• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Karyawan PT. PP London Sumatra Indonesia TBK, Kantor Pusat Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Karyawan PT. PP London Sumatra Indonesia TBK, Kantor Pusat Medan."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN KARYAWAN PT. PP LONDON

SUMATRA INDONESIA Tbk, KANTOR PUSAT MEDAN

SKRIPSI DIAJUKAN OLEH :

NAMA : MAGENDREN

NIM : 020501002

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ” ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN KARYAWAN PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk, KANTOR PUSAT MEDAN “. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik ( saling mempengaruhi satu sama lain ), hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali antara pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan karyawan PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier. Data yang ada diproses dengan menggunakan program Eviews. Hasil estimasi menunjukkan semakin tinggi pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan karyawan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diterima karyawan PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN.

(3)

ABSTRACT

This search is title “ Analysis Factors Labour Income of PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN “. This search used 30 respondent. The goals of this search to know weather there are two ways relationships (influence each other), one way relationship at all between work experience and education rate to labour income.

This search use linier analysis regretion. Data is processed by use Eviews. The result of estimation show that if work experience and education rate increase causes increase too in labour income.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala Puji dan Syukur atas Rahmad dan Kuasa Tuhan Yang Maha Esa

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ ANALISIS

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN

KARYAWAN PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK, KANTOR

PUSAT MEDAN. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh banyak

pihak.

Terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua penulis

Goindasami dan jayamani yang mana telah membantu baik dari segi moral dan materi.

Skripsi ini sepenuhnya penulis sembahkan kepada kedua orang tua penulis sebagai tanda

bakti penulis dan ucapan terima kasih penulis atas kasih sayang orang tua penulis yang

sangat besar.

Melalui skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc. Phd selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

(5)

4. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, CAE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. T. Diana Bakti, Msi selaku Dosen pembanding I, terima kasih atas

saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU selaku Dosen pembanding II, terima kasih atas

saran dan kritik yamg membangun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen – dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya

dosen – dosen jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik penulis

selama menjalani perkuliahan.

8. Kepada Bapak Pimpinan dan Staff PT. PP LONDON SUMATRA, kantor pusat

Medan, juga kepada Bapak Nandra Netra atas kerjasama dan bantuannya.

9. Seluruh Staff Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah menyiapkan semua

keperluan administrasi penulis di Departemen Ekomomi Pembangunan.

10.Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta

bantuan materi dalam penulisan skripsi ini.

11.Kepada semua rekan – rekan Ekonomi Pembangunan stambuk ’02 dan ’03 serta

semua rekan – rekan diluar kampus yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu

persatu, terima kasih untuk semua perhatian, dukungan dan doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik

dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmiah dan teknis penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan kesempurnaan

(6)

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca dan khususnya bagi penulis

sendiri. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, 19 Juni 2008

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT………i

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL……….ix

DAFTAR GAMBAR………..x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………..1

1.2.Perumusan Masalah………..3

1.3.Hipotesa Penelitian………...3

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian……….3

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pendapatan………...….5

2.1.1. Definisi Pendapatan………...5

2.1.2. Pendapatan Minimum………....6

2.1.3. Pendapatan Minimum Sektoral Regional………..7

2.1.4. Prosedur Penetapan UMSR………....9

2.2. Peranan dan Fungsi Pendapatan……….…….11

2.3. Perbedaan Tingkat Pendapatan………...12

2.4. Sistem Pendapatan………..…15

(8)

2.4.2. Sistem Pendapatan Potongan………...16

2.4.3. Sistem Pendapatan Kemufakatan……….17

2.4.4. Sistem Skala pendapatan Berubah………...…17

2.4.5. Sistem Pendapatn Indeks……….17

2.4.6. Sistem Pembagian Keuntungan………...………18

2.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja………..19

2.5.1. Definisi Jaminan Sosial Tenaga Kerja……….19

2.5.2. Program Jaminan Sosial………...21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian………...23

3.2. Jenis dan Sumber Data………....23

3.3. Pengolahan Data……….………23

3.4. Model Analisa……….24

3.5. Test Goodness of Fit (uji Kesesuaian)………...….25

3.5.1. Koefisien Determinasi (R-Square)………...25

3.5.2. Uji t – Statistik……….……25

3.5.3. Uji F – Statistik………25

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………..26

3.6.1. Multikolinierity………26

3.6.2. Autokorelasi……….26

3.7. Definisi Operasional Variabel……….29

(9)

4.1.1. Sejarah Singkat PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk………....30

4.1.2. Strukur Organisasi Perusahaan………33

4.1.3. Karyawan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat Medan………....40

4.1.4. Pendapatan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja……….………40

4.2. Analisa Data Hasil Penelitian……….41

4.2.1. Tingkat Pendapatan karyawan perbulan………..……41

4.2.2. Pengalaman atau Masa Kerja………..………….42

4.2.3. Tingkat Pendidikan………..43

4.3. Pengujian dan Interpretasi Model……….……..44

4.3.1. Uji Statistik………..………46

4.3.1.1. Uji t – Statistik………..………46

4.3.1.2. Uji F – Statistik……….48

4.3.1.3. Koefisien Determinasi (R-square)………....49

4.3.2. Uji Penyimpangan Asumsi klasik………..…..49

4.3.2.1. Uji Multikolinierity……….…………..49

4.3.2.2. Uji Autokorelasi………50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………...…………..52

5.2. Saran……….……..52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.2.1 Tabel Distribusi Responden Menurut Tingkat Upah Perbulan…………..41

4.2.2 Tabel Distribusi Responden Menurut Pengalaman atau masa kerja……..42

4.2.3 Tabel Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan………....43

4.3 Tabel Hasil Regresi Linier………...…………..45

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.6 Kurva D – W Test………..28

4.3.1.1 Kurva Uji t – Statistik pada Variabel Pengalaman kerja…………...……47

4.3.1.1 Kurva Uji t – Statistik pada Variabel Tingkat Pendidikan…………...….48

4.3.1.2 Kurva Uji F – Statistik……….………..49

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ” ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN KARYAWAN PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk, KANTOR PUSAT MEDAN “. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 30 orang, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik ( saling mempengaruhi satu sama lain ), hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali antara pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan karyawan PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier. Data yang ada diproses dengan menggunakan program Eviews. Hasil estimasi menunjukkan semakin tinggi pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan karyawan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diterima karyawan PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN.

(13)

ABSTRACT

This search is title “ Analysis Factors Labour Income of PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk MEDAN “. This search used 30 respondent. The goals of this search to know weather there are two ways relationships (influence each other), one way relationship at all between work experience and education rate to labour income.

This search use linier analysis regretion. Data is processed by use Eviews. The result of estimation show that if work experience and education rate increase causes increase too in labour income.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. latar belakang

Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang

berpenghasilan sangat kecil, bahkan lebih kecil daripada kebutuhan hidupnya,

sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengembangkan penerapan

pendapatan yang harus diterima karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan,

sasarannya adalah supaya pendapatan itu paling sedikit cukup memenuhi kebutuhan

hidup karyawan dan keluarganya.

Dalam kaitannya dengan tingkat pendapatan, pemerintah mengambil

kebijaksanaan UMR (Upah minimum Regional) untuk menerapkan pendapatan yang

harus diterima setiap karyawan dalam satu bulan yang berlaku dalam satu daerah tertentu,

yang mana merupakan syarat bagi setiap daerah atau perusahaan untuk dapat menetapkan

pendapatan terhadap karyawan yang bekerja di perusahaannya guna kesejahteraan

hidupnya.

SDM merupakan salah satu sumber daya pembangunan nasional suatu daerah

maupun negara, bahkan sumber daya yang penting disamping sumber daya alam, sumber

daya Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), dan sumber daya lain yang berperan dalam

pembangunan nasional suatu negara. Tanpa SDM suatu negara maupun daerah tidak

mungkin dapat melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang berorientasi pada

pembangunan, yang mana hasil daripada kegiatan itu adalah pendapatan yang digunakan

(15)

Dan sebaliknya pula, kebutuhan hidup tidak akan tercapai apabila manusia itu

tidak mempunyai pekerjaan karena dengan bekerja seseorang akan memperoleh hasil atau

pendapatan yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pada dasarnya, pendapatan merupakan sumber utama penghasilan bagi setiap

orang. Sebab itu, pendapatannya harus cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

karyawan dan keluarganya sampai yang paling minimum, pemenuhan ini merupakan

tangung jawab bersama antara pemerintah dan perusahaan untuk menjamin bahwa

pemenuhan hidup karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan darimana dia memperoleh

pendapatan.

Pendapatan yang lebih baik pengunaanya dalam pemenuhan kebutuhan hidup

akan mendorong dan meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yang mana

produktivitas kerja karyawan dipengaruhi banyak faktor antara lain : tingkat gizi,

kesehatan, pendidikan, dan manajemen pimpinan. Namun bagi karyawan yang

berpenghasilan rendah, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor dominan untuk

meningkatkan produktivitas kerja, produktivitas kerja terhambat bila kondisi gizi dan

kesehatan karyawan sangat rendah, sebab itu untuk dapat meningkatkan produktivitas

kerja karyawan, pendapatan mereka harus cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Dengan melihat begitu pentingnya pendapatan yang diterima dan digunakan

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dan merupakan faktor pendorong

terlaksananya pembangunan demi kesejahteraan karyawan dan perusahaan serta negara,

(16)

“ Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan karyawan PT. PP

London Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat Medan “.

1.2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

Apakah pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan berpengaruh

terhadap pendapatan yang diperoleh karyawan PT. PP London Sumatra

Indonesia Tbk, kantor pusat Medan?

1.3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara permasalahan yang kebenarannya

masih harus diuji, berdasarkan perumusan masalah di atas dapat diambil hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut :

“ Pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan mempunyai pengaruh

terhadap pendapatan yang diperoleh karyawan PT. PP London Sumatra

Indonesia Tbk, kantor pusat Medan “.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengkaji pengaruh pengalaman atau masa kerja terhadap pendapatan yang

diperoleh karyawan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat

Medan.

b. Mengkaji pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan yang diperoleh

(17)

2. Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada,

khususnya di bidang ekonomi.

b. Sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang relefan yang pernah

ada.

c. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa-mahasiswi

fakultas ekonomi universitas sumatera utara khususnya mahasiswa-mahasiswi

(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Pendapatan

2.1.1. Definisi Pendapatan

Pendapatan adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang

sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerjanya atas suatu pekerjaan atau jasa yang

telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan

keluarganya.

Sedangkan menurut Imam Soepomo, ( Imam Soepomo ; 1987 : 130 ), pendapatan

adalah “ pembayaran yang diterima buruh atau selama ia melakukan pekerjaan atau

dipandang melakukan pekerjaan, pendapatan dapat berupa uang maupun berupa barang

termasuk pengobatan, perawatan, pengangkutan, perumahan, jasa dan lain sebagainya.

Berbagai pandangan mengenai pendapatan dari sisi pekerja maupun produsen :

(Abud Salim dan Sisdjiatmo Kusumosiswidho, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

1982) Pendapatan bagi produsen adalah biaya yang harus dibayarkan kepada buruh dan

diperhitungkan dalam penentuan biaya total.

Pendapatan bagi karyawan adalah penghasilan yang diperoleh oleh karyawan

(19)

2.1.2. Pendapatan Minimum

Berdasarkan konversi ILO No. 131 / 1970 pemerintah memberlakukan ketentuan

pendapatan melalui Upah Minimum Regional (UMR). Ketentuan ini merupakan salah

satu bentuk campur tangan pemerintah dalam pasar tenaga kerja. Pada kondisi Labour

Surplus, tanpa ada intervensi dari pemerintah adalah sangat tidak mungkin dapat

memperbaiki kesejahteraan masyarakat atau tenaga kerja. Kebijakan ini mulai diaktifkan

kembali pada tahun 1989, penentuan biasanya dimulai dari pembahasan pada tingkat

komisi pengupahan dan jaminan sosial di dewan pengusaha, pemerintah dan unsur dari

perguruan tinggi mengadakan sidang merumuskan besarnya pendapatan untuk tahun

berikutnya. Hasil tersebut direkomendasikan Gubernur diteruskan kepada menteri tenaga

kerja dengan mempertimbangkan masukan dari dewan penelitian pengupahan nasional

(DPPN), besarnya pendapatan ditetapkan melalui keputusan menteri tenaga kerja.

Ketentuan ini efektif berlaku per april pada tahun bersangkutan. Setelah era otonomi

daerah, keputusan tersebut didelegasikan kepada gubernur dan mulai berlaku per 1

januari pada tahun yang bersangkutan.

UMR merupakan pendapatan terendah yang diijinkan diberikan oleh pengusaha

kepada pekerja yang bersifat normative. Dengan demikian pengusaha diperbolehkan

memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari ketentuan tersebut, bahkan pengusaha

yang telah memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari ketentuan ini dilarang

menurunkan pendapatan karyawan baik pendapatan pokok ataupun tunjangan tetap.

(Sasono ; 1994 : 18)

Besarnya penentuan pendapatan yang sekarang lazim dikenal dengan Upah

(20)

harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, pendapatan pada umumnya yang berlaku

secara regional, kelangsungan perusahaan, dan tingkat perkembangan ekonomi regional

ataupun nasional.

2.1.3. Pendapatan Minimum Sektoral Regional

Pada tahun 1999 pemerintah mulai menerapkan kebijakan pendapatan minimum

sektoral regional melalui Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR). Kebijakan ini

didasarkan pada kenyataan bahwa ketetapan pendapatan yang berlaku selama ini

diterapkan untuk seluruh usaha, tanpa membedakan kemampuan perusahaan, sektor

usaha, skala perusahaan atau beban resiko kerja. Cakupan ini tidak memandang antara

usaha kecil yang berkemampuan rendah dengan perusahaan besar yang tergolong

mampu.

Lebih ironis bagi perusahaan besar yang kuat secara financial menjadikan UMR

sebagai pendapatan yang standar. Kenaikan pendapatan diperusahaan cenderung

menunggu kenaikan pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya pendapatan

karyawan relatif tetap dan berada pada level UMR, artinya walaupun perusahaan

menetapkan pendapatan yang relative tinggi dari UMR, tetapi kenaikan tersebut lebih

disebabkan oleh tuntutan karyawan untuk menaikan pendapatannya bersamaan dengan

kenaikan upah minimum.

Kenaikan pendapatan yang demikian disebut upah sundulan. Mekanisme

kenaikan pendapatan semacam ini sangat tidak diinginkan karena ada kecenderungan

untuk terus menerus tergantung pada kenaikan pendapatan yang ditetapkan pemerintah.

(21)

interpretasi penetapan UMR sebagai pendapatan yang standar. Penetapan pendapatan

diperusahaan seyogyanya ditumbuhkan dari kesadaran akan kemampuan perusahaan

yang lebih tinggi untuk membayar pendapatan melalui perundingan untuk memperoleh

kesepakatan yang paling diinginkan.

Dengan pendekatan tersebut masyarakat karyawan mengetahui seberapa besar

kontribusi yang dicurahkan untuk menghasilkan output, dan kemapuan pengusaha

sebenarnya dalam memberikan pendapatan karyawannya. Demikian pula, pengusaha

mengetahui secara persis kemampuan memberikan pendapatan dan tingkat pendapatan

yang sebanding dengan produktivitas tenaga kerja.

Dalam masa krisis, perbedaan kemampuan memberikan pendapatan

masing-masing sektor atau perusahaan terlihat semakin nyata, beberapa perusahaan yang

bergerak di bidang perkebunan / perikanan, industri hulu, dan hilir yang berorientasi

didaerah rural dan ekspor banyak mendapatkan keuntungan besar dari melemahnya

rupiah. Dalam kondisi demikian dipandang perlu untuk berbagi keuntungan kepada

karyawannya, hal ini mutlak diperlukan disaat kenaikan UMR pada tahun yang

bersangkutan yang tidak bisa mengikuti kenaikan harga barang kebutuhan hidup yang

mencapai 80%. Pada gilirannya penetapan UMSR yang lebih tinggi daripada UMR dapat

meningkatkan daya beli masyarakat yang secara nasional dapat meningkatkan permintaan

efektif yang selanjutnya mampu menolong menghidupkan kembali aktivitas

perekonomian makro.

Dalam konteks makro yang berjangka panjang tentunya tidak bisa diharapkan

(22)

memperoleh keuntungan sesaat akibat konjungtur perekonomian. basis yang lebih kokoh

perlu diidentifikasikan sebagai dasar dalam meningkatkan kinerja perusahaan sedemikian

rupa sehingga kemampuan perusahaan dalam memberikan pendapatan karyawannya yang

bekerja juga terangkat. Dengan basis yang kokoh , peningkatan kemampuan membayar

perusahaan bisa lebih berkelanjutan (sustainable) tanpa tergantung pada situasi dan

kondisi perekonomian. Akibat positif selanjutnya, peningkatan kesejahteraan perusahaan

dan karyawan juga menjadi lebih bias dipastikan.

2.1.4. Prosedur Penetapan UMSR

Pada hakekatnya prosedur penetapan UMSR tidak berbeda jauh dengan penetapan

UMR. Penentuan besarnya UMSR sepenuhnya didasarkan pada kesepakatan secara

biparti didaerah antara wakil pengusaha dengan wakil tenaga kerja dan masyarakat,

pemerintah dalam kesepakatan tersebut hanyalah bertindak sebagai fasilitator dalam

penyediaan dana dan informasi kajian peraturan perundangan, keadaan sosial ekonomi

masyarakat pekerja, serta perkembangan dunia usaha. Dalam kaitan ini Kandepnaker /

Kanwil Depnaker melakukan inventarisasi potensi sektor-sektor yang memungkinkan

untuk penetapan UMSR. Hasil inventarisasi potensi tersebut dibahas dalam sidang komisi

pengupahan untuk menyepakati sektor-sektor unggulan guna penetapan UMSR. Dalam

menyepakati dan menentukan sektor-sektor unggulan komisi pengupahan

mempertimbangkan kriteria :

 Mencakup perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang relatif banyak.

(23)

 Mempunyai nilai tambah yang cukup besar.

 Beban dan resiko kerja secara sektoral.

 Kemampuan perusahaan secara sektoral

 Ada asosiasi perusahaan.

 Ada serikat pekerja terkait.

Sektor-sektor unggulan tersebut kemudian disampaikan kepada asosiasi perusahaan dan

serikat pekerja terkait melakukan perundingan secara bipartit untuk menyepakati

besarnya UMSR nominal. Pada suatu sektor atau sub sektor yang belum mempunyai

asosiasi perusahaan dan atau serikat pekerja, tetapi sektor yang bersangkutan telah

memenuhi tiga butir kriteria yang disebut pertama, dapat ditetapkan UMSR. Perundingan

untuk menyepakati besarnya UMSR dilakukan oleh APINDO (Asosiasi Pengusaha

Indonesia) atau bersama perusahaan-perusahaan pada sektor yang bersangkutan dengan

FSPSI (Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Hasil kesepakatan disampaikan

kepada menteri tenaga kerja setalah direkomendasikan pada gubernur melalui komisi

pengupahan yang kemudian disahkan dan ditetapkan seacara normatif yang mengikat

seluruh pengusaha dan pekerja disektor tersebut pada wilayah bersangkutan.

Dalam penetapan UMSR perlu diperhatikan pula beberapa rambu sebagai berikut.

Pertama, UMSR harus lebih besar daripada UMR. Dalam peraturan menteri tenaga kerja

ditentukan bahwa perbedaan tersebut setidak-tidaknya mencapai 10%. Kedua, bahwa

selisih antara UMSR dan UMR harus substansial (nyata) sehingga apabila UMSR

(24)

skor yang dicakup dalam UMSR harus jelas penamaannya sesuai dengan nomor kode

KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia).

2.2. Peranan dan Fungsi Pendapatan

Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi dan kelangsungan hidup

perusahaan, pengusaha perlu menjamin pemberian imbalan yang layak secara

kemanusiaan dan sesuai dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh karyawannya. Oleh

karenanya kebijaksanaan pendapatan disamping memperhatikan peningkatan

produktifitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi, perlu diarahkan kepada

peningkatan kesejahteraan dan peningkatan daya beli golongan penerima pendapatan

yang rendah, sehubungan dengan itu, pihak perusahaan wajib memperhatikan

peningkatan kesejahteraan buruh berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan kemajuan

yang telah dicapai perusahaan.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk melindungi buruh dan meningkatkan

kesejahteraan dalam pemenuhan kebutuhan hidup adalah melalui pengaturan pendapatan

minimum, terutama ditujukan kepada jenis pendapatan yang masih dibawah tingkat

kelayakan. Gagasan ini sudah dikembangkan sejak awal 1970-an bertujuan untuk

mengusahakan agar dalam jangka panjang besarnya pendapatan minimum paling sedikit

dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum (KFM). Usaha menyelaraskan pendapatan

minimum dengan KFM ini diharapkan dapat menjamin karyawan untuk memenuhi

kebutuhan hidup beserta keluarga sekaligus dapat mendorong peningkatan produktivitas

kerja karyawan di perusahaan ia bekerja, karena disadari tujuan tersebut diatas sukar

(25)

dewasa ini baru bersifat pencegahan dan stimulasi. Pencegahan artinya supaya tidak

terjadi pembayaran pendapatan yang lebih rendah dari pendapatan yang sudah diberikan

perusahaan. Sedangkan stimulasi berarti menimbulkan pengertian dan alam pikiran

pengusaha mengenai usaha-usaha perbaikan pendapatan.

2.3. Perbedaan Tingkat Pendapatan

Perbedaan tingkat pendapatan terjadi,

Pertama karena pada dasarnya pasar tenaga kerja itu sendiri terdiri dari beberapa pasar

tenaga kerja yang berbeda dan terpisah satu sama lain (segmented labours market).

Disatu pihak, pekerjaan yang berbeda memerlukan tingkat pendidikan dan keterampilan

yang berbeda. Dipihak lain, masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan dan

keterampilan yang berbeda. Sebagaimana diketahui bahwa produktifitas tiap orang

berbeda menurut pendidikan dan latihan yang diperolehnya. Ini jelas terlihat dalam

perbedaan penghasilan.

Kedua, pengamatan menunjukan bahwa tingkat pendapatan disetiap perusahaan berbeda

menurut persentase biaya pekerja terhadap seluruh biaya produksi. Semakin kecil

proporsi biaya pekerja dibandingkan dengan biaya keseluruhan, pendapatan dan kenaikan

pendapatan bukan merupakan persoalan biasa bagi pengusaha. Dengan kata lain, semakin

kecil proporsi biaya karyawan terhadap biaya keseluruhan semakin tinggi tingkat

pendapatan. Kenyataannya pendapatan yang relative tinggi dapat disaksikan dalam

perusahaan yang padat modal seperti perusahaan minyak, pertambangan, industri berat

(26)

Ketiga, perbedaan tingkat pendapatan antara beberapa perusahaan dapat pula terjadi

menurut perbedan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualannya. Pengusaha

cenderung untuk membagi keuntungannya kepada para karyawannya. Semakin besar

proporsi keuntungan terhadap penjualan semakin besar jumlah absolute keuntungan,

semakin tinggi tingkat pendapatan.

Keempat, perbedaan tingkat pendapatan antara perusahaan dapat juga berbeda karena

perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan dalam menentukan harga.

Perusahaan-perusahaan monopoli dapat menaikkan harga tanpa takut akan kompetisi. Demikian juga

pengusaha-pengusaha oligopoly lebih mudah untuk bersama-sama berunding

menentukan harga, sehingga tidak perlu berkompetisi satu sama lain. Dalam perusahaan

seperti ini lebih mudah menimpakan kenaikan pendapatan kepada harga jual barang.

Sebab itu, tingkat pendapatan dalam perusahaan monopoli dan oligopoli cenderung untuk

lebih tinggi daripada tingkat pendapatan diperusahaan yang sifatnya kompetisi bebas.

Kelima, tingkat pendapatan dapat berbeda menurut besar kecilnya perusahaan.

Perusahaan yang besar dapat memperoleh kemaanfaatan “ economic of scale “ dan oleh

sebab itu dapat menurunkan harga, sehingga mendominisi pasar. Dengan demikian

perusahaan cenderung lebih mampu memberikan tingkat pendapatan yang dapat

dibayarkan kepada para pekerja.

Keenam, tingkat pendapatan dapat berbeda menurut tingkat efisiensi dan manajemen

usaha. Semakin efektif manajemen usaha, semakin efisiensi cara penggunaan faktor

(27)

Ketujuh, perbedaan kemampuan atau kekuatan serikat pekerja juga dapat mengakibatkan

perbedaan tingkat pendapatan. Serikat pekerja yang kuat dalam arti mengemukakan

alasan-alasan yang wajar biasanya cukup berhasil dalam mengusahakan kenaikan tingkat

pendapatan. Dengan kata lain, tingkat pendapatan diperusahaan-perusahaan yang serikat

pekerjanya kuat, biasanya lebih tinggi daripada diperusahaan-perusahaan yang serikat

pekerjanya lemah.

Kedelapan, tingkat pendapatan dapat pula berbeda karena faktor kelangkaan, semakin

langka tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, semakin tinggi pendapatan yang

ditawarkan pengusaha.

Kesembilan, tingkat pendapatan dapat berbeda sehubungan dengan besar kecilnya resiko

atau kemungkinan mendapat kecelakaan dilingkungan pekerjaan. Semakin tinggi

kemungkinan mendapat resiko, semakin tinggi tingkat pendapatan.

Perbedaan tingkat pendapatan terdapat juga dari sektor satu dengan sektor

lainnya. Perbedaan ini pada dasarnya disebabkan oleh satu atau lebih dari sembilan

alasan tersebut diatas. Demikian juga satu atau lebih alasan-alasan diatas menimbulkan

perbedaan tingkat pendapatan dalam daerah yang berbeda.

Akhirnya perbedaan tingkat pendapatan ini dapat terjadi karena pemerintah

campur tangan dalam menentukan pendapatan yang berbeda (Payaman J. Simanjuntak ;

(28)

2.4. Sistem Pendapatan

Dalam ketetapan MPR No.11 / MPR/ 1998 tentang GBHN pasal 3 disebutkan

bahwa : “ kebijaksanaan pengupahan dan pendapatan disamping memperhatikan

produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi perlu diarahkan pada peningkatan

kesejahteraan dan peningkatan daya beli golongan penerima pendapatan rendah “.

Adapun beberapa sistem pendapatan antara lain :

2.4.1. Sistem Pendapatan Jangka Waktu

Merupakan sistem yang ditetapkan berdasarkan jangka waktu karyawan

melakukan pekerjaan, jika dihitung dalam jam diberi pendapatan jam, jika dihitung dalam

hari diberi pendapatan harian, untuk perhitungan dalam minggu, diberi pendapatan

mingguan ataupun secara bulanan jika perhitungan pendapatan perbulan. Dalam sistem

ini, karyawan menerima pendapaan yang tetap karena untuk waktu-waktu tertentu

mereka akan menerima pendapatan yang tertentu pula. Karyawan tidak melakukan

pekerjaannya secara tersisa-sisa untuk mengejar hasil sebanyak-banyaknya, sehingga

dapat diharapkan pekerjaan dilakukan dengan baik dan teliti. Sebaliknya kelemahan

dalam sistem ini adalah kurangnya dorongan untuk bekerja secara giat, bahkan

kadang-kadang hasil kerja kurang dari layak dapat diharapkan karena itu sistem ini sering kali

disertai dengan sistem premi, dari karyawan ditargetkan dalam jangka waktu tertentu

harus menghasilkan hasil yang tertentu, jika ia dapat menghasilkan lebih dari target yang

(29)

2.4.2. Sistem Pendapatan Potongan

Sistem ini selalu digunakan untuk menggantikan sistem pendapatan jangka waktu

jika hasil pekerjaan tidak memuaskan. Namun pendapatan ini hanya dapat ditetapkan jika

hasil pekerjaan dapat diukur menurut ukuran tertentu, misalnya dalam jumlah banyaknya,

jumlah beratnya, jumlah luasnya dan hasil yang dikerjakan, maka sistem pendapatan

potongan tidak dapat digunakan pada semua perusahaan.

Kebaikan dari sistem ini antara lain :

a. adanya dorongan bagi karyawan untuk bekerja lebih cepat, karena semakin

banyak ia menghasilkan semakin banyak pula pendapatan yang diterimanya.

b. Produktivitas karyawan dapat ditingkatkan secara optimal.

c. Penggunaan barang modal secara intensif, seperti mesin dan sebagainya.

Kelemahan dari sistem pendapatan potongan :

a. kegiatan karyawan yang berlebihan.

b. Karyawan menjadi kurang mengindahkan kesehatan dan keselamatannya.

c. Kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu.

(30)

2.4.3. Sistem Pendapatan Kemufakatan.

Pada dasarnya sistem ini merupakan sistem pendapatan potongan, yaitu

pendapatan untuk hasil pekerjaan tertentu, misalnya pada pembuatan jalan, pekerjaan

bongkar muat dan sebagainya. Tetapi pendapatan tersebut tidak diberikan kepada

masing-masing karyawan melainkan kepada sekumpulan karyawan yang bersama-sama

melakukan pekerjaan itu.

2.4.4. Sistem Skala Pendapatan Berubah.

Sistem skala pendapatan berubah ini terdapat kaitan antara pendapatan dengan

harga penjualan produk perusahaan. Cara pengupahan ini dapat dijalankan oleh

perusahaan yang hanya produknya tergantung dari harga pasaran diluar negeri.

Pendapatan naik dan turun menurut naik turunnya harga penjualan produk perusahaan.

Sistem ini dianut perusahaan pertambangan pada pabrik bagian inggris. Kelemahannya

adalah bilamana harga produk turun, dengan sendirinya akan mengakibatkan penerimaan

pendapatan yang kecil, karena buruh sudah biasa menerima pendapatan yang lebih tinggi

maka penurunan pendapatan ini akan menimbulkan masalah.

2.4.5. Sistem Pendapatan Indeks.

Sistem pendapatan indeks adalah sistem pendapatan yang naik turunnya menurut

naik turunnya angka indeks biaya penghidupan. Namun pendapatan ini tidak

(31)

2.4.6. Sistem Pembagian Keuntungan.

Disamping pendapatan yang diterima karyawan pada waktu-waktu tertentu, pada

penutupan tahun buku bila ternyata perusahaan mendapat keuntungan yang cukup besar

kepada karyawan diberikan sebahagian daripada keuntungan itu, sistem pembagian

keuntungan ini pada umumnya tidak disukai oleh pihak perusahaan dengan alasan bahwa

keuntungan itu adalah pembayaran bagi resiko yang menjadi tanggungan perusahaan.

Karyawan tidak ikut menanggung bila perusahaan mengalami kerugian.

Sistem pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem jangka

waktu, yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja. Pangkat seseorang umumnya

didasarkan pada pendidikan dan pengalaman kerja. Dengan kata lain, penentuan

pendapatan pada umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip dari teori human capital,

yaitu bahwa pendapatan seseorang diberikan sebanding dengan tingkat pendidikan dan

latihan yang dicapainya. Disamping pendapatan tersebut biasanya karyawan menerima

juga berbagai macam tunjangan atau insentif, masing-masing sebagai persentase dari

pendapatan atau dalam jumlah tertentu, misalnya insentif kerajinan, tunjangan keluarga

yang diberikan untuk seorang istri atau suami dan anak dalam jumlah dan sampai umur

tertentu. Jumlah pendapatan beserta tunjangan-tunjangan tersebut dinamakan gaji kotor.

Dari gaji kotor tersebut, pekerja dikenakan berbagai macam potongan, misalnya potongan

untuk asuransi kesehatan, tabungan hari tua atau dana pensiun, dan lain sebagainya.

pendapatan yang diterima adalah gaji kotor dikurangi potongan-potongan tersebut.

Selain itu dikenal pula “ Fringe Benefits “ yaitu berbagai jenis benefit diluar

(32)

Fringe Benefits ini dapat berbentuk dana yang disisikan oleh pengusaha untuk

pendapatan yang dibayarkan pada hari libur, cuti, sakit, kendaraan dinas, perumahan

dinas, telepon rumah atas tanggungan perusahaan, makan siang, bensin, fasilitas

olahraga, rekreasi, dan sebagainya.

Penyediaan Fringe Benefits, tunjangan, fasilitas-fasilitas kerja, dan insentif

merupakan penambahan biaya bagi perusahaan terhadap unit barang yang diproduksinya

yang dikenal dengan istilah penambahan labor cost per unit barang.

2.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

2.5.1. Definisi Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pendapatan diberikan kepada karyawan apabila ia melakukan atau dianggap

melakukan pekerjaan. Memperoleh pendapatan merupakan tujuan utama karyawan

melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, kesinambungan penerimaan pendapatan ini perlu

diperhatikan, sebab kenyataanya suatu saat ketika karyawan tidak dapat melakukan

pekerjaan, misalnya karena sakit, cacat dan karena usia tua. Beberapa peraturan dapat

disebut sebagai peraturan yang mencoba melindungi karyawan untuk tetap menerima

pendapatan ataupun sejumlah pembayaran.

Pada pokonya, beberapa peraturan diatas menegaskan, bahwa apabila karyawan

mengalami kecelakaan sewaktu menjalankan pekerjaan atau sewaktu dalam hubungan

kerja, perusahaan atau majikan harus memberikan ganti kerugian kepada karyawan.

Pemberian ganti kerugian ini merupakan tanggung jawab perusahaan atas kerugian yang

(33)

Kenyataanya, pelaksanaan ketentuan dalam beberapa perusahaan tersebut tidak

memuaskan, terutama bagi karyawan. Salah satu sebabnya adalah banyak pemilik

perusahaan karena kondisi perusahaanya tidak bersedia memberikan ganti rugi pada

karyawannya yang mengalami kecelakaan. Oleh karena itu, kemudian hukum perburuhan

mengalihkan perhatiaanya, yakni dengan mengalihkan beban majikan atau perusahaan

kepihak lain melalui program asuransi. Proram-program ini lazim disebut dengan

jaminan sosial.

Dengan demikian, jaminan sosial menitikberatkan perhatiaanya pada pembayaran

yang harus diberikan kepada karyawan sewaktu ia tidak menjalankan pekerjaanya bukan

karena kesalahannya. Berkaitan dengan hal diatas, maka keluarlah peraturan pemerintah

Nomor 33 tahun 1977 tentang asuransi sosial tenaga kerja. Penyelenggaraan Asuransi

Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) dimaksudkan sebagai pelaksanaan undang-undang nomor

14 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, khususnya

pasal 10 dan pasal 15. Penyelenggaraan ASTEK pada dasarnya mencakup ruang lingkup

dan tujuan yang luas pula dan pada hakekatnya pembiayaan program tersebut akan

merupakan beban masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, penyelengaraannya

perlu kebutuhan dengan memperhatikan kemampuan masyarakat yang berkaitan

langsung dengan kebutuhan tenaga kerja akan jaminan sosial.

ASTEK sendiri yang merupakan salah satu bentuk persyaratan jaminan sosial

adalah system perlindungan yang dimaksudkan untuk menangulangi resiko social yang

secara langsung mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya penghasilan tenaga kerja.

(34)

karyawan saja, melainkan juga orang yang bekerja diluar hubungan kerja, berarti bukan

karyawan.

Menurut UU Nomor 33 tahun 1992 jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu

perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti

sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat

peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit,

hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

2.5.2. Program Jaminan Sosial

Pada hakekatnya program jaminan sosial tenaga kerja memberikan kepastian

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau

seluruh penghasilan yang hilang. Tekanan jaminan sosial tenaga kerja terletak pada masa

depan tenaga kerja. Sebab, siapa pun mungkin sakit, mungkin cacat, mungkin tua, dan

pasti meninggal dunia. Oleh karena itu, program jaminan sosial tenaga kerja dikaitkan

dengan hal-hal tersebut. Disamping itu, jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa

aspek, diantaranya adalah :

 Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi

tenaga kerja beserta keluarganya.

 Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga

dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja

(35)

Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja meliputi :

1. Jaminan kecelakaan kerja

2. Jaminan kematian

3. Jaminan hari tua

4. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Program jaminan sosial tenaga kerja dari nomor satu hingga akhir hanya diperuntukkan

bagi tenaga kerja yang bersangkutan, sedangkan khusus untuk program jaminan

pemeliharaan kesehatan berlaku pula untuk keluarga tenaga kerja. Namun perlu diketahui

bahwa program tersebut diatas merupakan program minimal. Artinya dimasa yang akan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam

pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji

hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan menyusun skripsi ini,

penulis mengunakan metodologi penelitian sebagai berikut :

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan terhadap

pendapatan yang diperoleh karyawan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, kantor

pusat Medan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, data primer diperoleh langsung dari karyawan PT. PP London Sumatra

Indonesia Tbk, kantor pusat Medan dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner

oleh sample yang diambil secara acak. Data sekunder diperoleh melalui library research ,

yaitu penelitian melalui kepustakaan yang diperoleh dari buku – buku literature yang ada

hubungaanya dengan topic yang akan diteliti. Dan jenis data yang dipergunakan adalah

kombinasi antara time series data dan cross section data yang disebut data polling.

3.3. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-Views untuk mengolah data dalam penulisan skripsi

(37)

3.4. Model Analisa

Model yang digunakan dalam menganalisa pengalaman atau masa kerja dan

tingkat pendidikan terhadap pendapatan yang diperoleh karyawan PT. PP London

Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat Medan. adalah model ekonometrika dengan

meregresikan variabel-variabel yang ada dengan mengunakan metode tehnik ordinary

least square (OLS) atau metode kuadrat terkecil.

Secara sistematis, model persamaan dirumuskan sebagai berikut :

Y =  + 1X1 + 2X2 + 

 = Kesalahan pengganggu

Bentuk hipotesisnya sebagai berikut :

,

( tingkat pendapatan ) mengalami kenaikan, asumsi cateris paribus.

, 0

2 

X

Y artinya jika terjadi kenaikan pada X

2 (tingkat pendidikan), maka Y ( tingkat

(38)

3.5. Test Goodness of Fit (Uji kesesuaian)

Untuk melihat goodness of fit dari hipotesis tersebut maka perlu dilakukan uji

statistik yaitu :

3.5.1. Koefisien Determinasi ( R-Square )

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi

variabel-variabel independent secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variasi

variabel dependen.

3.5.2. Uji t-statistik ( uji Parsial )

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah hubungan antara variabel independen secara individu ( parsial ) dan variabel

dependen signifikan atau tidak.

Rumus untuk memperoleh nilai t-hitung :

(b1 – b)

t-hitung =

Sbi

Dimana:

b1 : Koefisien variabel independent ke i

b : Nilai hipotesis nol

Sbi : Simpangan baku dari variabel independent ke-i

3.5.3. Uji F-statistik (Uji Serempak)

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

seluruh variabel independen secara serempak (bersama-sama) terhadap variabel

(39)

Rumus untuk menghitung F-statistik :

R²/k – 1

F-hitung =

(1 – R²)/(n – k)

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = Jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut :

Ho diterima jika F-hitung < Fα

Ho ditolak jika F-Hitung > Fα

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.6.1. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya korelasi yang sangat erat di antara variabel bebas.

3.6.2. Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefenisikan sebagai kolerasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu)

atau ruang (seperti dalam data cross section), atau korelasi pada dirinya sendiri. Apabila

ada ketergantungan antara kesalahan pengganggu ui dan kesalahan pengganggu uj, maka

dikatakan ada otokorelasi, dengan simbol dapat dinyatakan sebagai berikut: dengan :

(40)

D-W test (Uji Durbin Watson)

D-W test digunakan untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi

ataupun antara disturbance errornya.

∑ (et – (et – 1)²

DW – hitung =

∑(et)²

Kriteria Pengambilan Keputusan :

Nilai D-W berdasarkan

Tolak Ho terdapat serial kolerasi negative

diantara disturbance error.

Tidak ada kesimpulan

Terima Ho

Terima Ho

Tidak ada kesimpulan

Tolak Ho terdapat serial kolerasi positif diantara

disturbance terms.

Bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

(41)

Kurva D-W test dapat dilihat sebagai berikut :

inconclusive

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

H0 diterima

(tidak autokorelasi)

0 dL dU 4-dU 4-dL 4

Gambar 3.6

Kurva D-W Test

Jika diantara beberapa variabel independent tersebut merupakan lag variables maka

anggapan penggunaan D-W test tidak berlaku dalam mengetahui apakah model tersebut

(42)

3.7. Defenisi Operasional Variabel

1. Tingkat pendapatan adalah seluruh kompensasi yang diterima karyawan setelah

bekerja selama 1 bulan yang dinyatakan dengan uang (Rupiah) di PT. PP London

Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat Medan.

2. Pengalaman kerja adalah lama karyawan bekerja di PT. PP London Sumatra Indonesia

Tbk, kantor pusat sampai saat survey dilakukan, yang dinyatakan dalam tahun.

3. Tingkat Pendidikan adalah suatu tingkatan dalam pendidikan formal yang telah

dicapai karyawan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat yang

dinyatakan dengan pemberian skor . SD = 1, SMP = 2, SMU = 3, Perguruan

(43)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

1. Sejarah singkat PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

Pada umumnya setiap kantor atau perusahaan, baik milik pemerintah maupun

milik swasta mempunyai sejarah yang berbeda-beda. Diawali dengan berdirinya kantor

atau perusahaan tersebut sampai tumbuh dan berkembangnya serta

perubahaan-perubahaan yang terjadi. Demikian juga halnya dengan PT. PP London Sumatra

Indonesia Tbk Medan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut ini :

Perseroan Terbatas Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Terbuka (

PT. PP Lonsum Indonesia Tbk ) merupakan salah satu anak perusahaan dari Harrison dan

Crosfield yang didirikan pada tahun 1844 di London, Inggris. Saham perusahaan ini

dimiliki oleh kerajaan Inggris dengan komoditi ekspor. Perusahaan ini mengelola

bermacam-macam usaha, antara lain :

1. Perkebunan

2. Perkayuan

3. Perdagangan Umum Internasional

Semua jenis perusahaan tersebut diatas tersebar diseluruh dunia. Di Indonesia

perusahaannya hanya beroperasi dibidang perkebunan saja yaitu : kelapa sawit, kelapa,

the, karet dan kakao.

Perusahaan perkebunan ini memperluas bidang usahanya dengan mengadakan

(44)

Utara, dengan penggabunggan ini terbentuklah PT. PP Lonsum Indonesia Tbk pada

tanggal 18 Desember 1962 dihadapan notaris Raden Kardiman di Jakarta dengan akte

pendirian Nomor 93 dan kemudian mengalami perbaikan dengan naskah Nomor 20

tertanggal 9 September 1963 yang berkantor pusat dijalan A. Yani No.2 Medan yang

dibuat dihadapan notaris yang sama.

Akibat adanya perubahan antara pemerintah Inggris dengan Indonesia pada masa

konfrontasi dengan Malaysia, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih

kepemilikan perusahaan dibawah pengawasan pemerintah Indonesia. Pengelolaan

perusahaan perkebunan tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah dipercayakan

kepada Badan Pengawasan Perkebunan Asing Republik Indonesia (BPPARI) yang

kemudian diganti menjadi PT. PP Dwikora I dan II pada 22 Januari 1964.

Setelah berakhirnya konfrontasi antar Indonesia dan Malaysia, diadakan perjanjian antara

pemerintah republik Indonesia dengan Harrison dan Crosfield, yang berlaku mulai 20

maret 1968. adapun maksud dan tujuan dari perjanjian ini adalah untuk :

1. Pengembangan hak milik penguasaan dan pengusahaan dari pemerintah

republik Indonesia kepada Harrison dan Crosfield terhadap perkebunan yang

pernah dikelola.

2. Melakukan kerjasama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan

karet,kelapa sawit, dan proyek pertanian lainnya serta proyek pangan yang

mungkin dilaksanakan oleh perusahaan

Setelah adanya perjanjian ini maka pada tanggal 1 april 1968 penguasaan dan

(45)

Harrison dan Crosfield dan nama perusahaan ini kembali menjadi PT. PP London

Sumatrra Indonesia, Tbk.

Pada tanggal 17 desember 1970 pengembalian perusahaan kepada pemiliknya

dilaksanakan sesuai dengan surat keputusan menteri ekonomi keuangan dan industri

dengan surat kuasa nomor 1120 / Menkuin / 121 / 170 tentang penanaman modal asing

yang diadakan di Indonesia untuk memperluas bidang usahanya pada tanggal 21

november 1991 PT. PP London Simatera Indonesia, Tbk melakukan penggabungan

dengan benerapa perusahaan berikut :

1. PT. Nagodang Plantation Company.

2. PT. United Plantation Company.

3. PT. Sibulan Plantation Company.

4. PT. Perusahaan Perkebunan Bajoe Kidoel.

5. PT. Perusahaan Perkebunan sulawesi.

Pada tanggal 22 juli 1994 kepemilikan saham PT. PP London Sumatera Indoneia,

Tbk sepenuhnya diambil oleh Pan London Sumatera Plantation dengan komposisi saham

100% dipegang oleh Pan London Sumatera Plantation, dikarenakan krisis moneter yang

melanda Indonesia menyebabkan komposisi saham mengalami beberapa kali perubahan.

Pada tahun 1998 kepemilikan saham PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk adalah Pan

London Sumatera Plantation dengan komposisi saham sebesar 47, 23 %, Commerz Bank

( SEA ) Ltd Singapore sebesar 5,83 % dan Malaysia sebesar 46,94 %.

Status PT. PP London Sumatera Indonesia, Tbk adalah perusahaan penanaman

modala asing ( PMA ) berdasarkan surat ketua badan koordinasi penanaman modal

(46)

1991. dan sejak terhitung 5 juli 1996 perusahaan ini menjadi perusahaan yang “ Go

Public “ dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

2. Struktur Organisasi Perusahaan.

Stuktur organisasi marupakan susunan atau perwujudan yang mencerminkan arus

atau garis perintah, tugas, kewajiban serta tanggung jawab. Dalam menjalankan

fungsi-fungsi dan tugas masing - masing serta memperlancar aktivitas arus kerja perusahaan,

maka diperlukan stuktur organisasi yang jelas dalam menggambarkan

departemen-departemen yang dapat membantu pimipinan dalam mencapai suatu tujuan serta dapat

mengetahui posisi, tugas dan wewenang setiap departemen-departemen tersebut.

Bentuk struktur organisasi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat

Medan adalah stuktur organisasi garis atau line organization yang menggambarkan

pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab serta wewenag didalam perusahaan secara

vertikal serta mencerminkan hubungan antar departemen secara horizontal. Berikut ini

akan dijelaskan tentang tugas dan wewenang masing-masing bagian yang terdapat

didalam PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk, kantor pusat Medan berdasarkan

stuktur organisasi yang terlampir :

a. Dewan Komisaris ( Board of Commisioner )

Dewan komisaris adalah posisi yang tertinggi dalam stuktur organisasi di PT. PP

London Sumatera Indonesia Tbk, Medan. Posisi ini dikuasai oleh pemegang saham yang

(47)

Wewenang dan tanggung jawab dari Dewan Komisaris adalah sebagai berikut :

1. Mengawasi pekerjaan direksi

2. Berhak memeriksa dokumen kantor, gedung dan kekayaan

perusahaan,

3. Meminta berbagai keterangan dari direksi yang berkenaan dengan

kepentingan perseroan.

4. Berhak memeriksa keuangan perusahaan

5. Berhak atas beban perusahaan serta meminta bantuan ahli untuk

melakukan pemeriksaan.

6. Berhak meminta agar presiden direktur memanggil para persero

untuk menyelenggarakan rapat luar biasa.

7. Mempertimbangkan serta memutuskan laporan tahunan dan

program kerja tahunan yang diajukan Presiden Direktur.

8. Menyetujui kebijaksanaan Presiden Direktur dalam penggunaan

kekayaan menurut cara pandang yang baik.

9.

b. Presiden Direktur (Presiden Director)

Presiden direktur adalah pimpinan tertinggi yang berkuasa penuh terhadap

perusahaan dengan berkewajiban mengawasi pekerjaan para direktur. Bagian ini

merupakan direktur utama yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan perusahaan

yang mana kegiatan tersebut dikerjakan oleh beberapa direktur. Presiden direktur

(48)

perusahaan kepada Dewan Komisaris. Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden

Direktur adalah sebagai berikut :

1) Membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan.

2) Mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat

berjalan dengan lancar.

3) Merencanakan dan mengendalikan kebijaksanaan keuangan yang

dibuat oleh bagian keuangan termasuk menyetujui anggaran

belanja dan biaya perusahaan.

c. Direktur Research

1) Mengadakan diskusi dan menemani para ahli dari konsultan

perusahaan selama kunjungan ke perusahaan.

2) Mengontrol produksi bibit sawit, cokelat, karet dan hasil

pemeliharaan bibit unggul.

d. Director Production (Direktur Produksi)

1) Bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, pengaturan,

bidang produksi termasuk kelancaran proses produksi baik kualitas

maupun kuantitas.

2) Membawahi pekerjaan yang dilaksanaan oleh bagian produksi.

e. Director Accounts (Direktur Keuangan)

1) Merencanakan dan mengawasi keuangan perusahaan dalam hal

pengadaan atau perolehan dana agar tidak terjadi suatu

pemborosan atau penggunaan uang yang tidak tepat.

(49)

3) Bertanggung jawab terhadap pengukuran laporan keuangan

perusahaan.

4) Mengendalikan atau mengadakan pengawasan terhadap arus uang

masuk dan uang keluar.

f. Director Agriculture (Direktur Tanaman)

1) Mengadakan diskusi dan mendampingi para ahli dari Horrison &

Fleming Advisce Service (HFAS) London selama kunjungannya

ke PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk, Medan.

2) Mengatur dan memeriksa ke lapangan sesuai dengan rekomendasi

dari HFAS London.

3) Mengadakan pengawasan kepada inspektur terhadap kepincangan

yang terjadi yang dilakukan oleh staff dalam menjalankan

tugasnya.

4) Mengadakan pengendalian data dari perkebunan (estate).

g. Inspectorate

1) Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan.

2) Mengadakan percobaan – percobaan terhadap tanah, bibit dan

lainnya baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.

h. Estate Departments

1) Membuat laporan bulanan dan tahunan.

2) Memperkirakan pengeluaran tahunan.

3) Menunjukkan hasil panen bulanan dan laporan hasil panen tengah

(50)

4) Mengatur peredaran uang tunai.

5) Membuat laporan rutin ke pemerintahan.

6) Membuat perbandingan harga tiap bulan.

7) Mengurus penjualan bibit.

8) Mengatur pemakaian modal.

9) Mengurus pembelian.

10)Menganalisa daun tanaman.

i. Bahlias Research Station

1) Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan.

2) Meneliti dan mengadakan percobaan – percobaan terhadap tanah,

bibit, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.

j. Seed Production Section

Bertugas khusus untuk memproduksi benih seperti sawit, cokelat dan karet

baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.

k. Tissue Culture

1) Melakukan pengembangan bibit dengan menggunakan kultur

jaringan.

2) Melakukan penelitian atas bibit – bibit tersebut.

l. Management Department

1) Mengadakan perencanaan tenaga kerja, training, kenaikan pangkat

sampai pada masalah pemberhentian sampai pensiun.

2) Menguasai segala macam sekretariat, pengaturan perjalanan tamu

(51)

3) Mengurus hal yang berhubungan dengan hukum, agrarian,

perizinan, dan keamanan.

4) Bertindak sebagai Public Relation perusahaan.

5) Mengawasi masalah umum di dalam perusahaan baik itu masalah

karyawan, staff maupun masyarakat yang mempunyai hubungan

dengan perusahaan.

m.Training Section

1) Merencanakan training.

2) Mengadakan pelatihan – pelatihan kepada tenaga kerja yang baru

maupun yang lama baik staff maupun karyawan.

n. General and Home Affect

Menangani dan mengendalikan masalah dan gangguan yang terjadi di rumah/kediaman

atau dimana saja untuk para dewan komisaris, presiden direktur dan direktur.

o. Clinic Section

Menangani pengobatan para staff dan karyawan kantor di klinik – klinik dan juga

pelayanan yang diberikan oleh medis yang disediakan perusahaan.

p. Drafting Section

1) Membuat gambar bangunan dan pabrik.

2) Membuat peta – peta kebun Commodity Section.

3) Menerima pesanan konsumen terhadap hasil produksi yaitu kelapa

sawit, karet dan cokelat.

(52)

q.Estates Department

1) Melakukan evaluasi terhadap tugas inspectur.

2) Melakukan pengontrolan data perkebunan.

3) Bertanggung jawab terhadap kegiatan bidang tanaman.

4) Mengevaluasi cara kerja para pegawai dan staf yang meneliti

tanaman.

r.Develop Office

Bertanggung jawab atas lahan yang akan digunakan untuk penanaman

bibit.

s.Personnel Section (Personalia)

1) Mendokumentasikan kartu dan berkas staff dan pegawai.

2) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian staff, pegawai dan

buruh.

3) Mengurus acara – acara keagamaan.

4) Mengurus biaya perjalanan untuk staff kantor pusat.

5) Mempersiapkan dokumen dan izin yang diperlukan baik untuk

karyawan maupun pihak luar.

6) Memeriksa dan mengontrol rekening pengobatan pada klinik

perusahaan.

t.Public Relation/Security

1) Sebagai utusan/perwakilan perusahaan untuk menghadiri undangan

(53)

2) Mewakili perusahaan dalam pameran dan promosi yang dilakukan

oleh perusahaan.

3) Mengangani masalah – masalah yang terbaik baik di kantor

maupun di perkebunan seperti demonstrasi dan sekaligus juga

sebagai pihak yang mengamankan situasi.

u. General Affairs Department

Berfungsi sebagai bagian umum yang tugasnya untuk memberikan

pelayanan di bagian umum seperti membuat surat – surat dinas, surat

perjalanan dinas, cuti pegawai, kesehatan, keagamaan, olahraga, humas,

serta bidang – bidang umum lainnya.

4.1.3. Karyawan PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk, kantor pusat Medan

Kantor besar PT. PP London Sumatera Indonesia,Tbk Medan memperkerjakan

307 pegawai, yang terdiri dari 150 staff dan 157 non staff yang masing – masing

ditempatkan sesuai dengan kualitas atau pendidikan yang dimiliki masing – masing

karyawan atau staff tersebut.

4.1.4. Pendapatan dan jamsostek karyawan

Pendapatan diterima oleh setiap karyawan adalah secara bulanan, yang diterima

berdasarkan satu bulan kerja ditambah dengan waktu lembur karyawan bekerja.

Dalam meningkatkan kesejahteraan karyawannya, PT. PP London Sumatera Indonesia

Tbk, kantor pusat Medan juga memberikan jaminan social tenaga kerja (Jamsostek)

kepada seluruh karyawannya berupa jaminan kecelakaan, kesehatan, kematian, dan hari

tua. Pihak perusahaan memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja dari para

(54)

kesehatan dan keselamtan kerja dari para karyawannya tersebut sangat mempengaruhi

tingkat produktivitas dari karyawan tersebut dan kesinambungan perusahaan pada

akhirnya.

4.2. Analisa data hasil penelitian

4.2.1. Tingkat pendapatan karyawan per bulan

Pendapatan diberikan secara bulanan kepada karyawan oleh perusahaan. Besarnya

pendapatan yang diberikan pada masing – masing karyawan berbeda sesuai dengan

pengalaman atau masa kerja karyawan dan tingkat pendidikan karyawan yang

bersangkutan. Adapun distribusi responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2.1

Distribusi Responden Menurut Tingkat Upah Per Bulan

NO. Upah /bulan (Rp.) Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 1.000.000 - 1.499.000 7 23,33

Sumber : Data olahan ( Kuesioner )

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 23,33 persen atau 7 orang yang berada

(55)

sedangkan hanya 10,00 persen atau 3 orang dari seluruh responden yang tertinggi

pendapatannya yakni sebesar Rp 4100.000.

4.2.2. Pengalaman / masa kerja

Pengalaman atau masa kerja disini adalah lamanya seseorang karyawan bekerja

pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, kantor pusat Medan hingga waktu

penelitian ini dilakukan.

Tabel 4.2.2

Distribusi Responden Menurut Pengalaman atau Masa Kerja

NO. Masa Kerja (tahun) Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 1 – 3 18 60,00

Sumber : Data olahan ( Kuesioner )

Masa kerja bervariasi antara setahun hingga 12 tahun, namun yang dominan adalah

karyawan yang bekerja pada perusahaan hanya berkisar antara satu tahun sampai tiga

tahun, yakni sebesar 60 %, sedangkan untuk karyawan yang bekerja paling lama hanya

3,33 persen atau 1 orang dari 30 responden yang disurvei. Banyak faktor yang

mempengaruhi lamanya seseorang karyawan bekerja, salah satunya adalah kelangsungan

perusahaan, pendapatan atau kompensasi yang diberikan serta perhatian perusahaan

(56)

4.2.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya memyebabkan daya kreativitas manusia

dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan responden dalam penelitian ini adalah

bervariasi menurut jenjang pendidikan yang ada yaitu dari SMU / SMK hingga perguruan

tinggi

Tabel 4.2.3

Distirbusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

NO. Jenjang Pendidikan Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 SD - -

2 SMP - -

3 SMU 13 43,33

4 Perguruan Tinggi 17 56,66

Total 30 100,00

Sumber : Data olahan ( Kuesioner )

Pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat pekerja sekarang sudah lebih baik

dibandingkan dulu, hal tersebut mungkin karena pemerintah telah menerapkan program

waji belajar sembilan tahun, dan program peningkatan mutu sumber daya manusia.

Berdasarkan hasil survey sebesar 43,33 persen responden telah sekolah hingga SMU atau

SMK, sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi sebesar 56,66 persen atau 17 orang dari

30 responden. Hal ini disebabkan karena adanya keinginan dari perusahaan dan

karyawannya untuk bersaing didalam mencapai kemakmuran perusahaan dan kehidupan

(57)

4.3. Pengujian dan Interpretasi Model

Pengaruh pengalaman atau masa kerja dan tingkat pendidikan terhadap

pendapatan karyawan PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk, kantor pusat Medan dapat

dijelaskan terlebih dahulu dengan fungsi matematika sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2) ………(1.1)

Fungsi di atas kemudian dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika berikut ini:

Y = + 1X1 + 2X2 + ………(1.2)

Dimana:

Y = Pendapatan karyawan per bulan (rupiah)

X1 = Pengalaman atau masa kerja (tahun)

X2 = Tingkat pendidikan (dummy variable)

SD : 1, SMP : 2, SMU: 3, dan PT/Akademi: 4

α = Konstanta

1... 2 = Koefisien regressi

 = Kesalahan pengganggu

Dari hasil pengolahan data dengan memakai program Eviews 4.1, maka diperoleh

(58)

Tabel 4.3 : Hasil Regresi Linier 

Variabel Dependen : Pendapatan Karyawan Per Bulan 

Varibel  Koe

(59)

Dependent variable: pendapatan karyawan per bulan

Y = -2121437 + 299782,4X1 + 929119,0X2

Std. Error 526922,9 41648,67 160548

t-Stat -4,026086 7,197887 5,787151

F-stat 78,42 Durbin-Watson stat : 1,61

Pengalaman kerja karyawan (X1)

Pengalaman kerja karyawan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan karyawan per bulan. Koefisien sebesar 299782,4 menjelaskan bahwa setiap

bertambahnya pengalaman kerja (X1) 1 tahun, maka pendapatan akan meningkat

sebanyak 299782,4, cateris paribus.

Tingkat pendidikan (X2)

Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat

pendapatan karyawan. Koefisien sebesar 929119,0 menjelaskan bahwa setiap ada

peningkatan jenjang pendidikan (X2), maka tingkat pendapatan juga akan naik sebesar

929119,0, cateris paribus.

4.3.1. Uji Statistik

Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui pangaruh dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui pengaruh nyata/tidaknya

masing-masing variabel tersebut, baik secara parsial maupun serentak dapat dilakukan

dengan uji “t” dan uji “F” berikut ini.

(60)

Variabel X1 (pengalaman kerja karyawan)

Hipotesis : Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

)

Gambar 4.3.1.1: Uji t-Statistik pada variabel pengalaman kerja

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar

(61)

variabel X1 (pengalaman kerja) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap

variabel Y (tingkat pendapatan karyawan) pada tingkat kepercayaan 95%.

Variabel X2 (Tingkat pendidikan karyawan)

Hipotesis : Ho : b2 = 0

: Ha : b2≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

)

Gambar 4.3.1.1: Uji t-Statistik pada variabel tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar

(62)

variabel X2 (Tingkat pendidikan) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap

variabel Y (Tingkat pendapatan karyawan) pada tingkat kepercayaan 95%.

4.3.2.Uji “F”

Untuk mengetahui apakah variabel bebas (independent variable) berpengaruh

nyata atau tidak secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent variable) dapat

ditentukan melalui uji F berikut ini.

Hipotesis : Ho : b1 = b2 = 0

Ha : b1≠ b2≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila F-hitung < F-tabel

Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel

R

n k

Gambar

Gambar 3.6 Kurva D-W Test
Tabel 4.2.1
Tabel 4.2.2
Tabel 4.2.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R 2 ) sama dengan 70,99%, hal ini berarti bahwa variabel-variabel independen yaitu K (Modal Usaha), L (Jumlah Tenaga

Adapun responden dalam penelitian ini adalah muzakki yang membayar zakat pada BAZDA SUMUT sebanyak 84 orang.. Hasil analisis menunjukkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi

Freskuensi responden buruh pada PT Lonsum dalam pendidikan mempengaruhi hubungan baik dengan lingkungan adalah sebagai berikut; responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 1

Dalam penelitian ini apakah variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, dan ROA secara bersama-sama dapat mempengaruhi

Tabel 4.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kerjasama yang Baik Dalam Melakukan Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, ditunjukkan bahwa responden terbanyak memberikan pernyataan “setuju” yaitu responden sebesar 58% hal ini menunjukkan bahwa karyawan

Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan produktivitas karyawan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk- Unit

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Bersona &amp; Avilio (dalam Dewi, 2010) yang menemukan pada beberapa penelitian bahwa salah satu faktor