengan mengedit dan menganalisanya (Singarimbun, 1989).

3.5.3. Kategorisasi Data

Kategorisasi dalam uraian ini terdiri atas (1) funsi dan prinsip kategorisasi dan (2) langka-langkah kategorisasi yang diuraikan sebagai berikut:

1. Fungsi dan Prinsip Kategorisasi.

Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran,intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu. Selanjutnya Linclon dan Guba menguraikan kategorisasi adalah (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan, (2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data, dan (3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lain megikuti prinsip taat asas.

2. Langkah-langkah kategorisasi

(15)

kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan. Setelah selesai di analisis, sebelum menafsirkan penulis wajib mengadakan pemeriksaan terhadap keapsahan datanya, pemeriksaan itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data.

3.5.4 Crosstabulasi

Analisis crosstab adalah suatu metode analisis berbentuk tabel, dimana menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Singkatnya, analisis crosstab merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Tabel yang dianalisis di sini adalah hubungan antara variabel dalam baris dengan variabel dalam kolom.

Crosstabs (Tabulasi Silang) merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris. Crosstabs ini mudah dipahami karena menyilangkan dua variabel dalam satu tabel.

3.6 Keterbatasan Penelitian

(16)

1. Keterbatasan dalam penyebaran kuesioner karena penyebaran dilakukan dalam dua tempat yang berbeda yang masing-masing tidak berdekatan dan berbeda Kabupaten

2. Keterbatasan dalam kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah.

3. Keterbatasan dalam mendapatkan teori dan pemahaman analisis data perbandingan. Pemilihan teori yang cocok dan analisis yang tidak mudah sehingga membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam menyelesaikannya.

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat PP PT Lonsum Indonesia Tbk.

Sejarah PP PT London Sumatra Indonesia Tbk. dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat Medan, Sumatera bagian utara. Berawal dari perkebunan kecil inilah Perseroan berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka, memiliki lebih kurang 90.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh, dan kakao yang tertanam di tempat pulau terbesar Indonesia.

Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan (usaha penganekaragaman product) tanamannya menjadi tananaman karet, teh, kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980. Pada akhir decade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan.

(18)

kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.

PT PP Lonsum telah go public pada tahun 1996 dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd (anak perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk) menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama.

4.1.1.1 Lokasi dan Batas Wilayah Divisi 03 Sei Bejangkar

Melalui jalan Medan ke Tebing Tinggi sebelum tiba di Kisaran dibutuhkan waktu selama 3 jam 35 menit atau sejauh 144 km untuk sampai ke PT PP Lonsum Indonesia Tbk devisi 03 Sei Bejangkar. Topografi tanah keadaanya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Cokelat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC). Kebun PT Lonsum devisi 03 memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) ±812 Ha.

4.1.2 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang sejak zaman belanda.

(19)

Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958, perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh pemerintah RI, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967 Pemerintah melakukan pengelompokan menjadi perusahaan Terbatas Persero, dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero).

Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP. Sumut –III, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1996 semua PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali melalui penggabunan dan pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN –I s.d. PTPN –XIV). Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII, diberi mana PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend Soeprapto No 2 Medan.

PTPN IV sebagai BUMN yang bergerak pada bidang usaha agroindustry. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industry, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan lainnya.

(20)

4.1.2.1 Lokasi dan Batas Wilayah Kebun Padang Matinggi

Padang matinggi ± 183 KM dari kota Medan dan 85 KM dari kota Pematang Siantar. Letak kebun Padang Matinggi berada pada ketinggian ± 9 m diatas permukaan laut dengan topografi datar bergelombang namun terdapat areal berbukit dan lengkungan / rendahan.

Kebun Padang Matinggi terletak di K

ec. Ujung Padang Kab. Simalungun Provinsi Sumatera Utara dengan batas – batas sebagai berikut :

1. Sebelah selatan berbatasan dengan Aek Nauli, Desa Teratak Nagodang, Nagori Teratak Bulu Duri, Nagori Tanjung Marihat, Kebun Tinjowan. 2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa / Nagori Aek Nauli, dan Kebun

Tinjowan.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Pulau Pitu Marihat, Nagori Sayur Matinggi, dan kebun Tinjowan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Aek Gerger, Nagori Ujung Bayu, dan Aek Nauli.

(21)

4.2 Komposisi Buruh / Pekerja

Tabel 4.1

Data Buruh Berdasarkan Tempat Bekerja

No. Nama Perusahaan Frekuensi Persen

1. PP PT London Sumatra Tbk. devisi 03 Sei Bejangkar

89 15,98%

2. PT Perkebunan Nusantara IV unit Padang Matinggi

468 84,02%

Jumlah 557 100%

4.3 Deskripsi Fasilitas dan Prasarana yang Disediakan Perusahaan

4.3.1 PT PP London Sumatra Indonesia Tbk devisi 03 Sei Bejangkar

Dalam kompleks permikiman karyawan PP PT London Sumatra Tbk. Kab. Batubara tersedia fasilitas maupun prasarana bagi karyawan nya. Prasaran pendidikan yang kurang memadai hanya tingkat Sekolah Dasar (SD). Fasilitas ibadah, kesehatan, dan prasarana olah raga.

Fasilitas dan Prasarana yang disediakan Perusahan sebagai berikut : a. Masjid : 1 buah

(22)

4.3.2 PT Perkebunan Nusantara IV unit Padang Matinggi

Dalam Kompleks permukiman karyawan PTPN IV di Kab. Simalungun tersedia fasilitas maupun prasarana yang memadai bagi masyarakat nya, sehingga masyarakat tidak harus keluar kompleks pemukiman dalam hal – hal tertentu. Prasarana pendidikan yang cukup memadai sampai tingkat menengah. Fasilitas ibadah yang memadai bagi masyarakat. Fasilitas kesehatan dan juga sarana olah raga bagi masyarakat.

Fasilitas dan Prasarana yang disediakan Perusahaan sebagai berikut :

a. Masjid : 2 buah

b. Musholla : 5 buah

c. Gereja : 2 buah

d. Rumah Sakit : 1 buah e. Taman Kanak – kanak : 1 buah

f. SD : 1 buah

g. SMP : 2 buah

h. SMA : 1 buah

i. L. Bola Kaki : 2 buah

j. L. Volly : 3 buah

k. L. Tennis : 2 buah

l. L. Golf : 1 buah

m. Wisma : 1 buah

(23)

4.4 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah buruh yang bekerja di:

1. PP PT Lonsum Sumatera Indonesia Tbk devisi 03 Sei Bejangkar, sebanyak 21 responden.

2. PT Perkebunan Nusantara IV unit Padang Matinggi, sebanyak 64 responden.

Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data yang dianalisa pada bab ini adalah sebagai berikut:

4.5 Identitas Responden

Tabel 4.2

Identitas responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Laki-laki 67 78.8 78.8 78.8

Perempuan 18 21.2 21.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber : Data Kuesioner, Januari 2016

(24)

laki-laki adalah 67 jiwa atau 78,8 % dan jumlah responden perempuan adalah 18 jiwa atau 21,2 % jiwa.

Tabel 4.3

Identitas responden berdasarkan PT Responden Bekerja

Perusahaan Frequency Percent

Valid

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan hasil yang didapat dari data kuesioner, jumlah buruh yang menjadi responden, bekerja pada PP PT Lonsum Devisi 03 Sei Bejangkar sebanyak 21 buruh atau sama dengan 24,7% dan jumlah buruh yang bekerja di PTPN IV unit Padang Matinggi sebanyak 64 buruh atau sama dengan 75,3%. Jumlah responden ditentukan sesuai dengan teknik acak berkelompok. Teknik ini merupakan teknik memilih sebuah sampel dari 2 kelompok buruh yang berbeda.

Tabel 4.4

Status Pekerjaan Responden

Status Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Buruh Kasar 49 57.6 57.6 57.6

Buruh Profesional 36 42.4 42.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

(25)

Berdasarkan hasil kuesioner, dapat dilihat bahwa jumlah buruh kasar dari gabungan kedua PT, baik PTPN IV dan PP PT Lonsum adalah 49 buruh atau sama dengan 57,6% dari total buruh yang menjadi responden. Dan sebanyak 36 buruh atau sama dengan 42,4% buruh yang bekerja sebagai buruh professional. Pembagian jenis kasta dalam penelitian ini berguna untuk mempermudah peneliti dalam melihat jika nanti ditemukannya perbedaan ataupun persamaan antara masing masing kasta dalam interaksi yang terbangun.

Tabel 4.5

Identitas Responden Berdasarkan Usia

Usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

26-30 5 5.9 5.9 5.9

31-35 6 7.1 7.1 12.9

36-40 18 21.2 21.2 34.1

41-45 17 20.0 20.0 54.1

46-50 24 28.2 28.2 82.4

>50 15 17.6 17.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

(26)

Tabel 4.6

Penghasilan Responden

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

1.000.000-2.000.000 30 35.3 35.3 35.3

2.000.000-3.000.000 28 32.9 32.9 68.2

3.000.000-4.000.000 19 22.4 22.4 90.6

4.000.000-5.000.000 1 1.2 1.2 91.8

6.000.000-7.000.000 1 1.2 1.2 92.9

>8.000.000 6 7.1 7.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

(27)

Tabel 4.7

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir

Responden Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat, mayoritas responden berpendidikan SMA/sederajat, ada sebanyak 64,7% atau 55 responden yang pendidikan terakhirnya SMA/sederajat. Banyak responden yang merasa tidak puas dengan pendidikan terakhir mereka, pada umumnya ketidak-puasan dirasakan pada buruh professional yang bekerja dikantoran. Status pendidikan yang baik dibutuhkan untuk pengangkatan golongan.

Tabel 4.8

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pasangan

Pendidikan Terakhir

Pasangan Responden Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(28)

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 4.8, ada sebanyak 10 orang (11,8%) pasangan responden yang berstatus pendidikan terakhirnya SD (sekolah dasar). Terdapat 18 orang (21,2%) yang pasangan nya berstatus pendidikan terakhirnya SMP/sederajat. Ada sebanyak 30 orang (44,7%) pasangan yang berstatus pendidikan terakhirnya SMA/sederajat. Dan 19 orang (22,4%) pasangan responden yang berstatus pendidikan terakhirnya melanjut Perguruan Tinggi (S1). Data ini dibutuhkan peneliti untuk melihat apakah pendidikan menjadi dasar dalam memilih pasangan hidup. Sehingga peneliti dapat melihat tingkat penting atau tidak pentingnya pendidikan menurut responden.

Tabel 4.9

Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

1anak 17 20.0 20.0 20.0

2anak 20 23.5 23.5 43.5

3anak 31 36.5 36.5 80.0

4anak 10 11.8 11.8 91.8

5anak 5 5.9 5.9 97.6

6anak 2 2.4 2.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber: Data Kuesioner, Januari 2016

(29)

peneliti untuk membantu peneliti melihat sejauh mana responden memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.

Tabel 4.10

Identitas Responden Berdasarkan Agama

Agama Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Islam 54 63.6 63.6 63.6

Katolik 1 1.2 1.2 64.8

Protestan 30 35.2 35.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

Sumber : Data Kuesioner, Januari 2016

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.10 dapat dilihat, jumlah responden buruh Islam ada 54 orang atau sama dengan 63.6%. Jumlah responden buruh Katolik ada 1 orang atau sama dengan 1.2%. Jumlah responden buruh Kristen ada 30 orang atau sama dengan 35.2%.

4.6 Kondisi Sosial PT PP London Sumatra Tbk. Divisi 03 Sei Bejangkar

4.6.1 Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

(30)

responden menjawab tidak setuju mengupayahkan memberi pendidikan terbaik untuk anak – anak mereka, sementara dari nilai mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 33.3% responden menjawab tidak setuju dan 19% responden menjawab sangat setuju selektif dalam memilih pasangan hidup, terutama soal tingkat pendidikan. Bentuk pengupayaan yang dilakukan buruh selaku orang tua adalah dengan memberikan pelajaran tambahan seperti: memberikan bimbingan belajar di luar sekolah, memanggial guru private ke rumah.

Berdasarkan Tabel lampiran diketahui bahwa frekuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 orang (0%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Dari tabel dibawah dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum menjawab sangat setuju pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini :

“…bapak meskipun hanya tamatan SMP/sederajat, bagi bapak

pendidikan sangat lah penting, supaya kita tidak ketinggalan

jaman, tidak dibodoh – bodohin, dan tidak susah seperti keadaan

bapak saat ini nak, hanya pekerja lapangan…”

(31)

(19%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0 orang (0%). Dari pengalaman pribadi responden buruh PT Lonsum, bahwa pendidikan sangat mempengaruhi posisi atau kedudukan dalam pekerjaan. Responden merasa tidak puas dengan pencapaian pendidikan yang dia miliki, karena pendidikan yang saat ini dimiliki tidak mampu mengantarkan responden ke level atau tahap yang lebih baik dalam karir.

Dalam mengupayahkan pendidikan yang terbaik untuk anak, responden buruh pada PT Lonsum yang menjawab sangat mengupayahkan sebanyak 15 orang (71.4%). Responden yang menjawab mengupayahkan 5 orang (23.8%). Responden yang mejawab sekedarnya sebanyak 1 orang (4.8%). Dan tidak ada responden yang menjawab tidak mengupayahkan pada bagian ini.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan membantu memperbaiki keadaan ekonomi adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 8 orang (38.1%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 11 orang (52.4%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (4.8%).

(32)

puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki, hal ini dikarenakan mereka banyak yang hanya tamatan SMP/sederajat dan SMA/sederajat.

Freskuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 13 orang (61.%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 orang (9.5%). Menurut responden buruh PT Lonsum dari hasil wawancara bahwa dengan pendidikan mereka dapat menempatkan diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.

Dalam penanaman nilai – nilai kepada anak bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja, responden menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang (76.2%) dan responden menjawab setuju sebanyak 5 orang (23.8%). Tidak ada responden yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju. Buruh pada PT Lonsum secara keseluruhan menjawab sangat setuju menanamkan nilai – nilai kepada anak bahwa pendidikan penting sebagai penyiapan tenaga kerja, hal ini dikarnakan mereka menyadari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan. Dengan pendidikan setidaknya seseorang telah mampu untuk melahirkan inspirasi-inspirasi baru yang dapat menolong dirinya untuk bertahan hidup.

(33)

bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum menjawab kurang setuju dan tidak setuju dalam selektif memilih pasangan hidup, seperti yang diungkapkan salah satu buruh pada PT Lonsum sebagai berikut:

“….buat bapak tidak terlalu penting, yang terpenting istri bapak

bisa urus anak – anak dan jago masak saja sudah ok…”

4.6.2 Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Berdasarkan hasil tabel pada bagian lampiran dapat dilihat nahwa nilai mean tertinggi pada buruh PT Lonsum adalah mengutamakan SMK3/Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (mean 3.95 dam standar deviasi 0.22) dan nilai mean terendah adalah upah cukup untuk memenuhi kebutuhan tersier (mean 1.00 dan standar deviasi 0.00). Dari hasil nilai mean tertinggi diketahui bahwa sebanyak 95.2% menjawab sangat setuju dan sebanyak 0% menjawab tidak setuju dalam mengutamakan SMK3, sementara dari nilai mean terendah dapat dilihat bahwa seluruh responden pada buruh PT Lonsum menjawab tidak setuju upah yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan tersier, mereka.

Berdasarkan tabel lampran dapat diketahui bahwa frekuensi respponden buruh pada PT Lonsum dalam sosial-ekonomi sebagai kondisi sosial untuk strategis letak perumahan yang disediakan adalah sebagai berikut; yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 orang (61.9%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 7 orang (33.3%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 1 orang (4.8%). Dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dalam strategis letak perumahan yang disediakan perusahaan.

(34)

sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 10 orang (47.6%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 4 orang (19%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebnayak 2 orang (9.5%). Namun dari hasil wawancara yang diperoleh oleh peneliti didapati ketidak sesuaian data dilapangan, dimana fasilitas kesehatan yang tersedia tidak dapat memenuhi standar pertolongan pertama bagi keselamatan pekerja PT Lonsum. Yang tersedia hanya kelinik berukuran 4 x 4 m, dengan alat-alat kesehatan sekedarnya saja.

Ada pun jawaban responden buruh pada PT Lonsum terhadap penghasilan dapat memenuhi melanjutkan pendidikan anak ke jenjang lebih tinggi adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 3 orang (14.3%). Responen yang menjawab memenuhi sebnayak 8 orang (38.1%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 4 orang (19%). Dari jawaban responden pada buruh PT Lonsum dapat dilihat bahwa hampir 50% buruh penghasilannya kurang memenuhi atau tidak memenuhi untuk melanjutkan pendidikan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti penyataan sala satu buruh PT Lonsum berikut ini:

“….bapak pinginnya sih anak bapak bisa sarjana nak, tapi upah

bapak sebagai pekerja lapangan saja udah pas – pas buat makan.

Kalau bisa kuliah biaya sendiri lah , ya itupun kalau anaknya

bapak mau….’.

(35)

listrik, pembuangan limbah) adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab baik sebanyak 6 orang (28.6%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab tidak baik sebanyak 0%.

Gambar 4.1 Perumahan PT Lonsum

Berdasarkan tabel pada lampiran, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum terhadap asuransi kesehatan, bantuan pendidikan yang disediakan perusahaan telah sesuai dengan yang diharapkan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sesuai sebanyak 11 orang (71.4%). Responden yang menjawab sesuai sebanyak 9 orang (42.9%). Responden yang menjawab kurang sesuai sebanyak 1 orang (4.8%). Tidak ada responden yang menjawab tidak sesuai. Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 0% responden menjawab tidak sesuai terhadap asuransi kesehatan, bantuan pendidikan yang seperti yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:

“…kalau untuk bantuan pendidikan bagi pekerja lapangan tidak

ada, mungkin bagi pekerja kantoran itu disediakan, kalau asuransi

(36)

Responden PT Lonsum dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan seperti gotong – royong, jaga malam adalah sebagai berikut; respondena yang menjawab selalu mengikuti sebanyak 15 orang (71.4%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 3 orang (14.3%). Tidak ada responden yang menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan perusahaan. Tabel lampiran menunjukan bahwa responden buruh pada PT Lonsum banyak menjawab selalu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan. Responden menjelaskan bahwa kegiatan tersebut memang wajib dilaksanakan untuk tetap menjaga keamanan, dan kebersihan lingkungan bersama.

(37)

“….koperasi Perusahaan sangat membantu, kita meminjam dengan

bunga rendah dan cara pembayarannya langsung potong upah per

tiap bulannya, jadi tidak terasa pinjaman sudah lunas saja….’.

Dalam menggunkan koperasi yang disediakan perusahaan dengan pinjaman, responden buruh pada PT Lonsum yang menjawab sangat sering meminjam sebanyak 15 orang (71.4%). Responden yang menjawab sering meminjam sebanyak 4 orang (19%). Responden yang menjawab jarang meminjam sebanyak 2 orang (9.5%). Tidak ada respoden yang menjawab tidak pernah meminjam ke koperasi perusahaan.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam Perusahaan telah dengan baik memberikan bantuan dan santuan kepada para pekerja nya adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 0%. Responden yang menjawab baik sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 7 orang (33.33%). Tidak ada responden yang menjawab tidak baik dalam bantuan dan santunan perusahaan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum menjawab baik untuk Perusahaan dalam memberikan bantuan dan santunan. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“…Perusahaan tidak memberikan bantuan seperti ; pendidikan,

dan asuransi kesehatan hanya saja memberikan klinik untuk

(38)

Dalam mengutamakan system manajemen keselamatan kesehatan kerja (SMK3), responden buruh pada PT Lonsum yang menjawab sangat mengutamakan sebanyak 20 orang (95.2%). Responden yang menjawab mengutamakan sebanyak 1 orang (4.8%). Tidak ada responden yang menjawab kurang mengutamakan dan tidak mengutamakan dalam SMK3. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan responden menjawab sangat mengutamakan SMK3. Seperti pernyataan salah satu buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“….PT PP Lonsum Indonesia Tbk sangat mengutumakan

keselamatan para pekerjanya karna itu sudah menjadi kewajiban

sebuah perusahaan untuk mengutamakan keselamatan pekerjanya,

dan itu ada di dalam UU…”

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat juga jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam memenuhi kebutuhan sekunder, adapun responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 1 orang (4.8%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 12 orang (57.1%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 7 orang (33.33%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 1 orang (4.8%).

(39)

sekunder nya. Dapat dilihat dari tabel di atas rata – rata responden buruh pada PT Lonsum dapat memenuhi kebutuhan primer mereka.

Frekuensi responden pada PT Lonsum dalam memenuhi kebutuhan tersier adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 0%. Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 0%. Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 0%. Dan responden yang menjawab tidak dapat memenuhi sebanyak 100%. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden buruh pada PT Lonsum yang dapat memenuhi kebutuhan tersier mereka.

4.6.3 Interaksi Sosial Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Berdasarkan hasil tabel bagian lampiran dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada buruh PT Lonsum adalah dengan membatasi interaksi dengan pekerja berbeda kasta (mean 3.95 dan standat deviasi 0.54) dan nilai mean terendah adalah memanfaatkan waktuk luang mengikuti kegiatan bakti sosial (mean 3.00 dan standat deviasi 1.09). Dari hasil nilai mean tertinggi diketahui bahwa sebanyak 20 orang (95.2%) responden menjawab sangat sering dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah melakukan interaksi dengan sesama buruh/pekerja. Sementara dari mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 42.9% responden menjawab kadang – kadang dan 9.5% responden menjawab tidak pernah memanfaatkan waktu luang mengikuti kegiatan bakti sosial.

(40)

Tidak ada responden yang menjawab jarang dan tidak pernah melakukan interaksi dengan sesama buruh. Tabel di bawah memperlihatkan bahwa responden buruh pada PT Lonsum sagat sering berinteraksi kepada sesama pekerja atau sesama buruh. Seperti yang diungkapkan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini :

“….kita sering melakukan interaksi apalagi kita sesama pekerja

lapangan, diluar pekerjaan kita juga selalu berinteraksi dengan

baik. Karna kita kan juga satu kompleks dengan para pekerja

lainnya…”.

Jawaban responden buruh pada PT Lonsum dalam tidak membatasi interaksi dengan orang – orang yang memiliki kasta lebih tinggi/rendah adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 19 orang (90.5%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 2 orang (9.5%). Responden yang menjawab jarang dan tidak pernah sebanyak 0%. Dapat dilihat dari tabel di bawah, rata – rata responden buruh pada PT Lonsum tidak membati interaksi dengan kasta yang lebih tinggi atau lebih rendah dari status mereka. Seperti yang diungkapakan salah satu buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“….antara atasan dan bawahan kita tetap berinteraksi dan saya

rasa harus terjalin hubungan yang baik antara atasan dengan

bawahaan agar tetap menghasilkan kinerja yang baik pula…’

(41)

(23%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 2 orang (9.5%). Rata – rata responden buruh PT Lonsum menjawab sering menghadiri kegiatan – kegiatan masyarakat. Bagi buruh PT Lonsum mengikat tali silaturahmi itu sangat penting, karna bagi mereka hidup itu saling membutukan antara satu dengan lainnya.

Dalam menghadiri kegiatan – kegiatan keagamaan dan hari – hari besar seperti perayaan 17 Agustus, responden buruh PT Lonsum menjawab sangat sering sebanyak 14 orang (66.7%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 7 orang (33.3%). Tidak ada responden yag tidak pernah menghadiri kegiatan dan perayaan 17 Agutusan. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa rata – rata responden buruh PT Lonsum sangat sering mengikuti kegiatan. Seperti yang disampaikan salah satu responden buruh PT Lonsum berikut ini:

“….Perayaan 17 Agutusan itu wajib buat kita hadiri dari mulai

acara baris ber-baris sampai pada kegiatan hiburang yang

diselenggarakan oleh masyarakat kompoleks. Kegiatan keagamaan

juga rutin diikuti sesuai dengan agama yang dianut masing –

masing….”.

(42)

PT Lonsum sudah lelah seharian bekerja sehingga memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat dirumah saja.

Dapat dilihat dari tabel lampiran juga bahwa ada sebanyak 13 orang responden yang jarang memanfaat kan waktu luang nya untuk berbaur dikarenakan sudah kelelahan dalam pekerjaan. Kebanyakan dari responden adalah buruh kasar atau pekerja lapangan, sehingga memanfaatkan waktu luang nya untuk beristirahat, atau hanya sekedar bercerita – cerita ke rumah tetangga. Ada sebanyak 14 orang yang tidak pernah melakukan kegiatan seperti: berolahraga, atau hobby bersama dikarenakan mereka tidak memiliki minat atau hobby yang membuat mereka mengikuti kegiatan – kegiatan olahraga, sehingga memanfaatkan waktu luang nya untuk tetap berada di rumah atau sekedar berkumpul – kumpul dipekarang rumah saja bersama warga yang lain.

Frekuensi responden buruh PT Lonsum, keterbukaan satu sama lain dalam memberikan informasi yang ada terkait tentang pekerjaan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat terbuka sebanyak 18 orang (85.7%). Responden yang menjawab terbuka sebanyak 2 orang (9.5%). Responden yang menjawab kurang terbuka sebanyak 1 orang (4.8%). Tidak ada responden yang menjawab tidak terbuka.

(43)

Dalam memanfaatkan waktu luang dengan mengikuti kegiatan bakti sosial, responden buruh PT Lonsum yang menjawab sangat sering sebanyak 7 orang (33.33%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 9 orang (42.9%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (9.5%).

Dalam hubungan yang harmonis, seberapa sering responden berinteraksi dengan buruh yang memiliki kasta lebih tinggi maupun kasta lebih rendah, responden buruh PT Lonsum yang menjawab sangat sering sebanyak 13 orang (61.9%). Responden yang menjawab sering sebanyak 3 orang (14.3%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 5 orang (23.8%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 0%. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa responden buruh PT Lonsum banyak menjawab sangat sering dan sering berinteraksi dengan atasan maupun bawahan mereka dalam status pekerjaan. Seperti penyataan salah satu responden buruh pada PT Lonsum berikut ini:

“….hubungan dengan atasan / bos sangat harmonis nak, karna

hampir setiap hari kita bertemu dan tidak mungkin kalau kita tidak

memiliki hubungan yang baik. Bapak dengan atasan selalu

bertegur sapa, tidak hanya dalam urusan pekerjaan saja….”.

(44)

melakukan interaksi dengan sesama buruh atau sesama golongan dikarenakan mereka tinggal dalam satu kompleks perumahan dan selalu bertemu baik dalam lingkungan pekerjaan maupun diluar lingkungan pekerjaan.

4.7 Kondisi Sosial Buruh PT Perkebunan Nusantara IV Unit Padang Matinggi

4.7.1 Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

(45)

Adapun frekuensi responden buruh pada PTPN IV dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 41 orang (64.1%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 17 orang (26.6%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 6 orang (9.4%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0 orang (0%). Dan jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa responden buruh.

Responden buruh pada PTPN IV dalam pendidikan memberikan posisi pekerjaan yang sesuai adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju 27 orang (42.2%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 28 orang (43.8%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang (6.3%). Dan jawaban responden pada tabel dibawah diketahui bahwa rata –rata responden pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV setuju bahwa pendidikan memberikan posisi pekerjaan yang sesuai. Seperti yang dikemukakan oleh salah saru responden pada buruh PTPN IV berikut ini:

“…ya kalau bukan karna pendidikan mana mungkin om bisa kerja

dikantoran dek, ini apa apa kalau tentang komputer apalagi olah2

data selalu om yang di panggil, lumayan juga dapat – dapat uang

masuk (lembur). Om juga ini sambil – sambil kuliah dek….”

(46)

sekedarnya sebanyak 2 orang (3.1%). Dan tidak ada responden yang tidak mengupayakan pendidikan untuk anaknya. Dan tabel dibawah dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum dan buruh pada PTPN IV menjawab sangat mengupayahkan dalam memberikan pendidikan terbaik untuk anak mereka. Seperti pernyataan salah satu responden pada PTPN IV berikut ini :

“….bapak walaupun hanya tamatan SMA/sederajat, kalau bisa

jangan lah pula sampai anak bapak juga sama seperti bapak.

Hahah setidaknya S1. Anak bapak juga bapak berikan pelajaran

tambahan tidak hanya disekolah tapi juga bapak les kan dia

supaya jago berbahasa inggris dan ahli komputer…..’.

Sementara dalam hal pendidikan berpengaruh membantu memperbaiki keadaan ekonomi responden PTPN IV yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 orang (46.9%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 25 orang (39.1%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 6 orang (9.4%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang (4.7%). Dan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata- rata responden pada buruh PT Lonsum dan buruh PTPN IV menjawab sangat setuju pendidikan membantu memperbaiki keadaan ekonomi. Seperti pernyataan salah satu responden pada buruh PTPN IV sebagai berikut:

“…kalau saja saya sekolah bagus –bagus dulu pasti saya tidak

akan kerja dilapangan gini nak, saya juga tidak paham memainkan

komputer. Waktu itu ada penawaran kerja di kantor besar

Emplasmen bagi karyawan yang sudah lama mengabdi tapi saya

tidak ikuti karna syaratnya harus mengerti pembukuan dan

(47)

Sementara dalam hal kepuasan dengan pendidikan terakhir yang dimiliki responden PTPN IV yang menjawab sangat puas sebanyak 2 orang (3.1%). Responden yang menjawab puas sebanyak 30 orang (46.9%). Responden yang menjawab kurang puas sebanyak 11 orang (17.2%). Responden yang menjawab tidak puas sebanyak 21 orang (32.8%). Buruh pada PTPN IV hampir rata – rata merasa puas dengan pendidikan terakhir yang dimiliki.

Sementara frekuensi responden pada buruh di PTPN IV dalam pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungann adalah sebagai berikut: responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (15.6%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 23 orang (35.6%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 14 orang (21.9%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 17 orang (26.6%). Dapat dilihat bahwa rata – rata responden pada buruh PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV menjawab setuju pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungan. Seperti pernyataan salah satu responden pada PTPN IV sebagai berikut:

“….malas juga lah nak orang berkawan sama kita kalau kita

bodoh dan tidak tau apa – apa, nanti ada yang mau tanyak –

tanyak apalagi soal kerjaan terus kita tidak tau kan jadi repot….”.

(48)

responden pada tabel diatas diketahui bahwa rata – rata responden pada buruh PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV sangat setuju dalam menanamkan nilai – nilai pentingnya pendidikan kepada anak sebagai penyiapan tenaga kerja. Seperti pernyataan salah satu responden di PT Lonsum sebagai berikut:

“….kalau itu selalu saya ingkat kan sama anak – anak bapak,

supaya rajin – rajin sekolah dan belajar, karna semakin sulit kita

cari kerja. Sarjana – sarjana saja banyak yg susah cari kerja

apalagi kalau hanya tamatan SMA kan nak? Kalau mau jadi budak

ya itu lain urusannya, tapi mana ada orang tua yang mau hidup

anaknya susah dikemudian hari…..”.

Berdasarkan tabel lampiran dapat diketahui frekuensi responden buruh pada PTPN IV, selektif memilih pasangan hidup dalam hal pendidikan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (15.6%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 25 orang (39.1%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 18 orang (28.1%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 orang (17.2%). Pada responden buruh di PTPN IV rata – rata menjawab setuju selektif memilih pasangan hidup dalam hal pendidikan, hal ini dikarenakan mereka menyadari bahwa pasangan yang berpendidikan akan melahirkan generasi – generasi yang baik. Seperti yang dikemukakan salah satu responden buruh pada PTPN IV sebagai berikut:

“….kalau bisa harus berpendidikan juga, setidaknya setara

dengan pendidikan saya (suami/istri). Kalau berpendidikan kan

kita bisa sama – sama bekerja buat biaya hidup dan kebutuhan

(49)

4.7.2 Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Responden buruh pada PTPN IV pada tabel lampiran menunjukan bahwa nilai mean tertinggi adalah mengutamakan SMK3 (mean 3.83 dan standar deviasi 0.38) dan nilai mean terendah adalah upah cukup untuk memenuhi kebutuhan tersier (mean 1.14 dan standr deviasi 0.46). Dari hasil ini mean tertinggi dapat dilihat bahwa sebanyak 81.3% responden menjawab sangat setuju dan sebanyak 0% menjawab tidak setuju dalam mengutamakan SMK3, sementara dari hasil mean terendah dapat dilihat bahwa responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 87.5% dan sebanyak 4.7% menjawab setuju upah yang diperoleh cukup memenuhi kebutuhan tersier.

Adapun frekuensi responden buruh pada PTPN IV dari sisi strategis letak perumahan yang disediakan perusahaan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang (25%). Responden yang menjawab setuju sebanyak 41 orang (64.1%). Responden yang menjawab kurang setuju sebanyak 7 orang (10.9%). Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 0%. Dari jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa responden buruh pada PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV lebih banyak menjawab sangat setuju atau setuju strategis letak perumahan yang disediakan perusahaan.

(50)

jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa 70.3% responden buruh pada PTPN IV merasa fasilitas yang tersedia telah mampu memenuhi kebutuhan pengobatan. Seperti yang dikemukakan salah satu responden pada buruh PTPN IV berikut ini :

“…sudah sangat baik, karna perusahaan sangat mengutamakan

kesehatan dan keselamatan pekerja nya. Perusahaan mendirikan

sebuah Rumah Sakit khusus karyawan/karyawati dengan gratis dan

terbuka juga untuk masyarakat umum. Kalau pasien tidak sanggup

ditangani akan di rujuk ke Rumah Sakit yang ditentukan

Perusahaan, cth: RS. Pabatu, RS. Permata Bunda, RS. Colombia,

dll….”.

(51)

menjawab tidak baik. Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa responden buruh pada PT Lonsum dengan buruh pada PTPN IV tidak ada yang menjawab tidak baik atas kondisi perumahan sesuai dengan kebutuhan. Berikut di bawah ini adalah kondisi perumahan PTPN IV Unit Padang Matinggi

Gambar 4.2 Perumahan PTPN IV

Sementara jawaban responden buruh pada PTPN IV terhadap bantuan pendidikan, asuransi kesehatan yang disediakan perusahaan telah sesuai dengan yang diharapkan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sesuai sebanyak 11 orang (17.2%). Responden yang menjawab sesuai sebanyak 52 orang (81.3%). Responden yang menjawab kurang sesuai sebanyak 1 orang (1.6%). Responden yang menjawab tidak sesuai sebanyak 0%. Seperti pernyataan salah satu buruh pada PTPN IV sebagai berikut:

“…PTPN IV itu beri bantuan pendidikan kepada anak – anak

karyawan nya, batasnya sampai 3 anak, bantuan pendidikan yang

diberikan sampai pada tahap melanjut ke perguruan tinggi. Kalau

(52)

karyawannya saja, tetapi juga diberikan ke pada anak – anak dari

karyawan. Namun sekarang kan sudah di BPJS kan…”

Adapun responden buruh pada PTPN IV dalam mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan seperti gotong – royong, jaga malam adalah sebagai berikut; responden yang menjawab selalu mengikuti sebanyak 48 orang (75%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 10 orang (15.6%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (1.6%). Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa responden buruh pada PTPN IV rata – rata menjawab selalu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan, sama hal nya dengan responden buruh pada PT Lonsum.

Sementara resonden buruh pada PTPN IV dalam Perusahaan menyediakan koperasi bagi pekerjanya dengan pinjaman bunga yang tidak membebani adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat tidak membebanin sebanyak 38 orang (59.4%). Responden yang menjawab tidak membebani sebanyak 25 orang (39.1%). Responden yang menjawab lumayan membebani sebanyak 1 orang ( 1.6%). Tidak ada responden yang menjawab sangat membebani dengan bunga pinjaman yang diberikan perusahaan. Sama hal nya dengan responden buruh pada PT Lonsum, buruh pada PTPN IV juga rata –rat menjawab tidak membebani koperasi yang tersedia. Menurut mereka keberadaan koperasi sangat membantu.

(53)

Responden yang menjawab jarang meminjam sebanyak 9 orang (14.1%). Responden yang menjawab tidak pernah meminjam sebanyak 7 orang (10.9%). Dan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PT Lonsum maupun buruh pada PTPN IV menjawab sering meminjam ke koperasi yang di sediakan Perusahaan.

Jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam Perusahaan telah dengan baik memberikan bantuan dan santunan kepada para pekerjanya adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat baik sebanyak 41 orang (64.1%). Responden yang menjawab baik sebanyak 22 orang (3.4%). Responden yang menjawab kurang baik sebanyak 1 orang (1.6%). Tidak ada responden yang menjawab tidak baik dalam bantuan dan santunan perusahaan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak baik pada Perusahaan dalam memberikan bantuan dan santunan. Seperti yang dinyatakan salah satu responden pada buruh PTPN IV berikut ini:

“….bantuan yang diberikan Perusahaan sudah sangat baik bagi

pekerjanya, seperti beasiswa pada anak karyawan yang

berprestasi, bantuan pendidikan sampai pada tahap perguruan

tinggi, bantuan kesehatan, bantuan sandang pangan juga

Perusahaan berikan pada pekerjannya. Santunan nya juga baik

nak, Perusahaan akan memberikan dana kemalangan bagi

keluarga yang ditinggal mati oleh buruh atau karyawan. Dalam

mendekati hari – hari besar keagamaan Perusahaan juga

(54)

Adapun jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam mengutamakan SMK3 adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat mengutamakan sebanyak 52 orang (81.3%). Responden yang menjawab mengutamakan sebanyak 12 orang (18.8%). Tidak ada responden yang menjawab kurang mengutamakan dan responden yang menjawab tidak mengutamakan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata – rata responden buruh pada PTPN IV menjawab sangat mengutamakan keselamatan para pekerjannya. Seperti pernyataan salah satu responden pada buruh PTPN IV berikut ini:

“….Unit Usaha di lingkungan PTPN IV (Persero) sudah

mendapatkan sertifikat dan bendera emas dalam

menyelenggarakan SMK3, sudah jelas kalau Perusahaan telah

sangat mengutamakan keselamatan pekerjanya…”.

Sementara responden buruh pada PTPN IV dalam memenuhi kebutuhan sekunder adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 6 orang (9.4%). Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 36 orang (56.3%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 22 orang (34.3%). Tidak ada responden yang menjawab tidak memenuhi kebutuhan sekunder nya. Buruh pada PTPN IV lebih banyak menjawab dapat memenuhi kebutuhan sekunder mereka.

(55)

atas dapat dilihat bahwa ada 4.1% responden yang kurang memenuhi kebutuhan primer, dikarnakan mereka memiliki pekerjaan sebagai buruh kasar dan memiliki tanggungan melebihi pendapatan. Seperti pernyataan salah satu buruh dari PTPN IV berikut ini:

“….kurang memenuhi nak karna anak bapak saja ada 5 orang,

jadi pendapatan dari hasil bapak kerja tidak cukup. Syukurnya saja

anak – anak bapak bisa mandiri bantu – bantu ibu nya dipasar

berjualan….”

Sementara jawaban responden buruh pada PTPN IV dalam memenuhi kebutuhan tersier adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat memenuhi sebanyak 0%. Responden yang menjawab memenuhi sebanyak 3 orang (4.7%). Responden yang menjawab kurang memenuhi sebanyak 5 orang (7.8%). Responden yang menjawab tidak memenuhi sebanyak 56 orang (87.5%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa rata – rata jawaban responden tidak dapat memenuhi kebutuhan tersier mereka, namun masih ada sebanyak 4.7% yang dapat memenuhi kebutuhan tersier. Seperti penyataan salah satu buruh prpfesionel di PTPN IV berikut ini:

“…..lumanyan memenuhi, kalau secara keseluruhan pendapatan

serta bonus disatukan dalam setahun nya…”

4.7.3 Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

(56)

masyarakat (mean 2.61 dan standat deviasi 1.09). Dari hasil nilai mean tertinggi dapat dilihat bahwa sebanyak 63 orang (98.4%) responden menjawab sangat sering atau terbuka dan sebanyak 1 orang (1.6%) responen menjawab tidak pernah memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar, sementara dari mean terendah dapat dilihat bahwa sebanyak 25% responden menjawab sangat sering dan sebanyak 21.9% responden menjawab tidak pernah waktu luang nya digunakan untuk berbaur dengan masyarakat sekitar.

Adapun frekuensi responden buruh pada PTPN IV dalam melakukan interaksi dengan sesama buruh adalah sebagai berikut: responden yang menjawab sangat sering sebanyak 55 orang (85.9%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 8 orang (12.5%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 1 orang (1.6%). Tidak ada responden yang menjawab tidak pernah melakukan interaksi. Dapat dilihat dari tabel di bawah, bahwa buruh pada PT Lonsum dan buruh pada PTPN IV sangat sering berinteraksi dengan sesama pekerja/buruh.

(57)

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam menghadiri kegiatan yang dilaksanakan masyarakat seperti: arisan, wiritan, pesta pernikahan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 45 orang (70.3%). Responden yang menjawab kadang –kadang sebanyak 15 orang (23.4%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 4 orang (6.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 0%. Tabel di atas memperlihatkan bahwa responden buruh PTPN IV sama hal nya dengan responden buruh PT Lonsum, seperti yang terlihat rata –rata responden buruh PTPN IV sangat sering menghadiri kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Seperti pernyataan salah satu buruh PTPN IV sebagai berikut:

“….kalau kegiatan – kegiatan seperti arisan, wiritan, pesta – pesta

itu harus dihadiri, apalagi kalau yg melaksanakan kegiatan

masyarakat sekitar kompleks perumahan. Kalau misalkan ada

halangan, kita selalu kirim amlop melalui teman yang lain….”

(58)

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam waktu luang untuk berbaur dengan masyarakat sekitar, dan melakukan kegiatan – kegiatan seperti berolahraga dan hobby bersama adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 16 orang (25%). Responden yang menjawab sering sebanyak 21 orang (32.8%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 13 orang (20.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 14 orang (21.9%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa ada sebanyak 16 orang yang sangat sering memanfaatkan waktu luang nya untuk berbaur dengan alasan sebagai berikut:

“….seperti bapak dan kawan – kawan yang sehobby, kita punya

jadwal dalam seminggu selama 3 kali pertemuan untuk melakukan

kegiatan olahraga. Sesekali kita juga pergi keluar kota untuk

memancing, bahkan pernah kita sampai keluar pulau…..”

Jawaban responden buruh PTPN IV atas ringan hati dalam memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 63 orang (98.4%). Dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (1.6%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa hampir secara keseluruhan responden buruh PT Lonsum dengan buruh PTPN IV tidak memiliki perbedaan dalam keringanan hari memberikan informasi yang ada terhadap masyarakat sekitar.

(59)

orang (1.6%). Tidak ada responden yang menjawab tidak terbuka. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa rata-rata responden pada buruh PT Lonsum maupun PTPN IV menjawab sangat terbuka dalam keterbukaan memberikan infomasi yang ada terkait tentang pekerjaan. Seperti pernyataan salah satu buruh pada PTPN IV berikut ini:

“….bapak selalu terbuka kalau soal pekerjaan, tidak enak juga

kalau misalkan orang tanyak tapi kita nggak jawab padahal kita

tau informasinya. Bapak dan kawan – kawan kantor saling

memberi informasi yang ada miaslkan kalau atasan mau datang

atau mau periksa- periksa, kita saling mengingatkan supaya tidak

kenak tegur atasan…”

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam memanfaatkan waktu luangnya dengan mengikuti kegiatan bakti sosial adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 26 orang (40.6%). Responden yang menjawab kadang – kadang sebanyak 21 orang (32.8%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 14 orang (21.9%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 3 orang (4.7%).

(60)

yang tidak harmonis dengan buruh profesionel maupun buruh kasar. Rata – rata buruh PTPN IV sangat sering berinteraksi dengan atasannya maupun bawahannya dan memiliki hubungan yang harmonis.

Adapun jawaban responden buruh PTPN IV dalam hubungan yang harmonis dan seberapa sering berinteraksi dengan sesama golongan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat sering sebanyak 33 orang (51.6%). Responden yang menjawab sering sebanyak 26 orang (40.6%). Responden yang menjawab jarang sebanyak 4 orang (6.3%). Responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (1.6%). Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa tidak ada perbedaan antara buruh PT Lonsum dengan buruh PTPN IV dalam hal keharmonisan dengan sering tidak nya berinteraksi ke sesama pekerja yang memiliki golongan yang sama.

4.8 Uji Reabilitas

(61)

Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi jawaban atau pernyataan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang. Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Alpha’s Cronbach. Jika koefisien reliabilitas (α) ≥ 0, (handal) (Nunnally, 1978). Uji reliabilitas terhadap variabel penelitian memperlihatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel r-hitung

reliabilitas

1 Pendidikan sebagai ukuran kondisi

sosial 0.780

2 Sosial – ekonomi sebagai ukuran

kondisi sosial 0.701

3 Interaksi sosial sebagai ukuran

kondisi sosial 0.820

Sumber: Data Primer diolah, 2016

4.9 Kategorisasi dan Crosstabulasi Terhadap Data PT PP Lonsum Sumatra Tbk.

Tabel 4.12

Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

(62)

sebanyak 10 responden dan yang menjawab setuju 52,4% atau sebanyak 11 responden.

Tabel 4.13

Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dari Tabel 4.13 dapat dilihat ukuran kondisi sosial dari variabel sosial-ekonomi pada buruhh PT Lonsum, yang menjawab tidak baik 42,9% atau sebanyak 9 responden dan yang menjawab baik 57,1% atau sebanyak 12 responden.

Tabel 4.14

Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent Valid Percent

Sumber: Hasil Analisi Data 2016

(63)

Tabel 4.15

Pendidikan Responden * Pekerjaan Responden Crosstabulasi

pekerjaan responden

Total buruh kasar

buruh profesional pendidikan

responden

sekolah dasar 1 0 1

SMP/sederajat 2 0 2

SMA/sederajat 13 1 14

perguruan tinggi

0 4 4

Total 16 5 21

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

(64)

Tabel 4.16

Pendidikan Responden * Penghasilan Responden Crosstabulasi

Pendidikan Responden

Sumber: Hasil Analisi Data, 2016

(65)

penghasilan sebanyak 3 juta- 4 juta. Posisi yang memiliki penghasilan dengan 3 juta-4 juta dimiliki oleh buruhh profesional dan menjabat sebagai krani I instansi teknik.

Tabel 4.17

Usia Responden * Penghasilan Responden Crosstabulasi

Usia Responden

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

(66)

penghasilan 1 juta-2 juta sebanyak 6 responden, tidak terdapat responden yang memiliki penghasilan di atas 2 juta dengan usia 41-45 tahun. Responden yang berusia 46-50 tahun yang berpenghasilan 1 juta-2 juta sebanyak 2 responden, dan responden yang berpenghasilan 3 juta-4 juta sebanyak 2 responden dengan usia 46-50 tahun. Responden yang berusia lebih dari 50 tahun ada sebanyak 2 responden memiliki penghasilan 1 juta-2 juta per bulan nya, dan tidak terdapat responden dengan usia lebih dari 50 tahun yang memiliki penghasilan lebih dari 2 juta pada PT Lonsum.

4.10 Kategorisasi dan Crosstabulasi Terhadap Data PT Perkebunana Nusantara IV

Tabel 4.18

Pendidikan Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 30 46,9 46,9 46,9

setuju 34 53,1 53,1 100,0

Total 64 100,0 100,0

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

(67)

Tabel 4.19

Sosial-Ekonomi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent

Sumber: Hasil Analisis Data 2016

Dari Tabel 4.19 ada sebanyak 43,8% atau 28 responden PTPN IV yang mengatakan tidak baik sosial-ekonomi nya. Dan sebanyak 56,3% atau 36 responden yang mengatakan baik sosial-ekonomi nya.

Tabel 4.20

Interaksi Sebagai Ukuran Kondisi Sosial

Frequency Percent

Sumber: Hasil Analisi Data 2016

Gambar

Tabel 4.1 Data Buruh Berdasarkan Tempat Bekerja
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Identitas responden berdasarkan PT Responden Bekerja
Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pertanyaan butir 3 (Jumlah kredit yang diberikan PT. Bank SUMUT Capem Sei Rampah tidak sesuai dengan kebutuhan) 16,67% orang yang menjawab sangat tidak setuju, 26,66% orang

Dari data diatas dapat diketahui bahwa usaha pengembangan sapi sebanyak 86 orang yang menjawab tidak sangat setuju ada dengan presentase 100%, tidak ada yang menjawab

Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan pola asuh orangtua perilaku otoriter mayoritas menjawab sangat setuju dengan 40% responden menganggap bahwa anak bermain ditempat yang di