4. ANALISIS DATA
4.3 Analisis Data
4.3.6 Uji Regresi
Metode Analisis Regresi yang digunakan dalam pengujian memberikan hasil yang signifikan, yaitu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian. Hasil pengujian tersebut memberikan nilai statistik F yang cukup besar hingga diperoleh nilai signifikansi yang sangat nyata. Nilai F yang diperoleh adalah sebesar 22,867 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS ditampilkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.63 Uji Regresi 1
ANOVAb
1553.982 1 1553.982 22.867 .000a
1223.218 18 67.957
2777.200 19
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Sikap Pada Iklan a.
Dependent Variable: Keputusan Pembelian b.
Adapun besar pengaruh yang diberikan variabel Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian ditampilkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.64 Uji Regresi 2
Model Summary
.748a .560 .535 8.24358
Model
1 R R Square Adjusted
R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Sikap Pada Iklan
a.
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai R yang diperoleh adalah sebesar 0,748 atau sama dengan 74,8%; berdasarkan kriteria Guilford; nilai tersebut terletak pada kategori Kuat. Sedangkan nilai R-Kuadrat (R-Squared) yang
Universitas Indonesia
diperoleh adalah sebesar 0,560 atau sama dengan 56,0%. Keadaan ini menunjukkan bahwa Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power memberikan kontribusi pengaruh sebesar 56,0%
terhadap Keputusan Pembelian. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian.
Sedangkan hasil pengujian secara individual menunjukkan hasil yang sangat signifikan untuk parameter yang sedang diuji. Nilai t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tabel (1,96); yaitu sebesar 4,782 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05; sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Sikap Pada Iklan yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.65 Uji Regresi 3
Coefficientsa
25.082 15.609 1.607 .125
.369 .077 .748 4.782 .000
(Constant) Sikap Pada Iklan Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Keputusan Pembelian a.
Dengan hasil ini kesimpulan yang dapat diambil adalah dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian.
107 Universitas Indonesia
BAB 5
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN
5.1 Interpretasi Data
Melalui berbagai macam pengujian dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya pengaruh antara sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power dengan keputusan pembelian.
5.1.1 Sikap pada Iklan Televisi
Dalam penelitian ini, penelitia menggunakan model Hierarchy of Effects dari Lavidge dan Steiner yang terdiri dari awareness, knowledge, liking, preference, dan conviction yang dikelompokkan ke dalam dua tipe dasar dari proses psikologi yaitu kognitif dan afektif. Model tersebut dipadupadankan dengan elemen iklan televisi yang menurut Frank Jeffkins, Wells, Moriarty dan Burnett yang terdiri dari elemen audio dan visual. Model dan elemen iklan tersebut untuk mengukur variabel sikap khalayak pada iklan televisi, dimana setelah dilakukan analisis data terlihat variabel tersebut cukup sesuai dan memenuhi syarat atau positif.
Hasil pengujian dengan menggunakan metode analisis deskriptif menunjukkan bahwa sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power cukup baik karena jawaban responden sebagian besar terpusat pada jawaban persetujuan yang diwakili dengan jawaban setuju di instrumen penelitian. Hal ini dapat dilihat juga dari nilai rata-rata (mean) dari variabel iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power yang mempunyai nilai positif.
Untuk dimensi kognisi, hasil uji analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata (mean) yang menunjukkan angka positif dan sangat baik. Hal ini terlihat dari jawaban yang terpusat pada jawaban persetujuan yang diwakili jawaban setuju dalam instrument penelitian. Sehingga hal ini dapat diartikan bahwa khalayak menyadari dan memahami hal-hal yang terdapat di iklan yang menggunakan layanan periklanan Brand Power, seperti produk, latar belakang, model, tulisan, logo, lagu, dan suara spoke person.
Universitas Indonesia
Awareness responden pada elemen audio dan visual dalam iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power sangat baik. Secara terperinci, hal ini terlihat dari jawaban yang terpusat pada jawaban persetujuan.
Sebagian besar responden menyadari hal-hal yang terdapat di iklan, misalnya logo dan suara spoke person. Sehingga hal ini dapat diartikan bahwa responden mampu menyadari elemen-elemen yang ada di dalam iklan dengan baik. Selain itu, pada penelitian dari Yankelovich dan Television Bureau of Advertising yang dilakukan di New York pada tanggal 15 April 2009, disebutkan bahwa secara general media memengaruhi 80% dari konsumen di fase awareness pada perputaran pembelian konsumen. Penelitian ini pun membuktikan bahwa media memengaruhi khalayak di fase awareness.
Knowledge responden pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power sangat baik. Secara terperinci, hal ini terlihat dari jawaban yang terpusat pada jawaban persetujuan. Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang tinggi akan adanya logo produk dalam iklan, setelah sebelumnya responden juga memiliki kesadaran yang tinggi akan adanya logo produk pada tahap awareness.
Untuk dimensi afeksi, dimana terdapat sub-dimensi liking, preference, dan conviction, hasil uji analisis deskriptif pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power menunjukkan nilai rata-rata (mean) yang cenderung positif, hal ini terlihat dari jawaban responden yang cenderung setuju.
Namun jawaban responden di dimensi afeksi ini tidak sebaik jawaban di dimensi kognisi. Di dimensi afeksi, tidak sedikit responden yang menyatakan ketidaksetujuannya pada pilihan jawaban di dimensi afeksi. Meskipun demikian, jawaban responden yang menyatakan ketidaksetujuannya itu tidak mengubah nilai positif pada uji analisis deskriptif.
Liking responden pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power menunjukkan nilai yang positif. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang menyatakan persetujuannya. Hampir semua responden menyukai elemen-elemen yang ada di iklan, terutama elemen setting tempat dalam iklan. Dari banyaknya jawaban persetujuan dalam sub-dimensi liking, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, responden menyukai elemen-elemen
109
Universitas Indonesia
yang ada di dalam iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power.
Selain liking, sub-dimensi afeksi yang lain, yaitu preference responden pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power menunjukkan bahwa jawaban responden cenderung negatif. Hal ini terlihat dari nilai mean sub dimensi ini yang kurang dari nilai median (2,27 < 3,00). Dapat disimpulkan bahwa responden memiliki preferensi yang rendah terhadap iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power.
Hampir sama seperti sub dimensi Preference, Conviction responden pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power menunjukkan jawaban yang cenderung negatif. Hal ini terlihat dari nilai mean sub dimensi ini yang kurang dari nilai median (2.45 < 3,00). Dapat disimpulkan bahwa responden tidak yakin dengan iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power.
Melihat hasil analisa deskriptif pada variabel sikap khalayak pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power terlihat bahwa iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power sudah memiliki tingkat kognisi-yang terdiri dari kesadaran (awareness) dan pemahaman (knowledge)-yang tinggi. Begitu pula pada tingkatan afeksi, responden memiliki kesukaan (liking) yang tinggi. Namun pada sub dimensi pemilihan (preference), dan keyakinan (conviction) secara keseluruhan memiliki nilai yang negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Hierarchy of Effect dari Robert J.
Levidge dan Gary A. Steiner yang terdiri dari tiga proses tahapan psikologi, yaitu kognisi, afeksi, dan konasi, tidak selalu tepat seperti apa yang terdapat dalam teori tersebut bahwa setelah khalayak suka, akan menuju pada tahap preferensi lalu tahao keyakinan. Pada penelitian ini, khalayak sudah sampai pada tahap suka, namun pada tahap preferensi, sikap khalayak tidak begitu positif yang akhirnya mengakibatkan sikap tidak begitu positif pula pada tahap keyakinan.
5.1.2 Keputusan Pembelian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Tahapan Keputusan Pembelian dari John Mowen. Model tersebut dalam variabel ini juga
Universitas Indonesia
dipadupadankan dengan Hierarchy of Effects untuk mendukung elemen-elemen tahapan keputusan pembelian. Kedua model tersebut digunakan untuk mengukur variabel keputusan pembelian, dimana setelah analisis data terlihat variabel tersebut cukup sesuai dan memenuhi syarat atau positif.
Hasil pengujian dengan menggunakan metode analisis deskriptif menunjukkan bahwa keputusan pembelian pada produk Sensodyne dan Rexona Spray cukup baik karena jawaban responden sebagian besar terpusat pada jawaban persetujuan yang diwakili dengan jawaban setuju di instrument penelitian. Hal ini dapat dilihat juga dari nilai rata-rata (mean) dari variabel sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power yang mempunyai nilai positif. Namun, dalam instrumen penelitian, masih ada pernyataan tidak setuju oleh para responden di beberapa indikator. Meskipun demikian, nilai negatif dari pernyataan tidak setuju tersebut tidak mengganggu nilai rata-rata (mean) yang cenderung positif.
Untuk dimensi Awareness, Kelompok Eksperimen (KE) maupun Kelompok Kontrol (KK) sama-sama menyadari bahwa berlalunya waktu bisa menyebabkan munculnya kebutuhan yang baru. Hal ini terlihat dari nilai mean indikator ini yang sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada tahap awal keputusan pembelian ini (tahapan pengenalan masalah) responden memiliki sikap positif.
Pada dimensi Knowledge, kedua kelompok (KE dan KK) sama-sama mengetahui informasi mengenai produk Sensodyne varian Gentle Whitening dan Rexona Spray dari terpaan media. Hal ini terlihat dari nilai mean indikator ini yang sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada tahap kedua keputusan pembelian ini (tahapan pencarian informasi) responden memiliki sikap positif.
Selanjutnya, pada tahap ketiga keputusan pembelian (tahapan evaluasi alternatif), kedua kelompok (KE dan KK) mayoritas menyukai (liking) produk Sensodyne varian Gentle Whitening dan produk Rexona Spray karena berasal dari perusahaan terpercaya. Selain itu, kedua kelompok (KE dan KK) mayoritas lebih memilih (preference) produk Sensodyne varian Gentle Whitening dan produk Rexona Spray daripada produk sejenis lainnya karena kedua produk tersebut berasal dari perusahaan terpercaya dan harganya sesuai dengan kualitasnya. Lalu, KE dan KK pun mayoritas yakin (conviction) dengan Sensodyne dan Rexona
111
Universitas Indonesia
karena merupakan merek terkenal. Semua hal tersebut terlihat dari nilai mean tiap indikator-indikatornya yang sangat tinggi. Dapat disimpulkan pada tahap ketiga keputusan pembelian ini (tahapan evaluasi alternatif) responden memiliki sikap positif.
Lalu pada tahap akhir dari keputusan pembelian, yaitu tahap keputusan pembelian itu sendiri, hanya pada Kelompok Eksperimen yang tertarik akan membeli produk Rexona Spray karena dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Kelompok Kontrol menunjukan sikap yang negatif pada indikator “akan membeli produk Rexona Spray karena dapat memenuhi kebutuhan”. Pada produk Sensodyne varian Gentle Whitening, walau jawaban kedua kelompok sama-sama dibawah nilai median, namun nilai mean Kelompok Eksperimen lebih besar dibanding Kelompok Kontrol. Hal ini menandakan bahwa Kelompok Eksperimen lebih cenderung tertarik akan membeli produk Sensodyne varian Gentle Whitening.
Melihat hasil analisis deskriptif pada variabel keputusan pembelian pada produk Sensodyne dan Rexona Spray, terlihat bahwa dimensi-dimensi yang terdapat dalam model Keputusan Pembelian dan Hierarchy of Effects secara keseluruhan memiliki nilai yang positif. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan kedua model tersebut selaras untuk mengukur keputusan pembelian.
Selain itu, hal-hal yang terkandung dalam kedua model tersebut dapat dimanfaatkan oleh produsen untuk membuat iklan dengan menonjolkan informasi mengenai faktor-faktor yang di setujui oleh responden.
Dari data yang diperoleh, konsumen memberikan penilaian yang positif pada sebagian besar dimensi pengukuran pada variabel keputusan pembelian.
Penilaian positif ini tidak lepas dari kesesuaian produk dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Penilaian positif ini juga akan mendukung terjadinya proses keputusan pembelian pada produk Sensodyne varian Gentle Whitening dan Rexona Spray yang menjadi tahapan dalam terjadinya pembelian dan konsumsi produk tersebut. Penelitian ini menunjukkan telah terbentuknya keputusan pembelian dalam diri konsumen terhadap produk Sensodyne dan Rexona Spray dan selanjutnya diharapkan akan terjadi pembelian pada merek tersebut.
Universitas Indonesia
5.1.3 Uji Kolerasi
Pada uji kolerasi pearson, terlihat bahwa kekuatan hubungan antara Sikap pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power dengan Keputusan Pembelian pada kelompok eksperimen adalah cukup kuat yakni sebesar 0,748. Selain itu, tidak adanya tanda (-) di depan angka tersebut menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel tersebut positif, yang berarti apabila semakin tinggi skor sikap pada iklan (variabel independen) maka semakin tinggi pula skor sikap pada merek (variabel dependen) yang terbentuk. Lalu, dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang terbentuk adalah sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power dengan Keputusan Pembelian.
Hasil uji kolerasi yang menunjukkan adanya hubungan antara sikap pada iklan televisi dan keputusan pembelian mengindikasikan bahwa sikap pada iklan televisi memiliki pengaruh akan terciptanya keputusan pembelian. Hal tersebut sesuai dan membuktikan kebenaran Hierarchy of Effects, dimana dalam model ini disebutkan berawal dari pengumpulan informasi dan pengetahuan tentang produk, lalu setelah itu timbul perasaan suka atau tidak suka pada eksekusi iklan yang kemudian berlanjut pada pemilihan merek yang akan mendorong terjadinya pembelian.
Selain itu, pada hasil uji kolerasi juga menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel (sikap pada iklan televisi dan keputusan pembelian) adalah positif, yang berarti apabila semakin tinggi skor sikap pada iklan televisi (variabel dependen) yang terbentuk, maka akan semakin tinggi pula keputusan pembelian yang terbentuk. Hal tersebut juga sesuai dan membuktikan kebenaran Hierarchy of Effects yaitu dimana konsumen melihat suatu iklan, lalu mengetahui kelebihan produk, konsumen merasa yakin bahwa produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, dan dapat memberikan solusi bagi masalah yang dihadapinya.
5.1.4 Uji Perbandingan
Pada uji perbandingan dengan menggunakan uji T untuk sampel bebas, terlihat bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 99,20, sedangkan nilai
113
Universitas Indonesia
rata-rata kelompok kontrol sebesar 85,00 sehingga selisih antara kedua kelompok tersebut adalah sebesar 14,20 (lebih besar kelompok eksperimen). Lalu, karena besar signifikansi berada di bawah 0.05 (p=0.000<0,05) maka dengan kata lain, ada perbedaan yang signifikan dalam keputusan pembelian antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen memiliki nilai keputusan pembelian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
5.1.5 Uji Regresi
Metode Analisis Regresi yang digunakan dalam pengujian memberikan hasil yang signifikan, yaitu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian. Hasil pengujian tersebut memberikan nilai statistik F yang cukup besar hingga diperoleh nilai signifikansi yang sangat nyata. Nilai F yang diperoleh adalah sebesar 22,867 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Dari uji regresi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa nilai R yang diperoleh adalah sebesar 0,748 atau sama dengan 74,8%; berdasarkan kriteria Guilford; nilai tersebut terletak pada kategori Kuat. Sedangkan nilai R-Kuadrat (R-Squared) yang diperoleh adalah sebesar 0,560 atau sama dengan 56,0%.
Keadaan ini menunjukkan bahwa Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power memberikan kontribusi pengaruh sebesar 56,0% terhadap Keputusan Pembelian. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian.
Sedangkan hasil pengujian secara individual menunjukkan hasil yang sangat signifikan untuk parameter yang sedang diuji. Nilai t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tabel (1,96); yaitu sebesar 4,782 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05; sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Sikap Pada Iklan yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian.
Universitas Indonesia
Dengan hasil ini kesimpulan yang dapat diambil adalah dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian.
Hal ini sesuai dengan model Hierarchy of effect oleh Lavidge dan Steiner.
Menurut model tersebut mengatakan bahwa terdapat beberapa tingkatan sikap dari seseorang sebelum akhirnya dia berkeinginan untuk membeli suatu produk.
Tingkatan pertama dalam tahap tersebut adalah awareness, yang merupakan tahapan yang menentukan atau tahap dasar khalayak sebelum melakukan pembelian pasti orang tersebut menyadari akan adanya suatu produk.
Kesadaran khalayak itu bisa dipicu oleh penayangan iklan. Setelah awareness, khalayak akan melewati tahap knowledge, liking, preference, conviction, sampai akhirnya mencapai tahap purchase. Hal ini berarti setelah melihat tayangan iklan, ada beberapa tahapan lagi yang harus dilalui khalayak. Setelah melihat tayangan iklan, khalayak akan mendapat pengetahuan atau informasi dari iklan tersebut (knowledge), lalu khalayak melakukan evaluasi tentang kesukaan (liking), preferensi (preference), dan keyakinan (conviction) akan produk atau iklan tersebut. Apabila sikap khalayak terhadap produk atau iklan tersebut positif, maka akan berpengaruh positif pula terhadap keputusan pembelian.
Hal ini terbukti dari penelitian ini, dengan memadukan model ini dengan elemen-elemen iklan televisi untuk mengukur sikap pada iklan dan memadukan model ini dengan teori keputusan pembelian untuk mengukur keputusan pembelian khalayak, bahwa khalayak yang melihat tayangan iklan dan memiliki sikap yang positif atas iklan atau produk tersebut akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
5.2 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian dan analisa terhadap data penelitian, peneliti membuat beberapa kesimpulan yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian, serta hipotesis penelitian yang sebelumnya telah diajukan pada bagian awal penelitian ini.
115
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah kesimpulan-kesimpulan tersebut :
1. Sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power dapat dikatakan cukup positif.
2. Kelompok Eksperimen lebih tertarik untuk membeli produk Sensodyne Gentle Whitening dibandingkan Kelompok Kontrol.
3. Kelompok Eksperimen lebih tertarik untuk membeli produk Rexona Spray dibandingkan Kelompok Kontrol.
4. Adanya perbedaan yang siginifikan pada nilai keputusan pembelian antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.
5. Kelompok Eksperimen memiliki nilai keputusan pembelian yang lebih tinggi dibandingkan Kelompok Kontrol.
6. Pada Kelompok Eksperimen terdapat hubungan yang sangat signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power dengan Keputusan Pembelian.
7. Arah hubungan antara variabel sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power dengan keputusan pembelian adalah positif, dimana apabila semakin positif sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand power, maka akan semakin tinggi pula keputusan pembelian yang terbentuk.
8. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Sikap Pada Iklan Televisi yang Menggunakan Layanan Periklanan Brand Power terhadap Keputusan Pembelian.
5.3 Implikasi Studi
Dari hasil penelitian, peneliti menghasilkan beberapa implikasi studi baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut :
1. Model Hierarchy of effect oleh Lavidge dan Steiner terbukti dalam penelitian ini. Menurut model tersebut mengatakan bahwa terdapat beberapa tingkatan sikap dari seseorang sebelum akhirnya dia berkeinginan untuk membeli suatu produk. Tingkatan pertama dalam tahap tersebut adalah awareness, yang merupakan tahapan yang menentukan atau tahap dasar khalayak sebelum melakukan pembelian pasti orang
Universitas Indonesia
tersebut menyadari akan adanya suatu produk. Kesadaran khalayak itu bisa dipicu oleh penayangan iklan. Setelah awareness, khalayak akan melewati tahap knowledge, liking, preference, conviction, sampai akhirnya mencapai tahap purchase. Hal ini berarti setelah melihat tayangan iklan, ada beberapa tahapan lagi yang harus dilalui khalayak. Dari penelitian ini, khalayak yang melihat tayangan iklan akan memiliki awareness, knowledge, liking, preference, dan conviction yang lebih tinggi dibandingkan dengan khalayak yang tidak melihat tayangan iklan.
2. Elemen-elemen iklan televisi oleh Frank Jeffkins, Wells, Moriarty, dan Burnett terbukti berlaku dalam penelitian ini karena mampu digunakan untuk mengukur komponen dari iklan televisi dengan validitas dan reliabilitas yang baik.
3. Teori Keputusan Pembelian oleh Mowen terbukti berlaku dalam penelitian ini karena mampu digunakan untuk mengukur komponen dari keputusan pembelian dengan validitas dan reliabilitas yang baik
4. Hasil penelitian ini juga memberikan implikasi praktis bagi produsen Sensodyne Gentle Whitening dan Rexona Spray serta perusahaan layanan periklanan Brand Power itu sendiri bahwa walaupun responden memiliki sikap yang positif pada iklan yang menggunakan layanan periklanan Brand Power dan juga nilai yang positif pada keputusan pembelian, tetapi hasil penelitian menemukan bahwa nilai rata-rata persetujuan sikap responden pada iklan yang menggunakan layanan periklanan Brand Power dan keputusan pembelian pada produk tidak cukup tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand Power dan keputusan pembelian, bahwa arah hubungan kedua variabel tersebut positif, dimana apabila semakin positif sikap pada iklan televisi yang menggunakan layanan periklanan Brand power, maka akan semakin tinggi pula keputusan pembelian yang terbentuk, diperlukan adanya eksekusi iklan yang lebih kreatif dan menarik lagi agar sikap pada iklan tersebut bertambah positif dan akan berpengaruh lebih positif lagi terhadap keputusan pembelian.
117
Universitas Indonesia
5.4 Rekomendasi
5.4.1 Rekomendasi Akademis
1. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, peneliti merekomendasikan untuk melakukan penelitian kualitatif untuk lebih
1. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, peneliti merekomendasikan untuk melakukan penelitian kualitatif untuk lebih