• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil

2. Uji Regresi

a. Koefisien Determinasi

Langkah pertama adalah menentukan koefisien determinasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel karakteristik responden tersebut menjelaskan nilai sumberdaya hutan terletak pada Tabel 12, nilai R Squer dikatakan baik jika nilai nya di atas 0,5 karena nilai R Squer bekisar antara 0 samapai 1.

Tabel 12 Model Summary(b) desa Cinagara dan desa Pasir Buncir

Desa R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

Cinagara 0,799(a) 0,638 0,612 0,53623

Pasir Buncir 0,878 (a) 0,772 0,755 0,37883

Output hasil uji regresi pada Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir memiliki nilai koefisien determinasi masing-masing sebesar 0,612 dan 0,755. Artinya, 61,20% dan 75,50% variabel bebas adalah nilai sumberdaya hutan di jelaskan oleh variable-variabel tidak bebas adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dari luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sisanya 38,80% (100%-61,20%) dan 24,50% dijelaskan oleh variable lain di luar variable yang digunakan. Model regresi linear berganda layak untuk penelitian karena sebagian besar variable dependen nilai sumberdaya hutan dapat dijelaskan oleh

variabel–variabel tidak bebas tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan.

b. Uji Masing-Masing Variabel Independen terhadap Variabel Dependen

Nilai uji ini dapat dilihat dari nilai p-value (sig) dan level of significant. Jika nilai p-value < level of significant maka masing-masing variabel tidak bebas tersebut mempengaruhi variabel dependen.Selain itu, pengujian ini menggunakan penerimaan dan penolakan hipotesis yaitu Ho1 = diduga tingkat pendidikan tidak mempengaruhi nilai sumberdaya hutan, Ha1 = diduga tingkat pendidikan mempengaruhi nilai sumberdaya hutan, Ho2 = diduga tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan TNGP tidak mempengaruhi nilai sumberdaya hutan Ha2 = diduga tingkat pendapatan dari luar kawasan TNGP mempengaruhi nilai sumberdaya hutan. Seperti terlihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13 Coefficients(a) Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir

Desa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta Cinagara (Constant) 4.367 0.381 11.470 0.000 Pendidikan -0.208 0.177 -0.141 -1.175 0.003 PDL -0.864 0.138 -0.750 -6.251 0.000 Pasir Buncir (Constant) 4.345 0.263 16.513 0,000 Pendidikan -0.645 0.116 -0.560 -5.549 0.000 PDL -0.545 0.114 -0.484 -4.789 0.000

Dari tabel di atas menunjukan bahwa pada variabel tingkat pendidikan Desa Cinagara memilliki p-value 0,003 < 0,005 dan Desa Pasir Buncir p-value 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan. Signifikan di sini artinya Ha1 diterima dan tolak Ho1. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua desa tersebut memiliki tingkat pendidikan secara parsial yang berpengaruh terhadap nilai sumberdaya hutan. Pada variabel tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan TNGP memiliki p-value 0,000 < 0,005 yang berarti signifikan. Signifikan di sini artinya Ha2 diterima dan tolak Ho2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan TNGP secara parsial berpengaruh terhadap nilai sumberdaya hutan.

R-square untuk tingkat pendidikan 0,53 ( Desa Cinagara) dan 0,68 (Desa Pasir Buncir), artinya sebesar 53% (Desa Cinagara) dan 68% (Desa Pasir Buncir) secara signifikan nilai sumberdaya hutan dapat di definisikan atau diterangkan oleh tingkat pendidikan. R-square tingkat pendapatan dari Luar Kawasan TNGP 0,62 (Cinagara) dan 0,81 (Pasir Buncir), artinya 62% (Desa Cinagara) dan 81% (Desa Pasir Buncir) secara signifikan nilai sumberdaya hutan dapat diterangkan oleh tingkat pendapatan dari Luar Kawasan TNGP. Terlihat bahwa dari masing-masing persentase variabel tersebut, tingkat pendapatan dari Luar Kawasan TNGP lebih besar pengaruhnya terhadap nilai sumberdaya hutan jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan.

Berdasarkan Tabel 23 persamaan regresi Desa Cinagara dapat dirumuskan dengan Y = 4,37 – 0,208 (tingkat pendidikan) – 0,864 (tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan) + e atau Y = 4,37 – 0,208 X1 – 0,864 X2 dan persamaan regresi Desa Pasir Buncir dapat dirumuskan dengan Y = 4,345 – 0,645 (tingkat pendidikan) – 0,545 (tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan) + e atau Y = 4,345 – 0,645 X1 – 0,545 X2 + e Hubungan antar variabel tersebut adalah berbanding terbalik, maksudnya jika nilai variabel tidak bebas (tngkat pendidikan dan tingkat pendapatan dari luar kawasan TNGP) naik maka nilai dependen (nilai sumberdaya hutan) akan turun.

5.2.11 Persentase Karakteristik Responden terhadap Nilai Sumberdaya Hutan

5.2.11.1 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden Desa Cinagara yang nilai manfaat sumberdaya hutan paling tinggi adalah tidak tamat/tamat SD sebesar Rp. 3.957.778 per tahun sedangkan nilai manfaat sumberdaya hutan yang paling rendah adalah Perguruan Tinggi sebesar Rp. 1.800.000 per tahun dan pada kelas SLTP/SMA sebesar Rp. 2.993.778 per tahun. Pada Desa Pasir Buncir untuk kelas tidak tamat/tamat SD memiliki nilai manfaat sumberdaya hutan paling tinggi adalah Rp. 4.110.000 per tahun sedangkan nilai sumberdaya hutan paling kecil di Desa Pasir Buncir pada tingkat pendidikan adalah Perguruan Tinggi Rp. 2.518.000 per tahun (Tabel 14).

Tabel 14 Tingkat pendidikan terhadap nilai sumberdaya hutan Desa Cinagara

Kelas Jumlah Responden Rata-Rata Nilai Manfaat

SDH (Rp/tahun) Persentase (%) Tidak tamat/tamat SD 9 3.957.778 30 SLTP/SMA 20 2.993.778 60 PT/akademik 1 1.800.000 10 30 100

Tabel 15 Tingkat pendidikan terhadap sumberdaya hutan Desa Pasir Buncir

Kelas Jumlah Responden Rata-Rrata Nilai Manfaat

Hutan (Rp/tahun) Persentase (%) Tidak

tamat/tamat SD 8 4.110.000 26,67

SLTP/SMA 18 3.364.333 60,00

PT/akademik 4 2.518.000 13,33

30 100,00

Dari tabel di atas menunjukan jika tingkat pendidikan lebih tinggi maka tingkat konsumsi sumberdaya hutan lebih rendah karena tingkat penddikan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menyikapi perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan membentuk seseorang dalam daya adaptasi terhadap perubahan yang ada. Tingkat pendidikan juga menentukan kelas sosial dalam masyarakat. Sehingga tingkat pendidikan akan berpengaruh besar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan karena semakin tinggi tingkat pendidikan kemudahan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak pun terbuka lebar dan pada akhirnya tidak ada yang merambah hutan.

5.2.11.2 Tingkat Penghasilan dari Luar Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Karakteristik tingkat penghasilan dari luar Kawasan TNGP di bagi ke dalam tiga kelas, yaitu: kurang dari Rp. 5.000.000 per tahun yang memiliki nilai manfaat sumberdaya hutan tertinggi sebesar Rp. 2.816.000 pertahun dan nilai sumberdaya hutan paling rendah adalah penghasilan lebih dari Rp. 10.000.000 per tahun sebesar Rp. 3.118.615. Sama hal nya dengan Desa Cinagara, maka Desa Pasir Buncir memiliki nilai sumberdaya hutan yang paling tinggi adalah pada kelas kurang dari Rp. 5000.000 yang memiliki nilai sumberdaya hutan Rp.

4.580.000 per tahun dan nilai sumberdaya hutan paling rendah adalah penghasilan lebih dari Rp. 10.000.000 per tahun sebesar Rp. 3.118.615 per tahun. Data hasil selengkapnya ada pada tabel di bawah ini.

Tabel 16 Tingkat penghasilan dari luar kawasan TNGP terhadap nilai sumberdaya hutan Desa Cinagara

Kelas Jumlah responden Rata-rata Nilai Manfaat

Hutan (Rp/tahun) Persentase (%)

< Rp 5.000.000 5 2.816.000 16.67

Rp 5.000.000 –Rp

10.000.000 12 2.752.308 40.00

> Rp 10.000.000 13 2.665.231 43.33

Total 30 100.00

Tabel 17 Tingkat penghasilan dari luar kawasan TNGP terhadap nilai sumberdaya hutan Desa Pasir Buncir

Kelas Jumlah responden Rata-rata nilai manfaat

hutan (Rp/tahun) Persentase (%)

< Rp 5.000.000 6 4.580.000 20.00

Rp 5.000.000 –Rp

10.000.000 11 3.226.182 36.67

> Rp 10.000.000 13 3.118.615 43.33

30 100.00

Sumber penghasilan responden terpilih dari luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bermacam-macam, antara lain: berwiraswasta, kuli bangunan, bertani, PNS, dan karyawan. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penghasilan dari luar hutan dapat mempengaruhi besar kecil nya nilai sumberdaya hutan terhadap masyarakat. Jika tingkat penghasilan dari luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango meningkat maka konsumsi terhadap sumberdaya hutan lebih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut tingkat penghasilan dari luar kawasan yang tinggi akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap simberdaya hutan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait